Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Manejemen Lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), yang
berjudul “Manajemen Lingkungan”
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung;
2. Desi Kartikasari, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis
Dampak Lingkungan.
3. Kedua orangtua yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
4. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya tugas makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tulungagung, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Lingkungan ................................................ 3
B. Fungsi Manajemen .ingkungan ................................................... 4
C. Cakupan Manajemen LIngkungan ............................................... 8
D. Latar Belakang dilakukan Manajemen Lingkungan .................................. 22
E. Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Seri Standar
Internasional ISO 14001 ............................................................ 24
F. Integritas Sistem Manajemen Lingkungan dalam Nilai -nilai dan
Perspektif ................................................................................. 37
G. Peluang dan Tantangan Manajemen ............................................ 43
H. Keterkaitan Al-Qur’an dengan Manajemen Lingkungan ............... 53
BAB: III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 56
B. Saran......................................... ................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan pesatnya pembangunan di seluruh bagian bumi munculah
beberapa masalah lingkungan hidup. Hal ini terutama berkaitan dengan
meningkatnya bahan-bahan pencemar yang di buang ke media lingkungan
(air, tanah dan udara), berkurangnya daya dukungan yang menipisnya sumber
daya alam. Keadaan ini bila dibiarkan terus berlangsung akan menimbulkan
masalah- masalah lain yang lebih besar seperti menurunnya sanitasi
lingkungan, menurunnya kualitas flora dan fauna juga menurunnya kesehatan
masyarakat dan keseimbangan ekosistem serta peningkatan penggunaan
energi sumber daya alam akan meningkat sejalan dengan peningkatan
populasi manusia dan ini akan menimbulkan peningkatan kerusakan
llingkungan yang serius bila teknologi yang digunakan tidak memasukkan
nilai-nilai lingkungan hidup pada sistem teknologi tersebut. Terkait
pencemaran air, udara, tanah yang sebagai satu kesatuan sistem yang akan
mempengaruhi kesehatan dan lingkungan pada aktivitas dan produktivitas
manusia.
Manajemenlingkungansaatinitelahbanyak mengalami perubahanyangcukup
berarti terutama dimulai sejak awal 1990an. Penelitian mengenai efek dan
akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama
sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996. Problem lingkungan Indonesia
sekarang ini luar biasa, mulai dari bencana alam, perubahan iklim hingga
kerusakan ekosistem. Berbagai aspek penyebab bencana bisa saja bersumber
dari berbagai faktor, namun pengaruh faktorburuknya perilaku manusia
terhadap kelestarian alam nampaknya merupakan penyebab utama terjadinya
kerusakan lingkungan.

B. Rumasan Masalah
1. Apa definisi manajemen lingkungan?
2. Apa saja fungsi manajemen lingkungan?

1
3. Apa saja cakupan manajemen lingkungan?
4. Bagaimana latar belakang dilakukan manajemen lingkungan?
5. Bagaimana sistem manajemen lingkungan menurut seri standar
internasional ISO 14001?
6. Bagaimana integritas sistem manajemen lingkungan ke dalam nilai-nilai
dan perspektif penciptaaan lingkungan hidup dalam nilai-nilai Islam dan
lingkungan dalam perspektif Islam?
7. Apa peluang dan tantangan manajemen lingkungan?
8. Bagaimana keterkaitan Al-Qur’an dengan manajemen lingkungan
berdasarkan QS. Al-Baqarah/2:117, QS. Al-A’raf/7:56 dan Ar-
Ruum/30:41?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi manajemen lingkungan.
2. Untuk mengetahui fungsi manajemen lingkungan.
3. Untuk mengetahui cakupan manajemen lingkungan.
4. Untuk mengetahui latar belakang dilakukan manajemen lingkungan.
5. Untuk mengetahui sistem manajemen lingkungan menurut seri standar
internasional ISO 14001.
6. Untuk mengetahui integritas sistem manajemen lingkungan ke dalam nilai-
nilai dan perspektif penciptaaan lingkungan hidup dalam nilai-nilai Islam
dan lingkungan dalam perspektif Islam.
7. Untuk mengetahui peluang dan tantangan manajemen lingkungan.
8. Untuk mengetahui keterkaitan Al-Qur’an dengan manajemen lingkungan
berdasarkan QS. Al-Baqarah/2:117, QS. Al-A’raf/7:56 dan Ar-
Ruum/30:41

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Lingkungan


Manajemen lingkungan terdiri dari dua akar kata yaitu Manajemen dan
lingkungan. Manajemen menurut Stoner & Wankel (1986) adalah proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha
anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan, sedangkan menurut
Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1
Istilah lingkungan ungkapan singkat dari lingkungan hidup kita kenal
sebagai environment (Inggris); al-Bi’ah (Arab) merupakan sebuah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, kondisi dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya.2Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1)
daerah tempat suatu makhluk hidup berada, 2) keadaan atau kondisi yang
melingkupi suatu makhluk hidup, 3) keseluruhan keadaan yang meliputi suatu
makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup.3
Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan mendefinisikan lingkungan
hidup sebagai jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang
kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.4Menurut GEMI (2001)
lingkungan yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan
aktivitasnya.Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan

1
I Gusti Putu Diva Awantara, Sistem Manajemen Lingkungan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014),
hal. 40.
2
Ara Hidayat, Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup, Jurnal Pendidikan Islam 4, No. 2
(Desember 2015), h. 377
3
Bahrudin Supardi, Berbakti Untuk Bumi, (Bandung: Rosdakarya, 2009), hal. 11.
4
Harum M. Husein, Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993), hal. 6.

3
tanah,udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia dan hubungan antar
factor-faktor tersebut.5
Manajemen lingkungan adalah bagian dari manajemen keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktik,
prosedur, proses dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan,
mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. System yang
mengatur bagaimana kegiatan bisnis dan industry menata lingkungan agar
tetap sehat dan aman dari resiko pencemaran.Petunjuk perencanaan dan
penerapan dari Sistem Manajemen Lingkungan tersedia dalam ISO 14000.6
Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen
lingkungan dalam 2 macam yaitu:
1. Lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik/lokasi fasilitas
produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja,
dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas
kesehatan, APD, asuransi pegawai, dll.
2. Lingkunganeksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik/fasilitas
produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan
pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik).
Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat,
usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian
pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.

B. Fungsi Manajemen Lingkungan


Manajemen liangkungan yang baik akan memberikan maanfaat bagi
perusahaan dan masyarakat luas, antara lain yaitu:7
1. Konsisten dengan nilai mulia perusahaan yakni kepahlawanan, kreatif, dan
bersahaja dengan lingkungan,

5
I Gusti Putu Diva Awantara, Sistem Manajemen Lingkungan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014),
hal. 40.
6
Ibid., hal. 41.
7
Tajuddin Bantacut, BISNIS BERKELANJUTAN: Integrasi Manajemen Lingkungan Dalam
Pengelolaan Usaha, Vol. 17 2012

4
2. Memperbaiki lingkungan dan pengelolaan resiko reputasi
3. Penghematan biaya
4. Menghemat konsumsi energy dan bahan
5. Mengurangi biaya distribusi
6. Memenuhi harapan pemangku kepentingan, usaha yang bertanggungjawab
7. Memastikan kepatuhan terhadap hokum, peraturan, dan kaidah terkait
8. Memperbaiki kesan (image) perusahaan, dan
9. Refleksi komitmen perusahaan terhadap prinsip global yakni baku pekerja,
hak manusia dan pemberantasan korupsi.
Menurut George R. Terry terdapat 4 fungsi manajemen, yang dalam dunia
manajemen dikenal sebagai POAC yaitu, planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dancontrolling (pengendalian).8
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah
alternative (pilihan) mengenai sasaran dan cara yang akan dilaksanakan di
masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendakinya, serta
pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.9
Manajemen pengelolaan lingkungan harus melalui tahap perencanaan
yang digunakan sebagai langkah awal sebelum melaksanaakn fungsi-
fungsi manajemen lainnya adalah menetapkan pekerjaan yang harus di
laksanakan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang digariskan
oleh lembaga/organisasi10 dan juga menyangkut tentang upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa-masa yang akan
datang dan penentuan sebuah strategi atau taktik yang tepat untuk
mewujudkan target tujuan suatu organisasi.
Menurut Jejen, dalam perencanaan harus ditentukan delapan aspek,
yaitu program kerja, tujuan, dan manfaat program, biaya program, waktu,

8
Teguh Widianto, Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Kota Purwokerto JawaTengah, (Tesis), Universitas Diponegoro Searang
(2007), hal. 117.
9
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hal. 48.
10
George R. Terry, Guide to Management, terj. J. Smith DFM, Prinsip-prinsisp Manajemen (Cet.
VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 17.

5
penanggungjawab, pelaksana, mitra, dan sasaran (tentu berdasarkan
kesepakatan tim kerja yang meliputi unsur pimpinan sebuah lembaga).
Demikian sebuah perencanaan yang ideal, dan memang harus disusun
secara sistematis dan berdasarkan pada fakta dan data secara konkrit untuk
memastikan apa yang direncanakan betul-betul dapat mengena sasaran
lembaga. Sehingga kebutuhan perbaikan lembaga dan pengembangannya
dapat diakomodir secara jelas oleh para pelaku dalam bentuk rencana yang
komprehensif berdasarkan kebutuhan lembaga.11
Jadi perencanaan dalam manajemen lingkungan perlu dilakukan
karena sebagai awal atau patokan dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan.
2. Pengorganisasian(organizing)
Mengorganisasikan (organizing) merupakan proses menghubungkan
orang-orang yang terlibat dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan
tugas serta fungsinya dalam organisasi. Dalam prosesnya dilakukan
pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab secara terperinci
berdasarkan bagian dan bidang masing-masing sehingga terintegrasikan
hubungan-hubungan kerja yang sinergis, koperatif, dan seirama dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Menurut Hikmat, dalam menjalankan tugas pengorganisasian, terdapat
beberapa hal yang diperhatikan oleh pemimpin organisasi, yaitu:
1. Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan staf yang diperlukan
untuk melaksanakan rencana.
2. Mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi
yang teratur.
3. Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi.
4. Menentukan metode kerja dan prosedurnya.
5. Memilih, melatih, dan memberi informasi kepada staf.12
Pada hakikatnya pengorganisasian adalah proses pengelompokkan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab

11
Fathul Maujud, Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 14(1) 2018, hal. 34.
12
Ibid.,

6
sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai satu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.13
Dalam proses pengorganisasian ada 4 hal yang harus di perhatikan:
1. Pembagian kerja
2. Pengelompokkan pekerjaan
3. Penentuan relasi antar bagian dalam organisasi
4. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktivitas antar bagian
dalam organisasi atau koordinasi
Keempat hal diatas merupakan aktivitas pengorganisasian yang bisa
menentukan keberhasilah organisasi dalam menjalankan fungsi
pengorganisasian.
3. Pelaksanaan(actuating)
Pada prinsipnya, tidak ada bawahan yang mampu bekerja sendiri
tanpa bantuan dari orang lain sebagai atasannya. Bawahan selalu perlu
mendapat bimbingan dan petunjuk dari atasan maupun system
organisasinya supaya kegiatan yang dilakukan bisa diminimalisir tingkat
kesalahannya.
Menurut Terty pelaksanaan (actuating) adalah merangsang anggota-
anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan
kemauan yang baik.Pemimpin yang efektif menurut Hoy dan Miskel
cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya
mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan
kelompok membuat keputusan.Keefektifan kepemimpinan menunjukkan
pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan.Keputusan kerja, moral kerja
dan kontribusi wujud kerja.14
Oleh karena itu, pemimpin memiliki peran yang amat penting dalam
menggerakkan personil sehingga semua program kerja institusi terlaksana
untuk itu dibutuhkan strategi kepemimpinan dengan mengoptimalkan
seluruh sumberdaya yang dimiliki.

13
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal.81-82.
14
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), hal.
52-53.

7
4. Pengendalian (controlling)
Controlling atau pengawasan dan pengendalian adalah salah satu
fungsi manajemen yang berupaya mengadakan penelitian, mengadakan
koreksi terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan sehingga
dapat diarahkan ke jalan yang benar sesuai dengan tujuan.Pengawasan
yaitu meneliti dan mengawasi agar semua tugas dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai dengan deskripsi kerja
masing-masing personal.
Fungsi pengawasan yang baik adalah memastikan bahwa sebuah
pekerjaan dapat diselamatkan dari suatu kegagalan, sebelum hal tersebut
benar-benar terjadi maka pemimpin harus memastikan lewat pengawasan
yang ketat. Dengannya, pemimpin dapat mengukur ketercapaian suatu
program baik dari sisi kuantitas pencapaiannya maupun kualitasnya.
Tugas pemimpin sebagai pengawas dapat dilakukan secara
operasional oleh kepala madrasah atau wakil kepala madrasah. Secara
keseluruhan data-data yang diperoleh diaudit sehingga memudahkan
proses penyelesaian masalah yang ditemukan di lapangan sesuai dengan
data yang ada. Pengawasan dilakukan secara terus menerus untuk
menjamin terlaksananya perencanaan organisasi secara konsekuen dan
berkelanjutan.15

C. Cakupan Manajemen Lingkungan


Menurut Undang-Undang NO.23 Tahun 1997 “lingkungan hidup
merupakan suatu kesatuan benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan setiap makhluk hidup.
Lingkungan hidup begitu berkaitan erat dengan beberapa mahluk, diantaranya
dengan manusia.”Perlindungan dan Pengelolaan ada beberapa macam ruang
lingkup yang ada didalamnya dan di atur dalam Undang-Undang Nomor 32
tahun 2009 tentang “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

15
Fathul Maujud, Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 14(1) 2018, hal. 35-36.

8
1. Perencanaan
Instrumen perencanaan lingkungan menurut Pasal 5 UUPPLH
No.32/2009 terdiri dari inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah
ekorigen, dan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RPLH), ketiga instrument tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Inventarisasi Lingkungan Hidup
Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi:
1) potensi dan ketersediaan;
2) jenis yang dimanfaatkan;
3) bentuk penguasaan;
4) pengetahuan pengelolaan;
5) bentuk kerusakan; dan
6) konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelola
Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas inventarisasi lingkungan
hidup:
1) tingkat nasional;
2) tingkat pulau/kepulauan; dan
3) tingkat wilayah ekoregion
Hasil inventarisasi lingkungan hidup memiliki fungsi strategis, karena
menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 9 UUPPLH 2009 menjadi
dasar penetapan wilayah ekorigen dan penyusunan RPLH. Mengingat
RPLH menjadi dasar dalam pemanfaatan SDA.
a. Penetapan Wilayah Ekorigen
Penetapan wilayah ekorigen merupakan instrument hukum
lingkungan baru di bidang perencanaan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.Instrument ini diatur dalam Pasal 7, 8,
dan 11 UUPLH 2009. Menurut pasal 1 angka 29 UU PPLH 2009, yang
dimaksud dengan ekorigen adalah wilayah geografis yang memiliki
kesemaan cirri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola

9
interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem
alam dan lingkungan hidup.16
Pasal 7 UU Nomor 32 tahun 2009 menetapkan bahwa terdapat 8
(delapan) pertimbangan untuk penetapan ekoregion, yaitu (a)
karakteristik bentang alam; (b) daerah aliran sungai; (c) iklim; (d) flora
dan fauna; (e) ekonomi, (f) kelembagaan masyarakat; (g) sosial
budaya, dan (h) hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Berdasarkan analisis dan kesepakatan para ahli terhadap 8 faktor
tersebut, proses penetapan ekoregion darat menggunakan parameter
deliniator bentang alam, yaitu morfologi (bentuk muka bumi) dan
morfogenesa (asal usul pembentukan bumi). Sedangkan proses
penetapan ekoregion laut menggunakan parameter deliniator morfologi
pesisir dan laut, keanekaragaman hayati yang sifatnya statis, seperti
karang keras, oseanografi, pasang surut, dan batas NKRI. Parameter
lainnya yang disebutkan di atas, terutama yang sifatnya dinamis
digunakan sebagai atribut untuk mendeskripsikan karakter ekoregion
tersebut.
Secara prinsip, pendekatan ekoregion juga bertujuan untuk
memperkuat dan memastikan terjadinya koordinasi horisontal antar
wilayah administrasi yang saling bergantung (hulu-hilir) dalam
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang mengandung
persoalan pemanfaatan, pencadangan sumber daya alam maupun
permasalahan lingkungan hidup. Selain itu, pendekatan ekoregion
mempunyai tujuan agar secara fungsional dapat menghasilkan
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pemantauan dan evaluasinya secara bersama antar sektor dan antar
daerah yang saling bergantung, meskipun secara kegiatan operasional
pembangunan tetap dijalankan sendiri-sendiri oleh sektor/dinas dan
wilayah administrasi sesuai kewenangannya masing-masing. Dasar
pendekatan ini juga akan mewujudkan penguatan kapasitas dan

16
A. M. Yunus Wahid. 2018.Pengantar Hukum Lingkungan. Kencana : Jakarta. Hlm.179-180

10
kapabilitas lembaga (sektor/dinas) yang disesuaikan dengan
karakteristik dan daya dukung sumber daya alam yang sedang dan
akan dimanfaatkan.
Peta Ekoregion dilengkapi dengan deskripsi yang berisi
karakteristik geologi, flora dan fauna, kerentanan bencana, jasa
ekosistem, potensi pencemaran, iklim, potensi sumber daya alam,
tanah dan penggunaan lahan serta sosial budaya.
b. RPPLH
RPPLH merupakan instrument hukum baru dalam bidang
perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup.RPPLH sebagai
instrument perencanaan memiliki fungsi penting untuk menyeleraskan
kebijakan lingkungan baik yang dibuat oleh lembaga yang secara
khusus diberi tugas mengelola ligkungan maupun lembaga lain yang
tugasnya juga terkait dengan persoalan lingkungan hidup. Pemanfaatan
dan/atau pencadangan sumber daya alam;
1) pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi
lingkungan hidup;
2) pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian
sumber daya alam; adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim
2. Pemanfaatan
Dijelaskan dalam pasal 2 UUPPLH Tahun 2009 bahwa yang
dimaksud dengan asas tanggung jawab Negara adalah “negara menjamin
pemanfaatan sumber daya alam dan akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat.
”Asas keserasian dan keseimbangan yang dimaksud, “bahwa
pemanfaatan lingkungan hidup yang harus memperhatikan kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian
ekosistem”.Asas keterpaduan yang dimaksud dengan memadukan
berbagai unsur aray.Asas manfaat yang dimaksud, “yakni bahwa segala
usaha atau kegiatan pembangunan yang dilakukan harus sesua dengan
potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup agar meningkatnya
kesejahteraan masyarakat selaras dengan lingkungannya”. Asas kehati-

11
hatian bermaksud ketidakpastian terhadap dampak pelaksanaan kegiatan
karena terbatasnya penguasaan ilmu pengetahuan dan juga teknologi tidak
dapat dijadikan alasan untuk penundaan langkah-langkah meminimalisir
pencemaran terhadap lingkungan hidup
Asas keadilan yang dimakusd yakni, “bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus berdasarkan keadilan secara
proporsional bagi semua lapisan masyarakat”.Asas ekoregion yang
dimaksud adalah “bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus memperhatikan kriteria-kriteria dari sumber daya alam, ekosistem,
kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.Asas
keanekaragaman hayati yang dimaksud adalah “bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus mempertahankan keberadaan,
keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam nabati dan sumber daya
alam hewani.”17
3. Pengendalian
Pengendaliandisini yang dimaksud, pengendalian pencemaran dalam
kerusakan lingkungan dilakukan untuk pelestarian dari fungsi lingkungan
hidup itu senduri, pengendalian itu meliputi pencegahan, penanggulangan,
dan pemulihan.
Berdasarkan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)
yang dimaksud dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah
“rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Pengendalian lingkungan hidup juga menjadi
salah satu upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah baik Pemerintah
Pusat ataupun Pemerintahan Daerah dan juga oleh para penanggung jawab
kegiatan/usaha sesuai kewenangan, peran, dan tanggung jawabnya
masing-masing dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
meliputi:
a. Pencegahan

17
Andi Hamsah, 1995, Penegakan Hukum Lingkungan, Arikha Media cipta, Jakarta, hlm. 14

12
Pencegahan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
menurut Pasal 14 UU PPLH 2009 terdiri dari:
a) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS merupakan instrument hukum baru dalam sistem hukum
lingkungan di Indonesia. KLHS baru diatur dalam UU PPLH 2009.
Menurut PAsal 1 angka 10 UUPPLH 2009, Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana
dan/atau program.
Dengan demikian KLHS sebagai upaya untuk mencari
terobosan dan memastikan bahwa pada tahap awal penyusunan
kebijakan, rencana dan/atau program prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan sudah dipertimbangkan. Secara prinsip sebenarnya
KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh mana
Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) yang diusulkan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah mempertimbangkan
prinsip pembangunan berkelanjutan, baik untuk kepentingan
ekonomi, dan social, selain lingkungan hidup. Dengan KLHS ini
pula diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih baik.
b) Tata Ruang
Penegasan tata ruang sebagai instrument pencegahan,
pencemaran, dan atau kerusakan lingkungan hidup terdapat dalam
Pasal 14 huruf b UUPPLH 2009.Tata ruang berfungsi untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, khususnya dalam kaitannya
dengan pengelolaan lingkungan.Keterkaitan tata ruang dengan
pengelolaan lingkungan hidup semakin tegas dalam PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.Dalam PP ini ditegaskan
bahwa dalam penetapan lokasi rencana usaha harus sesuai dengan

13
rencana tata ruang. Jika tidak, maka dokumen lingkungan dan
perizinan tidak akan dinilai dan diterbitkan.
c) Izin Lingkungan
Izin Lingkungan merupakan instrument hukum admnistrasi
yang diberikan oleh pejabat berwenang. Izin lingkungan berfungsi
untuk mengendalikan perbuatan konkret individu dan dunia usaha
agar tidak merusak atau mencemar lingkungan. Sebagai bentuk
pengaturan langsung, izin lingkungan mempunyai fungsi untuk
membina, mengarahkan, dan menertibkan kegiatan individu atau
badan hukum agar tidak mencamari serta merusak lingkungan.
Fungsi utama dari izin lingkungan adalah bersifat prefentif yakni
pencegahan pencemaran yang tercermin dari kewajiban-kewajiban
dicantumkan dalam perizinan lingkungan. Sedangkan fungsi
represifnya untuk menanggulangi pencemaran dan perusakan yang
diwujudkan dalam bentuk pencabutan izin.
d) AMDAL dan UKL-UPL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL
ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik,
Biotik, dan Kultural.
e) Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau
benda lainnya. Menurut pengertian secara pokok, baku mutu
adalah peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi
spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau

14
jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien. Secara
objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu
pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah
kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan
digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara
yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.
f) Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
Banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi akhir-
akhir ini seperti; banjir, kerusakan hutan, pencermaran air
laut/darat, erosi tanah/lahan, dan abrasi pantai, tidak terlepas dari
adanya anggapan bahwa sumber daya (air, udara, laut, hutan
beserta kekayaan di dalamnya, dan lain-lain) adalah milik bersama.
Tidak ada satu pun aturan yang membatasi pemanfaatan sumber
milik bersama itu, sehingga terjadilah eksploitasi yang berlebihan.
Setiap pemanfaat menggunakannya semaksimal mungkin dengan
asumsi bahwa orang lain akan memanfaatkan sumber tersebut bila
tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.
g) Peraturan Perundang-Undangan Berbasis Lingkungan Hidup
Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat
nasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi LH
dan prinsip perlindungan dan pengelolaan LH sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam UU ini.
h) Anggaran Berbasis Lingkungan
Dalam Pasal 45 dan 46 UU PPLH, Pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta pemerintah daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
- Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
- Program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi
khusus lingkungan hidup yang memadai untuk diberikan kepada
daerah yang memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan

15
lingkungan hidup yang baik. Selain ketentuan sebagaimana
dimaksud dalamPasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi
lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami pencemaran
dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan,
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran
untuk pemulihan lingkungan hidup.
i) Analisis Resiko Lingkungan Hidup
Analisis resiko lingkungan merupakan kegiatan untuk mengkaji
perkiraan kemungkinan terjadinya konsekuensi kepada manusia
atau lingkungan. Dimana resiko tersebut terbagi menjadi dua,
yakni Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko
kesehatan, sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan
disebut sebagai risiko ekologi. Ekologi merupakan cabang dari
ilmu biologi, dimana Ekologi adalah salah satu komponen dalam
sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama
dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang
seimbang. Jd dalam hal ini, Ekologilah yang menjadi titik pusat
perhatian.
Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses prediksi
kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan
sebagai akibat dari kegiatan tertentu. Analisis resiko lingkungan
(ARI) diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009. Dengan melakukam
Analisis resiko lingkunngan (ARL) diharapkan piihak manajemen
akan lebih mudah untuk melakukan pengelolaan lingkungannya
dan akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan. Penerapan
dari ARI ini sendiri diperuntukkan kepada industri-industri yang
banyak menggunakan bahan-bahan kimia yag beracun.
j) Audit Lingkungan Hidup
Audit Lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi
evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif
tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan
peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap

16
pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap
peraturan perundang undangan tentang pengelolaan lingkungan.
b. Penanggulangan
“Berdasarkan pasal 53 UUPPLH Tahun 2009 setiap orang yang
melakukan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup wajib
melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yaitu berupa:
a) Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat;
b) Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c) Penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup;
d) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.”
c. Pemulihan
“Dalam Pasal 54 UUPPLH Tahun 2009 menyatakan bahwa, setiap
orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
Pemulihan tersebut dilakukan dengan tahapan:
a) Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur
pencemaran;
b) Remediasi;
c) Rehabilitasi;
d) Restorasi; dan/atau
e) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.”
4. Pemeliharaan
Langkah selanjutnya dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup yaitu upaya
pemeliharaan, “Upaya pemeliharaan diatur dalam Pasal 57 UUPPLH
Tahun 2009 yaitu:

17
(1) Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya:
a) konservasi sumber daya alam
b) pencadangan sumber daya alam; dan/atau
c) pelestarian fungsi atmosfer.
(2) Konservasi sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi kegiatan:
a) perlindungan sumber daya alam;
b) pengawetan sumber daya alam; dan
c) pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
(3) Pencadangan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dikelila dalam
jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a) Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b) Upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c) Upaya perlindungan terhadap hujan asam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi dan pencadangan sumber
daya alam serta pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.”18
5. Pengawasan
Pengawasan pada dasarnya merupakan bagian dari penegakan hukum
ligkungan secara prefentif, yaitu upaya mewujudkan penataan terhadap
ketentuan-ketentuan di bidang lingkungan hidup, khususnya mengenai
PPLH, termasuk di sini penataan terhadap BMLH, KBKLH, RTRW dan
sebagainya. Dalam pasal 71 ayat (1) UUPPLH ditegaskan : “Menteri.
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup”. Selanjutnya ayat (2) pasal ini menyatakan : “Menteri, gubernur

18
A. M. Yunus Wahid....., Hlm.185

18
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
izin lingkungan”. Penjelasan pasal ini menyatakan “cukup jelas”.Namun
demikian, dapat dipahami bahwa izin lingkungan yang dimaksdu ialah
syarat-syarat yang dicantumkan dalam izin usaha tertentu yang merupakan
bagian tak terpisahkan dengan izin usaha tersebut, harus dilakukan secara
integral oleh pemegang izin yang bersangkutan dalam menjalankan
usaha/kegiatannya.Pelaksanaan syarat inilah yang harus diawasi agar
benar-benar dipenuhi oleh pemegang izin tersebut.
Pada bagian lain ditegaskan, bahwa menteri dapat melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika
pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang PPLH
(Pasal 73 UUPPLH). Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pelanggaran yang serius adalah tindakan melanggar
hukum yang mengakibakan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang relatif besar dan menimbulkan keresahan masyarakat.
Kiranya perlu dipahami bahwa sebaiknya menteri bukan saja dapat,
melainkan harus melakukan pengawasan dalam bentuk dan mekanisme
tertentu agar tidak sampai tejadi pelanggaran yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau peruskan lingkungan hidup.
Dalam rangka pengawasan tersebut, Pasal 74 ayat (1) UUPPLH
menetapkan : “Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam pasal 71 ayat (3) berwenang :
a. Melakukan pemantauan
b. Meminta keteerangan
c. Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat cacatan yang
diperlukan
d. Memasuki tempat tertentu
e. Memotret
f. Membuat rekaman audio visual
g. Mengambil sampel

19
h. Memeriksa peralatan
i. Memriksa instalasi dan/atau alat transportasi
j. Menghentikan pelanggaran tertentu.
Jadi menurut Pasal 74 ayat (1) UUPLH, pejabat pengawas lingkungan
hidup sebagai pejabat fungsional yang ditunjuk/diangkat oleh menteri,
gubernur, ataupun oleh bupati/walikota memiliki wewenang yang cukup
luas.
Termasuk dapat melakukan tindakan administratif berupa
“menghentikan pelanggaran tertentu”. Selanjutnya pasal 74 ayat (2)
UUPPLH menegaskan : “Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat
pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik pegawai negeri sipil”. Pada ayat (3) dinyatakan : “penaggung
jawab usaha atau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat
pengawas lingkungan hidup dan tata cara pelaksanaan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 71 ayat (3), Pasal 73 dan Pasal 74
diatur dalam peraturan pemerintah.19
6. Penegakan Hukum
Dalam penegakan hukum lingkungan bersingungan dengan
kesanggupan aparatur mengenai kesadaran masyarakat mengenai
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan bukan hanya mengenai
penegakan hukum pidana saja melainkan juga ada makna luas seperti
pencegahan preventif sampai dengan penerapan sanksi baik administratif
maupun pidana. Penegakan hukum administratif lingkungan hidup ini
menurut Achmad Santosa “pada dasarnya berupa dua hal kegiatan dalam
penegakan hukum, yaitu:
a. Berupa kegiatan yang ditunjukan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup melalui
pendayagunaan kewenangan administrati sesuai dengan mandat yang
diberikan oleh undang-undang.
b. Court riview terhadap putusan Tata Usaha Negara di Peradilan Tata
Usaha Negara.”

19
A. M. Yunus Wahid....., Hlm.

20
Penegakan hukum dalam masing-masing instrumen berbeda-beda, ada
isntrumen administratif yang di lakukan oleh pejabat administratif atau
pemerintah, lalu ada instrumen perdata yang dilakukan oleh pihak yang
dirasa rugi baik secara kelompok maupun individual atas nama
kepentingan umum maupun atas nama negara Ada 3 instrumen utama
menegakan hukum lingkungan yang pertama adalah instrumen
administratif yaitu sarana yang bersifat pencegahan dan bertujuan untuk
menegakan hukum agar dapat dilaksanakan didalam kegiatan yang
menyangkut syarat-syarat, perizinan, buku mutu kualitas lingkungan, dan
rencana dalam pengelolaan lingkungan. Beberapa jenis sarana penegakan
hukum administatif adalah menurut KUHPerdata:
a. “Pelasanaan pemerintahaan atau tindakan paksa (bestuurdwang)
b. Uang Paksa (publiekrechtelijke dwangsom)
c. Penutupan tempat usaha (sluiting van een inrichting)
d. Pengehentian kegiatan mesin perusahaan
e. Pencabutan izin melalui proses: teguran, paksaan pemerintahan,
penutupan dan uang paksa.”
“Pengajuan gugatan administatif dalam UUPPLH Tahun 2009 diatur
dalam Pasal 93 yaitu:
(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
negara apabila:
a) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal
b) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkugan
kepada kegiatan yang wajib ukl-upl, tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen uklupl;
c) Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.”

21
Penerapan hukum dalam instrumen hukum administratif lebih sering
digunakan daripada intrumen hukum perdata ataupun pidana karena letak
dari instrumen administratif yang berbeda dari jajajran-jajaran penegakan
hukum.Selanjutnya adalah Instrumen Perdata dalam pasal 89 UUPPLH
Tahun 2009 mengenai “pengajuan gugatan melalui jalur pengadilan
ketentuan gugatan gantu rugi dan juga pemulihan lingkungan dapat
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, oleh masyarakat dan
juga oleh organisasi lingkungan hidup.Khusus untuk organisasi
lingkungan, hak pengajuan gugatan hanya sebatas untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.” Yang terakhir adalah instrumen Pidana menurut Andi
Hamsah “dalam penegakan hukum lingkungan berdasarkan instrumen
pidana adalah cara terakkhir (ultimatum remidium) yang ditempuh apabila
dalam penegakan instrumen administratif dan instrumen perdata tidak
tercapai”. Dalam pasal 97 UUPPLH tahun 2009 menyatakan bahwa
“tindakan pidana dalam UUPPLH merupakan suatu kejahatan.Pengaturan
ketentuan pidana yang lebih lengkap dalam UUPPLH terdapat dalam pasal
94 dan pasal 120.”20

D. Latar Belakang dilakukan Manajemen Lingkungan


Isu mengenai lingkungan pada saat ini sudah menjadi perhatian banyak
kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik perusahaan. Karena
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan dapat mencemari
lingkungan. Perlu adanya peningkatan kesadaran lingkungan pada masyarakat
sangat penting untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, mengingat
bahwa semakin besar kerusakan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
manusia itu sendiri serta adanya faktor pembatas yaitu daya dukung
lingkungan.
Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efisien. Sistem Manajemen Lingkungan merupakan

20
K.E.S. Manik., (2016). Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kencana, Bandung. Hlm.15

22
pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi,
tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya
mewujudkan kebijakan lingkungan yang sesuai dengan standarisasi
Internasional (ISO).21 Berkaitan dengan sistem manajemen lingkungan, ISO
menerbitkan standarisasi mengenai Sistem manajemen lingkungan yang
dikenal dengan ISO 14001 yang merupakan bagian dari sistem manajemen
organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan
mengenai lingkungan dan juga sebagai panduan bagi organisasi dalam
mengelola aspek lingkungannya.22Dengan adanya standarisasi akan
memberikan pedoman yang baik untuk melaksanakan manajemen lingkungan.
Berbagai macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap
pencapaian dan penunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui
pengendalian dampak lingkungan yang terkait dengan kegiatan, produk dan
jasa organisasi yang bersangkutan, konsisten dengan kebijakan peraturan
perundang-undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan perangkat lain
yang mendorong perlindungan lingkungan, dan meningkatkan kepedulian
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan.
Rendahnya kesadaran pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di
negara berkembang biasanya mengakibatkan industri mengalami kemunduran
produksi dan lingkungan serta mengalami daya dukung. Selain itu, fenomena
yang berkembang di Indonesia adalah menurunnya kinerja lingkungan suatu
organisasi setelah mendapatkan sertifikat ISO 14001, sehingga dapat
menghambat usaha penyelarasan keseimbangan aspek ekonomi dan ekologi.
Banyak organisasi yang telah melaksanakan pemeriksaan keefektivitasan
suatu lingkungan untuk mengkaji kinerja lingkungan mereka. Bila hal tersebut
dilaksanakan tersendiri, maka pemeriksaan tersebut tidak cukup memberikan
jaminan bahwa kinerja lingkungan tersebut memenuhi persyaratan peraturan

21
Dinarlianti Sastrawijaya, “Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Iso
14001 Di Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor”,Departemen Teknik Sipil
Dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, 2013, hlm.4.
22
R. Fernanda Syarif Wicaksana, “Analisis Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan
Berdasarkan Sertifikasi Iso 14001 Di Pt Bartec Utama Mandiri”, Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Hlm. 2-3.

23
perundang-undangan dan kebijakan organisasi. Oleh karena itu, untuk
mengetahui efektivitasnya, pemeriksaan tersebut perlu dilaksanakan dalam
suatu sistem manajemen yang terstruktur dan terintegrasi dalam suatu
organisasi.23
Permasalahan lingkungan semakin populer pada beberapa dekade terakhir
ini. Globalisasi di berbagai bidang pada akhir-akhir ini terkait dengan
perkembangan masalah lingkungan. Hal ini memacu perusahaan
meningkatkan kinerja secara menyeluruh untuk menghasilkan produk yang
lebih ramah terhadap lingkungan. Untuk memperoleh kinerja lingkungan yang
baik, dibutuhkan komitmen pihak perusahaan untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan dengan adanya sistem manajemen lingkungan yang baik.24

E. Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Seri Standar Internasional ISO


14001
1. Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001
Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut ISO (International
Organization For Standardization) 14001merupakan suatu sistem
manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah
koordinasi Organisasi Standar Internasional. Sistem Manajemen
Lingkungan atau Environment Management System (EMS) merupakan
bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputistruktur
organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek,
prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan,
evaluasi dan pemeliharaan kebijakan lingkungan.25EMS merupakan
sebuah pendekatan terstruktur kaitannya dengan isu-isu manajemen

23
Dinarlianti Sastrawijaya, “Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Iso
14001 Di Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor”,Departemen Teknik Sipil
Dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, 2013, hlm.4.
24
Bimastyaji Surya Ramadan, dkk, “Analisis Kuantitatif Sistem Manajemen Lingkungan
Berdasarkan Klausul Iso 14001:2015”,Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan
Teknik Lingkungan, Vol. 16 No.1 Maret 201,2019,hlm. 2.
25
Intan Dwiningtyastuti, Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Sari
Husada Unit I Yogyakarkarta, (Skripsi) Universitas Sebelas Maret (2009), hlm. 21

24
lingkungan dan memberikan dasar dalam menjamin complain dan kinerja
perusahaan.
ISO 14001 adalah kerangka SML yang diakui di dunia yang membantu
organisasi untuk mengelola dampak dari kegiatan terhadap lingkungan
menjadi lebih baik dan untuk menunjukkan pengelolaan lingkungan yang
sehat. ISO 14001 merupakan sebuah standar internasional yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan untuk membantu organisasi
meminimalkan pengaruh negatif kegiatan operasional perusahaan terhadap
lingkungan yang mencakup udara, air, suara, maupun tanah.26 Standar
Internasional ISO 14001 merupakan wahana untuk menjamin kinerja
sistem manajemen lingkungan tersebut. Standar ISO 14001 sebenarnya
muncul sebagai akibat dari adanya beberapa isu lingkungan yang sering
dibicarakan dalam masyarakat. Isu lingkungan tersebut adalah polusi
udara, polusi air, polusi tanah, limbah dan bahan-bahan berbahaya, bunyi
atau kebisingan dan getaran, radiasi, perencanaan fisik, penggunaan bahan
atau material, penggunaan energi serta keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan.27
Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk
mencapai dan menunjukkan kinerja lingkungan yang baik, melalui upaya
pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem
tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan
tuntutan dan peningkatan kinerja lingkungan dari konsumen, serta untuk
memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah
2. Unsur-unsur di dalam standar ISO 14001
Standar ISO 14001 merupakan dokumen spesifikasi sistem manajemen
lingkungan. Standar ini memuat unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh
perusahaan yang ingin memperoleh sertifikasi atas pelaksanaan standar
ISO 14001. Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan
menerapkan standar tersebut berarti organisasi memperbaiki sistem.

26
www.repository.unisba.ac.id diunduh pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 10.00 WIB, hlm.14
27
Bimastyaji Surya Ramadan,dkk, Analisis Kuantitatif Sistem Manajemen Lingkungan
Berdasarkan Klausul ISO 14001;2015, Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan
Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 16 No.1 Maret 2019, hlm. 2

25
Dalam penerapannya, SML ISO 14001 harus mengacu pada suatu acuan
yang dapat diterima secara nasional maupun internasional.

Gambar: Model Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Berikut penjabaran dari masing-masing unsur Sistem Manajemen


Lingkungan supaya dapat diimplementasikan secara efektif, SML harus
mengandung beberapa unsur yaitu:
a. Kebijakan Lingkungan
Pernyataan kebijakan adalah suatu deklarasi yang ditandatangani
olehpemimpin organisasi yang menyatakan bahwa perlindungan
lingkungan menjadiprioritas utama. Sekurang-kurangnya presiden dari
perusahaan harus menandatanganinyakarena hubungan mereka yang
penting. Tanpa penunjukan komitmen darimanajemen puncak ini,
aparat perusahaan lainnya tidak akan peduli pada usahapengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan.
Manajemen puncak perlu memperlihatkan dukungan sepenuhnya
ataskebijakan yang dibuat dengan beberapa cara, seperti menunjukan
dukungan dengan menyediakan dana yang cukup jugasangat penting.
Bila kekurangan dana perusahaan maka pengelolaan lingkunganakan
terhenti. Dukungan terhadap kebijakan yang dibuat dapat ditunjukan
olehtindakan-tindakan. Misalnya jika direktur ingin mencatat sesuatu
menggunakankertas yang sudah terpakai tetapi halaman belakangnya
masih kosong, hal itu berarti menunjukkan akanpeduli lingkungan.
Untuk dapat menerapkan Sistem Manajemen Lingkungandengan
baik bukan saja diperlukan adanya komitmen manajemen puncak

26
namundiperlukan juga adanya komitmen dari seluruh karyawan,
meskipun komitmenmanajemen puncak merupakan unsur yang paling
penting.28Kebijakan lingkungan harus tertulis atau terdokumentasi dan
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan tersedia bagi
masyarakat, dan komitmen perusahaan untuk perbaikan
lingkungan.Standar ini juga mengharuskan kebijakan untuk membuat
tiga komitmen, yaitu:
1) kepatuhan dengan semua persyaratan hukum yang berlaku, dan
persyaratan lain yang diikuti organisasi yang berkaitan dengan
aspek lingkungan
2) pencegahan polusi
3) perbaikanberkelanjutan
b. Perencanaan
Perencanaan lingkungan yang berupa pengambilan keputusan
tentang hal-hal yang akan dikerjakan, dimana tujuan perencanaan yaitu
menciptakan kondisi yang baik sehingga perusahaan dapat
melaksanakan perusahaannya sesuai dengan kebijakan lingkungan
yang didasarkan pada informasi yang benar dan ususlan internal
ataupun harapan perusahaan tentang kinerja perusahaan.29 Perusahaan
menunjukkan secara detail proses pelaksanaan dan evaluasi,
identifikasi dan pengujian berbagai aspek dan dampak lingkungan,
mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan prioritas, mengembangkan
tujuan dan target, dan memaparkan program kaitannya dengan
pencapaian tujuan. Dengan demikian dimensi perencanaan mencakup
indikator:
1) Aspek lingkungan
Aspek lingkungan merupakan semua unsur dari suatu kegiatan,
produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan. Organisasi harus mengidentifikasi aspek lingkungan

28
Intan Dwiningtyastuti, Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Sari Husada
Unit I Yogyakarkarta, hlm. 24
29
Memet Sueb, Relasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Kinerja Keuangan, Jurnal
Dinamika Manajemen, Vol. 3 (1) 2012, hlm 70

27
yang penting yang perlu diprioritaskan oleh sistem manajemen
lingkunganorganisasi. Dengan kata lain, suatu perusahaan
mengidentifikasi dampak lingkungannya bila perusahaan tersebut
mengakses apa yang dapat menyebabkan perubahan pada
lingkungan untuk setiap kegiatan, tugas atau langkah dari
prosesnya.
2) Persyaratan perundangan dan lersyaratan Lainnya
Perusahaan harus mengidentifikasi dan mengerti semua
persyaratan yang diminta oleh perundang-undangan bila aspek
lingkungan telah diidentifikasi, maupun persyaratan lainnya yang
relevan dengan kegiatan perusahaan. Setiap peraturan yang
diterapka pada kegiatan operasional perusahaan harus
diiidentifikasi. Hal ini mencakup peraturan-peraturan di tingkat
internasioal, federal, negara bagian, regional dan lokal. Pada setiap
tingkat pemerintahan adabeberapa peraturan yang berbeda
sehingga tambahan dari peraturan-peraturan yagada, pasal-pasal
legislatif dan hukum juga harus diidentifikasi. Selain peraturan-
peraturanyang ada, ada beberapa persyaratan lainnya yang dituntut
dari suatu perusahaan. Ini dapat mencakup standar sertifikasi,
kebijakan, koorporasi, persetujuan konsumen, keputusan
pengadilan, perizinan dan hal-hal lainnya.Persyaratan-persyaratan
ini juga penting dan harus dituliskan dalam suatu standar.
3) Tujuan dan sasaran
Tujuan dan sasaran lingkungan harus konsisten dan
dimasukkan dalam rencana strategis perusahaan. Keduanya harus
sejalan dengan rencana strategis perusahaan secara keseluruhan
atau bila tidak akan timbul konflik. Tujuan dan sasaran harus
konsisten satu sama lain dan tidak bertentangan. Tujuan dan
sasaran juga harus mendukunga kesesuaian dengan peraturan yang
berlaku, persyaratan bisnis, penurunan dampak dan pandangan dari
pihak-pihak berkepentingan. Tujuan dan sasaran harus terintegrasi
dengan keseluruhan organisasi. Kedua hal tersebut tidak dapat

28
saling silang atau keduanya tidak akan tercapai sama sekali.30
4) Program manajemen lingkungan
Program manajemen lingkungan harus dinamis dan secara
berkala disempurnakan sesuai dengan perubahan tujuan dan
sasaran perusahaan. Pembuatan dan penggunaan satu program atau
lebih merupakan unsur kunci untuk penerapan sistem manajemen
lingkungan yang berhasil. Program tersebut sebaiknya menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran perusahaan akan dicapai, termasuk
jangka waktu dan personil yang bertanggung jawab untuk
menerapkan kebijakan lingkungan perusahaan.
c. Penerapan dan Operasi
Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan
tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi
internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen
lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur
pengendalian operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan
darurat yang terdokumentasi. Dengan demikian dimensi penerapan
terdiri atasindikator:
1) Struktur organisasi dan tanggung jawab
Penerapan Sistem manajemen lingkungan yang berhasil
memerlukan komitmen dari semua karyawan organisasi. Oleh
sebab itu struktur organisasi harus mempunyai tanggungjawab
yang jelas untuk memungkinkan pelaksanaan manajemen
lingkungan secara efektif.
2) Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi
Pelatihan adalah hal yang sangat penting bagi pengelolaan
ligkungan karena kompleksnya bidang tersebut. Pelatihan
diperlukan tidak hanya bagi staf di bidang lingkungan tetapi juga di
seluruh bidang pekerjaan lainnya dalam perusahaan dan beberapa
kontraktor dan seluruh pekerja harus dibuat sadar akan dampak

30
Intan Dwiningtyastuti, Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Sari Husada
Unit I Yogyakarkarta, hlm. 27

29
yang mereka timbulkan terhadap lingkungan melalui pekerjaan
yang dilakukan dan cara-cara meminimasi dampak tersebut.
Dalam ISO 14001, dokumentasi pelatihan merupakan salah satu
kunci penting dalam penerapan sistem manajemen lingkungan.
Pemeliharaan dokumentasi pelatihan yang baik termasuk siapa
yang sudah dilatih, isi pelatihan dan tanggal pelatihan.31
3) Komunikasi
Aspek penting lainnya dari manajemen lingkungan adalah
komunikasi dengan karyawan, perusahaan atau masyarakat sekitar
dan dengan pihak lainnya dari masyarakat yang terkait dan dengan
pelanggan. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
menentukan perlu adanya prosedur untuk:
a) Mempertahankan komunikasi internal diantara berbagai bagian
dan tingkatan di dalam perusahaan.
b) Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi
yang relevan dari pihak terkait dari luar sehubungan dengan
aspek-aspek lingkungan dan sistem manajemen lingkungan.
4) Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan
Organisasi harus membuat dan memelihara informasi dalam media
cetak atau elektronik, untuk:
a) Menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan
interaksinya.
b) Memberikan petunjuk dokumentasi yang terkait.
Dokumentasi sistem manajemen lingkungan dapat berupa:
a) Informasi tentang proses.
b) Bagan organisasi atau organisasi.
c) Standar internal dan prosedur operasional.
d) Bagan lokasi keadaan darurat.
5) Pengendalian dokumen
Pengendalian dokumen untuk menjamin bahwa perusahaan
menyusun dan memelihara dokumen dengan cara yang memadai
31
International Standard ISO 14001, EMS Spesification with Guidance ForUse, (Switzerland :
ISO, 2004), hlm.5

30
untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan. Organisasi harus
membuat dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua
dokumen yang diperlukan oleh standar internasional ini untuk
menjamin bahwa:
a) Adanya persetujuan dokumen sebelum diterbitkan.
b) Dokumen secara berkala dikaji, direvisi bila diperlukan dan
disetujui atas kecukupannya oleh personel yang diberi
wewenang.
c) Perubahan dan status revisi dokumen harus diidentifikasi
terlebih dahulu.
d) Dokumen harus dipastikan sah dan mudah diidentifikasi.
e) Dokumen mutakhir yang relevan tersedia di seluruh lokasi
operasi yang sangat penting bagi berfungsinya sistem
manajemen lingkungan yang efektif.
f) Dokumen kadaluarsa segera dimusnahkan dari semua titik
penerbitan dan penggunaan atau sebaliknya dijamin terhadap
penggunaan yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan.
g) Setiap dokumen kadaluarsa disimpan untuk keperluan
perundang-undangan dan atau keperluan pemeliharaan
pengetahuan yang didefinisikan secara tepat.
Dokumentasi harus dapat dibaca, diberi tanggal (tanggal revisi)
dan mudah diidentifikasi, dipelihara dengaan teratur dan disimpan
untuk jangka waktu yang ditentukan. Prosedur dan tanggung jawab
atas pembuatan dan modifikasi berbagai jenis dokumen harus
dibuat dan dipelihara.
6) Pengendalian operasional
Perusahaan harus mengidentifikasi operasi dan kegiatan yang
berkaitan dengan aspek lingkungan penting yang telah
diidentifikasi sejalan dengan kebijakan, tujuan dan sasarannya.
Perusahaan harus merencanakan kegiatan ini, termasuk
pemeliharaannya untuk menjamin bahwa kegiatan ini dilaksanakan
pada kondisi tertentu dengan:

31
a) Membuat dan memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk
mengatasi situasi ketiadaan prosedur yang dapat menyebabkan
penyimpangan dari kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan.
b) Menetapkan kriteria operasi di dalam prosedur.
c) Membuat dan memelihara prosedur yang berkaitan dengan
aspek lingkungan penting yang dapat diidentifikasi dari barang
dan jasa yang digunakan oleh perusahaan dan
mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang releva
kepada pemasok dan kontraktor
7) Kesiagaan dan tanggap darurat
Organisasi harus membuat dan memelihara
prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya
kecelakaan dan situasi darurat dan menanggapinya,
serta mencegah dan mengurangi dampak lingkungan
yang mungkin berkaitan dengannya.32
d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi
Pemeriksaan dan koreksi dilakukan oleh organisasi dalam
mengaudit atau mengevaluasi kinerjanya. Audit dapat dilakukan oleh
internal organisasi maupun oleh pihak luar. Masalah-masalah yang
ditemukan dalam implementasi EMS akan diidentifikasi dan
didokumentasi untuk menentukan tindakan-tindakan korektif yang
diperlukan, yang kemudian didokumentasi dan dilaporkan.33 Dengan
demikian dimensi pemeriksaan dan koreksi terdiri atasindikator
1) Pemantauan dan Pengukuran
Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur yang
terdokumentasi untuk memantau dan mengukur secara teratur,
karakteristik kunci dari operasi dan kegiatannya yang dapat
menimbulkan dampak penting pada lingkungan.
2) Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan
ISO 14001 mensyaratkan perusahaan untuk membuat dan

32
International Standard ISO 14001, EMS Spesification with Guidance ForUse,hlm.7
33
Budi Cahyono, Model Pengelolaan Lingkungan pada Industri Kecil Menengah di Kota
Semarang, Jurnal EKOBIS, Vol. 2 (2) Juli 2011, hlm. 124

32
memelihara prosedur untuk menangani, menyelidiki dan memulai
tindakan koreksi danpencegahan terhadap ketidaksesuaian. Selain
itu, tanggung jawab dan wewenang untuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan ketidaksesuaian harus ditentukan. Ketidak
sesuaian meliputi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan
persyaratan, seperti yang dipersyaratkan oleh sistem manajemen
lingkungan. Halini dapat meliputi ketidaksesuaian pada kebijakan
lingkungan, tujuan dan sasaran struktur dan tanggung jawab,
rencana pelatihan, persyaratan operasional, jadwal kalibrasi alat,
perekaman dan pengarsiban, pengendalian dokumen,
kesiapsiagaandan tanggap darurat dan prosedur tanggapan dan
jadwal pelatihannya, rencana pemantauan dan pengukuran, audit
sistem manajemen lingkungan dan dokumentasi pengkajian
manajemen dan penerapan penyempurnaan system manajemen
lingkungan.
Dalam membuat dan mempertahankan prosedur untuk
penyelidikan danmengoreksi ketidaksesuaian, perusahaan
sebaiknya memasukkan unsur-unsur dasar:
a) Identifikasi penyebab ketidaksesuaian.
b) Identifikasi pilihan tindakan koreksi dan pencegahan serta
pengendalian yangdiperlukan.
c) Pelatihan personal.
d) Penerapan rencana untuk tindakan koreksi yang dipilih.
e) Merekam setiap perubahan pada prosedur tertulis yang
dihasilkan daritindakan koreksi.
3) Evaluasi dari tingkat kesesuain
Di dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001
perusahaanharus bersikap konsisten dengan komitmen untuk
mencapai kesesuaian. Selain itusuatu organisasi juga harus
menetapkan prosedur untuk mengevaluasi secaraperiodik
kesesuaian terhadap peraturan perundangan dan peraturan lainnya
yangterkait. Perusahaan harus membuat catatan hasil evaluasi

33
periodik. Evaluasitingkat kesesuaian bisa dilakukan bersamaan
dengan evaluasi kesesuaianperaturan perundangan atau dengan
prosedur yang terpisah.
4) Rekaman
Sistem manajemen lingkungan menghendaki adanya rekaman
lingkungan yang cukup dan dipelihara sehingga dapat
memperlihatkan bahwasistem dapat berfungsi dengan efektif. Bila
tidak ada rekaman lingkungan, makahal ini memberikan petunjuk
bahwa sistem manajemen lingkungan perusahaanharus
diperbaiki.Rekaman lingkungan harus dipersiapkan, disimpan dan
dipelihara olehperusahaan serta mudah ditelusur bila diperlukan.
Rekaman ini meliputi informasiantara lain tentang pembelian,
audit, pengkajian dan pelatihan.
5) Audit dari sistem manajemen lingkungan
Di dalam ISO 14001, audit sistem manajemen lingkungan
didefinisikansebagai suatu proses verifikasi tersistemasi dan
terdokumentasi untuk memperolehdan mengevaluasi bukti secara
obyektif untuk menentukan apakah system manajemen lingkungan
dari organisasi sesuai dengan kriteria audit system manajemen
lingkungan yang dibuat organisasi, dan untuk mengkomunikasikan
hasil proses ini kepada manajemen. Sistem manajemen lingkungan
terintegrasidengan sistem manajemen lainnya. Dengan demikian
diharapkan, bahwa sistemmanajemen yang akan diaudit akan
sesuai (compatible) dan saling mendukungdengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya.34
e. Tinjauan manajemen
Manajemen puncak organisasi atau perusahaan harus mengkaji
sistemmanajemen lingkungan sesuai jadwal yang ditentukan, untuk
menjaminkesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara
berkelanjutan. Prosespengkajian manajemen harus menjamin bahwa
informasi penting dikumpulkanuntuk memungkinkan manajemen
34
International Standard ISO 14001, EMS Spesification with Guidance ForUse,hlm.8

34
melakukan evaluasi. Pengkajian ini harusdidokumentasi. Pengkajian
manajemen harus membahas kemungkinan perlunyaperubahan
kebijakan tujuan dan unsur-unsur lainnya dari sistem
manajemenlingkungan, perubahan keadaan dan komitmen untuk
penyempurnaanberkelanjutan.
f. Keuntungan menerapkan kebijakan SML berdasarkan ISO 14001
Manajemen Lingkungan merupakan manajemen yang tidak statis
melainkan sesuatu yang dinamis, sehingga diperlukan penyesuaian
apbila terjadi perubahan di perusahaan yang mencakup sumber daya,
proses dan kegiatan perusahaan. Diperlukan pula penyesuaian
seandainya terjadi perubahan di luar perusahaan, misalnya perubahan
peraturan perundangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh
perkembangan teknologi.
Berbagai manfaat dapat diperoleh apabila menerapkan ISO 14001,
yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen
lingkungan. Manfaat yang paling penting adalah perlindungan
lingkungan. Dengan mengikuti persyaratan yang ada akan membantu
dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem
manajemen yang efektif. Perbaikan lingkungan yang
berkesinambungan mempunyai kesamaan konsep dengan manajemen
lingkungan total. Hal tersebut menyajikan konsep bahwa sistem selalu
bisa dikendalikan dan selalu ada cara yang lebih efektif dari segi biaya
untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan lebih jauh selama ada
indikator-indikator yang kreatif dalam perusahaan yang diperbolehkan
menyatakan ide-ide mereka.
Keuntungan ekonomi dapat diperoleh dari penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan. Keuntungan ini sebaiknya diidentifikasi agar
dapat menunjukkan kepada pihak terkait, khusunya pemegang saham,
nilai perusahaan yang memiliki manajemen lingkungan yang baik.
Keuntungaan ini memberikan peluang perusahaan untuk mengkaitkan
tujuan dan sasaran lingkungan dengan hasil financial tertentu dan
dengan demikian menjamin bahwa sumber daya akan dapat diperoleh

35
dimana sumber daya ini memberikan keuntungan paling baik secara
finansial maupun lingkungan.35
g. Kendala penerapan ISO 14001
Kendala yang ada dalam penerapan ISO 14001 adalah sebagaiberikut:
a) Program sebaik apapun tidak akan berhasil secara baik apabila
karyawan tidak mengetahui SML yang diterapkan oleh perusahaan.
Sehingga diperlukan pendidikan danpelatihan.
b) SML juga merupakan komitmen pentaatan perusahaan terhadap
perundang-undangan yang berlaku, sehingga mutlak diperlukan
pengetahuan mengenai perundang-undangan bagi perusahaan yang
menerapkan ISO14001.
c) Khususnya di Indonesia permasalahan yang menjadi kendala
dalam penerapan SML ISO 14001adalah:
1) Kurangnya informasi mengenai standar ISO 14001
2) Kurangnya SDM yang memahami dan dapat menerapkan
standar ISO 14001.
3) Kurangnya sumberdaya keuangan untuk mengikuti kegiatan
pelatihan dan menerapkanSML.
4) Masih ada anggapan bahwa mengelola lingkungan hanya
pemborosanbiaya.
h. Sertifikasi ISO 14001
Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan
menerapkan standar tersebut berarti organisasi memperbaiki sistem.
Penerapan ISO 14001 bersifat sukarela. Sertifikasi atas ISO 14001
mempunyai arti bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan
diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO14001.
Perusahaan yang berusaha untuk memperoleh sertifikasi ISO
14001 antara lain mempunyai alasan-alasan sebagai berikut:
a) Adanya pembeli atau importer yang akan membeli produk yang di
hasilkannya, yang mensyaratkannya
35
Intan Dwiningtyastuti, Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Sari
Husada Unit I Yogyakarkarta, hlm.23

36
b) Perusahaan mengharapkan persyaratan kontrak demikian akan
memberikan manfaat pula ditinjau dari segi-segilainnya.
c) Perusahaan memandang pendekatan sertifikasi merupakan jalan
yang paling logis dan efektif untuk menerapkan dan mengolah
sistem manajemenlingkungan.
Sertifikasi ISO 14001 diberikan berdasarkan pada masing-masing
pabrik atau lokasi bukan atas dasar perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan yang mempunyai sembilan pabrik memerlukan pula
Sembilan sertifikasi. Sertifikasi diberikan bila lembaga sertifikasi yang
melakukan penilaian atau asasemen atau audit terhadap proses
dokumentasi pabrik tersebut merasa puas dengan pelaksanaan SML di
pabrik tersebut, dan berpendapat bahwa pabrik:
a) Mempunyai SML yang memenuhi standar ISO14001
b) Menerapkan SML terus-menerus secara aktif di dalam kegiatan
sehari-hari dipabrik.
Bila perusahaan ingin menerapkan sistem manajemen lingkungan
(SML) diperusahaan, maka semua komponen manajemen lingkungan
harus diselaraskan dengan fungsi-fungsi lainnya dari bagian organisasi,
khususnya pada tingkat kebijakan. Sebagai contoh, kebijakan, tujuan,
dan sasaran dari bagian keuangan, operasi, dan keselamatan perlu
diperhatikan dan bila memungkinkan sesuai dengan
bagianlingkungan.36

F. Integritas Sistem Manajemen Lingkungan Ke Dalam Nilai-nilai dan


Perspektif
a. Penciptaan Lingkungan Hidup dalam Nilai-Nilai Islam
Allah swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah/ 2: 117

Terjemahnya:

36
www.repository.unisba.ac.id diunduh pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 10.00 WIB, hlm.24

37
Selama berjuta-juta tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam
semesta termaksud bumi dan isinya, yaitu jauh sebelum manusia di
ciptakan (QS. Al-Baqarah 2: 117).
Ayat diatas menjelaskan tentang penciptaan, yang mengeluarkan suatu
ciptaan belum pernah didahului oleh orang lain. Sebab itu maka Allah
mencipta alam adalah atas kehendaknya dan bentuknya pun atas
pilihannya sendiri.Tidak dapat didahului oleh siapapun dan tidak dapat
disamai oleh siapapun.Sebab itu pula kalau ada seorang mencipta satu
lukisan, yang belum dicapai oleh orang lain, ciptaan itu disebut badi’
(penciptaan). Dengan ayat ini jelas siapa Tuhan dan siapa mahluknya yang
berkuasa mutlak dan langsung, tidak memakai perantara bila Dia
menghendaki sesuatu, diperintahkanNya saja supaya terjadi, maka sesuatu
itupun terjadi.Bagaimana rahasia kejadian itu, berapa lamanya dan bila
masanya, tidaklah kuat otak manusia buat berfikir sampai kesana.Yang
terang dengan ayat ini ialah bahwa Allah yang seperti itu Maha Besar
kekuasaaNya tidaklah memerlukan anak.
Orang Yahudi mengatakan Allah itu beranak, Uzair namanya.Orang
Nasrani mengatakan Allah itu beranak, Isa Almasih namanya.Orang
musyrikin Arab mengatakan Allah itu beranak, dan anak itu perempuan,
yaitu sekalian malaikat. Maka dengan keterangan ayat ini, bahwa Allah itu
Maha Kuasa mutlak sendirinya menciptakan alam ini, dengan tidak
memerlukan pertolongan yang lain memberi kenyataan bahwa anak itu
tidak perlu bagi Allah Yang Maha Kuasa didalam menjadikan dan
menciptakan seluruh langit dan bumi dengan seluruh isinya. Kalau
difikirkan bahwa anak itu ada bagi Allah, pada kekuasaan seluruhnya
hanya pada Allah, nyatalah bahwa adanya anak itu hanya membuat anak-
anak yang menganggur dari kekuasaan.Dan kalau anak-anak itu turut
berkuasa, nyatalah bahwa kekuasaan yang telah dibagikan Allah kepada
anak yang dikasih itu telah mengurangi kekuasaan yang ada pada Allah
sendiri.Untuk menerima gagasan Tuhan beranak ini, fikiran mesti
dikacaukan lebih dahulu, sehingga gambaran tentang kekuasaan Allah
Yang Maha Kuasa itu tidak terang lagi.

38
Maha Suci Dia, Dia tunggal, Dia khaliq yang selainNya adalah
mahluk. Dengan ini maka bulatkanlah dan persembahan kepadaNya saja
karena Dia memang Esa mustahil terbilang. Mustahil beranak kepercayaan
yang pecah, yang tidak tunggal akan memecah fikiran sendiri. Dan
fikirkanlah agama itu baik-baik, sehingga dapat dikerjakan dengan fikiran
murni. Dengan kalimat kun, artinya jadilah atau adalah. Tuhan bersabda
maka apa yang akan dikehendakiNya pun terjadi. Kallimat itu Dia tujukan
kepada yang belum ada supaya ada, atau kepada yang telah ada supaya
sempurna. Sebelum datang kalimat kun, barang itu belumada. Maka takluk
adanya sesuatu ialah kepada iradatNya (kehendaknya).Jika tidak dengan
iradatnya tidaklah jadi.
Dimuka bumi Allah telah menciptakan mahluk berupa tumbuhan yang
beraneka ragam dan berbagai jenis hewan sejak yang bersel satu hingga
binatang- binatang raksasa. Kini tumbuhan-tumbuhan raksasa ini telah
punah dan dalam usia jutaan tahun terpendam dalam bumi.karena
peristiwa kimia, berubah menjadi barang tambang yang amat bermanfaat
bagi kehidupan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan sebagainya.
Setelah kelahiran manusia, muncullah jenis-jenis tumbuhan dan hewan
yang disediakan untuk lingkungan manusia agar sejahtera hidupnya.
Lingkungan itu perlu diolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, supaya
sesuai dengan maksud Allah menyediakan itu semuanya. Kita harus
mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam ragam benda,
baik biotik maupun abiotik agar lingkungan hidup itu dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sesuai dengan kodratnya masing-masing, sehingga
terwujud kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia lahir dan batin.
Dengan akal dan budi yang telah di anugrahkan Allah kepada manusia,
ia dapat mengolah bahan mentah yang telah tersedia dibumi, baik
dipermukaan bumi, perut bumi maupun didalam lautan. Kesejahteraan
hidup besar ketergantungannya pada pandainya manusia mengolah alam
lingkungan sesuai dengan tujuan Allah menciptaan itu semua.Allah swt
berfirman dalam QS. Al-A’raf/ 7: 56

39
Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah


(diciptakan) dengan baik.Berdoalah padaNya dengan rasa takut dan
penuh harap.Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A’raf (7): 56).

Ayat diatas menjelaskan dimana manusia dilarang melakukan


kerusakan dibumi.Pengrusakan adalah salah satu bentuk pelampauan
batas, alam raya telah diciptakan Allah swt dalam keadaan yang sangat
harmonis, serasi, dan memenuhi kebutuhan mahluk.Allah telah
menjadikannya baik, bahkan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk
memperbaikinya.
Salah satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah swt, adalah
mengutus para nabi untuk meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang
kacau dalam masyarakat.Siapa yang tidak menyambut kedatangan rasul,
atau menghambat misi mereka, maka dia telah melakukan pengrusakan
dibumi.
Merusak setelah diperbaiki jauh lebih buruk daripada merusaknya
sebelum diperbaiki atau pada saat dia buruk. Karena itu ayat ini secara
tegas menggarisbawahi larangan tersebut, walaupun tentunya
memperparah kerusakan atau merusak yang baik juga amat tercela.
Dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang berkaitan
dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep khilafah dan
amanah.Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh
Allah dimuka bumi ini sebagai (khalifatun fil’ardh).Sebagai wakil Allah
manusia wajib untukmempresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat
Allah.Salah satu sifat Allah tentang pemelihara dan penjaga alam (rabbil’
alamin).Jadi sebagai wakil Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan
bertanggung jawab untuk menjaga bumi.

40
b. Lingkungan dalam Perspektif Islam
Berdasarkan perspektif islam, manusia bukan atas diatas kesia-siaan
atau tanpa makna, bahkan hukum-hukum sosial islam pun dirancang
berdasarkan pada tujuan dan filosofi penciptaannya, tentunya hukum dan
aturan-aturan ini kadang kala muncul dalam bentuk dorongan, ajakan
ataupun nasehat-nasehat yang hanya memiliki dimensi etika dimana
terdapat hukuman ukrawhi atasnya, akan tetapi kadang kala etika
berhadapan dengan ketiadaan perhatian terhadap aturan dan hukum-hukum
ini, maka yang akan bicara adalah hukum duniawi.
Karena perlindungan terhadap lingkungan hidup, memperhatikan
kesehatan lingkungan hidup, dan menghindarkan dari pencemaran
merupakan sebuah usaha dalam rangka menyelamatkan manusia dari
kehancuran dan memberikan kenyamanan pada, maka tindakan seperti ini
memiliki keistimewaan (sehingga diletakkan dalam kedudukan wajib atau
mustahab/dianjurkan).
Asas keseimbangan dan kesatuan ekosistem hingga saat ini masih
banyak digunakan oleh para ilmuan dan praktisi lingkungan dalam
kegiatan pengelolaan lingkungan.Asas ini juga sudah digunakan sebagai
landasan moral untuk semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan
lingkungannya.Akan tetapi, asas keseimbangan dan kesatuan ini masih
terbatas pada dimensi fisik dan duniawi dan belum atau tidak dikaitkan
dengan dimensi supranatural dan spiritual terutama dengan konsep
(teologi) penciptaan alam. Dengan kata lain, nilai spiritualitas dariasas ini
tidak terlihat. Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat
memperhatikan tentang lingkungan dan berkelanjutan kehidupan didunia.
Banyak ayat Alqur’an dan hadits yang menjelaskan dan menganjurkan,
bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan
kehidupannya dan kehidupan mahluk lain dibumi konsep yang berkaitan
dengan penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak
terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid).
Allah swt berfirman dalam QS. Ar-Ruum/ 30: 41

41
Terjemahnya:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebaian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Ruum (30): 41).”

Ayat diatas menjelaskan tentang kerusakan yang terjadi didarat karena


bekas perbuatan manusia ialah apa yang mereka namakan polusi, yang
berarti pengotoran udara, akibat asap dari zat-zat pembakaran minyak
tanah, bensin solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap-asap
pabrik yang besar bersama asap mobil yang menjadi kendaraan orang
kemana-mana. Udara yang kotor itu disap setiap saat, sehigga paru-paru
manusia penuh dengan kotoran.
Kemudian orang pula kerusakan yang timbul dilautan.Air laut yang
rusak karena kapal tangki yang besar minyak tanah atau bensin yang pecah
di laut.Demikian pula dari pabrik-pabrik kimia yang mengalir melalui
sungai-sungaimenuju lautan, kian lama kian banyak.Hingga air laut penuh
racun dan ikan-ikan jadi mati.
Manusia baik secara individu maupun kelompok tidak mempunyai hak
mutlak untuk mengetahui sumber daya alam yang bersangkutan.Istilah
’penguasaan’ seperti yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler
serta materialistis tidak dikenal dalam Islam.Islam menegaskan bahwa
yang berhak menguasai dan mengatur alam adalah yang Maha Pencipta
dan Maha Mengatur yakni Rabbil Alamin.Hak penguasaannya tetap tetap
ada pada Tuhan Pencipta.Dalam konteks ini, alam terutama bumi tempat
tinggal manusia merupakan arena ujian manusia. Agar manusia dapat
berhasil dalam ujiannya, ia harus dapat membaca “tanda-tanda” atau”ayat-
ayat” alam yang di tunjukkan oleh Allah swt. Salah satu agar manusia

42
mampu membaca ayat-ayat Tuhan, manusia harus mempunyai
pengetahuan dan ilmu.
Lingkungan alam ini oleh Islam dikontrol oleh dua konsep (instrumen)
yaitu halal dan haram.Halal bermakna segala sesuatu yang baik,
menguntungkan, menentramkan hati, atau yang berakibat baik bagi
seseorang, masyarakat maupun lingkungan.Sebaliknya segala sesuatu yang
jelek, membahayakan dan merusak seseorang, masyarakat dan lingkungan
ialah haram. Jika konsep, taufik, khilafah, amanah, halal dan haram ini
kemudian kemudian digabung dengan konsep keadilan, keseimbangan,
keselarasan dan kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka yang
lengkap tentang etika lingkungan dalam perspektif islam.37

G. Peluang dan Tantangan Manajemen Lingkungan


a. Peluang dan Tantangan di Bidang Industri
Semenjak revolusi industri di EROPA tahun 1800an, perkembangan
industri saat ini begitu pesat dan merupakan syarat mutlak pembangunan
negara. Perkembangan industri selalu diikuti dengan perkembangan
teknologi yang kian hari berkembang. Pergeseran teknologi dari tenaga
manusia ke mesin cukup dirasakan dampak positifnya yaitu kemudahan
dalam upaya pencapaian produktifitas akan tetapi dalam penggunaan
teknologi tersebut tidak memperhatikan aspek lingkungan maka akan
timbul dampak negatif yaitu adanya pencemaran lingkungan.
Tantangan utama bagi perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001 adalah dalam melaksanakan kegiatan
agar berkelanjutan, antara lain bagaimana menerapkan aspek lingkungan
menjadi bagian integral dari kegiatan dunia usaha sehingga masalah
tersebut bukan sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan bisnis.
Keuntungan menerapkan sistem manajemen lingkungan merupakan
manajemen yang tidak statis melainkan suatu yang dinamis, sehingga

37
Arman Manninrian, Gambaran Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 PadaPT. PLN
Sulselrabar (PERSERO) SektorTello Makassar,(Makassar: UIN Alauddin Makassar,2013), hal.31-
37

43
diperlukan penyesuaian bila terjadi perubahan di perusahaan yang
mencakup sumber daya, proses dan kegiatan perusahaan. Berbagai
manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO4001, dapat dianggap
sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan.Manfaat yang paling
penting adalah perlindungan lingkungan.Keuntungan ekonomi dapat
diperoleh dari penerapan sistem manajemen lingkungan. Keuntungan
memberikan pula peluang perusahaan untuk mengkaitkan tujuan dan
sasaran lingkungan dengan hasil finansial tertentu dengan demikian
menjamin bahwa sumber daya akan dapat diperoleh dimana sumber daya
ini memberikan keuntungan paling baik secara finansial maupun
lingkungan.38
Sesuai dengan karakteristik dan persoalannya, masalah lingkungan
dapat dibedakan ke dalam green environment dalam menghadapi
kemunduran kualitas sumber daya alam hayati, potensi tidak tergali,
peluang tidak termanfaatkan dan tantangan pemuliaan yang tidak terjawab,
serta brown environment, yakni eksploitasi sumber daya ekstraktif mineral
dan energi yang menimbulkan pencemaran lingkungan, pengembangan
bahan dan energi baru dan blue environment, yakni masalah lingkungan
dalam pemanfaatan udara dan air. Ketiga karakteristik ini pada hakikatnya
merupakan satu kesatuan proses.
Masalah lingkungan mencakup kepentingan global, nasional, dan
lokal, dengan ciri-cirinya yang bersifat holistik, lintas waktu, lintas sektor,
lintas batas wilayah baik kabupaten.propinsi, bahkan antar negara, dan
bersifat multi dimensional. Tantangan pertumbuhan penduduk dan laju
pembangunan yang terus meningkat menuntut peningkatan pemanfaatan
swnber daya alam (SDA) untuk dieksploitasi dan dikonsumsi. Keadaan ini
menyebabkan laju kerusakan, menurunnya kualitas lingkungan dan
pencemaran sumber daya yang juga makin meningkat. Pembangunan
memerlukan dukungan riset dalam perencanaan, pelaksanaan
(implementasi) yang disusul dengan pengawasan pelaksanaan yang
tepatguna, dan pemantauan, termasuk evaluasi hasilguna bagi peningkatan
38
Intan Dwiningtyastuti, Laporan Khusus Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di
PT Sari Husada Unit 1 Yogyakarta, (Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009), hlm 23.

44
kualitas hidup manusia.Untuk itu diperlukan upaya pemanfaatan SDA
termasuk upaya monservasi dan rehabilitasi yang menjain terpeliharanya
kualitas SDA bagi pemerataan kesejahteraan sosial dan ekonomi
masyarakat.
Salah satu kenyataan tidak berkelanjutnya pembangunan Indonesia
(unsustainability of the Indonesian development) adalah adanya depresiasi
(pengurasan) sumber daya alam Indonesia yang besarnya 17% dari GDP,
sedangkan tabungan bersih yang dihasilkan hanya 15% dari GDP. Oleh
karena itu sumber daya alam yang kita eksploitasi (baik sumber daya fisik
maupun hayati, baik di darat maupun di laut) hams diberi nilai tambah
tidak hanya yang tangible (profit finansial) tetapi juga yang intangible
(non-profitable secara finansial) seperti terciptanya lapangan kerja,
peningkatan kesehatan, kemajuan pendidikan generasi muda,
ketenteraman sosial dan sebagainya.39
b. Peluang Pengelolaan dan Penyelamatan SDA
1. Kemandirian dalam memanfaatkan SDA
Dalam agenda 21 Indonesia (sektoral Energi tahun 2000)
dinyatakan bahwa sumber daya minyak mentah dan kondesat sebanyak
417,2 barel yang diproduksi pertamina hanya 24,4 barel sedang
sisanya dikerjakan oleh kontraktor (asing) dan diantaranya 216,9 juta
barel diekspor. Namun akhirnya konsumsi minyak dalam negeri,
sebagai gantinya sebanyak 23,9 juta barel harus diimpor kembali.
Dari data ekspor hasil laut, dari ikan tuna, cakalang, tongkol,
udang, kepiting dan hasil perikanan lainnya telah diekspor sebanyak
422 juta kg. Kalau peluang untuk masyarakat kita sendiri dalam
mencukup kebutuhan gizi protein yang seharusnya 18 kg/kapita/tahun
itu memang sudah dicukupi, maka ekspor ikan sebanyak itu tidak perlu
dipertanyakan.
2. Peningkatan nilai tambah SDA
Penjualan kayu gelondongan ke luar negeri harus mulai dilarang
atau dibatasi dan hanya produk sari industri kayu (polywood, mebel,
39
Dewan Riset Nasional, Tantangan dan Peluang Lingkungan dalam Pembangunan
Berkelanjutan, (DRN: November 2003), hlm. 17.

45
pulp kertas atay rayon) yang diijinkan untuk ekspor.Itupun setelah kita
mencukupi kebutuhan masyarakat kita sendiri.Demikian dengan
penambangan tembaga, timah, aluminium, nikel kita memprosesnya
melalui industri manufaktur.
3. Optimalisasi pemanfaatan SDA
Program peluang untuk memanfaatkan SDA dengan
memperhatikan pengamanannya mempunyai jangkauan yang luas,
termasuk reduce (menghemat SDA), refuse (menolak bahan baku atau
limbah yang berbahaya), replacement (mengganti SDA yang mulai
langka atau limbahnya berbahaya dengan bahan lain), reusability
(menggunakan kembali untuk menghemat sesuatu), repair
(memperbaiki uang rusak), remediation dan rehabilitation
(mempersiapkan SDA guna mengembalikan peruntukannya), recycle
(mendaur-ulang SDA).
Pada ssat ini penggunaan SD tidak memperhatikan pemborosan
dan keselamatan dalam ppemanfaatannya.hal mana mengakibatkan
lingkungan yang tidak lestari dan mengabaikan kepentingan manusia
generasi mendatang. Kegiatan dalam mengelola potensi sumber daya
alam perlu memperhatikan potensi nilai tambahnya, termasuk
bioprospecting serta harus mengupayakan keselamatan dalam
pengelolaanya, termasuk biosafety yang khusus u=mengacu pada
pemanfaatan sumber daya hayati yang mempunyai nilai tinggi untuk
dikembangkan bagi kepentingan pokok dengan memeprhatikan mutu
kesehatan dan kelestariannya. Biosafety lebih diarahkan pada
penggalian dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tepat sasaran dan tepat guna dari segi lingkungan.Biosafety juga
diarahkan agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dilaksanakan
dengan mengacu kepada kesehatan dan keselamatan manusia serta
kehidupan secara keseluruhan.
4. Kesetaraan Pendidikan Lingkungan untuk Semua Sektor dan Semua
Jenjang

46
Pada dasarnya pendidikan dan penelitian untuk semua sektor
pembangunan perlu memperoleh pengetahuan, pemahaman,
kepedulian dan sikap terhadap lingkungan hidup yang mendasari
perilaku dan peran sertanya dalam pembangunan.Hal ini seyogyanya
untuk semua jenjang mulai dari SD-SMA, pelaksana lapangan (D III),
pengatur dan pengawas di lapangan (S-1).
Hal ini dimaksudkan agar peran sertanya untuk menjadi pelaku
pembangunan yang berkelanjutan mendapatkan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan dala pengelolaan lingkungan.
c. Hambatan Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan
Tantangan utama dalam pengelolaan kegiatan penyediaan air minum
dan sanitasi antara lain belum ersedianya lembaga yang khusus menangani
pengelolaan air minum dan sanitasi pedesaan sebagaimana PDAM di
perkotaan. Belum tersedianya sistem data atau informasi air minum dan
sanitasi pedesaan untuk menjadi bagian dari sistem informasi kinerja
penyelenggaraan pembangunan daerah yang andal sebagai basis
pengambilan keputusan program dan anggaran pembangunan air minum
dan sanitasi pedesaan. Belum memadainya dukungan program dan
anggaran daerah yang memberikan fokus pada peningkatan kinerja
pelayanan air minum dan sanitasi pedesaan, pendanaan masih bertumpu
pada anggaran pemerintah, dan belum dimanfaatkannya potensi pendanaan
dari swasta dan masyarakat.40
d. Strategi Perusahaan Menghadapi Perubahan
Setiap orang tidak dapat membayangkan dan mengetahui dengan pasti
apa yang akan terjadi di masa mendatang. Banyak usaha untuk
meramalkan masa itu, tetapi opini yang dibuat masing-masing sangat besar
perbedaannya sehingga sulit untuk mempercayainya.Beberapa
karakteristik umum dapat digambarkan dengan melihat prediksi paling
populer.41

40
Meuthia Geumala, dkk, Manajemen Lingkungan Kesehatan Perkotaan, (Fakultas Tekhnik:
Universitas Merdeka Surabaya, 2018), hlm. 9.
41
Andie T. Purwanto, Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan.Dalam artikel
Manajemen Lingkungan, hlm.18, hlm.

47
Survei manufaktur masa depan tahun 1992 oleh Kim dan Miller
(Rosltadas, 1995) di AS menghasilkan gambaran antisipasi manajer
mengenai perubahan dalam lingkungan bisnis (dalam presentase
responden yang menyebutkan masalah ini:
1. Bertambahnya kompetisi pasar dan kerjasama global (37%)
2. Lebih berfokus pada harapan konsumen untuk mutu dan waktu (24%)
3. Perubahan alamiah tenaga kerja: tugas, perilaku, harapan, dan
kemampuan mereka (19%)
4. Bertambahnya perhatian dan peraturan untuk masalah lingkungan
(13%)
5. Berkurangnya atau tidak tumbuhnya pasar domestik (12%)
6. Perubahan teknologi yang pesat dan siklus hidup produk (produk life
cycle) yang lebih pendek (10%)
7. Bertambahnya tingkat persaingan (9%)
8. Informasi yang tersedia lebih cepat dengan cakupan yang lebih luas
(6%)
Gambaran mengenai prediksi situasi masa depan yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi penentuan arah kebijakan strategi perusahaan, termasuk
bidang lingkungan, antara lain (Mahyana, 1998):
1. Penyusutan (downsizing) besar organisasi
2. Organisasi lebih ramping (lean) dan datar (flat)
3. Organisasi lebih bersih (clean)
4. Masa maraknya paham “sustainable development”, pengembangan
atau pertumbuhan dengan visi berkelanjutan
5. Tuntutan konsumen diberbagai wilayah akan produk “green” sangat
tinggi
6. Segi teknologi, masa penggunaan IT sangat intens dan tinggi, hampir
semua data tersedia dalam bentuk digital
7. Persaingan antar perusahaan sangat kuat, sebagai imbas sangat luasnya
saluran informasi mengenai produk dan jasa
8. Budaya yang dianut organisasi adalah budaya informasi, banyak
keputusan didasarkan keakuratan dan kecepatan informasi

48
9. Borderless competitiveness, dimana persaingan terjadi tanpa dibatasi
sekat negara dan wilayah
Di sisi lain, sebagai tambahan, hasil studi internasional Kim dan Miller
tahun 1992 pada bidang yang sama untuk melihat apa yang dianggap para
manajer di dunia akan menjadi prioritas kompetisi mendatang tercantum
pada tabel 1 sebagai berikut:

Urutan Eropa Jepang USA

1 Kesesuaian mutu Produk terandal Kesesuaian


mutu

2 Penyerahan yang Penyerahan yang Penyerahan


terpercaya terpercaya yang terpercaya

3 Produk terhandal Perubahan desain Produk


yang cepat terhandal

4 Kinerja tinggi Kesesuaian mutu Kinerja tinggi

5 Pengiriman yang cepat Produk sistem Harga bersaing


langganan

Bagi kalangan pebisnis Jepang, faktor kompetisi terpenting adalah


keandalan produk yang disusul penyerahan produk tersebut yang
terpercaya mutunya.Sedangkan di Eropa dan AS, faktor kompetisi lebih
dipandang pada kesesuaian mutu prosuk baru disusul penyerahan produk
yang terpercaya mutunya. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, jalan
yang ditempuh perusahaan yang hendak bertahan dalam persaingan global
antara lain dengan berusaha memperoleh pengakuan atas sistem yang
dikelolanya secara internasional agar produk mereka tetap diterima dan
diakui pasar sebagai produk yang bermutu dab sistem yang dijalankan
telah memperhatikan standar internasional. ISO 14000 sejak diluncurkan
tahun 1996, mengikuti kesuksesan peluncuran ISO 9000 telah menjadi
acuan di banyak negara dalam mengukur tingkat kesadaran dalam

49
pengelolaan lingkungan di suatu perusahaan.Setelah itu telah menjadi
syarat di beberapa wilayah dalam penerapan kebijakan perdagangannya.
Melihat gambaran perubahan masa depan diatas yang memerlukan
bentuk perusahaan yang mampu beradaptasi secara cepat, dibutuhkan
bentuk perusahaan yang mampu belajar dengan cepat. Karena itu bentuk
organisasi belajar (learning organization) merupakan pilihan yang relevan
untuk menjawab tantangan semacam ini. Ini sesuai dengan tuntutan era
bisnis masa depan yang dikenal pula sebagai era ekonomi pengetahuan.42
Jalur informasi yang semakin terbuka dan tanpa batas memungkinkan
perkembangan infomasi dan pengetahuan aktor bisnis semakin
cepat.Batasan fisik sudah semakin berkurang, seiring tuntutan pelanggan
yang semakin besar.Untuk mengantisipasinya perusahaan banyak
berpaling pada bentuk mengelola aset non-fisik dari manusia yaitu
pengetahuannya.Ini tentu masuk akal karena yang dibutuhkan dan bernilai
bagi perusahaan dalam diri manusia adalah pengetahuannya karena peran
fisik sudah banyak diambil alih teknologi pembantu aktifitas manusia.
Sehingga timbul faham mengelola bisnis dalam cara lain yang disebut
manajemen pengetahuan (Knowledge management; Pojasek, 2001).
Uraiannya sebagai berikut:
“Mengelola pengetahuan (knowladge management) adalah upaya
mengelola modal virtual yang dimiliki para anggota organisasi (termasuk
pengalaman, keterampilan, data, dan informasi), sehingga tujuan
organisasi dapat terwujud.Perspektif kerangka kerja ini adalah
memandang semua proses-proses organisasi. Semua karyawan dapat
mengkomunikasikan isi yang bernilai karena merka berbagi konteks
organisasional yang sama. Konwladge management adalah kerangka
kerja yang sekarang banyak dipakai organisasi untuk menerjemahkan isi
atau konten ke dalam nilai pemegang saham.Knowladge management
bentuk yang sesuai dengan era ekonomi pengetahuan di abad informasi
mendatang.”

42
Andie T. Purwanto, Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan. Artikel
Manajemen Lingkungan, hlm. 19.

50
f. Perubahan Paradigma Strategi Lingkungan Perusahaan
Dari sisi perkembangan manajemen lingkungan sendiri, manajemen
lingkungan sebagai bagian dari praktek manajemen bisnis keseluruhan
dituntut untuk bersikap proaktif dalam mendukung aktifitas bisnis
perusahaan.Aktivitas bisnis hanya memiliki 2 fungsi dasar yaitu
pemasaran dan inovasi.Sehingga inovasi dan pemasaran harus menjadi
bagian dari manajemen lingkungan bila tidak ingin tersingkir dari
pertimbangan bisnis.
Inovasi lingkungan termasuk tidak hanya teknologi baru, namun juga
sistem manajemen baru yang mungkin dipandang remeh oleh manajer
lingkungan dengan perspektif tradisional. Inovasi lingkungan sekarang
mulai menunjukkan arah dalam perancangan produk baru (DfE,
penggunaan energi dan material lebih efisien), proses manufakturing baru
(manufakturing sadar lingkungan), pendekatan baru pada akunting (eco-
accounting), pemasaran produk dalam cara baru (pemasaran green and
clean), dan inisiatif manajemen baru ISO 14001 dan TQEM.
Inovasi lingkungan selalu berfokus meningkatkan nilai tambah pada
pemilik saham. Bentuknya dapat berfokus proses disebut inovasi proses
produksi, dan lainnya berfokus inovasi pemasaran, bertujuan
meningkatkan nilai lingkungan pada produk dalam persepsi pelanggan.
Sehingga pelanggan mau memberi nilai lebih pada produk yang
ditawarkan dan berpeluang menciptakan pangsa pasar tersendiri.
Untuk melangkah berfokus proses, profesional lingkungan perlu
mempertimbangkan 5 langkahlangkah dasar berikut:
1. Fokus ke core-competence, visi dan misi perusahaan secara
keseluruhan.
2. Fokus ke proses. Ke penyebab masalah lingkungan dan limbah,
dengan pertolongan perangkat kualitas TQEM.
3. Fokus ke nilai tambah lingkungan. Mengetahui nilai tambah
lingkungan. Pertanyaan dasar: apa yang dapat diberikan aspek-aspek
lingkungan sebagai nilai tambah pada pemegang saham perusahaan?

51
4. Menyusun optimalisasi nilai tambah yang dapat dilakukan dalam
bentuk strategi lingkungan perusahaan.
5. Komunikasi hasilnya secara efektif dengan menggunakan sebanyak
mungkin bahasa moneter dan kuantifikasi aspek kualitatif.
Keseluruhan pilihan manajemen lingkungan beyond compliance
apakah inovasi proses atau pemasaran, terangkum dalam strategi
manajemen lingkungan perusahaan. Perumusan strategi manajemen
lingkungan tersebut memerlukan perubahan orientasi pemikiran menuju
beyond compliance. Perubahan paradigma kebijakan lingkungan tersebut
dinyatakan secara lebih jelas oleh Lynn Johannson “Sesuai dengan
perkembangan teknologi, terdapat perubahan cara pandang dalam
perumusan kebijakan lingkungan dan implementasinya di perusahaan,
yang terutama dipicu setelah adanya ISO 14000 di pertengahan 1990an, di
Amerika dan Eropa”.
Tabel 2 perubahan paradigma kebijakan lingkungan
No. Lama Baru

1. Perlindungan lingkunga dan Pengembangan berkelanjutan


pertumbuhan ekonomi terlihat menghubungkan pembuatan
seperti berlawanan keputusan lingkungan dan
ekonomi

2. Berfokus pada masalah lokal Berfokus pada regional, masalah


global

3. Agenda didorong oleh Agenda berespon pada


pertimbangan domestik perdagangan internasional dan
iklim investasi

4. Publik menunggu peran Partisipasi publik dalam


pemerintah untuk mengidentifikasi masalah dan
memprioritaskan masalah dan mengembangkan solusi
menemukan solusi

52
5. Fragmentasi yuridiksional Kerjasama yuridikasi bertujuan
mengarah pada duplikasi dan pada menghilangkan duplikasi
overlap dan overlap

6. Pola pikir bereaksi dan Pola pikir mengantisipasi dan


penyembuhan (react and mencegah (anticipate and
cure) prevent)

7. Pendekatan “command and Alat istrumen bermacam-


control” sebagai instrumen macam, termasuk aksi sukarela
pilihan dan isntrumen ekonomi juga
digunakan

8. Peraturan menjelaskan solusi Standar kinerja memberi sektor


teknis, mengha,bat inovasi industri fleksibilitas, mendorong
inovasi

9. Mengarah pada titik sumber Mengarah pada sumber polusi


polusi besar, mudah tersebar dan sulit dikelola
teridentifikasi dan terkelola

Dikaitkan dengan munculnya ISO 14001 di tahun 1996, dapat ditarik


kesimpulan bawa dengan adanya ISO 14001 mendorong perubahan
orientasi pengelolaan lingkungan di perusahaan seluruh dunia dari mulai
pemenuhan sampai membuka jalan menuju beyond compliance43.

H. Keterkaitan Al-Qur’an dengan Manajemen Lingkungan


Al- Quran merupakan pedoman hidup bagi manusia yang mana
didalamnya terdapat banyak pengetahuan yang sangat kompleks yang
menjangkau seluruh lapisan kehidupan. Salah satunya terdapat beberapa ayat
Al- Quran mengenai lingkungan dan segala hubungannya dengan makhluk
makhluk di dalamnya. Ayat ayat tersebut diantaranya,
1. QS. Al-Baqarah/ 2:117
43
Ibid., hlm.20.

53
ُ ‫ض ٰىأَ أمرًافَإ َِّنَّ َمايَقُولُلَهُ ُك أنفَيَ ُك‬
َّ‫ون‬ ِ ِۖ ‫اواتِ َو أاْلَرأ‬
َ َ‫ض َوإِ َذاق‬ َ ‫بَ ِديعُال َّس َم‬
Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah: 117)
Menurut Tafsir al-Jalalain yang dimaksud (Penemu langit dan bumi)
yaitu penciptanya tanpa meniru pada contoh-contoh yang lain (dan bila
Dia berkehendak) (akan sesuatu perkara) artinya menciptakannya (maka
Dia hanya mengucapkan kepadanya, "Jadilah kamu!" Lalu jadilah ia)
artinya sesuatu itu pun terjadilah.
2. QS. Ar-Ruum/ 30:41

۟ ُ‫ضٱلَّ ِذى َع ِمل‬


َ ‫والَ َعلَّهُ أميَرأ ِجع‬
َّ‫ُون‬ َ ‫ىٱلبَ ِّر َو أٱلبَحأ ِربِ َما َك َسبَ أتأ َ أي ِدىٱلنَّا ِسلِيُ ِذيقَهُمبَ أع‬
‫ظَهَ َر أٱلفَ َسا ُدفِ أ‬
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar) (QS. Ar-Rum: 41)
Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam
dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir,
kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang
tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia
dan makhluk hidup lainnya.
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan.
Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti
ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang
pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar
maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu
Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak
upaya yang bisa dilakukan, misalnya rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah
dan air yang rusak perlu ditingkatkan lagi. Dalam lingkungan ini program
penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan disempurnakan.

54
Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu
dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian
lingkungan hidup.
3. QS. Al-A’raf/ 7:56

َ ِ‫ضبَ أع َدإِصأ ََل ِحهَا َوا أدعُوهُ َخوأ فًا َوطَ َمع ًۚاإِنَّ َرحأ َمتَاللَّ ِهقَ ِريبٌ ِمن أَال ُمحأ ِسن‬
َّ‫ين‬ ِ ‫ياْلَ أَّر‬
‫َو ََلتُ أف ِسدُوافِ أ‬
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-
A’raf:56)
Maksud dari ayat tersebut adalah, bumi sebagai tempat tinggal dan
tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah
dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-
sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan
sebaliknya dirusak dan dibinasakan.
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda,
melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta
perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan
tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang
melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang
berbuat kerusakan di muka bumi.
Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi
karena Dia telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Maka dari itu
kita sebagai khalifah dibumi sudah sepatutnya menjaga dan melestarikan
alam sebagai anugerah sekaligus titipan yang harus selalu kita jaga bukan
hanya untuk kehidupan kita saja tetapi untuk keberlangsungan anak cucu
kita kedepannya.

55
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen lingkungan adalah bagian dari manajemen keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi kegiatan perencanaan, tanggung jawab,
praktik, prosedur, proses dan sumberdaya untuk mengembangkan,
menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan.
2. 4 fungsi manajemen, yang dalam dunia manajemen dikenal sebagai POAC
yaitu, planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan) dancontrolling (pengendalian).
3. Cakupan manajemen lingkungan terdiri dari pengendalian, pemanfaatan,
pemeliharaan, pemulihan, penanggulangan, pengawasan, dan penegakan
hukum.
4. Sistem Manajemen Lingkungan merupakan pengaturan-pengaturan secara
sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses, serta sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan
yang sesuai dengan standarisasi Internasional (ISO).
5. Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut ISO (International
Organization For Standardization) 14001merupakan suatu sistem
manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah
koordinasi Organisasi Standar Internasional.
6. Tantangan utama bagi perusahaan yang menerapkan sistem manajemen
lingkungan ISO 14001 adalah dalam melaksanakan kegiatan agar
berkelanjutan dan peluang menambah SDA.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dari makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan yang
berhubungan dengan judul makalah. Penulis berharap berikutnya untuk
membahas makalah secara lebih lengkap. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis dan pembaca.

56
DAFTAR PUSTAKA

A.M. Yunus Wahid. 2018. Pengantar Hukum Lingkungan. Kencana: Jakarta


Andi Hamsah. 1995. Penegakan Hukum Lingkungan, Arikha Media cipta, Jakarta.
Andie T. Purwanto, Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan.
Dalam artikel Manajemen Lingkungan,
Awantara, I Gusti Putu Diva. 2014. Sistem Manajemen Lingkungan. Yogyakarta:
Deepublish.
Bantacut, Tajuddin. 2012. Bisnis Berkelanjutan: Integrasi Manajemen
Lingkungan Dalam Pengelolaan Usaha. Vol. 17.
Barenlitbangda. -. Al- Qur’an – Tentang Tata Ruang dan Kelestarian Lingkungan.
Cahyono, Budi. 2011. Model Pengelolaan Lingkungan pada Industri Kecil
Menengah di Kota Semarang, Jurnal EKOBIS, Vol. 2 (2)
Dewan Riset Nasional. 2003. Tantangan dan Peluang Lingkungan dalam
Pembangunan Berkelanjutan
Dwiningtyastuti, Intan. 2009. Laporan Khusus Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 di PT Sari Husada Unit 1 Yogyakarta, Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Geumala, Meuthia dkk,. 2018. Manajemen Lingkungan Kesehatan Perkotaan,
Fakultas Tekhnik: Universitas Merdeka Surabaya.
Hidayat, Ara. 2015. Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup.Jurnal Pendidikan
Islam Vol. 4(2).Desember 2015.
Husein, Harum M. 1993. Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan
Penegakan Hukumnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
International Standard ISO 14001, EMS Spesification with Guidance
ForUse,hlm.8
K.E.S.Manik. Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kencana, Bandung. 2016
Manninrian, Arman. 2013.Gambaran Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
PadaPT. PLN Sulselrabar (PERSERO) SektorTello Makassar, Makassar:
UIN Alauddin Makassar.
Maujud, Fathul. 2018. Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Lembaga
Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 14.

57
Ramadan, Bimastyaji Surya, dkk. 2019. Analisis Kuantitatif Sistem Manajemen
LingkunganBerdasarkan Klausul Iso 14001:2015.Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 16 No.1
Maret.
Sagala, Syaiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sastrawijaya, Dinarlianti. 2013. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan Iso 14001 Di Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Citeureup, Bogor. Bogor : Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor.
Siagian, Sondang P. 1992. Fungsi-fungsi Manajerial.Jakarta: Bumi Aksara.
Sueb, Memet. 2012.Relasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan
Kinerja Keuangan, Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 3 (1)
Supardi, Bahrudin. 2009. Berbakti Untuk Bumi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surya, Bimastyaji Ramadan, dkk,. 2015. Analisis Kuantitatif Sistem Manajemen
Lingkungan Berdasarkan Klausul ISO 1400; 2015, Jurnal Presipitasi :
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 16 No. 1
Terry, George R. 2003. Guide to Management, terj. J. Smith DFM, Prinsip-
prinsisp Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Widianto, Teguh. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Purwokerto Jawa Tengah.
Tesis
www.repository.unisba.ac.id diunduh pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 10.00
WIB, hlm.24

58

Anda mungkin juga menyukai