Anda di halaman 1dari 8

Nama : Vega Valentine Bangun

NIM : 227004009

Mata Kuliah : Etika Lingkungan

Dosen : Prof. Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D

Judul Tugas : Penerapan Etika Lingkungan Dalam Kelestarian Hutan Dan Sda

I. PENDAHULUAN

1.1 Etika lingkungan dalam kelestarian sumber daya alam

Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan


lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan adalah
sebagai berikut :

1. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehingga perlu
menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri
2. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga
terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam
3. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy
4. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk
hidup yang lain.

Penerapan etika lingkungan dalam kelestarian sumber daya alam yaitu mengacu kepada
penghematan sumber daya alam untuk dapat digunakan di masa mendatang dengan
mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang. Kepedulian lingkungan yang
dangkal menunjukkan perhatian kepada kepentingan-kepentingan yang sering diabaikan
dalam ekonomi tradisional, pandangan ini menganggap nilai ini hanya untuk kepentingan
manusia sedangkan kepedulian lingkungan yang dalam sudah mempertimbangkan
kepentingan generasi-generasi yang mendatang.

Oleh sebab itu, manusia harus memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan sumber daya
alam, yaitu :
1. Manusia bukan sumber utama dari segala nilai
2. Keberadaan alam dan sumber daya nya bukan untuk manusia tetapi untuk semua
spesies organisme di dalamnya
3. Tujuan kehidupan manusia bukan hanya untuk memproduksi dan mengkonsumsi
tetapi mengkonservasi sumber daya alam
4. Sumber daya alam sifatnya terbatas dan harus dihargai dan diperbaharui
5. Manusia harus memelihara kestabilitas ekologi dengan mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman biologis serta budaya
6. Tidak satupun individu manusai atau industri atau negara yang dapat meningkatkan
haknya terhadap sumber daya alam

1.2 Etika lingkungan dalam kelestarian hutan


Dalam menjaga kelestarian hutan erat hubungannya dengan melestarikan komponen biotik
maupun abiotik di dalamnya. Komponen abiotik yang dilestarikan di hutan adalah tanah.
Maka ada beberapa teknik konservasi tanah antara lain :

1. Teknik konservasi tanah untuk jalan


Teknik konservasi tanah yang dapat diterapkan di lokasi tersebut antara lain :
a. Pembangunan badan jalan secara geometris konservatif
b. Pembangunan saluran pengatusan di kanan kiri jalan hutan
c. Pengurangan kemiringan tebing
d. Penterasan tebing
e. Penanaman
f. Pengerasan badan jalan
2. Konservasi tanah di lahan hutan tanaman
Teknik konservasi tanah yang diterapkan dalam lahan hutan tanaman antara lain :
a. Lokasi pembukaan wilayah hutan antara lain saluran pengatusan, penanaman,
teras, mulsa sintetis, biometrik dan pengerasan jalan
b. Lokasi tanaman budidaya antara lain tebas mulsa, pengolahan tanah minimum,
pertanaman campuran, pertanaman kerapatan tinggi, pemupukan, pemulsaan dan
pemanenan
c. Lokasi pemanenan yaitu sistem pemanenan ramah lingkungan

Komponen abiotik yang perlu dilestarikan yang terdapat di hutan yaitu air terutama daerah
aliran sungai. Pelestarian daerah aliran sungai adalah dengan melakukan reboisasi di
sekitarannya. Reboisasi adalah menanami kembali tanah tanah kosong atau gundul yang
kritis, baik hidrologis, fisis, teknis maupun sosial ekonomisnya, yang disebabkan antara
lain :

1. Cara bercocok tanam pada tegalan tegalan milik rakyat yang kurang memenuhi
syarat pengawetan tanah
2. Beberapa macam bencana alam seperti erosi dan banjir.

Tujuan dari reboisasi adalah untuk mencegah erosi, baik dari segi habitat ataupun umur
juga keras yang bernilai ekonomis baik kayunya. Dengan demikian peranan pengawetan
tata air tanah termasuk pengawetan tanah menanggulangi bencana dan nilai ekonomis
hutan sekaligus dapat diperoleh termsuk keuntungn komplementernya berupa bangunan
bangunan teknis seperti waduk air, tempat rekreasi dan sebagainya.

Tipe penggunaan lahan dari hutan-hutan buatan sebagai tempat rekreasi selain itu hutan
sebagai penghasil spesies kayu untuk digunakan bagi industri. Dari penggunaan lahan
hutan masyarakat atau manusia yang memanfaatkannya mendapat pendapatan yang
digunakan untuk pemeliharaan prasarana dan untuk sebagian kecil jaringan kerja hutan
seperti penanaman dan penjarangan. Produksi kayu sebesar 30% dan sekitar sepertiga
adalah kawasan terbuka dan sisanya kawasan air. Maka disini dibutuhkan pengelolaannya
oleh organisasi-organisasi pemerintah setempat atau bisa juga dilakukan pengawasan oleh
para sarjana kehutanan. Inilah bentuk etika lingkungan terhadap hutan yang perlu
diterapkan di dalamnya.
II. CONTOH KASUS

2.1 Permasalahan

Penyeselesaian konflik pemanfaatan sumber daya alam di Hutan Wonosadi, Desa Beji,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Masyarakat desa Beji
memanfaatkan hutan dengan tidak merusak hutan. Filosofi masyarakat di desa ini yaitu
mampu mengendalikan diri menghadapi godaan mengeksploitasi hutan beserta sumber
daya alam di dalamnya. Hutan Wonosadi memiliki 30 jenis tanaman obat yang bermanfaat
untuk perempuan, menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Hutan Wonosad memiliki
fungsi ekonomis, sosiologis, ekologis dan kultural yaitu untuk :

1. Mengatur tata air


2. Menciptakan suasana iklim sehat dan nyaman
3. Menciptakan keindahan alam
4. Sarana pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata
5. Sumber pencaharian bagi masyarakat di sekitar hutan
6. Cagar alam dan suaka margasatwa

Masyarakat di sekitar hutan Wonosadi rutin melakukan upacara adat. Upacara adat itu
dinamakan Sadranan hutan Wonosadi dan Bersih Desa (mreti desa). Sadranan berarti
kiriman, merupakan bentuk persembahan yang diberikan oleh warga desa bagi para leluhur
yang telah meninggal dunia dan jasanya besar bagi masyarakat. Sadranan dilakukan sekali
setelah masa panen dan kegiatan bersih desa (mreti desa) dilakukan dengan membersihkan
sungai, pekarangan rumah dan memperindah rumah masing-masing.

Konflik yang menonjol dalam hal pemanfaatan hutan dan sumber daya alamnya di hutan
Wonosadi terjadi antara kepentingan ekonomi dengan ekologi pada tahun 1964-1965.
Hutan dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan ekonomi dan
menyebabkan bencana alam. Bencana alam yang terjadi di desa ini seperti tanah longsor,
terjadi hujan krakal, kelangkaan air, hasil panen menurun drastis, tanaman obat ikut mati.
Hewan-hewan yang ada di hutan terusir dari habitatnya dan berdampak buruk kepada
masyarakat.
III. PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH

Karena permasalahan diatas maka memunculkan kesadaran etis warga desa untuk
berkomitmen bersama dalam menjada kelestarian hutan beserta sumber daya alam
Wonosadi. Gerakan aksi perlawanan terhadap pengrusakan hutan yang dilakukan oleh
pihak perempuan dengan melakukan penyadaran dari hati ke hati. Pihak yang merusak
hutan direngkuh, disadarkan, serta diajak kerjasama menghutankan kembali.

Masyarakat desa Beji mempergunakan pendekatan kebudayaan yaitu ritual sadranan


wonosadi. Ritual sadranan Wonosadi dimaksudkan untuk mengingatkan peran Rara Resmi
dalam mendukung kerja putranya bernama Pangeran Onggo Loco menghutankan kembali
hutan Wonosadi di lembah Ngenuman. Kebiasaan baik Rara Resmi yang selalu setia
mengantar makanan untuk anaknya ditiru dan diteruskan masyarakat desa Beji. Perspektif
perempuan yang lebih mengedepankan mempererat dan memperluas jaring-jaring kerja
sama digunakan sebagai strategi pada saat menghutankan kembali Wonosadi. Anak-anak
dilibatkan dalam kegiatan menghutankan kembali Wonosadi supaya ada kesinambungan
historis dalam menjaga kelestarian hutan. Komitmen moral melestarikan hutan ditanamkan
pada diri anak sejak usia dini. Para pihak yang berpartisipasi pada saat melakukan aktivitas
kegiatan menghutankan kembali hutan Wonosadi bersifat luwes, tidak terbatas hanya
warga berjenis kelamin laki-laki atau perempuan saja. Kepedulian menghutankan kembali
mengatasi sekat-sekat perbedaan jenis kelamin. Jadi keberadaan hutan Wonosadi dapat
menyuburkan tanah disekitarnya maka hutan wajib dijaga, dilestarikan dan dirawat dengan
baik.
IV. RENCANA TINDAK LANJUT PEMECAHAN MASALAH

Untuk contoh kasus diatas rencana tindak lanjut dari pemecahan masalah yaitu Warga
diminta melakukan evaluasi diri pada saat akan memberi kontribusi berdasarkan prinsip
kepatutan (priyepantese). Prinsip persamaan dalam keragaman (equality in diversity) sudah
menjadi praktek hidup warga desa Beji. Pertimbangan kelonggaran waktu (endhi sing sela)
dan kemapuan yang dimiliki masing-masing warga (endhi sing isa) menjadi kerangka kerja
pada saat melakukan gerakan reboisasi.

Konflik dalam pemanfaatan hutan dan sumber daya alamnya akan berdampak pada
masyarakat di sekitarnya. Pendekatan yang moderen kepada peranan kehutanan
memerlukan bahwa masyarakat dan gatra-gatra sosial dipandang sebagai unsur penting dari
pembukaan lahan di hutan. Masyarakat di sekitar hutan ikut dilibatkan dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan mengenai pengggunaan lahan hutan dan sumber daya
alamnya.

Perlakuan konsekuensi sosial dari rangkaian tindakan yaitu dengan melakukan kriteria
evaluasi sosial. Kriteria untuk evaluasi sosial dicantumkan bersama sama dengan statusnya
pada saat ini. Kriteria yang mungkin pada mana suatu pengujian semacam itu meliputi :

1. Pendapatan total
2. Agihan pendapatan (pemerataan)
3. Tenaga kerja/pengurangan di dalam pengangguran atau yang belum mendapatkan
pekerjaan
4. Pemindahan permukiman-permukiman yang ada pada saat ini
5. Perolehan atau kehilangan lahan
6. Hilangnya si miskin dari keuntungan yang sebelumnya diperoleh
7. Pengaruh-pengaruh terhadap kelompok-kelompok minoritas
8. Peran serta masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kehutanan.
V. PENUTUP

a. Kesimpulan

Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan


lingkungannya. Hutan memiliki banyak manfaat terutama untuk masyarakat yang tinggal
disekitar hutan. Masyarakat di sekitar hutan terutama memanfaatkan sumber daya alam
hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal memanfaatkan hutan dan sumber
daya alamnya, manusia juga dituntut untuk melestarikan dan merawatnya. Pelestarian
hutan dan sumber daya alam didalamnya diperlukan suatu etika yang sudah diterapkan oleh
masyarakat di sekitar hutan yang tertuang dalam kearifan lokal. Etika yang dilakukan
masyarakat desa Begi untuk melestarikan hutan dan sumber daya alam nya dengan tidak
serakah mengeksploitasinya dan dalam menyelesaikan konflik yang muncul memiliki
kearifan lokal tersendiri. Nilai-nilai feminitas yang digunakan sebagai fondasi penyelesaian
konflik pemanfaatan sumber daya alam adalah hormat terhadap kehidupan, kerjasama
secara harmoni dengan seluruh unsur kosmis, peduli pada kepentingan semua pihak, kasih
sayang (welas asih) terhadap semua mahkluk, dan berorientasi bagi kesejahteraan
masyarakat banyak baik generasi sekarang maupun mendatang.

b. Saran

Penerapan etika lingkungan tidak hanya bisa diterapkan untuk pelestarian hutan dan
lingkungannya tetapi juga di lingkungan hidup tempat kita tinggal. Kesadaran moral peduli
terhadap kelestarian lingkungan akan lebih efektif dipraktekkan oleh semua orang.
DAFTAR PUSTAKA

Rukandar, Dadan.( ). Etika Lingkungan. Hal 1-11

Shodiq, Abd. 2018. Pentingnya Etika Lingkungan Dalam Pelestarian Sumber Daya Alam. Hal
1-11

Triwanto, Joko. 2012. Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
UMM : Malang.

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2006. Evaluasi Lahan


Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya:Indonesia

Suliantoro, B.W dan Caritas W.M.R.(2018). Model Penyelesaian Konflik Pemanfaatan


Sumber Daya Hutan.Patrawidya 19(1).

Anda mungkin juga menyukai