Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TERKAIT IZIN LINGKUNGAN


(UUCK No. 11 Tahun 2020 Pasal 21)

Dosen Penanggungjawab:
Prof. Rahmawaty, S.Hut., M.Si, Ph.D

Kelompok 8
MNH 7

Timoty Tobing Olga Puji J Nduru Dewi Adinda


181201064 181201071 181201080
Latar Belakang Pengertian AMDAL
Faktor utama yang harus menjadi fokus perhatian
Menurut Undang-Undang No
dalam menjalankan suatu usaha adalah terkait dengan 32 Tahun 2009
perizinan, karena faktor perizinan dapat dijadikan
pegangan bagi pelaku usaha yang akan mengelola Suatu bentuk kajian mengenai dampak
lingkungan. Perizinan lingkungan dikaitkan dengan dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
keharusan memperoleh AMDAL (Analisis Mengenai direncanakan pada lingkungan hidup
Dampak Lingkungan) sebagai instrumen pencegahan
sebagai penyeimbang dari pertumbuhan
pencemaran lingkungan dimana asas ini telah
dituangkan dalam bentuk produk hukum, sehingga pembangunan yang seringkali
menjadi kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap menimbulkan dampak yang tidak terduga
orang di Indonesia yang membangun usaha, artinya terhadap lingkungan alam dan lingkungan
untuk terbitnya atau disetujuinya suatu izin lingkungan sosial
hendaknya harus diperoleh lebih dahulu AMDAL.
AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin
lingkungan merupakan studi aktivitas yang tersusun
secara sistematik dan ilmiah dengan menggunakan
teknik pendekatan yang bersifat interdisipliner bahkan
multidisipliner, maka studi tersebut haruslah tersusun
secara runtut dan komprehensif-integral (terpadu-lintas
sektoral).
Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Izin Lingkungan

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.

Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH) disebutkan bahwa Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kemudian dalam ayat (2) disebutkan Pengendalian pencemaran
dan/ atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencegahan; b.
penanggulangan; dan c. pemulihan. Pelaksana pengendalian tersebut pada ayat (3) bahwa Pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan,
peran, dan tanggung jawab masing-masing.

Ada 2 (dua) jenis izin di dalam UUPPLH, yakni pertama, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1
angka 35). Kedua, izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan
usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 36).
Analisis UUCK No. 11 Tahun 2020 Pasal 21

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja secara normatif telah memperkenalkan nomenklatur
persetujuan lingkungan melalui Pasal 13 huruf b dan pada paragraph ke 3.

Melalui Pasal 21, yang secara explicit vebis menyatakan bahwa dalam rangka memberikan kemudahan bagi setiap
orang dalam memperoleh “persetujuan lingkungan”, Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau menetapkan
pengaturan baru beberapa ketentuan terkait Perizinan Berusaha yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Terminologi “Izin Lingkungan” dalam UU Cipta Kerja diubah menjadi “Persetujuan Lingkungan”. Hal ini dilakukan
untuk menegaskan penghapusan license approach.

Penghapusan izin lingkungan tersebut di lakukan dengan berbagai alasan salah satunya adalah di gantikan dengan
adanya pendampingan lingkungan yang secara ilmiah tidak dapat di pertanggungjawabkan, mengingat Lembaga
yang akan melakukan pendampingan terhadap kegiatan usaha sampai saat ini belum diketahui secara jelas.

Jika dibandingkan dengan regulasi yang berlaku saat ini (UU No. 32 Th. 2009), mekanisme persetujuan lingkungan
yang dijalankan adalah melalui izin lingkungan.

Izin Lingkungan diwajibkan bagi kegiatan atau usaha baik yang berdampak penting maupun tidak. Yang
membedakan adalah jika kegiatan berdampak penting maka wajib AMDAL, yang berdampak tidak penting wajib
UKL/UPL. Untuk usaha kecil yang tidak diwajibkan AMDAL atau UKL/UPL, pelaku usaha hanya diwajibkan untuk
menandatangani Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL).
Alasan Dihapusnya Upaya Yang Dilakukan Atas
Izin Lingkungan Perubahan Izin Lingkungan
Perubahan terhadap ketentuan Pasal 1 angka (12)
Permasalahan pokok yang dihadapi pelaku
berkaitan dengan Upaya pengelolaan lingkungan
usaha dalam memulai usaha di Indonesia
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup,
adalah :
yang selanjutnya disebut UKLUPL, sebagai
standar dalam pengelolaan dan pemantauan
1. Pelaku usaha dihadapkan kepada prosedur
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
perizinan berusaha yang berbelit-belit
kurang penting terhadap lingkungan hidup.
2. Banyaknya jenis dan jumlah perizinan yang
Perubahan dalam bentuk standar ini
harus dimiliki.
membutuhkan syarat perlu, yaitu:
3. Membutuhkan waktu lama untuk memproses
a. Tersedianya daftar usaha/kegiatan yang
perizinan.
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
4. Serta biaya yang tinggi untuk memulai dan
berdasarnya potensi dampak lingkungan,
menjalankan usaha di Indonesia.
sebagaimana disebutkan di atas untuk dapat
diberlakukan secara seragam di seluruh wilayah
Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya kualitas
Indonesia.
dan konsistensi regulasi serta maraknya korupsi
b. Tersedianya standar pengelolaan dampak
yang mengakibatkan tingginya biaya untuk
lingkungan baik dengan risiko dampak penting,
mendapatkan perizinan usaha.
sedang maupun rendah.
Langkah Pemerintah dalam Perizinan Lingkungan
Pemerintah dalam hal ini memegang kendali terhadap kebijakan penyelengaraan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup dalam rangka percepatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, beberapa ketentuan
lebih lanjut berkaitan dengan:
a. kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup, sosial, ekonomi, dan budaya;
b. jenis kegiatan usaha;
c. pelaksanaan uji kelayakan;
d. proses pelibatan masyarakat terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan dalam penyusunan
dokumen amdal;
e. sertifikasi dan kriteria kompetensi penyusun amdal;
f. pengintegrasian antara perizinan lingkungan dan pengelolaan limbah B3;
g. Tim Penilai. diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Berkaitan dengan dokumen amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, dilakukan perubahan. Uji kelayakan dapat dilakukan sebelum atau pada saat sudah dimulainya kegiatan usaha
(commisioning) tergantung pada dampak lingkungan. Jika berisiko tinggi (wajib amdal) maka uji kelayakan
dilakukan sebelum kegiatan berusaha.
Dampak Atas Perubahan Izin Lingkungan
Penghapusan izin lingkungan hidup akan mengurangi alat untuk mengendalikan dan mencegah dampak yang akan
terjadi untuk lingkungan hidup. Penghapusan izin lingkungan hidup juga berpotensi menimbulkan berbagai persoalan
lingkungan hidup, seperti kerusakan sumber daya alam, pengerusakan lingkungan maupun pencemaran, serta
terbaikannya kepentingan masyarakat adat dan masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumber daya alam
disebabkan, hal ini dikarenakan adanya kewenangan yang hilang sebenarnya dari pemerintah baik pusat maupun daerah
untuk sebenarnya mengendalikan dampak pencemaran dan kerusakan yang sebenarnya itu bisa dikendalikan melalui
perizinan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai