Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumber daya
alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumber daya alam
dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang
mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan
lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya
dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan
mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan
Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL).
AMDAL ( Analisis Mengenai Damfak Lingkungan ) sendiri merupakan kajian
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan,
dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Aspek yang dikaji dalam proses
AMDAL yaitu : aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha
dan/kegiatan. Secara Umum AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia
dan Negara lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan hasil yang
kita harapkan sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang terjadi, Amdal hanyalah
merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi ketentuan dalam
undang undang.Setelah laporan Amdal didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut
tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi.Laporan tersebut tidak mempunyai
pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi
juga di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara
pelopor Amdal.
Manfaat amdal yaitu AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau
kegiatan pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana

1
usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan dampak positif,
sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang perlu dipecahkan dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana deskripsi tentang Analisis Manfaat Dampak Lingkungan (AMDAL)?
a. Apa pengertian Analisis Manfaat Dampak Lingkungan (AMDAL)?
b. Apa tujuan dilaksanakannya studi AMDAL?
c. Bagaimana kegunaan dilaksanakannya AMDAL?
d. Bagaimana prosedur pelaksanaan AMDAL?
e. Bagaimana menyusun laporan AMDAL?
f. Berapa jenis AMDAL yang dikenal di Indonesia?
2. Bagaimana gambaran dari Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)?
a. Bagaimana konsepsi penyelenggaraan RUTR?
b. Bagaimana penyusunan RUTR wilayah darat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui AMDAL dan analisis dampak kesehatan lingkungan.
2. Untuk mengetahui apa manfaat AMDAL.
3. Untuk mengetahui apa manfaat analisis dampak kesehatan lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Manfaat Dampak Lingkungan (AMDAL)


1. Pengertian AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

2
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan
hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan
untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha
dan/atau kegiatan.

2. Tujuan dilaksanakannya Studi AMDAL


1. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan
terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup.
2. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan
terkena dampak besar dan penting.
3. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL.

3. Kegunaan Dilaksanakannya Studi AMDAL


1. Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan
pengelolaan lingkungan dalam hal pengendalian dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif yang meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat.
2. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci
pada suatu kegiatan Pembangunan.
3. Sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada suatu
kegiatan Pembangunan.

4. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan AMDAL berdasarkan PP 51 tahun 1993, didahului
oleh Penapisan (screening) apakah proyek akan memerlukan AMDAL atau tidak.
AMDAL terdiri atas beberapa langkah, yaitu:
1. Identifikasi Dampak Penting (Penapisan) dan Pelingkupan
a. Penapisan
Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana
yang harus dilengkapi dengan AMDAL. Dalam pasal 16 UU No.4 tahun

3
1982 hanya rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak
penting saja yang diwajibkan untuk dilengkapi dengan AMDAL.
b. Pelingkupan
Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang studi ANDAL, yaitu
bagian dari AMDAL yang terdiri dari ientifikasi, prakiraan dan evaluasi
dampak. Untuk dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan
identifikasi dampak. Pada tahap pertama diusahakan untuk mengidentifikasi
dampak selengkapnya. Dari semua dampak yang teridentifikasi kemudian
ditetukan dampak mana yang penting. Dampak yang penting inilah yang
kemudian dimasukan dalam ruang lingkup studi ANDAL, sedangkan
dampak yang tidak penting tidak dimasukan.
2. Penyusunan Kerangka Acuan (KA) berdasarkan pelingkupan
Kerangka Acuan (KA) ialah uraian tugas yang harus dilaksanakan
dalam stusdi ANDAL. Kerangka Acuan didasarkan dari pelingkupan sehingga
KA mamuat tugas-tugas yang relevan dengan dampak penting. Dengan KA
yang demikian maka studi ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting.

3. ANDAL
a. Prakiraan besarnya dampak yang teridentifikasi dalam Pelingkupan dan
tertera dalam KA.
Besarnya dampak haruslah diprakirakan dengan menggunakan
metode yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan. Misalnya prakiraan
besarnya penduduk yang terkena proyek haruslah menggunakan metode
dalam demografi.
b. Evaluasi dampak
Besar dan pentingnya dampak mempunyai konsep yang berbeda.
Nilai besar dampak menunjukan besarnya perubahan yang terjadi karena
kegiatan yang dipelajari. Sedangkan nilai penting dampak menunjukan nilai
yang kita berikan pada dampak tersebut. Umunya nilai penting dampak
bersifat kualitatif. Makin besar dampak maka makin penting pula dampak
tersebut, tetapi dapat juga tidak ada hubungan antara keduanya.
4. Perencanaan dan pemantauan lingkungan
a. Penyusunan rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Didalam Rencana pengelolaan lingkungan menguraikan prinsip
dan persyaratan tindakan yang harus diambil dalam penanganan dampak.
Selain itu sebagai masukan kepada kepada konsultan rekayasa tentang suatu
rencana proyek/pembangunan.
b. Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

4
Pemantauan diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa apakah
persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang
didapat dari pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik dalam
arti positif maupun negative, tetang perubahan lingkungan yang mendekati
ayau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang perlu diambil.
Juga ubtuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat dalan ANDAL sesuai
dengan dampak yang terjadi. Karena itu pemantauan sering disebut post-
audit dan berguna sebagai masukan untuk memperbaiki ANDAL
dikemudian hari dan untuk memperbaiki kebijaksanaan lingkungan.
Metode pengelolaan dan pemantauan lingkungan juga harus
menggunakan metode yang sesuai dengan bidang yang bersangkutan.

5. Penyusunan Laporan AMDAL


Pada umunya laopran terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Ringkasan Eksekutif (executive summary)
Merupakan laporan yang singkat dan berisi pokok permasalahan
yang diperuntukkan kepada para pengambil keputusan, cara pemecahan dan
rekomendasi tindakan yang harus diambil dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti, juga perlu table atau grafik ringkasan. Panjang
laporan sekitar 10 halaman dan tidak sampai 20 halaman.
b. Laporan Utama (main report)
Diperuntukkan bagi para pelaksana proyek dan terknisi yang
memerlukan keterangan rinci. Laopran harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pakar yang
berbeda-beda.
c. Lampiran-Lampiran (appendix)
Berisi lampiran-lampiran penyusunan terdahulu pada tahap-tahap
penyusunan AMDAL.

6. Kasus Lapindo sebagai suatu Bisnis Tak Beretika


Secara konsep kebijakan pembangunan sudah memasukkan faktor
kelestarian lingkungan sebagai hal yang mutlak untuk dipertimbangkan, namun
dalam implementasinya terjadi kekeliruan orientasi kebijakan yang tercermin
melalui berbagai peraturan yang terkait dengan sumber daya alam. Peraturan yang
dibuat cenderung mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tanpa
perlindungan yang memadai, sehingga membuka ruang yang sebesar-besarnya bagi
pemilik modal.

5
Lemahnya implementasi di bidang hukum yang mengatur pelaksanaan dan
pengawasan pelestarian terjadi juga di bidang lingkungan hidup. Sebagai contoh
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Rencana Umum Tata
Ruang (RUTR), dalam implementasinya hanya merupakan kebijakan yang bersifat
reaktif dan sesaat (temporary) atau suatu kebijakan yang secara konsep bagus tetapi
dalam pelaksanaannya tidak terpantau secara berkesinambungan, lemah dalam
manajemen kontrol, cenderung tidak konsisten dan persisten. Hal yang serupa
disampaikan bahwa tingginya kerusakan sumber daya alam hayati di Indonesia
disebabkan salah satunya adalah banyaknya kebijakan sektoral dan bersifat
eksploitatif yang saling tumpang tindih dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dampak dari eksploitasi alam secara besar-besaran sebagai akibat
kekeliruan implementasi kebijakan pembangunan tersebut mulai dirasakan rakyat
Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Berbagai bencana terjadi silih berganti,
mulai dari bencana yang diakibatkan oleh dampak fenomena alam seperti Tsunami
di Aceh, tanah longsor dan banjir di berbagai daerah sampai pada bencana yang
diakibatkan adanya faktor kelalaian manusia dalam usaha mengeksploitasi alam
tersebut seperti kasus Teluk Buyat di Sulawesi, Freeport di Papua sampai dengan
yang sekarang menjadi bencana nasional yaitu kasus semburan lumpur panas
Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur.
Kasus luapan lumpur Lapindo adalah salah satu contoh kebijakan
pembangunan yang dalam implementasinya telah terjadi pergeseran orientasi, yaitu
kebijakan pembangunan yang cenderung mengabaikan faktor kelestarian
lingkungan. Atau suatu kebijakan yang tidak memasukkan faktor lingkungan
sebagai hal yang mutlak untuk dipertimbangkan mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan tahap pelaksanaannya. Salah satu contohnya adalah tidak
ditepatinya kebijakan lingkungan yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan
sebelum suatu perusahaan mendapatkan ijin untuk melakukan usahanya.
Pertimbangan kebijakan lingkungan tersebut antara lain : jarak rumah penduduk
dengan lokasi eksplorasi, mentaati standar operasional prosedur teknik eksplorasi,
dan keberlanjutan lingkungan untuk masa yang akan datang.
Secara garis besar pelaksanaan, pengawasan pelestarian dan perlindungan
lingkungan hidup dijalankan perangkat hukum antara lain AMDAL yang
merupakan suatu prosedur preventif yang memberikan analisa menyeluruh dan
terinci tentang segala dampak langsung yang mungkin timbul dari proyek yang
direncanakan, cara-cara yang mungkin mengatasinya dan rencana kerja untuk

6
mengelola, mengawasi dan mengevaluasi dampakdampak yang ditimbulkan dan
efektifitas pelaksanaan rencana kerja.
Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan
kontraktor pengeboran PT. Medici Citra Nusantara yang merupakan perusahaan
afiliasi Bakrie Group. Kontrak itu diperoleh Medici dengan tender dari Lapindo
Brantas Inc. senilai US$ 24 juta. Namun dalam hal perijinannya telah terjadi
kesimpangsiuran prosedur dimana ada beberapa tingkatan ijin yang dimiliki oleh
lapindo. Hak konsesi eksplorasi Lapindo diberikan oleh pemerintah pusat dalam
hal ini adalah Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS), sementara ijin
konsensinya diberikan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sedangkan ijin
kegiatan aktifitas dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Sidoarjo yang memberikan keleluasaan kepada Lapindo untuk melakukan
aktivitasnya tanpa sadar bahwa Rencana Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Sidoarjo
tidak sesuai dengan rencana eksplorasi dan eksploitasi tersebut.
Dampak dari luapan lumpur yang bersumber dari sumur di Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur sejak
29 Mei 2006 ini telah mengakibatkan timbunan lumpur bercampur gas sebanyak 7
juta meter kubik atau setara dengan jarak 7.000 kilometer, dan jumlah ini akan
terus bertambah bila penanganan terhadap semburan lumpur tidak secara serius
ditangani. Lumpur gas panas Lapindo selain mengakibatkan kerusakan lingkungan,
dengan suhu rata-rata mencapai 60 derajat celcius juga bisa mengakibatkan
rusaknya lingkungan fisik masyarakat yang tinggal disekitar semburan lumpur.
Tulisan lingkungan fisik diatas adalah untuk membedakan lingkungan hidup alami
dan lingkungan hidup buatannya, dimana dalam kasus ini Daud Silalahi
menganggap hal ini sebagai awal krisis lingkungan karena manusia sebagai pelaku
sekaligus menjadi korbannya.

7. Jenis AMDAL Yang Dikenal Di Indonesia:


1. AMDAL Proyek Tunggal, adalah studi kelayakan lingkungan untuk
usaha/kegiatan yang diusulkan hanya satu jenis kegiatan.
2. AMDAL Kawasan, adalah studi kelayakan lingkungan untuk usaha atau
kegiatan yang diusulkan dari berbagai kegiatan dimana AMDAL menjadi
kewenangan satu sektor yang membidanginya.
3. AMDAL Terpadu Multi Sektor, adalah studi kelayakan lingkungan untuk usaha
atau kegiatan yang diusulkan dari berbagai jenis kegiatan dengan berbagai
instansi teknis yang membidangi.

7
4. AMDAL Regional, adalah studi kelayakan lingkungan untuk usaha atau
kegiatan yang diusulkan terkait satu sama lain.

B. Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)


Ruang merupakan sumber daya yang secara kuantitatif jumlahnya terbatas dan
memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga tidak semua jenis fungsi dapat
dikembangkan pada ruang yang tersedia. Keterbatasan ruang tersebut merupakan dasar
dibutuhkannya kegiatan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan ruang yang
menghasilkan dokumen rencana tata ruang, pemanfaatan ruang yang mengacu pada
dokumen tata ruang yang berlaku, serta pengendalian pemanfaatan ruang yang
dilakukan untuk memastikan bahwa fungsi yang dikembangkan sesuai peruntukan
sebagaimana ditetapkan dalam dokumen rencana tata ruang antara lain dengan
menggunakan instrumen perizinan pembangunan.
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan perencanaan ruang, selain
berfungsi untuk mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik
antar-fungsi dalam proses pemanfaatan ruang, juga ditujukan untuk melindungi
masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin
timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.
Sebagai contoh, dokumen rencana tata ruang menetapkan ruang dengan fungsi
perlindungan bencana pada lahan rawan longsor dengan tujuan agar masyarakat dan
aktivitas yang mereka kembangkan tidak menjadi korban apabila bencana longsor
terjadi.
Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional
hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata
ruang tersebut adalah:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana
ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia.
Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran
RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing
provinsi yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada
wilayah hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk
dokumen RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.

8
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran
dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai contoh,
RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum Kabupaten Aceh
Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen detil ruang
untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan pembangunan, dokumen
RTRWK merupakan acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan
Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
4. Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran
detil dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Konsep hirarkis dalam penyusunan dokumen rencana tata ruang digunakan
dengan tujuan agar fungsi yang ditetapkan antar-dokumen tata ruang tetap sinergis dan
tidak saling bertentangan karena dokumen tata ruang yang berlaku pada lingkup mikro
merupakan penjabaran dan pendetilan dari rencana tata ruang yang berlaku pada
wilayah yang lebih makro. Sebagai contoh, RTRWN menetapkan kawasan
Lhokseumawe dan sekitarnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan fungsi
utama untuk pengembangan kegiatan industri. Kebijakan ini selanjutnya diterjemahkan
secara detil melalui pengalokasian fungsi ruang dan pengembangan infrastruktur
pendukung kegiatan industri di dalam dokumen RTRW Provinsi Aceh, RTRW
Kabupaten Aceh Utara, dan RDTR Kawasan Perkotaan Krueng Geukueh.

1. Konsepsi Penyelenggaraan RUTR


Konsepsi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan disusun berdasarkan

Rencana Umum Tata Ruang Nasional (RUTR Nasional) dan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Daerah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota yang implementasinya diwujudkan dalam Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah Pertahanan (RUTR Wilhan) baik dalam tataran

Nasional maupun Daerah. RUTR Wilhan khususnya Pertahanan Negara

secara tersirat termasuk dalam kriteria pengklasifikasian Kawasan

Tertentu (Khusus), yaitu merupakan kawasan yang ditetapkan secara

nasional mempunyai nilai strategis karena mempunyai pengaruh yang

9
sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan

dan keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan

(Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, Pasal 1).


Dalam rangka penataan RUTR Wilhan harus benar-benar

memperhatikan pemanfaatan dan penggunaan ruang wilayah Nusantara

secara efektif dan efisien dalam rangka tetap menjaga kesatuan dan

keutuhan serta tetap tegaknya NKRI, khususnya dalam rangka tercapainya

kesejahteraan seluruh masyarakat dalam kondisi aman dan tenteram

menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Darat


Kondisi geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan yang letaknya
strategis diantara dua benua dan dua samudra merupakan salah satu jalur utama
lalu lintas dunia. Akibat dari letak geografisnya yang demikian, bangsa Indonesia
akan selalu mendapat berbagai macam pengaruh. Selain memberi pangaruh positif,
kondisi tersebut juga memberi pengaruh negatif yang dapat menimbulkan ancaman
terhadap Pertahanan Negara. Seperti diketahui, upaya pertahanan Semesta
(Sishanta) yang kita kembangkan mempunyai pengertian bahwa seluruh kekuatan
nasional digunakan secara total dan integral untuk mempertahankan integritas dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mengamankan segala usaha
pembangunan untuk mencapai tujuan nasional.
Mengingat perkembangan lingkungan strategis berlangsung secara dinamis
dan cepat dengan derajat ketidakpastian yang tinggi, maka upaya pertahanan
sebagai salah satu fungsi pemerintahan harus selalu dibina untuk mewujudkan daya
tangkal terhadap berbagai ancaman. Oleh karena itu, segenap komponen kekuatan
Sishanta harus dipersiapkan secara terpadu dan terarah, termasuk salah satu
diantaranya komponen pendukung yang terdiri dari sumber daya alam, sumber
daya buatan, dan prasarana nasional.
Sesuai dengan tata ruang yang direncanakan secara bertingkat mulai dari
daerah sampai ketingkat pusat, pembangunan berbagai sarana dan prasarana
nasional telah dan sedang dilaksanakan di seluruh tanah air. Namun kegiatan
pembangunan tersebut masih terlihat kurang merata, dan cenderung hanya dititik
beratkan pada kepentingan aspek kesejahteraan serta kurang memberikan perhatian
pada kepentingan pertahanan.

10
Sementara itu, untuk mengefektifkan penyelenggaraan pertahanan pada
suatu kompartemen strategis, Kodam perlu menyusun rancangan pengembangan
sarana dan prasarana, kemudahan administrasi logistik serta pengerahan kekuatan
sumber daya daerah. Menyadari akan hal ini, maka disarankan perlu adanya suatu
penyusunan RUTR wilayah pertahanan darat yang dipadukan dengan RTRW
Pemda yang lebih terpadu dan optimal baik di tingkat pusat maupun daerah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Prosedur pelaksanaan AMDAL berdasarkan PP 51 tahun 1993, didahului oleh
Penapisan (screening) apakah proyek akan memerlukan AMDAL atau tidak. AMDAL
terdiri atas beberapa langkah, yaitu:
1. Identifikasi Dampak Penting (Penapisan) dan Pelingkupan
a. Penapisan
b. Pelingkupan
2. Penyusunan Kerangka Acuan (KA) berdasarkan pelingkupan
3. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan Hidup)
4. Evaluasi dampak
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan perencanaan ruang, selain
berfungsi untuk mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik
antar-fungsi dalam proses pemanfaatan ruang, juga ditujukan untuk melindungi
masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin
timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.
Dokumen tata ruang tersebut adalah:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK)

11
4. Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

B. Saran
Sebagai penulis, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
positif umumnya bagi pembaca dan khususnya untuk kami serta besar harapan untuk
kritik dan saran demi perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Otto Soemarwoto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Cetakan ke-12.


Yogyakarta : UGM Press

Yunus, Hadi Sabar, (2005). Manajemen Kota: Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Widyastama, R. 1991. Jenis Tanaman Berpotensi untuk Penghijauan Kota.

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ............................................... 3

B. Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) ....................................................................... 8

BAB III: PENUTUP ...................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 12

B. Saran .......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

13

Anda mungkin juga menyukai