OLEH :
AFIFA
16.1.05.2.1.026
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur dengan berkat rahmat Allah SWT, yang
telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus
dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘ANALISA MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)’. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai dengan
fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini belum mencapai tahap kesempurnaan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua dalam kehidupan sehari-hari.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………
Rumusan Masalah ……………………………….……...
Tujuan ………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Prosedur Pelaksanaan AMDAL ……………………………..
B. Prosedur Studi Evaluasi Mengenai AMDAL ……………………………….
C. Hal-Hal Yang Berhubungan Antara Konstruksi Teknik Sipil Dengan
AMDAL……………..
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Apa itu Hal-Hal Yang Berhubungan Antara Konstruksi Teknik Sipil Dengan
AMDAL ?
TUJUAN
Untuk mengetahui apa itu Hal-Hal Yang Berhubungan Antara Konstruksi Teknik
Sipil Dengan AMDAL.
BAB II
PEMBAHASAN
Dokumen AMDAL terdiri dari 5 (lima) rangkaian dokumen yang dilaksanakan secara berurutan,
yaitu :
1. Proses Penapisan:
Proses penapisan (Proses Seleksi) wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan
apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat
dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.
2. Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan
penyusunan AMDAL.
Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa
kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat
dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan
rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman
studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana
kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL.
Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses
pelingkupan.
4. Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun
untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
5. Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-
ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun,
pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah
75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.
6. Persetujuan kelayakan lingkungan
1. Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan diterbitkan oleh:
b. Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat;
a. gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi; dan
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL sebagaimana tercantum pada PP
No. 29/1986 Mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut ini.
v Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggung
jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
v Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan AMDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat
Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan AMDAL.
v Apabila AMDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada
dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K
dalam RKL adalah “Kelola” dan huruf P dalam RPL dari “Pantau”.
v Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi pembuat AMDAL.
v AMDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan
lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.
v Pedoman umum penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman teknis
penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum
penyusunan AMDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.
v Apabila AMDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi
yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari
instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah
mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.
v Apabila AMDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.
v Keputusan persetujuan AMDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat AMDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.
Komisi tersebut di bentuk oleh Bupati/ Walikota. Tugas komisi penilai adalah menilai
dokumen KA, ANDAL, RKL, dan RPL. Dalam melaksanakan tugasnya komisi penilai dibantu
oleh tim teknis komisi penilai dan sekretaris komisi penilai. Susunan keanggotaan komisi penilai
terdiri dari ketua, biasanya dijabat oleh Ketua Bapedalda Kabupaten/Kota dan sekretaris
biasanya dijabat oleh salah seorang pejabat yan g menangani masalah AMDAL. Sedangkan
anggotanya terdiri dari Wakil Bapedalda, instansi yang bertugas mengendalikan dampak
lingkungan, instasi bidang penanaman modal, instansi bidang pertanahan, instansi bidang
pertahanan, instansi bidang kesehatan, instan si yang terkait dengan lingkungan kegiatan dan
anggota lain yang dianggap perlu. Secara garis besar komisi penilai AMDAL dapat terdiri dari
beberapa unsur, yaitu
(1) unsur pemerintah;
(2) wakil masyarakat terkena dampak;
(3) perguruan tinggi;
(4) pakar, dan
(5) organisasi lingkungan.
(1) keputusan kelayakan lingkungan didominasi oleh suara yang didasarkan pada kepentingan
birokrasi;
(2) wakil masyarakat maupun LSM sebagai kekuatan counter balance dapat dengan mudah
terkooptasi ( captured or coopted) dikarenakan berbagai faktor;
(3) keputusan cukup sulit untuk dicapai karena yang mendominasi adalah bukan pertimbangan
ilmiah obyektif akan tetapi kepentingan pemerintah atau kepentingan masyarakat/LSM secara
sepihak.
Jika pengusaha atau investor ingin akan melaksanakan studi AMDAL, sebaiknya
melakukan konsultasi pada 3 (tiga) komisi penilai AMDAL, yaitu :
Tergantung dari jenis rencana kegiatan yang akan di lakukan studi AMDALnya.
Proses dan prosedur penilaian AMDAL secara umum cukup baik, yang ditandai dengan
singkatnya waktu penilaian, memang waktu penilaian sangat tergantung dari kualitas KA dan
dokumen AMDALnya sendiri.
Salah satu cara mengelola sumber daya alam dan lingkungannya dalam pembangunan,
yaitu melalui AMDAL atau dapat dikatakan AMDAL dapat membantu pelaksanaan
pembangunan dengan pendekatan lingkungan, sehingga dampak-dampak negatif yang
ditimbulkan dapat diminimasi atau dihilangkan dengan mencarikan teknik penyelesaian
dampaknya. Perubahan-perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan
pembangunan dapat diperkirakan sebelum pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat diduga atau
diperkirakan akibat-akibat atau dampak-dampak yang akan terjadi.
Digunakan Untuk:
Dalam Pasal 22 UU diatas disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
Dalam rangka pelaksanaan Undang – Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan tentang tata cara penyusunan dan penilaian AMDAL,
telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Usaha dan atau kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup meliputi :
Jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, tercantum
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001. Sedangkan dampak
penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, didasarkan pada kriteria :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kegiatan AMDAL merupakan bagian dari proses
dari setiap tahapan pengembangan kegiatan konstruksi tersebut di atas.
Perencanaan umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide untuk memenuhi suatu
kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat berupa rencana jangka panjang, rencana jangka
menengah dan jangka pendek, yang secara terus menerus menghasilkan rencana dan progaram
untuk diimplementasikan.
Pada tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui secara umum apakah
kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan,
sehingga harus melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan dampak yang berarti
sehingga cukup melaksanakan UKL dan UPL.
Pra studi kelayakan merupakan bagian dari studi kelayakan, dilakukan untuk
menganalisis apakah kegiatan konstruksi yang diusulkan tersebut dapat dipertanggung jawabkan
baik dari segi teknis, ekonomi maupun lingkungan.
Kegiatan AMDAL berupa pelingkupan adalah proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang timbul dari rencana proyek
yang diusulkan. Pelingkupan ini merupakan proses penting dalam penyusunan KA-ANDAL
(Kerangka Acuan – ANDAL), karena melalui proses ini dapat ditentukan:
Dampak penting hipotesis yang relevan untuk dibahas dalam ANDAL. Batas wilayah studi
ANDAL.KA-ANDAL sebagai penjabaran lebih lanjut dari pelingkupan diatas merupakan ruang
lingkup studi ANDAL yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun studi ANDAL. Untuk itu
KA-ANDAL minimal harus mencakup :
Studi ini juga merupakan dokumen yang penting, karena dipakai oleh para pengambil
keputusan apakah kegiatan konstruksi tersebut layak ditinjau dari segi lingkungan, sehingga
dapat diimplementasikan.
Kegiatan pra konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan penduduk harus
didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang lokasi, luas, jenis peruntukan serta
kondisi penduduk yang memiliki atau menempati tanah yang dibebaskan tersebut.
Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah pembebasan tanah dalam RKL dan RPL
harus dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah
tersebut.
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai dengan gambar dan
syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam kegiatan perencanaan teknis.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap ini meliputi penerapan:
i. Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
terkait dengan penanganan dampak penting.
ii. Penerapan Standard Operation Procedure yang mengacu pada dampak lingkungan.
iii. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan tindak lanjutnya.
i. Pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis
yang telah mengikuti kaidah lingkungan.
ii. Penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional.
iii. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolahan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk
masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL dan RPL.
Evaluasi pasca konstruksi ditujukan : untuk menilai dan pengupayakan peningkatan daya
guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan dioperasikan. Evaluasi pengelolaan
dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk memantapkan Standard Operation Procedure
dengan mengacu pada pengalaman yang didapat di lapangan selama kegiatan konstruksi
berlangsung.
Penelaahan terhadap data dan informasi tersebut menjadi sangat penting karena ketepatan
dan ketelitian Analisis Dampak Lingkungan sepenuhnya tergantung pada kelengkapan dan
kedalaman data dan informasi yang diperoleh. Dengan melakukan analisis dampak lingkungan
dapat diperkirakan dan dievaluasi jenis, besaran atau intensitas serta tingkat pentingnya dampak
yang terjadi.
Intensitas dampak dapat diperkirakan atau dihitung besarnya dengan memakai berbagai
metode yang sesuai untuk komponen lingkungan tertentu, seperti metode statistik, matematik,
metode survai, experimental, analogi ataupun profesional judgement. Sedangkan tingkat
pentingnya dampak dapat mengacu pada Pedoman Penentuan Dampak Penting yang ditetapkan
oleh Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994, di mana tingkat pentingnya dampak ditentukan oleh
faktor-faktor :
Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas secara sistematis
dituangkan dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan dalam perumusan upaya penanganan
dampak yang timbul, yang dituangkan dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dokumen RKL dan RPL ini harus dapat
dijabarkan dalam gambar-gambar kerja dan syarat-syarat pelaksanaan, serta acuan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula sebagai dasar untuk pelaksanaan
pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan pemantauan lingkungan (PL), selama masa pra
konstruksi, konstruksi maupun pada pasca konstruksi.
i. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah timbulnya dampak yang
tidak diinginkan, dengan mengenali secara dini kemungkinan timbulnya dampak negatif,
sehingga rencana pencegahan dapat disiapkan sebelumnya.Beberapa contoh dalam
penerapan prinsip ini adalah melaksanakan AMDAL secara baik dan benar, pemanfaatan
sumber daya alam dengan efisien sesuai potensinya, serta mengacu pada tata ruang yang
telah ditetapkan.
ii. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi dampak yang terjadi
atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena keterbatasan teknologi, hal tesebut
tidak dapat dihindari.Hal ini dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen
lingkungan yang terkena dampak seperti kualitas udara, kualitas air dan sebagainya.
Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya perubahan atau pencemaran
lingkungan, maka perlu ditelusuri penyebab/sumber dampaknya, dikaji pengaruhnya,
serta diupayakan menurunnya kadar pencemaran yang timbul.
iii. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan kepentingan 2
pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat manfaat
dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga
tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini dapat juga berupa pengaturan oleh
pemerintah seperti peningkatan pajak atas buangan limbah, iuran pemakaian air, proses
perizinan dan sebagainya.
o Pendekatan Teknologi
Berupa tata cara teknologi yang dapat dipergunakan untuk melakukan pengelolaan lingkungan,
seperti Melakukan kerusakan lingkungan, antara lain dengan :
o Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan lingkungan antara lain:
Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab
pemrakarsa/pengelola kegiatan, dilaksanakan selama pelaksanaan dampak negatif, maupun
pengembangan dampak positif. Kegiatan pengelolan lingkungan terkait dengan berbagai instansi,
dan masyarakat setempat, sehingga perlu dijabarkan keterkaitan antar instansi dalam
melaksanakan pengelolaan lingkungan tersebut. Penentuan instansi terkait, disesuaikan dengan
fungsi, wewenang dan bidang tugas serta tanggung jawab instansi tersebut.
Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan dampak antara lain :
Disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar lokasi kegiatan, kegiatan
konstruksi tersebut di atas akan dapat menimbulkan dampak terhadap komponen fisik kimia dan
bahkan bila tidak ditanggulangi dengan baik akan dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap
komponen lingkungan lain seperti komponen biologi maupun komponen sosial ekonomi dan
sosial budaya.
Dampak ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan konstruksi seperti saat
pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah, pengangkutan tanah dan material bangunan,
pekerjaan pondasi khususnya tiang pancang, pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta
pekerjaan struktur bangunan.
Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara atau adanya
tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak tersebut. Upaya penanganan dampak
dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu sendiri atau pengelolaan terhadap lingkungan
yang terkena dampak seperti :
i. Pengaturan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan kondisi setempat, seperti
penempatan base-camp yang jauh dari lokasi pemukiman, pengangkutan material dan
pelaksanaan pekerjaan pada siang hari.
ii. Memakai metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti memakai
pondasi bore pile untuk lokasi disekitar permukiman.
iii. Penyiraman secara berkala untuk pekerjaan tanah yang banyak menimbulkan debu.
Dampak ini dapat timbul akibat kegiatan pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan
tanah termasuk pengelolaan quary, yang menyebabkan permukaan lapisan atas tanah terbuka dan
rawan erosi, serta timbulnya longsoran tanah yang dapat mengganggu sistem drainase yang ada,
serta mengganggu estetika lingkungan disekitar lokasi kegiatan. Indikator dampak dapat secara
visual di lapangan, dan penanganannya dapat dilakukan antara lain :
Dampak ini timbul akibat pekerjaan tanah dapat yang menyebabkan erosi tanah atau
pekerjaan konstruksi lainnya yang membuang atau mengalirkan limbah ke badan air sehingga
kadar pencemaran di air tesebut meningkat. Indikator dampak dapat dilihat dari warna dan bau
air di bagian hilir kegiatan serta hasil analisis kegiatan air/mutu air serta adanya keluhan
masyarakat. Upaya penanganan dampak ini dapat dilakukan antara lain :
i. Pembuatan kolam pengendap sementara, sebelum air dari lokasi kegiatan dialirkan ke
badan air.
ii. Metode pelaksanaan konstruksi yang memadai.
iii. Mengelola limbah yang baik dari kegiatan base camp dan bengkel.
Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan yang melalui
jalan umum, serta pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan tanah yang berada
disekitar prasarana dan utilitas umum tersebut. Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan
prasarana jalan dan utilitas umum yang dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut,
serta keluhan masyarakat disekitar lokasi kegiatan. Upaya penanganan dampak yang timbul
tersebut antara lain dengan cara :
i. Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
ii. Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang terdapat dilokasi kegiatan ketempat yang
aman.
Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan serta
pelaksanaan pekerjaan yang terletak disekitar/berada di tepi prasarana jalan umum, yang lalu
lintasnya tidak boleh terhenti oleh pekerjaan konstruksi. Indikator dampak dapat dilihat dari
adanya kemacetan lalulintas di sekitar lokasi kegiatan dan tanggapan negatif dari masyarakat
disekitarnya. Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
i. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan memberi prioritas pada kelancaran
arus lalulintas.
ii. Pengaturan waktu pengangkutan tanah dan material bangunan pada saat tidak jam sibuk.
iii. Pembuatan rambu lalulintas dan pengaturan lalulintas di sekitar lokasi kegiatan.
iv. Menggunakan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
Dampak ini timbul akibat pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan tanah
terutama pada lokasi-lokasi yang mempunyai kondisi biologi yang masih alami, seperti hutan.
Indikator dampak dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang, khususnya jenis-
jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi masyarakat. Upaya penanganan dampak
tersebut dapat dilakukan antara lain :
i. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.
ii. Penanaman kembali jenis-jenis pohon yang ditebang di sekitar lokasi kegiatan.
Selain dampak primer tersebut diatas masih dampak-dampak sekunder akibat pekerjaan
konstruksi yang perlu mendapat perhatian bagi pelaksana konstruksi, seperti :
Sebagaimana diatur dalam spesifikasi pekerjaan jalan, pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi
di jalan yang ada, seperti pekerjaan pemeliharaan jalan, peningkatan jalan atau penggantian
jembatan, walaupun diharuskan untuk tidak mengganggu kelancaran lalu lintas yang ada, namun
gangguan terhadap kelancaran lalu lintas tersebut sering tidak dapat dihindarkan sepenuhnya.
Walaupun tak terhindarkan, namun upaya-upaya memperkecil gangguan tersebut harus
dilakukan oleh pelaksana proyek dengan cara pengaturan lalu lintas sedemikian rupa sehingga
kelancaran dan keamanan lalu lintas tetap terkendali.
Pengaturan lalu lintas dalam rangka menjaga kelancaran dan keamanan lalu lintas serta
keamanan dan kemudahan penduduk sekitar proyek untuk masuk ke jalan yang ada tersebut
dilakukan dengan menempatkan lampu isyarat, lentera, kerucut lalu lintas, tiang penghalang,
barikade dan rambu-rambu sementara (berupa rambu perintah arah, rambu peringatan adanya
pekerjaan, tanda jalan menyempit, tanda untuk berhenti atau berjalan) yang akan menjadi
petunjuk bagi pengguna jalan memasuki daerah kerja termasuk membuat jalan atau jembatan
sementara (khusus apabila harus menutup seluruh lajur jalan atau menutup jembatan yang ada).
Dalam hal tertentu pengaturan lalu lintas dapat dilakukan dengan pengalihan lalu lintas ke
jalan darurat. Selain terhadap keamanan pengguna jalan, perhatian terhadap pekerja pengatur lalu
lintas juga harus diberikan secara memadai dengan pemberian pakaian dan peralatan keamanan
yang memenuhi aspek keamanan. Pengaturan lalu lintas juga diperlukan pada pelaksanaan
penanganan halangan-halangan yang terjadi pada jalur lalu lintas yang mengganggu atau
menutup lalu lintas seperti pohon tumbang, longsoran tanah, atau badan jalan terban.
Pada proyek-proyek penanganan jalan yang padat lalu lintasnya terutama pada jalan-jalan
perkotaan, pengaturan lalu lintas ini harus diperhitungkan dengan cermat sehingga hambatan
terhadap kelancaran lalu lintas dapat ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut harus dilakukan
dengan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan volume dan kepadatan lalu lintas
pada jam sibuk. Apabila diperlukan termasuk penyediaan lajur pengganti sesuai lebar dan jumlah
lajur yang ditutup dengan kondisi permukaan jalan yang sama dengan kondisi permukaan yang
digantikannya.
o Perlindungan pekerjaan Terhadap Kerusakan Oleh Lalu Lintas
Pelaksanaan pekerjaan proyek harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut
terlindung dari kerusakan oleh lalu lintas umum maupun oleh konstruksi. Perhatian khusus harus
diberikan terhadap pengaturan lalu lintas pada saat cuaca buruk (misalnya hujan, badai, angin
ribut dls.), pada saat lalu lintas padat dan pada saat pelaksanaan pekerjaan yang mudah rusak
(seperti pengaspalan dan pengecoran beton semen)
Jalan alih darurat yang diperlukan harus memenuhi keperluan lalu lintas yang ada, terutama
berkaitan dengan keselamatan dan kekuatan struktur jalan. Pengoperasian untuk lalu lintas baru
dapat dilakukan apabila alinyemen, konstruksi, darinase, dan pemasangan rambu lalu lintas telah
memenuhi ketentuan keamanan dan kelancaran lalu lintas serta keselamatan dan keamanan
konstruksi jalan. Selama pengoperasiannya, konstruksi, drainase dan rambu lalu lintas harus
tetap dipelihara sehingga tetap berfungsi.
Semua jenis peralatan yang digunakan sebagai tanda pengaturan terutama rambu-rambu lalu
lintas harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas. Pengawas lapangan
wajib memastikan bahwa semua pekerja telah mengetahui fungsi masing-masing peralatan
maupun rambu-rambu yang akan dipasang dan cara penggunaannya dalam rangka menjaga
keamanan pengendara kendaraan dan petugas.
Rambu lalu lintas merupakan alat atau tanda untuk memberikan petunjuk atau pesan lepada
pengguna jalan. Rambu harus tetap dapat berfungsi pada kondisi cuaca gelap atau pada malam
hari (misalnya dengan memasasang reflektor). Rambu-rambu yang digunakan untuk pengaturan
lalu lintas adalah:
Bendera digunakan sebagai tanda agar pengemudi berhati-hati karena adanya pekerjaan dan
mengurangi kecepatan kendaraannya. Tugas utama petugas bendera adalah mengarahkan dan
mengatur gerakan lalu lintas sehingga baik keamanan dan kelancaran lalu lintas maupun
keamanan pelaksanaan konstruksi tidak terganggu. Petugas bendera harus dilengkapi dengan:
a) Bendera merah, lampu senter, papan peringatan dan tanda berhenti utnuk kondisi darurat;
b) Topi helm dan rompi keamanan dengan warna jingga yang memantulkan
cahaya (flourescent);
c) Petunjuk yang jelas tentang prosedur pengaturan lalu lintas.
Petugas bendera harus ditugaskan pada saat lalu lintas sangat padat, jurusan khusus
diperlukan atau pengaturan lalu lintas secara khusus diperlukan, ketika peralatan atau kendaraan
sedang bekerja pada bagian jalan atau sudut kiri jalan, ketika peralatan atau kendaraan proyek
masuk kedalam lajur jalan dari posisi tidak terlihat pengguna jalan, atau ketika rambu jalan tidak
cukup memberikan peringatan adanya pelaksanaan pekerjaan.
Petugas bendera harus mengetahui dan memahami prosedur pengamanan dan pengaturan lau
lintas tanpa membahayakan dirinya maupun lalu lintas yang diaturnya. Beberapa ketentuan
mengenai pelaksanaan tugas petugas bendera antara lain:
Penempatan rambu dan tanda-tanda lalu lintas yang tidak tepat akan berakibat merugikan
atau malah membahayakan lalu lintas maupun pekerjaan penanganan jalan sendiri. Tugas
pengawas pelaksanaan pekerjaan adalah untuk memastikan semua rambu dan tanda lalu lintas
dalam rangka pengaturan lalu lintas telah dipasanga secara tepat sesuai maksud pengaturan itu
sendiri. Penempatan rambu dan peralatan lain dalam rangka pengaturan lalu lintas adalah sebagai
berikut:
1) Rambu lalu lintas ditempatkan sepanjang daerah pengaruh kerja.
2) Bendera ditempatkan mendekati daerah kerja.
3) Kerucut lalu lintas atau tiang penghalang ditempatkan pada batas daerah kerja yang
cukup aman.
4) Lampu isyarat ditempatkan pada awal dan akhir daerah pengaruh kerja, pada awal dan
akhir daerah kerja.
5) Lampu pengatur lalu lintas ditempatkan pada awal dan akhir daerah kerja.
6) Barikade diletakkan pada awal daerah kerja.
o Pelaksanaan Pengaturan
Agar maksud dari pengaturan lalu lintas yakni terselenggaranya keamanan dan kelancaran
lalu lintas dan pekerjaan konstruksi serta keamanan penduduk sekitarnya tercapai, maka perlu
dilakukan pengaturan sebagai berikut:
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan masalah diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sangat berpengaruh dalam teknik sipil apalagi dalam keterkaitan antara
analisis mengenai dampak lingkungan dengan pekerjaan konstruksi yang dilakukan.
Dimana AMDAL adalah dampak penting yang harus diperhatikan pada saat pengambilan
keputusan dalam kegiatan konstruksi.
SARAN