Fungsi Amdal
Fungsi dari amdal antara lain, sebagai berikut :
1) Fungsi amdal yang pertama sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan
pembangunan suatu wilayah.
2) Fungsi amdal yang kedua untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan
atas kelayakan sebuah lingkungan hidup dari rencana usaha atau kegiatan tertentu.
3) Fungsi amdal ketiga ialah membantu memberikan masukan dalam rangka
menyusun sebuah rancangan yang terperinci dari suatu rencana usaha atau
kegiatan.
4) Fungsi amdal yang keempat adalah membantu memberikan masukan dalam suatu
proses penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
5) Fungsi amdal yang kelima yaitu Membantu memberikan informasi terhadap
masyarakat tentang dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
6) Fungsi amdal yang selanjutnya adalah sebagai rekomendasi utama untuk sebuah
izin usaha.
7) Fungsi amdal berikutnya ialah Scientific Document dan Legal Document.
8) Fungsi amdal yang terakhir adalah Izin Kelayakan Lingkungan.
| Manfaat Amdal |
Manfaat dari Amdal antara lain, sebagai berikut :
Dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat) rangkaian dokumen yang dilaksanakan secara
berurutan , yaitu:
1.Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Penyusunan AMDAL
Untuk menyusun studi AMDAL pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusun AMDAL. Anggota penyusun ( minimal koordinator pelaksana) harus
bersertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B). Sedangkan anggota penyusun lainnya
adalah para ahli di bidangnya yang sesuai dengan bidang kegiatan yang di studi.
Peran serta masyarakat
Semua kegiatan dan /atau usaha yang wajib AMDAL, maka pemrakarsa wajib
mengumumkan terlebih dulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun AMDAL.
Yaitu pelaksanaan Kep.Kepala BAPEDAL No.08 tahun 2000 tentang Keterlibatan
masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL. Dalam jangka waktu 30
hari sejak diumumkan , masyarakat berhak memberikan saran, pendapat dan tanggapan.
Dalam proses pembuatan AMDAL peran masyarakat tetap diperlukan . Dengan
dipertimbangkannya dan dikajinya saran, pendapat dan tanggapan masyarakat dalam studi
AMDAL. Pada proses penilaian AMDAL dalam KOMISI PENILAI AMDAL maka
saran, pendapat dan tanggapan masyarakat akan menjadi dasar pertimbangan penetapan
kelayakan lingkungan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
PENILAIAN DOKUMEN AMDAL
Penilaian dokumen AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilaian AMDAL Pusat yang
berkedudukan di BAPEDAL untuk menilai dokumen AMDAL dari usaha dan/atau
kegiatan yang bersifat trategis, lokasinya melebihi satu propinsi, berada di wilayah
sengketa, berada di ruang lautan, dan/ atau lokasinya dilintas batas negara RI dengan
negara lain.
Penilaian dokumen AMDAL dilakukan untuk beberapa dokumen dan meliputi penilaian
terhadap kelengkapan administrasi dan isi dokumen. Dokumen yang di nilai adalah
meliputi:
1.Penilaian dokumen Kerangka Acuan (KA)
2.Penilaian dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Penilaian Kerangka Acuan (KA), meliputi:
1.Kelengkapan administrasi
2.Isi dokumen, yang terdiri dari: a.Pendahuluan
b.Ruang lingkup studi
c.Metode studi
d.Pelaksanaan studi
e.Daftar pustaka dan lampiran
Jika hal ini hal ini terus dibiarkan makan akan kontra produktif dengan kampanye
pemerintah agar semua usaha dan atau kegiatan melaksanakan bisnis yang ramah
lingkungan. Pemerintah hendaknya memberikan kemudahan kepada pengusaha dalam
proses mendapatkan dokumen lingkungan.
Praktek yang masih terjadi sampai saat di lapangan dan berdasarkan informasi dari para
konsultan penyusun dokumen AMDAL dan UKL-UPL masih dijumpai biaya yang harus
diserahkan Konsultan kepada institusi penilai AMDAL sangat besar dan tidak pernah ada
tarif yang standar dan bahkan untuk pembahasan UKL-UPL sampai penerbitan
rekomendasi sering sekali bianyanya lebih mahal dari jasa konsultan penyusun. Padahal
proses yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk Penyusunan dokumen
UKL-UPL sudah sederhana tetapi menjadi terlihat jadi rumit dan sangat berat karena tidak
ada ketentuan yang mengatur tarif pembahasannya. Jika pemrakarsa dan tim penyusun
menanyakan apakah ada aturan yang menetapkan besaran tarif maka instansi yang
bersangkutan sering tidak dapat menunjukkan. Pertanyaannya adalah dana yang disetorkan
oleh pemrakarsa dan/atau konsultan tersebut menjadi milik siapa? Pemerintahkah atau
pihak-pihak tertentu, jika diserahkan ke kas daerah maka tentunya ada peraturan yang
menetapkan besaran tarifnya.