Anda di halaman 1dari 18

1

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASIF DALAM MENGHADAPI


PELANGGARAN AIR LIMBAH SEBAGAI INSTRUMEN PENANGGULANGAN
TERJADINYA KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Pengganti UAS Kapsel HAN Rombel 5

Disusun Oleh

Nama : Hafiz Afrizal Efendi


Nim : 8111421237

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS HUKUM

RANCANGAN SKRIPSI
Nama : Hafiz Afrizal efendi
Nim : 8111421237
Fakultas : Hukum

JUDUL SKRIPSI
Penerapan Sanksi Administrasif Dalam Menghadapi Pelanggaran Air Limbah
Sebagai Instrumen Penanggulangan Terjadinya Kerusakan Lingkungan Hidup di
Indonesia.

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Mendapatkan kehidupan yang baik dan sehat dalam lingkungan yang baik dan
sehat merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh Pasal 28H Ayat (1) UUD 1945.
Pasal ini menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan bertempat tinggal. baik dan sehat, serta berhak atas pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai lingkungan hidup yang baik dan sehat diperlukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Untuk itu, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kemudian, terjadi serangkaian amandemen terhadap undang-undang
pokok lingkungan hidup, termasuk penggantiannya dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 (UU PLH) dan terakhir Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 (UU PPLH).
Perubahan ini melibatkan perubahan mendasar.1 (Machmud, 2012)

Salah satu perubahan pokok dari UU PLH ke UU PPLH terkait dengan penerapan
sanksi. UU PLH lebih menekankan pada sanksi administratif karena menitikberatkan pada
aspek pengelolaan lingkungan hidup, yang terkait dengan kewenangan dan hukum
administrasi. Oleh karena itu, dalam banyak kasus lingkungan hidup, hukum lingkungan
cenderung menerapkan sanksi administratif terlebih dahulu, sedangkan sanksi pidana
1
Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012.
3

hanya diterapkan jika sanksi administratif dianggap tidak efektif atau tidak memadai. 2
(Ariefianto, 2015)

Sanksi pidana dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup dianggap sebagai langkah


terakhir (ultimum remedium),3 (Widyawati, 2015) artinya penggunaannya didasarkan
pada asas subsidiaritas. Artinya, sanksi pidana hanya akan digunakan apabila sanksi dalam
bidang hukum lain, seperti sanksi administratif dan sanksi perdata, serta alternatif
penyelesaian sengketa lingkungan hidup, tidak efektif, atau jika tingkat kesalahan
pelakunya relatif berat, Akibat dari perbuatan pelaku relatif besar, atau perbuatan tersebut
menimbulkan keresahan. dalam masyarakat. Namun dalam UU PPLH, penerapan sanksi
cenderung menggunakan sanksi pidana sebagai pilihan utama, kecuali tiga jenis
pelanggaran yang diatur dalam Pasal 100 UU PPLH, yaitu pelanggaran terkait baku mutu
air limbah, baku mutu emisi, dan standar kualitas gangguan. Selain ketiga jenis
pelanggaran tersebut, UU PPLH menyatakan bahwa penegakan hukum pidana akan
diterapkan secara langsung tanpa mempertimbangkan efektifitas sanksi administratif dan
kompensasi yang dapat diterapkan juga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
bermaksud untuk menganalisis mengenai penerapan sanksi administrasi lingkungan
terhadap pelanggaran baku mutu air limbah sebagai instrumen penanggulangan kerusakan
lingkungan hidup. 4 (Sulistina, 2011)

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berbagai persoalan kemudian memperkuat perlunya penelitian ini, antara lain:
1. Efektivitas sanksi administrasi: Masalah utama adalah pertanyaan mengenai sejauh
mana sanksi administrasi dapat efektif dalam menanggulangi pelanggaran air limbah
dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Apakah sanksi administrasi
tersebut memiliki cukup efek jera bagi para pelanggar dan mampu mencegah
terulangnya pelanggaran di masa mendatang.
2. Batasan hukuman yang diterapkan: Sanksi administratif mungkin memiliki
keterbatasan dalam hal tingkat hukuman yang dapat dihukum. Terkadang, sanksi
2
Ariefianto, Harry Agung, Penerapan Sanksi Administrasi Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat
Kegiatan Industri, Unnes Law Journal, Vol. 4 No. 1, 2015
3
Widyawati, Lidya Suryani. “Ultimum Remedium dalam Bidang Lingkungan Hidup”, Jurnal Hukum
Ius Quia Istum, Volume 22, Nomor 1, Januari 2015.
4
Sulistina, Teguh & Aria Zurnetti, Hukum Pidana, Horizon Baru Pasca Reformasi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011.
4

administrasi yang diterapkan tidak memberikan hukuman yang sebanding dengan


tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pelanggaran air limbah. Hal ini
dapat mengurangi efektivitas sanksi sebagai instrumen penanggulangan.
3. Keterbatasan yang berwenang: Dalam beberapa kasus, otoritas yang bertanggung
jawab atas penegakan sanksi administratif mungkin memiliki keterbatasan dalam
kewenangannya. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk secara efektif
menindak pelanggaran air limbah dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan
hidup.
4. Perbedaan interpretasi dan penegakan: Penerapan sanksi administratif dalam kasus
pelanggaran air limbah dapat menghadapi tantangan dalam hal perbedaan penafsiran
hukum dan perbedaan dalam penegakan oleh berbagai pihak terkait.
Ketidakkonsistenan dalam interpretasi hukum dan penegakan hukum yang tidak
seragam dapat mengurangi efektivitas sanksi administrasi.
5. Sanksi sanksi pidana: Muncul pertanyaan mengenai apakah sanksi administratif dalam
penanganan pelanggaran air limbah sudah cukup atau perlu didukung oleh sanksi
pidana yang lebih tegas. Penerapan sanksi pidana dapat memberikan tekanan yang
lebih besar dan memberikan efek jera yang lebih kuat terhadap pelanggaran
lingkungan.

C. PEMBATASAN MASALAH
Agar masalah yang akan penulis bahas tidak meluas sehingga dapat mengakibatkan
ketidak jelasan pembahasan masalah maka penulis akan membatasi masalah yang akan
dikaji, antara lain:
1. Fokus penelitian ini adalah Penerapan Sanksi Administrasif Dalam Menghadapi
Pelanggaran Air Limbah terkait pelaksanaannya pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 (UU PPLH).
2. Lokus atau setting sosial penelitian ini adalah tokoh-tokoh penting pada masyarakat
adat di kabupaten Jombang.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Penegakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009?
5

2. Bagaimana Sanksi administratif Lingkungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

1. Teori Besar : Negara Hukum & HAN


2. Teori Tengah : Sistem Hukum & Budaya Hukum
3. Teori Kecil : Perlindungan & Penegakan Sanksi UUPPLH dan korelasi dan penerapan
terhadap HAN

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis eksistensi penerapannya sanksi
administratif Lingkungan yang berdasarkan pada UU No. 32 Tahun 2009 pada
Kasus Pabrik Kertas PT MAG beserta Pabrik Plastik UD MPS terhadap Sungai
Avur Budug Kesambi.
2. Untuk merumuskan dan menganalisis peran dan penegakan hukum didalam
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 (UU PPLH).

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pemerintah dan lembaga
terkait dalam merumuskan kebijakan terkait penegakan hukum dan
penanggulangan pelanggaran air limbah. Penelitian ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas sanksi administratif dalam
mencegah dan menangani kerusakan lingkungan hidup, serta memberikan
rekomendasi tentang perbaikan yang mungkin diperlukan dalam penerapan
kebijakan tersebut. Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang efektivitas
sanksi administratif sebagai instrumen penanggulangan pelanggaran air limbah.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau penolakan
administrasi sanksi, penegak hukum dapat meningkatkan pendekatan mereka dalam
penegakan hukum, termasuk pemilihan sanksi yang sesuai dan penegakan strategi
yang efektif. Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang
pentingnya penerapan sanksi administrasi dalam penanggulangan pelanggaran air
limbah.
6

Mengetahui konsekuensi dari pelanggaran tersebut, masyarakat dapat lebih


sadar akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan hidup dan berkontribusi
dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, juga dapat memberikan
masukan untuk perbaikan sistem hukum dan regulasi terkait penanggulangan
pelanggaran air limbah. Temuan penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk
merevisi atau memperkuat undang-undang dan peraturan yang ada, termasuk dalam
hal sanksi yang diterapkan. Hal ini dapat membantu menciptakan kerangka hukum
yang lebih efektif dan komprehensif dalam melindungi lingkungan hidup.

Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dapat meningkatkan kesadaran


masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dan konsekuensi dari
pelanggaran terhadap lingkungan. Dengan memahami dampak negatif yang
ditimbulkan oleh pelanggaran air limbah, masyarakat dapat lebih proaktif dalam
mendukung upaya perlindungan lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
kerusakan lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
pemahaman teori tentang efektivitas penerapan sanksi dalam menangani kerusakan
lingkungan oleh air limbah. Melalui analisis yang cermat, penelitian ini dapat
menemukan pemahaman baru tentang konsep, prinsip, dan teori yang terkait
dengan penegakan hukum lingkungan dan pengendalian limbah air. Temuan
penelitian ini dapat digunakan untuk menyempurnakan dan menyempurnakan
kerangka kerangka yang ada dalam bidang penegakan hukum lingkungan.
Kontribusi ini dapat membantu mengembangkan teori dan model yang lebih
holistik dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sanksi
administratif dalam penanggulangan kerusakan lingkungan akibat limbah air.

Penelitian ini dapat berperan dalam memvalidasi teori yang sudah ada dalam
konteks penerapan sanksi terhadap pelanggaran lingkungan oleh limbah air.
Dengan menguji teori-teori yang ada melalui analisis empiris, penelitian ini dapat
memberikan bukti dan pemahaman yang lebih mendalam tentang efektivitas sanksi
administratif dalam penanggulangan kerusakan lingkungan. Hasil ini juga dapat
7

memberikan kontribusi dalam penataan kebijakan publik yang lebih baik dan
efektif dalam penanggulangan kerusakan lingkungan akibat air limbah. Temuan
penelitian dapat menjadi dasar bagi pemerintah dalam memperkuat implementasi
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan melakukan perbaikan kebijakan yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan pengendalian
limbah air.

Penelitian ini juga dapat mendorong pengembangan penelitian lanjutan dalam


bidang penegakan hukum lingkungan dan pengendalian limbah air. Temuan dan
metodologi penelitian dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan
kajian lebih lanjut, memperluas ruang lingkup penelitian, atau membatasi variabel
yang belum dijelajahi secara mendalam.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif 5 (Jakarta:, 1994),
pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum untuk menganalisis masalah
hukum berdasarkan aspek-aspek yuridis dan normatif. Metode ini berdasarkan pada
studi dokumen-dokumen hukum, termasuk undang-undang, peraturan perundang-
undangan, putusan pengadilan, dan literatur hukum lainnya.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan socio-legal, yaitu dengan melakukan
studi tekstual pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan,
yang dianalisis secara kritikal dan dijelaskan makna maupun implikasinya terhadap
subyek hukum.6 (Satjipto Rahardjo, 1985) Metode pendekatan sosio-legal dalam
penelitian ini dipergunakan untuk menganalisis aturan hukum dan perilaku-perilaku
dalam masyarakat yang terkait dengan penangkalan dan penanggulangan sanksi
administratif pada UU PPLH.
3. Sumber Data & Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan dan
dokumen hukum lain), bahan hukum sekunder (buku-buku dan hasil kajian ilmiah
5
Soerdjono Seokanto dan Sri Mamudji. 1994. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Offset Alumni, 1985), hlm. 80-81.
8

terkait), serta bahan hukum tersier (informasi tambahan dari kamus, monograf,
brosur, dll). Adapun data sekunder didapat dari informan dan responden yaitu kyai,
ustadz, santri, alumni dan tokoh terkait, baik formal maupun informal. 7 (Soemitro,
1994)
4. Validitas Data
Data yang telah terkumpul diuji validitasnya dengan mempergunakan metode
cross check triangulasi.8 (Bungin, 2001) Metode penelitian triangulasi cek silang
adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk memperkuat reliabilitas dan
validitas penelitian dengan menggabungkan berbagai sumber data, teknik atau
sudut pandang yang saling melengkapi. Metode ini melibatkan pengumpulan data
dari dua atau lebih sumber yang berbeda dan kemudian membandingkan,
memverifikasi, dan menggabungkan temuan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih komprehensif. Metode trangulasi ini dipergunakan sejak saat pengumpulan
data hingga analisis data. Untuk keperluan penelitian ini, jenis triangulasi yang
akan dimanfaatkan adalah: (1) triangulasi data, dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari waktu ke waktu dan orang atau sumber yang berbeda, (2)
triangulasi metode, dilakukan dengan cara menggunakan metode pengumpulan
data yang berbeda dalam kaitannya dengan unit analisis atau fokus penelitian yang
sama.
5. Analisis Data
Analisis data penelitian ini mempergunakan metode analisis kualitatif
induktif (Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, 1994) yaitu suatu
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang
nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh.9 (Soekanto, 2001)

H. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu

7
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri (Jakarta: Ghalia, 1994), hlm. 52-
53.
8
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian
Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 18.
9
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. (Jakarta: Ghalia Persada,
1994), hlm. 116. Lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2001), hlm.
250.
9

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, telah ada


berragam penelitian yang dilakukan oleh para ahli, baik dalam perspektif hukum,
politik, psikologi, tafsir, pendidikan, dan tinjauan lainnya. Beberapa hasil penelitian
merupakan state of art dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa
penelitian terdahulu, yaitu:
a. Siti Ruhama Mardhatillah (Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 3 VOL. 23 JULI
2016). Judul: “Urgensi dan Efektifitas Sanksi Administrasi dalam Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”10 (Mardhatillah, 2016)
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam bagaimana
meningkatkan urgensifitas Sanksi Administrasi yang dapat dilaksanakan, jika
terjadi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengelolaan limbah-limbah
berbahaya dan beracun. Metode yang digunakan penelitian ini adalah yuridis
normatif untuk mengungkap fokus pada pendekatan perundang-undangan
penelitian. Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah
observasi dan studi dokumentasi, mendalam terhadap efektifitas sanksi
administrative pada UU PPLH tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Berdasarkan penelaahan terhadap pelaksanaan UU PPLH terhadap pelanggaran
Pasal 59 ayat (1) dan Pasal 59 ayat (2), sanksi administratif lebih diutamakan
daripada sanksi pidana. Sebab, sanksi pidana yang diatur dalam UU PPLH atas
pelanggaran tersebut termasuk dalam tindak pidana formil. Akibatnya, dalam satu
pelanggaran bisa dikenakan dua jenis sanksi, yakni sanksi administratif dan sanksi
pidana. Situasi ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih sanksi yang dikenal
dengan “sanksi berlebihan” atas pelanggaran Pasal 59 ayat (1) dan Pasal 59 ayat
(2) UU PPLH. Selain itu, sanksi administratif dinilai lebih efektif karena terdapat
beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan sanksi pidana dengan delik
formil. Kendala tersebut antara lain kurangnya fokus aparat kepolisian terhadap
perlindungan lingkungan hidup, proses penegakan hukum pidana yang lebih lama,
perbedaan pemahaman antara kepolisian dan kejaksaan dalam masalah
lingkungan hidup, tidak adanya hakim ad hoc yang memiliki keahlian di bidang
lingkungan hidup, dan kurangnya kemandirian kelembagaan. peradilan itu sendiri.
Di sisi lain, penegakan hukum administrasi dilakukan oleh organ pemerintah yang
10
Siti Ruhama Mardhatillah, Urgensi dan Efektifitas Sanksi Administrasi dalam Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 3 VOL. 23 JULI 2016: 486 - 502
10

memiliki kewenangan khusus di bidang lingkungan hidup dan juga memiliki


kewenangan pengawasan yang memungkinkan pejabat pemerintah lebih cepat
mendeteksi pelanggaran norma administrasi dibandingkan kepolisian. Dengan
demikian, perlu dilakukan redesain konsep sanksi pidana sebagai “premium
remedium” yang dituangkan dalam tindak pidana formil, khususnya dalam
pengelolaan limbah B3. Selanjutnya penegakan hukum administrasi harus
digalakkan apabila pelanggaran terhadap norma administrasi Pasal 59 ayat (1) dan
Pasal 59 ayat (4) UU PPLH tidak menimbulkan korban jiwa. Hal ini bertujuan
untuk memastikan penegakan hukum yang efektif dan proporsional dalam
menangani pelanggaran terkait lingkungan hidup.
b. Margareth Rae Sita (2020), Judul “Penerapan Sanksi Administrasi terhadap
Pelanggaran Baku Mutu Air Limbah Sebagai Instrumen Penanggulangan
Kerusakan Lingkungan Hidup (Studi Kasus: Pabrik Kertas PT MAG dan Pabrik
Plastik UD MPS terhadap Sungai Avur Budug Kesambi di Kabupaten
Jombang)”.11 (Sita, 2020)
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Berdasarkan tindakan pelaksanaan
Balai Gakkum KLHK dalam memberikan sanksi sanksi kepada PT. MAG atas
tindakan pencemaran sungai, dapat ditulis bahwa tindakan tersebut telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 100 UU PPLH. Sanksi sanksi tersebut merupakan upaya
pemerintah untuk memaksa PT. MAG agar memfungsikan kembali IPAL mereka
dan mengkoordinasikan proses produksi serta pembuangan limbah pabrik dengan
baik, sehingga tidak merusak ekosistem Sungai Avur Budug Kesambi dan
lingkungan sekitarnya. Pentingnya peran pengawasan oleh masyarakat dan
pemerintah juga diakui dalam UU PPLH. Selain itu, PT. MAG juga bertanggung
jawab untuk memulihkan dampak pencemaran yang mereka sebabkan terhadap
Sungai Avur Budug Kesambi dan warga sekitarnya, sesuai dengan Pasal 78 UU
PPLH. Hal ini sejalan dengan konsep reparasi dalam sanksi administrasi sebagai
instrumen untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Keefektifan penerapan sanksi
sanksi terhadap pelanggaran baku mutu air limbah juga terlihat ketika Pabrik
Plastik UD MPS segera membangun IPAL mereka dan mengurus izin

11
Margareth Rae Sita, Penerapan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran Baku Mutu Air Limbah
Sebagai Instrumen Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Hidup (Studi Kasus: Pabrik Kertas PT MAG
dan Pabrik Plastik UD MPS terhadap Sungai Avur Budug Kesambi di Kabupaten Jombang), Padjadjaran
Law Review Volume 8, Nomor 1, 2020.
11

pembuangan limbah cair setelah mendapatkan sanksi sanksi sebelumnya dari


pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan sanksi administrasi
lingkungan bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik, sehingga dapat
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Secara keseluruhan, dapat
disimpulkan bahwa penerapan sanksi sanksi dalam kasus-kasus tersebut telah
tepat dan efektif dalam menanggapi tindakan pencemaran dan mendorong
pemulihan lingkungan yang terkena dampak. Sanksi administrasi merupakan
instrumen yang dapat mendorong kesadaran dan tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan hidup serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.

2. Landasan Teori
a. Negara Hukum dan Hukum Administrasi Negara
Gagasan tentang penyelenggaraan kekuasaan yang dibatasi oleh hukum
sebagai sendi negara hukum, dalam kaitannya dengan Hukum Administrasi
Negara dapat dibagi ke dalam dua pendekatan, yaitu: (i) pendekatan personal
dan (ii) pendekatan sistem. 12 (Hidayat, 2019)
b. Sistem Hukum dan Budaya Hukum
Sistem hukum menurut Friedman13 (Friedman., 1975) mengandung tiga
unsur yaitu, struktur, substansi, dan budaya hukum. Budaya hukum merupakan
suatu konkritisasi nilai-nilai yang dianut (sebagian besar) masyarakat. Persoalan
ketidaktaatan terhadap hukum oleh masyarakat memang bukan lagi berupa
pelanggaran hukum oleh seorang dua orang yang tak berkesadaran hukum dan
bukanlah persoalan politik atau yuridis semata.

c. Perlindungan dan Penegakan Hukum Administrasi Negara


Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur
hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Selain itu hukum berfungsi
sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum. Pelaksanaan hukum dapat
berlangsung secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran

12
Arif Hidayat, Tetralogi HAN: Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, (Semarang: Penerbit
Abshor, 2019), hlm. 11-14.
13
Lihat Lawrence Meir Friedman. The Legal System: A Social Sciences Perspective, (New York:
Russell Sage Foundation, 1975).
12

hukum. Oleh karena itu, perlindungan HAN adalah jaminan pengayoman dan
rasa aman terhadap setiap subyek hukum administrasi negara, agar terpenuhi
hak dan kewajiban hukumnya dan tidak tercederai maupun dirugikan
kepentingannya, baik dalam situasi normal, darurat, ataupun karena pelanggaran
hukum dari pihak manapun.14 (Hidayat, Tetralogi HAN: Dasar-Dasar Hukum
Administrasi Negara, 2019) Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya
hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati. Menurut
Satjipto Raharjo, penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide
atau konsep-konsep (keadilan, kebenaran dan kemanfaatan) yang abstrak
menjadi kenyataan.15 (Raharjo) Oleh karena itu hakikat penegakan HAN adalah
mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah HAN yang memuat keadilan,
kepastian (kebenaran), dan kemanfaatan.
Perlindungan hukum dan penegakan hukum merupakan qonditio sine
qua non untuk merealisasikan fungsi hukum itu sendiri. Fungsi hukum yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
2) Integrative, sebagai Pembina kesatuan bangsa
3) Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian dan
keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
4) Perfektif, sebagai penyempurna.
5) Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik administrasi Negara
maupun apabila terjadi pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan
keadilan.

3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual diperlukan untuk mendefinisikan istilah-istilah yang
muncul selama penelitian, yaitu antara lain:
a. Peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah

14
Arif Hidayat, Tetralogi HAN: Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, (Semarang: Penerbit
Abshor, 2019), hlm. 46-48.
15
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosioogis,(Bandung: Sinar Baru) hlm.
15
13

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di


masyarakat. Adapun peranan berarti bagian yang dimainkan seorang pemain
(dalam film, sandiwara, dan sebagainya), atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa. Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban
seseorang sesuai dengan kedudukannya. Adapun peranan (role) merupakan
aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu
peranan. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban dan peran adalah
pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. 16 (Hunt, 2004)
Peran dalam penelitian ini dimaknai sebagai berbagai pola dasar perilaku (role-
set) yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status sosial
tertentu.17 (Raho, 2007)
b. Fungsi dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” diartikan sebagai jabatan
(pekerjaan) yang dilakukan, faal (kerja suatu bagian tubuh), besaran yang
berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah,
kegunaan suatu hal, atau peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis
yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek). Fungsi dalam kajian
ini berakar dari teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons18 ((Penyunting),
1990) yang melihat masyarakat dan pranata sosial sebagai sistem di mana
seluruh bagiannya saling bergantung satu sama lain dan bekerja bersama guna
menciptakan keseimbangan. Fungsi dalam penelitian ini dimaknai sebagai
aspek-aspek khusus yang terperinci dari suatu tugas yang berhubungan secara
keseluruhan, baik jenisnya, sifatnya, pelaksanaannya, maupun
pertimbangannya.19 (Moekijat, 2010)

16
Paul B. Horton & Chester L. Hunt, Sosiologi, Terjemahan Aminudin Ram dan Tito Sobari, (Jakarta:
Erlangga, 2004), hlm. 118. & Alvin Bertrand, Social Organization: a System and Role Theory Perspective,
(Philadelphia: FA. Davis Company, 1974).
17
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2007), hlm. 67-68. Baca Jeffrey
C. Bauer, Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States,
(Dissertation, University of Cincinnati – Clermont, 2003).
18
Peter Hamilton (Penyunting), Talcott Parsons dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar, Terjemahan
Suwito Hadi, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1990.
19
Moekijat, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2010).
14

4. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir diperlukan untuk memperjelas sistematika berpikir dalam
penelitian, sebagaimana terrangkum dalam skema berikut.
Skema Kerangka Berpikir

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Penerapan Sanksi Administratif dan Penanggulangan Pembuangan


TEORI Air Limbah Pabrik terhadap Kerusakan Lingkungan
1. Negara Hukum
& HAN
Yuridis
2. Sistem Hukum Normatif
& Budaya Budaya Hukum 1. Studi
Hukum Dokumen
3. Perlindungan & 2. Observasi
Penegakan 3. Studi
Sanksi UUPPLH Efektifitas Sanksi Administrasi dalam Pengelolaan Limbah Bahan
Pustaka
dan korelasi dan Berbahaya dan Beracun
penerapan
terhadap HAN
Partisipasi Perusahaan &
Kesadaran Hukum Masyarakat

Strategi Penangkalan dan Penggunaan Sanksi Administratif terhadap


Pembuangan Air Limbah Pabrik yang dapat Merusak Lingkungan

Welfare State & Kesejahteraan


Sosial

I. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penelitian skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan serta penutup.
15

BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan teori yang
memperkuat penelitian seperti Negara Hukum & HAN, Sistem Hukum.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berisi tentang dasar penelitian, metode pendekatan, lokasi penelitian, fokus
penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data,
analisis data, prosedur penelitian, definisi operasional, kerangka berfikir.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang: (i) eksistensi sanksi administrative
mengenai penanggulangan Pembuangan Air Limbah Pabrik; (ii) peran dan fungsi
dari Sanksi Administratif tersebut dalam menanggulangi Kasus Kerusakan
Lingkungan akibat pembuangan air limbah pabrik.
BAB 5 PENUTUP SKRIPSI
Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang uraian kesimpulan dari
hasil pembahasan serta saran-saran mengenai permasalahan yang ada.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi
daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam
penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan
yang melengkapi uraian skripsi.
16

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

(Penyunting), P. H. (1990). Talcott Parsons dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar,


Terjemahan Suwito Hadi, Tiara Wacana. Yogyakarta.

Bungin, B. (2001). Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian


Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Friedman., L. L. (1975). The Legal System: A Social Sciences Perspective. New York:
Russell Sage Foundation.

Hidayat, A. (2019). Tetralogi HAN: Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara. Semarang:


Penerbit Abshor.

Hidayat, A. (2019). Tetralogi HAN: Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara.


Semarang: Penerbit Abshor.

Hunt, P. B. ( 2004). Sosiologi, Terjemahan Aminudin Ram dan Tito Sobari. Jakarta:
Erlangga.

Jakarta:, S. S. (1994). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Raja Grafindo
Persada.

Machmud, S. (2012). Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moekijat. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia, (: , ). Bandung: Mandar Maju.

Raharjo, S. (t.thn.). Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosioogis. Bandung: Sinar
Baru.

Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pusaka.

Satjipto Rahardjo. (1985). Ilmu Hukum. Bandung: Offset Alumni.

Soemitro, R. H. (1994). Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia


Persada.
17

Soemitro, R. H. (1994). Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri. Jakarta: Ghalia.

Sulistina, T. &. (2011). Hukum Pidana.

B. Makalah, Artikel, dan Karya Ilmiah


Sita, M. R. (2020). Penerapan Sanksi Administrasi terhadap Pelanggaran Baku Mutu Air
Limbah Sebagai Instrumen Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Hidup (Studi
Kasus: Pabrik Kertas PT MAG dan Pabrik Plastik UD MPS terhadap Sungai Avur
Budug Kesambi di Kabupaten Jombang). Padjadjaran Law Review, Volume 8,
Nomor 1.

Mardhatillah, S. R. (2016, JULI). Urgensi dan Efektifitas Sanksi Administrasi dalam


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, NO. 3 VOL. 23, 486 - 502.

Widyawati, L. S. (2015, Januari). Ultimum Remedium dalam Bidang Lingkungan Hidup.


Volume 22, Nomor 1.

Ariefianto, H. A. (2015). Penerapan Sanksi Administrasi Pencemaran Lingkungan Hidup


Akibat Kegiatan Industri. Unnes Law Journal, Vol. 4 No. 1.

Soekanto, S. (2001). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

C. Peraturan Perundang-undangan
Pasal 28H Ayat (1) UUD 1945
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 (UU PLH)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 (UU PPLH)
18

Anda mungkin juga menyukai