PENDAHULUAN
Pertumbuhan manusia semakin pesat sehingga membutuhkan ruang yang semakin besar
juga di permukaan bumi. Tuntutan “kebutuhan akan memaksa manusia merusak lingkungan
alami yang sudah ada sebelumnya. Pembangunan di berbagai bidang di Indonesia yang
semakin berkembang pesat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan pembangunan dapat dianalisis di dokumen
lingkungan. Selain itu, untuk mengevaluasi kinerja sistem lingkungan yang diterapkan di
berbagai perusahaan yang sudah melakukan kegiatan dapat dilakukan. Dokumen lingkungan
untuk menganalisa dampak penting yang ditimbulkan adalah AMDAL sedangkan untuk
mengevaluasi kinerja sistem manajemen lingkungan perusahaan adalah audit lingkungan.
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu apa perbedaaan pelaksanaan
AMDAL dengan pelaksanaan audit lingkungan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui perbedaan pelaksanaan
AMDAL dan audit lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AMDAL
1. Pengertian
2. Tujuan
Tujuan utama dari proses AMDAL adalah untuk mendorong pertimbangan masalah
lingkungan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dan pada akhirnya sampai pada
tindakan yang lebih sesuai dengan lingkungan. AMDAL pada dasarnya adalah proses
preventif. AMDAL berusaha untuk meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan dan
mengurangi risiko. Jika AMDAL yang tepat dilakukan, maka keselamatan lingkungan dapat
dikelola dengan baik pada semua tahap perencanaan proyek, desain, konstruksi, operasi,
pemantauan dan evaluasi serta penonaktifan (Mekuriaw & Teffera, 2013).
3. Dokumen AMDAL
Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan
proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27 tahun
2012 , bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima)
dokumen, yaitu:
a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL)
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan
batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan
metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup
dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan
Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan.
b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak
penting dari suatu rencana kegiatan. Dampakdampak penting yang telah diindetifikasi
di dalam dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat dengan
menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk
menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya
dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran
dampak terhadap kriteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang
satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-
dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif
dan memaksimalkan dampak positif.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan
dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta
memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak
yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.
e. Dokumen Ringkasan Eksekutif
Menurut PP No. 27 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1), usaha dan atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
meliputi:
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Audit Lingkungan dan Dasar Pelaksanaan Audit Lingkungan
a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Audit Lingkungan
Hidup
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup)
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor:KEP-42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksana an Audit
Lingkungan.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 30 Tahun
2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan.
f. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit
Lingkungan.
g. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan panduan untuk
penggunaannya.
h. ISO 14004 : Sistem manajemen lingkungan-Pedoman umum atas prinsip-prinsip,
system dan Teknik pendukungnya.
i. ISO 14010 : Pedoman umum Audit Lingkungan -Prinsip-prinsip Umum Audit
Lingkungan.
j. ISO 14011 : Pedoman umum Audit Lingkungan Audit sistem manajemen lingkungan.
k. ISO 14012 : Pedoman umum Audit Lingkungan-Kriteria persyaratan untuk Menjadi
Auditor Lingkungan SNI 19-19011-2005 : Panduan Audit Sistem manajemen Muta dan
atau lingkungan.
Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001 adalah standar internasional menentukan
persyaratan-persyaratan untuk sebuah sistem manajemen lingkungan yang dapat digunakan
oleh sebuah organisasi untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Standar internasional ini
dimaksudkan untuk digunakan organisasi yang ingin mengelola tanggung jawab
lingkungannya secara sistematis yang dapat membantu pilar lingkungan berkelanjutan.
1. Ruang Lingkup
Standar internasional ini berlaku untuk setiap organisasi , terlepas dari ukuran, tipe dan
sifat, serta penerapan aspek lingkungan terhadap aktivitasnya, produk dan jasa yang
organisasi tentukan dapat mengendalikan atau mempengaruhi perspektif siklus
kehidupan.
Konsistensi dengan kebijakan organisasi lingkungan, hasil yang diinginkan dari sebuah
sistem manajemen lingkungan meliputi :
- Peningkatan kinerja lingkungan
- Pemenuhan kewajiban kepatuhan
- Pencapaian sasaran lingkungan
2. Acuan Normatif
Tidak ada persyaratan untuk mengganti istilah yang digunakan organisasi dengan istilah
yang digunakan di standar internasional ini. Organisasi dapat memilih untuk
menggunakan istilah yang sesuai dengan bisnis mereka, contoh : ”catatan”,
”dokumentasi”, atau ”protokol” dibandingkan dengan ”informasi terdokumentasi”.
4. Konteks Organisasi
4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya
4.2 Memahami Kebutuhan dan Harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan
4.3 Menentukan Ruang Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan
4.4 Sistem Manajemen Lingkungan
5. Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan Komitmen
5.2 Kebijakan
5.1 Peran Organisasi, Tanggung Jawab dan Otoritas
6. Perencanaan
6.1 Tindakan untuk Menangani Risiko dan Peluang
6.1.1 Umum
6.1.2 Identifikasi aspek-aspek Lingkungan
6.1.3 Penentuan Kewajiban kepatuhan
6.1.4 Penentuan aspek lingkungan yang signifikan dan risiko serta peluang
organisasi
6.1.5 Perencanaan Tindakan
7 Dukungan
7.1 Sumber Daya
7.2 Kompetensi
7.3 Kesadaran
7.4 Komunikasi
7.4.1 Umum
7.4.2 Komunikasi Internal
7.4.3 Komunikasi Eksternal dan Laporan
7.5 Informasi terdokumentasi
7.5.1 Umum
7.5.2 Membuat dan Memperbaharui
7.5.3 Pengendalian Informasi terdokumentasi
8 Operasional
8.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasi
8.2 Perencanaan dan Pengendalian rantai nilai
8.3 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
9 Evaluasi Kinerja
9.1 Pemantauan, Pengukuran, analisa dan evaluasi
9.1.1 Umum
9.1.2 Evaluasi kepatuhan
9.2 Internal Audit
9.3 Tinjauan Manajemen
10. Peningkatan
10.1 Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan
10.2 Peningkatan terus-menerus
11. Implementasi Permen LH Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup
( Usaha dan/kegiatan berisiko tinggi)
a. Kriteria usaha dan/kegiatan berisiko tinggi. Kriteria penetapan usaha dan/atau
kegiatan berisiko tinggi yang diwajibkan melakukan audit lingkungan hidup secara
berkala:
1. Jika terjadi kecelakaan dan/atau keadaan darurat menimbulkan dampak yang
besar dan luas terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup;
2. Hasil audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala harus dapat
dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan bagi
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang diberikan perintah audit
lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala;
3. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala dikecualikan bagi
kegiatan infrastruktur kecuali pembangunan bendungan/waduk.
b. Jenis usaha dan/atau kegiatan yang diwajibkan melakukan audit lingkungan hidup
yang diwajibkan secara berkala :
1. Bidang Perindustrian
- Industri Semen yang dibuat melalui produksi klinker yang menerima
limbah B3 bukan dari kegiatan sendiri sebagai bahan baku dan/atau bahan
bakar pada proses klinker.
- Industri Petrokimia (Industri Aromatik (benzena, toluena, xylena,Industri
Normal Parafin /alkil benzene,Pusat Olefin (etilena, propilena dan olefin
C4), Industri Gas Sintetik (metanol, alkohol oxo, asam format, asam asetat,
amonia dan pupuk), Industri asetilena (1,4 butandiol, asam akrilat)
- Industri bahan aktif Pestisida.
- Industri Amunisi dan Bahan Peledak
2. Bidang Pekerjaan Umum, Pengoperasian-
- Bendungan/ Waduk atau Jenis Tampungan Air lainnya: a) Tinggi, atau b)
Luas genangan
3. Bidang Sumber Daya Energi dan Mineral (kegiatan pengolahan minyak dan
gas bumi:a)Kilang Minyak,b) Kilang LPG,c)Kilang LNG.
4. Bidang PengembanganNuklir.
- Pengoperasian Reaktor Daya (PLTN) atau reaktor nondaya (daya >100
MWt).
- Pengoperasian Reaktor Daya (PLTN) atau Reaktor Nondaya (2 < X 100
MWt).
5. Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah B3 : Kegiatan pengelolaan limbah B3
sebagai kegiatan utama:
- Pengumpulan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan yang terintegrasi
dengan penimbunannlimbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
- Penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
3. Berdasarkan sifatnya
Amdal bersifat wajib ( mandatory) Untuk dilakukan bagi setiap rencana usaha atau
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak penting.
Sedangkan Audit lingkungan bersifat sukarela ( voluntary). Dalam hal ini, audit lingkungan bukan
merupakan pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan,
melainkan suatu usaha proaktif yang dilaksanakan secara sadar oleh penanggung jawab usaha
untuk mengindentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan
upaya-upaya pencegahannya.
4. Berdasarkan tahap
Amdal dimulai sejak perencanaan atau sebelum usaha dan/atau kegiatan dilakukan,
sedangkan audit lingkungan dimulai sejak operasi suatu usaha dan/atau kegiatan.
5. Berdasarkan fungsi
Fungsi amdal adalah
Untuk menghindari dan meminimalisasi dampak lingkungan sehingga
terwujud pembanguna yang berkelanjutan
Survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguan keanekaragaman ekosistem,
hubungan manusia-alam-lingkungan global
Sebagai alat komunikasi untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat
yangterkena dampak, akuntabilitas pemrakarsa dan pemerintah, dan
keterlibatanmasyarakat dalam pembangunan
Fungsi audit lingkungan adalah untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakanatau
yang perlu dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhikepentingan lingkungan.
6. Berdasarkan manfaat
Dengan dilakukannya amdal, nantinya akan diperoleh ijin operasi dan juga
mendapat pedoman pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Dengan dilakukannya audit lingkungan, nantinya akan diperoleh manfaat
yaitu perbaikan kinerja manajemen.
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk membedakan pelaksanaan
AMDAL dengan Audit Lingkungan dapat dibedakan berdasakarkan :
1. Sifatnya
2. Isi dokumen
3. Waktu pelaksanaan
4. Tahap pembuatan
5. Penyusun
6. Tahapan
7. Kualifikasi penyusun
8. Output yang dihasilkan
9. Peraturan yang mengatur
10. Sifat pelaksanaan
11. Hasil yang dicapai
DAFTAR PUSTAKA
Soerianegara, I dan Andry, I. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Soerjani, M. 1992. Cara penyusunan dan Metoda AMDAL. Kumpulan Makalah (II) Kursus
Dasar.