Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020

“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Tantangan Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dalam


Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja
Environmental Supervision and Law Enforcement Challenges in the Implementation of
Omnibus Law

Feri Ardiansyah1,2
1
Magister Ilmu Lingkungan UNDIP, email : f3r1ardian@yahoo.com
2
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jakarta

ABSTRAK

Tujuan pembentukan UU Cipta kerja sebenarnya adalah penyederhanaan regulasi dan


memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Namun, UU Cipta Kerja juga memunculkan berbagai
tantangan dalam implementasinya, salah satunya pada kluster lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang kerap ditemui di bidang pengawasan serta
penegakan hukum regulasi lingkungan hidup serta potensi tantangan yang akan muncul seiring
terbitnya UU Cipta Kerja. Penelitian dilakukan dengan telaah pustaka serta wawancara dengan
aparat pengawas lingkungan hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang untuk
mengetahui mekanisme pengawasan serta penegakan hukum yang berjalan di Kota Semarang.
Selain itu, peneliti juga melakukan analisis terhadap potensi masalah yang muncul setelah
terbitnya UU Cipta Kerja. Berdasarkan hasil penelitian beberapa tantangan yang akan dihadapi
oleh pengawas lingkungan pasca terbitnya UU Cipta Kerja adalah belum terintegrasinya sistem
pengawasan lingkungan dengan sistem OSS yang digunakan untuk penerbitan izin usaha. Selain
itu, terbatasnya pejabat fungsional pengawas lingkungan hidup membuat banyak obyek
pengawasan yang luput dari pengamatan. Padahal UU Nomor 32 tahun 2009 memberikan
wewenang yang sangat besar kepada pejabat pengawas lingkungan hidup dalam menjalankan
tugasnya. Tantangan lain yang akan dihadapi adalah proses pembuktian di pengadilan atas
kesalahan oknum pengusaha perusak lingkungan, sebagai konsekuesnsi diubahnya pasal 88 UU
Nomor 32 tahun 2009. Perubahan tersebut menuntut pengawas lingkungan untuk mempunyai
kompetensi hukum yang mumpuni, sehingga dapat menghadirkan alat bukti dan meyakinkan
hakim di pengadilan.

Kata Kunci : Lingkungan Hidup, Pengawasan, Penindakan Hukum, Perizinan, UU Cipta Kerja

PENDAHULUAN ada beberapa keuntungan dari penerapan


Omnibus Law yaitu:
Pada bulan Oktober 2020, sidang 1. Menagatasi peraturan-peraturan yang
paripurna DPR mengesahkan UU Cipta saling bertentangan dengan cepat, efisien,
Kerja setelah diwarnai berbagai pro kontra serta efektif
dari masyarakat. Semangat yang melandasi 2. Penyeragaman aturan di tingkat pusat
pembentukan undang-undang ini adalah sampai daerah guna menumbuhkan iklim
penyederhanaan banyaknya aturan yang investasi
saling tumpah tindih sehingga menghambat 3. Perizinan yang terpadu, efektif, dan
iklim investasi di Indonesia. Secara garis efisien
besar UU Cipta Kerja yang juga dikenal 4. Memangkas birokrasi yang memakan
dengan Omnibus Law memiliki beberapa waktu lama
tujuan pembentukan. Menurut Busroh (2017) 5. Meningkatkan koordinasi antar
instansi/lembaga

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 15
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

6. Jaminan dan kepastian hukum bagi beberapa industry yang berada di sekitar
pengambil kebijakan kawasan tersebut. Kedua contoh diatas
Omnibus Law tersebut berusaha untuk mengindikasikan bahwa tingkat ketaatan
mengharmonisasikan beberapa aturan dalam pelaku usaha masih kurang dalam mematuhi
berbagai bidang (kluster). Beberapa kluster berbagai regulasi lingkungan. Oleh karena
mendapat apresiasi dari berbagai pihak. itu, pengawasan yang intensif serta
Namun, beberapa kluster dalam Omnibus penindakan hukum yang tegas diperlukan
Law juga menuai kritik dan penolakan dari sehingga ketaatan para pelaku usaha dan/atau
masyarakat, yang salah satunya adalah kegiatan semakin meningkat dan lingkungan
kluster lingkungan. Kluster lingkungan ini dapat terjaga kelestariannya.
mengubah Undang-undang yang berkaitan Terbitnya UU Cipta kerja bertujuan untuk
dengan pengelolaan lingkungan hidup serta menyederhanakan birokrasi dan memberikan
kehutanan, yaitu UU Nomor 41 Tahun 1999 kemudahan dalam perijinan, termasuk dalam
tentang Kehutanan, UU Nomor 32 Tahun hal perijinan (persetujuan) lingkungan.
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Namun, di sisi lain kelonggaran perijinan
Lingkungan Hidup, serta UU Nomor 18 tersebut juga memberikan tantangan
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan tersendiri kepada aparat pengawas
Pemberantasan Perusakan Hutan. Omnibus lingkungan serta penegak hukum, untuk
Law ini dianggap mengurangi kewenangan dapat lebih ketat mengawasi kegiatan usaha
Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan sehingga tidak merusak lingkungan.
lingkungan hidup, karena beberapa Kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah,
kewenangan dikembalikan kepada jangan sampai dimanfaatkan oleh pengusaha
Pemerintah Pusat. nakal untuk mengeruk keuntungan sebesar-
Disisi lain, Pemerintah Daerah masih besarnya dengan cara merusak lingkungan.
mengalami berbagai kendala dalam Penelitian ini berusaha menjabarkan
implementasi ketiga Undang-undang tentang hambatan apa saja yang selama ini
tersebut di lapangan, salah satunya pada dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam
aspek pengawasan kepatuhan serta melakukan pengawasan kepatuhan terhadap
penindakan pelanggaran. Para pelaku usaha regulasi lingkungan hidup. Selain itu,
masih berorientasi terhadap keuntungan dan penelitian ini juga berusaha memberikan
tidak memperhatikan aspek lingkungan gambaran mengenai tantangan yang akan
dalam menjalankan usahanya. Sebagai dihadapi oleh Pemerintah Daerah setelah
contoh praktek usaha yang tidak berwawasan disahkannya Undang-undang Cipta Kerja,
lingkungan tersebut adalah masih khususnya dalam bidang pengawasan dan
ditemukannya pabrik yang membuang penegakan regulasi lingkungan hidup.
limbah cairnya tanpa diolah dan dibuang Penelitian ini berusaha menjabarkan
langsung ke Sungai Bengawan Solo pada saat tentang hambatan apa saja yang selama ini
dilakukan inspeksi oleh Gubernur Jawa dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam
Tengah pada Agustus 2020 yang lalu. melakukan pengawasan kepatuhan terhadap
Beberapa contoh lain dari masih masifnya regulasi lingkungan hidup. Selain itu,
pencemaran lingkungan yang terjadi penelitian ini juga berusaha memberikan
belakangan ini adalah kasus air sungai gambaran mengenai tantangan yang akan
Sikendil dan Sililin di Kecamatan Pringapus, dihadapi oleh Pemerintah Daerah setelah
Kabupaten Semarang yang menghitam dan disahkannya Undang-undang Cipta Kerja,
berlendir. Warga di sekitaran sungai khususnya dalam bidang pengawasan dan
menerangkan bahwa pencemaran tersebut penegakan regulasi lingkungan hidup.
sangat meresahkan warga, karena warga
tidak dapat lagi memanfaatkan air sungai METODE PENELITIAN
tersebut untuk keperluan sanitasi dan irigasi. Penelitian ini menggunakan metode
Pencemaran tersebut diduga disebabkan oleh kualitatif. Penulis melakukan wawancara

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 16
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

dengan pengawas lingkungan pada Dinas UKL UPL), keputusan kelayakan lingkungan
Lingkungan Hidup Kota Semarang untuk hidup/rekomendasi UKL UPL, izin
memperoleh gambaran tentang mekanisme lingkungan, dan izin usaha. Dalam UU Cipta
pengawasan terhadap izin lingkungan. Selain Kerja, izin lingkungan dihilangkan dan
itu, untuk mengetahui pengaruh UU Cipta diintegrasikan ke dalam izin usaha. Integrasi
Kerja terhadap lingkungan hidup, terutama di tersebut memotong rantai birokrasi karena
bidang pengawasan dan penegakan hukum dapat mempersingkat waktu perijinan. Uji
penulis menggunakan pendekatan hukum kelayakan lingkungan hidup dilakukan oleh
normatif. Penulis mengkaji regulasi tim uji kelayakan lingkungan hidup yang
lingkungan pasca terbitnya UU Cipta Kerja dibentuk oleh Pemerintah Pusat. Hasil uji
berdasarkan azaz dan norma-norma hukum kelayakan tersebut akan menjadi salah satu
yang berlaku di Indonesia. Kajian tersebut persyaratan pengajuan izin usaha.
akan dapat mengidentifikasi beberapa Penerbitan Izin Usaha sudah
potensi permasalahan di bidang lingkungan menggunakan sistem satu pantu serta
yang akan muncul pasca terbitnya UU Cipta memanfaatkan sistem perijinan terintegrasi
Kerja. dari level pusat sampai dengan dengan
menggunakan platform yang bernama Online
HASIL DAN PEMBAHASAN Single Submission (OSS). Platform OSS
dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman
Tujuan pembentukan UU Nomor 41 Modal (BKPM) di Tingkat Pusat serta Dinas
Tahun 1999 Tentang Kehutanan, UU Nomor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Satu Pintu (DPMPTSP) di Tingkat Provinsi
Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta UU dan Kabupaten/Kota. Perizinan lingkungan
Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan akan selalu berkaitan dengan pengawasan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan secara lingkungan. Keterkaitan Izin dan
garis besar adalah menjaga hutan dan pengawasan lingkungan dimaksudkan agar
lingkungan kerusakan sehingga dapat selain sebagai sumber pendapatan, perizinan
tercipta keselarasan, keserasian, serta dapat mengatasi eksternalitras dalam
keseimbangan lingkungan hidup yang pengelolaan lingkungan (Wibisana, 2017).
merupakan salah satu modal penting Sebelum terbitnya UU Cipta Kerja, Dinas
pembangunan yang berkelanjutan. Akan Lingkungan Hidup Provinsi Kabupaten/Kota
tetapi, implementasi ketiga UU tersebut menggunakan data penerbitan izin
sering menemui berbagai kendala dan lingkungan sebagai data awal untuk
hambatan. Selain itu, dengan terbitnya UU melakukan pengawasan atas kepatuhan
Cipta Kerja semakin menambah tuntutan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap
terhadap Pemerintah agar lebih sungguh- regulasi lingkungan hidup. Dengan terbitnya
sungguh melakukan pengawasan dan UU Cipta Kerja, kewenangan uji kelayakan
bertindak tegas apabila menemukan lingkungan hidup dilakukan oleh tim uji
pelanggaran. kelayakan lingkungan hidup yang dibentuk
Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah Pusat. Hasil uji kelayakan
oleh Pemerintah Daerah pasca disahkannya tersebut kemudian dijadikan salah satu syarat
UU Cipta Kerja adalah sebagai berikut. penerbitan ijin usaha.
1. Belum terintegrasinya kegiatan Dengan dihapuskannya izin lingkungan,
pengawasan lingkungan hidup dengan pengawas lingkungan hidup yang berada
Sistem Perijinan Terpadu pada Dinas Lingkungan Hidup
UU Nomor 32 Tahun 2009 mensyaratkan Provinsi/Kabupaten semestinya diberikan
bahwa usaha/kegiatan yang memiliki akses ke sistem perijinan terpadu, sehingga
dampak terhadap lingkungan harus pejabat pengawas lingkungan hidup
mengajukan empat tahapan dalam perijinan, mempunyai data dalam melakukan
yaitu dokumen lingkungan (AMDAL atau pengawasan. Kegiatan pengawasan

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 17
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

seharusnya dapat terintegrasi dengan sistem tersebut belum ada yang berstatus sebagai
perijinan terpadu, sehingga tersedia data pejabat fungsional pengawas lingkungan
yang memadai terkait objek pengawasan. hidup daerah (PPLHD). Kondisi ini juga
Dengan sistem pengawasan yang terintegrasi dialami oleh sebagian besar Pemerintah
dengan OSS, sanksi administrasi berupa Daerah lainnya.
teguran lisan, pembekuan sampai pencabutan Terdapat beberapa penyebab minimnya
izin dapat langsung dieksekusi oleh pejabat belum adanya pejabat pengawas lingkungan
pengawas lingkungan apabila terjadi hidup di daerah. Salah satunya adalah belum
pelanggaran di lapangan. siapnya perangkat peraturan di Pemerintah
2. Terbatas Jumlah Sumber Daya Manusia Daerah yang mengatur tentang jabatan
Pasal 71 UU Nomor 32 Tahun 2009 fungsional pengawas lingkungan hidup
mengatur tentang pengawasan terhadap daerah.
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau Selain pengawas lingkungan hidup,
kegiatan terhadap peraturan perundang- jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil
undangan di bidang lingkungan hidup. (PPNS) yang dimiliki oleh Dinas
Pengawasan lingkungan hidup yang baik Lingkungan Hidup sangatlah terbatas.
dapat mengurangi potensi kerusakan dan Sebagai gambaran, Dinas Lingkungan Hidup
pencemaran lingkungan serta upaya Kota Semarang hanya memiliki 1 orang
pemulihan dan penanggulangan lingkungan PPNS. Hal tersebut tentunya akan sangat
hidup dapat segera diambil oleh pengambil menyulitkan, apabila terdapat pelanggaran
kebijakan (Syaprillah, 2016) .Pelaksanaan regulasi lingkungan yang menjurus kepada
tersebut dilaksanakan oleh pejabat pengawas tindak pidana. Pemerintah Daerah harus
lingkungan hidup. Dalam pasal 74 UU berkoordinasi kepada aparat pengak hukum,
Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa sehingga jalur birokrasi dan koordinasi
pejabat pengawas lingkungan hidup penanganan tindak pidana di bidang
memiliki beberapa kewenangan yaitu: lingkungan hidup akan semakin panjang dan
a. melakukan pemantauan; memakan waktu yang lebih lama. Penyebab
b. meminta keterangan; minimnya jumlah PPNS salah satunya adalah
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau regenerasi PPNS yang lambat.
membuat catatan yang diperlukan; Berdasarkan Pasal 3A ayat (1) Peraturan
d. memasuki tempat tertentu; Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2010
e. memotret; tentang Perubahan Atas Peraturan
f. membuat rekaman audio visual; Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang
g. mengambil sampel; Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
h. memeriksa peralatan; Acara Pidana menyebutkan bahwa untuk
i. memeriksa instalasi dan/atau alat dapat diangkat sebagai pejabat PPNS, calon
transportasi; dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
j. menghentikan pelanggaran tertentu. a. masa kerja sebagai pegawai negeri sipil
Kewenangan yang diberikan oleh paling singkat 2 (dua) tahun;
Undang-Undang dapat digunakan oleh b. berpangkat paling rendah Penata
pejabat pengawas lingkungan hidup dalam Muda/golongan III/a;
mengawasi ketaatan penanggung jawab c. berpendidikan paling rendah sarjana
usaha/kegiatan atas regulasi lingkungan. hukum atau sarjana lain yang setara;
Namun, masalah di lapangan yang sebagian d. bertugas di bidang teknis operasional
besar dihadapi oleh Pemerintah Daerah penegakan hukum;
adalah terbatasnya jumlah pengawas e. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan
lingkungan hidup. Sebagai gambaran, pada dengan surat keterangan dokter pada
pada Seksi Pengawasan Lingkungan Hidup rumah sakit pemerintah;
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang f. setiap unsur penilaian pelaksanaan
hanya memiliki 4 pegawai. Dari 4 pegawai pekerjaan dalam Daftar Penilaian

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 18
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Pelaksanaan Pekerjaan pegawai negeri pada UU Cipta Kerja frasa “tanpa perlu
sipil paling sedikit bernilai baik dalam 2 pembuktian unsur kesalahan” dihilangkan.
(dua) tahun terakhir; dan Konsekuensi hukum yang timbul adalah
g. mengikuti dan lulus pendidikan dan penggugat yang melakukan tuntutan ganti
pelatihan di bidang penyidikan. rugi akibat perusakan lingkungan harus dapat
Lambatnya regenerasi PPNS disebabkan membuktikan bahwa kerusakan lingkungan
karena pemenuhan persyaratan poin g yaitu hidup tersebut berasal dari usaha dan/atau
“mengikuti dan lulus pendidikan dan kegiatan tergugat. Dengan diubahnya ini
pelatihan di bidang penyidikan” memakan akan berlaku azaz hukum “Actori Incumbit
waktu yang lama dan lokasinya juga cukup Probatio” (dalam ranah hukum perdata)
jauh, sehingga banyak pegawai yang kurang yang menyatakan bahwa siapa yang
berminat mengikuti pendidikan tersebut mendalilkan, dia yang harus membuktikan.
(Aminah, 2017). Dengan kata lain, penggugat harus memiliki
3. Pembuktian kesalahan atas Pengrusakan alat bukti yang kuat sehingga dapat
Lingkungan di muka pengadilan meyakinkan hakim di pengadilan.
Terbitnya UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 88 UU Nomor 32 Tahun 2009 telah
tentang Cipta Kerja mengubah beberapa UU beberapa kali digunakan Pemerintah untuk
diantaranya adalah UU Nomor 32 Tahun menggugat para pengusaha nakal dalam
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan kasus kebakaran lahan serta kerusakan
Lingkungan Hidup. Salah satu pasal dalam lingkungan lainnya. Salah satu kasus terbaru
UU Nomor 32 Tahun 2009 yang berubah yang dimenangkan oleh Pemerintah adalah
adalah pasal 88 yang berbunyi: “Setiap orang gugatan Kementerian Lingkungan Hidup dan
yang tindakannya, usahanya, dan/atau Kehutanan (KLHK) melawan PT Agro
kegiatannya menggunakan B3, Tumbuh Gemilang Abadi dalam kasus
menghasilkan dan/atau mengelola limbah kebakaran lahan Kabupaten Tanjung Jabung
B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman Timur, Provinsi Jambi. Pengadilan Negeri
serius terhadap lingkungan hidup Jambi menghukum PT Agro Tumbuh
bertanggung jawab mutlak atas kerugian Gemilang Abadi untuk membayar ganti rugi
yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur materiil sebesar Rp160.180.335.500,00 ke
kesalahan”. Pasal ini merupakan pasal yang kas negara. Selain itu, PT Agro Tumbuh
menegaskan bahwa UU ini menerapkan asas Gemilang Abadi juga dihukum untuk
tanggung jawab mutlak (strict liability) membayar biaya pemulihan sebesar
dalam hukum lingkungan tanpa perlu adanya Rp430.362.687.500,00.
pembuktian kesalahan. Penerapan asas strict Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
liability bertujuan agar Pemerintah maupun (APHI) dan Gabungan Pengusaha Kelapa
masyarakat korban pencemaran dapat Sawit Indonesia (GAPKI) juga pernah
mengajukan gugatan lingkungan (Al Amruzi, mengajukan judicial review atas Pasal 88 UU
2011). Dalam UU Cipta Kerja, pasal tersebut Nomor 32 Tahun 2009 ke Mahkamah
diubah sehingga berbunyi: “Setiap orang Konstitusi dengan Nomor Perkara 25/PUU-
yang tindakannya, usahanya, dan/atau XV/2017. Walaupun pada akhirnya pada
kegiatannya menggunakan B3, tanggal 8 Juni 2017 APHI dan GAPKI
menghasilkan dan/atau mengelola limbah mencabut permohonan uji materi tersebut.
B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman Hal tersebut merupakan salah satu bukti
serius terhadap lingkungan hidup bahwa pasal tersebut efektif digunakan untuk
bertanggung jawab mutlak atas kerugian menjerat pengusaha nakal yang tidak
yang terjadi dari usaha dan/atau menjaga lingkungan dalam usahanya.
kegiatannya”. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Perubahan pasal tersebut menimbulkan akan menghadapi tantangan baru dalam
celah bagi para oknum pengusaha nakal penegakan hukum lingkungan, salah satunya
untuk mengelak dari tuntutan hukum, karena dalam mengajukan gugatan di Pengadilan.

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 19
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Pejabat Pengawas Lingkungan dituntut untuk AlAmruzi, MF. 2011. Upaya Penegakan
memiliki kompetensi hukum yang mumpuni Hukum Lingkungan melalui Penerapan
sehingga dapat menemukan alat bukti yang Asas Strict Liability. Jurnal Masalah-
kuat serta meyakinkan hakim di pengadilan. Masalah Hukum. 40(4).
Busroh, FF. 2017. Konseptualisasi Omnibus
KESIMPULAN
Law dalam Menyelesaikan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Permasalahan Regulasi Pertanahan.
terbitnya UU Cipta Kerja memberikan Jurnal Arena Hukum. 10(2):227-250.
manfaat positif dalam hal kemudahan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
investasi dan perizinan usaha. Akan tetapi, 2017. Ikhtisar Putusan Nomor 25/PUU-
disisi lain UU tersebut memunculkan XV/2017 Tentang Tanggung Jawab
berbagai potensi tantangan yang harus Mutlak (Strict Liability) atas Terjadinya
dihadapi oleh Pemerintah Daerah, salah Ancaman Serius pada Lingkungan
satunya di bidang pengawasan ketaatan dan Hidup.
penegakan hukum terhadap regulasi
lingkungan hidup. Beberapa potensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
permasalahan yang akan dihadapi oleh (Pengadilan Negeri Jambi). Putusan
Pemerintah Daerah adalah: 1) Belum Nomor 107/Pdt.G/LH/2019/PNJmb.
terintegrasinya kegiatan pengawasan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
lingkungan hidup dengan sistem perijinan, Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
sehingga aparat pengawas tidak memiliki Undang Hukum Acara Pidana.
database yang lengkap terkait obyek yang
akan diawasi. Selain itu, penjatuhan Sembiring R, Rahman Y, Napitupulu E,
hukuman dari teguran sampai dengan Quina M, dan Fajrini R. 2014. Anotasi
pencabutan izin tidak dapat dilakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
dengan cepat. Hal tersebut disebabkan sistem Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
pengawasan yang belum terintegrasi Lingkungan Hidup. Jakarta: Indonesian
sehingga harus melewati rantai birokrasi Center for Environmental Law (ICEL).
yang panjang 2) Terbatasnya jumlah pejabat
Syaprillah A. 2016. Penegakan Hukum
fungsional pengawas lingkungan. Jumlah
Administrasi Lingkungan Melalui
tersebut tidak seimbang dengan jumlah
Instrumen Pengawasan. Jurnal Bina
obyek yang harus diawasi. 3) Proses
Hukum Lingkungan. 1(1).
pembuktian kesalahan atas Pengrusakan
Lingkungan di muka pengadilan sebagai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
akibat diubahnya pasal 88 UU Nomor 32 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
Tahun 2009. Pengawas lingkungan dituntut
memiliki kompetensi hukum yang cukup Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
sehingga dapat menghadirkan alat bukti saat 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
melakukan gugatan atas kerusakan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
lingkungan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
DAFTAR PUSTAKA Pemberantasan Perusakan Hutan.

Aminah. 2017. Mewujudkan Penegakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


Hukum Lingkungan yang Ideal di 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Semarang. Jurnal Bina Hukum Wibisana AG. 2017. Campur Tangan
Lingkungan. 2(1). Pemerintah dalam Pengelolaan
Lingkungan : Sebuah Penelusuran
Teoritis Berdasarkan Analisis Ekonomi

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 20
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

atas Hukum (Economic Analysis of .


Law). Jurnal Hukum & Pembangunan.
47(2):151-182.

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 21

Anda mungkin juga menyukai