Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Pendidikan Adab Kampus Bertauhid Dalam Pendidikan Dan Pembelajaran

Kelompok 6

Disusun Oleh:

Caesandra Indah Arlina (B.1910523)

Ellyvia Primaviera (B.1910592)

Erny Ambarwati (B. 1910637)

Fitri Apriliany (B.1910628)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan berkat dan
anugerahnya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan adab kampus
bertauhid dalam Pendidikan dan pembelajaran” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan
Kampus Bertauhid Bapak DR. Amir Mahrudin M.Pd.I dan juga kepada semua pihak yang
membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Kami memahami jika makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami butuhkan agar makalah ini jauh lebih baik lagi.

Bogor, 04 Oktober 2020

Penyusun

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Permasalahan..................................................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
III. PEMBAHASAN.................................................................................................................................5
3.1 Adab Sebelum Perkuliahan.............................................................................................................5
3.2 Adab Ketika dalam Perkuliahan.....................................................................................................6
3.3 Adab Setelah Perkuliahan...............................................................................................................7
3.4 Adab Pendidik/Dosen dalam Kegiatan Pembelajaran.....................................................................8
3.5 Adab Mahasiswa Terhadap Mahasiswa Lainnya Dalam Kegiatan Pembelajaran.........................11
3.6 Adab Dosen dan Mahasiswa dalam Kegiatan Perkuliahan...........................................................12
3.7 Adab terhadap Lingkungan Kelas.................................................................................................13
3.8 Karakteristik Mahasiswa dalam Kegiatan Pembelajaran..............................................................14
3.9 Adab Mahasiswa dalam Ujian......................................................................................................15
IV. PENUTUP........................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................................18
4.2 Saran.............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................19

ii
A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acap kali kata adab terlintas di beragam referensi atau terucap dari petuah bijak
seseorang, tetapi apa sebenarnya definisi dan makna dari adab itu sendiri? Dalam bahasa
Arab, kata adab merupakan bentuk kata benda dari kata kerja adab yang berarti
kesopanan, sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh
masyarakat.
Mengutip pernyataan Abu Isma’il al-Harawi, pengarang kitab Manazil as-Sa’irin,
yang dimaksud dengan adab adalah menjaga batas antara berlebihan dan meremehkan
serta mengetahui bahaya pelanggaran. Keberhasilan seseorang biasanya ditentukan oleh
adab yang dimiliki.Menurut Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali karya Luqman
Junaedi, adab menurut Rasulullah SAW adalah pendidikan tentang kebajikan yang
merupakan bagian dari keimanan.Masih di buku yang sama, al-Hujwiri berpendapat, adab
merupakan keindahan dan kepatutan suatu urusan agama atau dunia.
Kesemuanya itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.Nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT dan cinta
kepada Rasulullah biasanya berdasar pada pendidikan moral. Seseorang yang tidak peduli
dengan pendidikan moral, ia tidak akan mampu mencapai derajat kesalihan.Untuk dicintai
oleh Allah, segala sesuatu dilakukan harus bersih dan terpuji. Sebab itu, adab merupakan
bagian dari keseluruhan kegiatan ibadah. Menutup aurat, berwudhu, mandi, bersuci, dan
berhias merupakan bagian dari adab. Semata-mata hal itu dilakukan karena mereka akan
menghadap Allah.Adab atau kesopanan di hadapan Allah juga diperintahkan langsung.
Ini seperti perintah berbusana yang baik dan sopan ketika shalat. “Pakailah pakaian yang
indah ketika memasuki masjid.” (QS al-Araaf [7] : 31).
Saat ini bisa kita lihat banyak seorang penuntut ilmu yang bisa dikatakan kurang
dalam berakhlak (beradab) tetapi sangat mencintai dunia. Seperti, banyak membantah
perkataan gurunya, melawan gurunya, tidak sopan dalam berkata, tidak mempunyai
tatakrama, dan sombong dengan ilmu yang ia miliki. Ingatlah sebanyak apapun ilmu kita,
setinggi apapun pangkat kita, sehebat apapun kita, jika kita tidak memiliki akhlak (adab)
yang baik terhadap orang lain maka akan sia-sialah apapun itu yang kita miliki. Termasuk
ilmu, mau sebanyak apapun, setinggi apapun, akan sia sia. Maka dari itu sangat penting
mempunyai adab.

1
1.2 Permasalahan
Mempelajari adab-adab islami secara umum merupakan perkara yg sangat urgen
dan memiliki kedudukan yg tinggi dlm agama Islam. Bahkan mempelajari n memahami
adab-adab menuntut ilmu sangat dianjurkan bagi para penuntut ilmu sebelum mereka
mulai mempelajari ilmu-ilmu syar’i itu sendiri.
Yang demikian ini dikarenakan perjalanan dlm menuntut ilmu agama sangat
panjang dan ilmu yg harus dipelajari sangat banyak n luas, sedangkan umur manusia di
dlm kehidupan dunia ini sangatlah pendek dan terbatas. Oleh karenanya, memahami n
mengamalkan adab-adab menuntut ilmu dengan baik n benar dapat memberikan beberapa
faedah.

1.3 Tujuan
a. Kita kan menjadi orang yang baik tanpa kita sadari.
Jika kamu menerapkan adab, maka orang lain akan senang bertemu dengan
kita. Kita tidak perlu menjadi baik untuk menjadi beradab. Justru karena kita
menerapkan adab dalam bersosial, kita akan menjadi orang baik tanpa kita sadari dan
tentu itu bukanlah sebuah pencitraan, tapi suatu penghormatan pada diri sendiri.
b. Mendapatkan kemudahan dalam kehidupan sosial.
Orang yang punya adab dan gak terlalu tinggi ilmunya, kamu akan lebih
mudah bersosialisasi, membangun relasi, bercanda tanpa menyinggung perasaan,
sampai main bareng. Karena, orang seperti itu cenderung lebih mementingkan
temannya daripada dirinya sendiri.Berbeda dengan teman yang tinggi ilmunya tapi dia
merasa ditinggikan dengan ilmu yang sebenarnya hanya titipan. Orang seperti itu akan
menjadi teman kita disaat kita hanya butuh padanya. Karena, orang seperti itu
cenderung gengsi jika dia butuh pada orang lain disebabkan ingin menjaga ilmunya
untuk dirinya sendiri.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara etimologi, kata “adab” dimaknai sebagai kehalusan dan kebaikan budi pekerti;
kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai adab, mempunyai budi bahasa yg
baik, berlaku sopan Menurut KH. Hasyim Asy’ari seperti dikutip Adian Husaini mengatakan,
adab adalah satu istilah khas dalam agama Islam seperti halnya makna iman, Islam, ibadah
dan lainnya. Adab bukanlah sekedar “sopan santun” atau baik budi bahasa, atau yang populer
hari ini dengan istilah membangun karakter (character building) dalam suatu pendidikan.

Membaca penjelasan para ahli tafsir pada ayat “ya ayyuha alladzina amanu qu
anfusakum wa ahlikum naran” (Surah at-Tahrim [66]: 6) tentang perintah menjaga keluarga
dari api neraka, terdapat korelasi kuat antara pendidikan dan adab.

Abdurrahman Nashir as-Sa’di, misalnya, memaknai perintah tersebut dengan makna


pendidikan adab dan ilmu. Ia menyatakan “wa wiqayah al-ahli wa al-aulad bi ta`dibihim wa
ta’limihim wa ijbarihim ‘ala amrillah” [Dan penjagaan istri dan anak-anak itu dengan cara
mengajari mereka “ta`dib” /pendidikan adab dan “ta’lim” (pendidikan ilmu).

Senada di atas, pendapat Ali bin Abi Thalib dalam Tafsir Ibn Katsir, berkata bahwa
yang dimaksud perintah memelihara diri dan keluarga adalah ajarilah mereka adab dan ilmu
(addibuhum wa ‘allimuhum).

Dalam kitab tafsir yang lain, Mufassir al-Maraghi menyatakan, ayat itu mengandung
perintah ajarilah ketaatan kepada Allah dan mengerjakan seluruh perintah-Nya. Sebagaimana
kalian juga memiliki kewajiban dalam mendidik keluarga dengan amal melalui nasihat dan
adab. “wahmiluhum ‘ala dzalika bi an-nushhi wa at-ta`dib”.

Menurut Muhammad Syed Naquib al-Attas, pendidikan adalah penyemaian dan


penanaman adab dalam diri seseorang, ini disebut dengan ta’dib. Al-Qur’an menegaskan
bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam
Muhammad. Olehnya, tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia yang beradab atau
manusia yang baik (to produce a good man).

Manusia beradab atau insan adabiy adalah manusia yang mengenal Tuhannya,
mengenal dan mencintai Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallamnya, menjadikan Nabi Shallahu
‘Alaihi Wassallam sebagai uswatun hasanah, menghormati para ulama sebagai pewaris Nabi
Shallahu ‘Alaihi Wassallam, memahami dan meletakkan ilmu pada tempat yang terhormat. Ia

3
juga bisa memilah dan memahami antara ilmu yang bermanfaat dan yang merusak, serta
sanggup menjalankan fungsi sebagai abdullah dan khalifah di muka bumi.

4
III. PEMBAHASAN

3.1 Adab Sebelum Perkuliahan

a. Niat karena Allah

Hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menuntut ilmu adalah membenarkan
niat. Niatkan semua ilmu yang akan kamu pelajari hanya karena Allah. Sebagaimana
firman Allah dalam Al Bayyinah ayat 5,
Yang Artinya :"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus"

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menuntut


ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun
ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan
mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

a. Selalu berdoa
Dalam menuntut ilmu hendaknya kita selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam
menyerap ilmu dan mengamalkannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman Yang artinya. dan katakanlah :”Ya Rabbku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.[Thâhâ/20:114]

Adapun doa yang biasa dipanjatkan oleh Rasul dalam menuntut ilmu,yang Artinya:

Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal
yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu [HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah,
dishahihkan al-Albâni]

b. Selalu bersungguh-sungguh
Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang
didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu kita.

5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak
pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang
dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang
dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

c. Menjauhi maksiat
Untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah, maka jauhkanlah diri dari
berbagai macam maksiat. Maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi
sehingga ilmu sangat sulit dimengerti.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya
sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat,
hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam
tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”

d. Selalu rendah hati


Banyak sekali orang berilmu yang justru menjadi sombong hanya karena merasa lebih
baik dibandingkan orang lain. Jika ingin mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat,
maka tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati.
Imam Mujahid mengatakan:“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan
orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)

e. Berpakaian sewajarnya
Berpakain rapih dan sopan ridak menyimpang merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan sebelum belajar karena bagaimanapun anda akan berhadapan dengan guru
anda yang akan memberikan ilmu.
f. Ucapkan salam
Ucapkan salam, sebelum masuk ke dalam kelas karena sesungguhnya malaikat akan
menyambut orang orang yang bersungguh sungguh berniat dalam mencari ilmu.

3.2 Adab Ketika dalam Perkuliahan


a. Memperhatikan penjelasan

6
Jika ingin mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasilah ketika guru atau
ustadz menjelaskan. Fokuslah untuk menyerap ilmu yang disampaikan. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,yang Artinya:
“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu)
mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya.
Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang
yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

b. Diam menyimak
Salah satu adab dalam menuntut ilmu yang banyak ditinggalkan adalah diam ketika
guru atau ustadz menjelaskan. Jangan berbicara atau bahkan mengobrol hal yang sama
sekali tidak penting bahkan tidak berhubungan dengan pelajaran yang disampaikan.
Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Al A’raf ayat 204,yang Artinya:
"Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat"

c. Dalam bertanya
Adab dalam bertanya kepada dosen hal sangat penting yang harus diperhatikan,jangan
berbicara sebelum dosen selesai menjelaskan materi dan membuka sesi pertanyaan,dan
angkat tangan sebelum bertanya,jangan lupa mengucapakan salam dan perkenalkan diri.
d. Menghafal
Setelah berhasil memahami ilmu yang disampaikan, maka hendaknya hafal lah ilmu
tersebut agar lebih mudah diingat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar


perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya.
Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR.
At-Tirmidzi).

3.3 Adab Setelah Perkuliahan


a. Membaca Alhamdulillah
Membaca Alhamdulillah,sebagai rasa syukur mendapatkan ilmu yang begitu berharga
dan insya Allah bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
b. Membaca do'a Kifaratul

7
"Subhaanakallaahumma wa bìhamdìka, asyhadu al-laa ìlaaha ìllaa anta, astaghfìruka,
wa atuubu ìlaìka"Artinya:
"Maha Suci Engkau, ya Allah Tuhanku, dan aku memuji syukur kepada-Mu. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Ampunilah dosa-dosaku dan aku bertaubat
kepada-Mu." (HR. Tirmidzi).

Doa dari kafaratul majelis ini memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa
yang telah kita perbuat. Tidak dapat dipungkiri juga kita melakukan setiap perbuatan sulit
terhindar dari dosa apapun, baik kecil maupun besar. Baik dosa yang kita lakukan secara
tidak sengaja maupun dosa yang kita tahu bahwa kita melakukannya secara
sengaja.Misalnya, dalam suatu pertemuan atau majelis kita tidak bisa menghindari adanya
selisih paham, yang membuat satu sama lain kurang akur hingga adu mulut atau
bertengkar. Padahal, kita berkumpul dengan niat tujuan yang baik, namun di dalamnya
ada percikan-percikan dosa.

c. Keluar kelas dengan adab


Keluar kelas dengan adab merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan dan
diterapkan dalam diri kita,jangan keluar kelas sebelum dosen keluar (mendahului) atau
berdiri dari kursi sebelum dosen mengakhiri perkuliahan dan keluar dari kelas.
d. Mengamalkan
Akan percuma setiap ilmu yang didapatkan jika tidak diamalkan. Sudah seharusnya
kita mengamalkanilmu yang kita dapatkan agar mendapatkan keberkahan dari Allah
SWT.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak
mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun
membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani).

3.4 Adab Pendidik/Dosen dalam Kegiatan Pembelajaran


a. Sabar terhadap Murid
Seorang guru (dalam konteks ini dan selanjutnya akan disebut dosen) hendaknya
bersabar dan senantiasa bersikap tenang serta menahan marah atas kelakuan murid (yang
selanjutnya akan disebut mahasiswa). Misalnya adalah ketika mahasiswa tidak mematuhi
aturan yang ditelah disepakati seperti melakukan inappropriate behaviour di kelas
yakni ngobrol sendiri selagi dosen menjelaskan. Rasulullah saw sendiri pernah dimintai

8
nasihat oleh sahabat dan menasihati sahabat tersebut dengan bersabda “La
taghdab (jangan marah)”. Bahkan dalam teori pengelolaan modern, terdapat
istilah pregnant pause dimana guru berhenti dan diam sesaat ketika sedang menjelaskan
materi ketika ada murid melakukan inappropriate behaviour di kelas, alih-alih langsung
marah (Marzano, 2005).

b. Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami Saat Mengajar


Salah satu bentuk menghargai mahasiswa adalah dengan menggunakan bahasa yang
mudah untuk dipahami oleh mereka. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya
mengajukan pertanyaan yang bisa dipahami terutama oleh mereka yang lama dalam
memahami. Selain menanyakan pertanyaan, dosen dianjurkan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan mahasiswa dengan ringkas atau bahasa yang sederhana dan
diksi yang lebih ringkas.
c. Mendekatkan Murid pada Hal-hal Terpuji
Pada dasarnya tugas dosen, seperti halnya guru, tidak terbatas hanya pada mengajar
namun juga mendidik. Poin mendidik adalah pada memberikan nasihat kepada
mahasiswa dengan tulus ikhlas serta mencegah mereka dari akhlak tercela. Misalnya turut
menyisipkan nasihat untuk selau menghormati orang tua, menyayangi sesama, toleransi
dengan orang yang berbeda agama, menjaga lingkungan, dsb. Sebagai dosen, yang juga
sesama muslim dan mahkluk Allah SWT, sudah seharusnya kita mengajak mahasiswa
untuk berbuat baik dan menghindarkan mereka dari perbuatan buruk, sesuai dengan
firman Allah:
ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ْ ‫ُك ْنتُم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
Imron: 110)

d. Semangat dalam Mengajar


Bentuk lain dari dosen menghargai hak mahasiswa adalah ditunjukkan dengan sikap
semangat dalam mengajar dan menyampaikan pemahaman kepada mahasiswa dengan
segenap kemampuannya. Bentuk sikap semangat salah satunya adalah dengan
menyiapkan materi (misal berupa format presentasi, video, atau alat peraga untuk
mengajar lainnya) dengan sebaik-baiknya sebelum mulai mengajar.
e. Tidak Boleh Pilih Kasih

9
Adab lain yang perlu diperhatikan oleh dosen adalah dengan memperlakukan
mahasiswa secara adil, tidak membedakan dan tidak pilih kasih. Dosen tidak seharusnya
menampakkan sikap mengistimewakan dan perhatian kepada mahasiswa tertentu. Dalam
memberikan kesempatan untuk bertanya, dan berkonsultasi untuk suatu project akhir
semester misalnya, setiap mahasiswa memiliki hak yang sama.

f. Bersikap Ramah kepada Murid


Dianjurkan untuk seorang dosen juga bersikap ramah terhadap mahasiswa yang diajar
serta menyebut mereka dengan sebutan dan nama yang mereka sukai. KH. Hasyim
Asy’ari di sini bahkan mengharuskan guru (atau dalam hal ini dosen) untuk mengetahui
nama muridnya. Berabad kemudian, di teori pengelolaan kelas, Marzano (2005) juga
menganjurkan guru pada minggu pertama masuk untuk hafal nama murid sebagai salah
satu cara untuk membangun hubungan antara guru dan murid. Yang luput dari teori
modern ini dan hanya ada di Islam adalah tidak adanya saran untuk medoakan murid.
Sementara dalam Islam, KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Maimoen Zubair
pernah dhawuh untuk guru agar mendoakan murid-muridnya. Sehingga, berbicara dengan
kata-kata baik, serta mendoakan mahasiswa adalah termasuk cara dosen menghormati
mereka.

g. Mengajarkan Interaksi Sosial


Kehidupan masyarakat di kampus sejatinya adalah miniatur kehidupan bermasyarakat
secara luas. Mahasiswa belajar mengenal berbagai macam karakter teman dan orang
dewasa di sana. Adalah salah satu anjuran untuk dosen mengajarkan interaksi sosial
kepada mahasiswanya. Contoh nyata misalnya adalah mengajarkan mahasiswa untuk
berinteraksi dengan sesama teman, membantu teman saat kesulitan, serta menasihati
teman lain dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
۟ ُ‫وا َعلَى ْٱلب ِّر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َون‬
‫وا َعلَى ٱإْل ِ ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َو ِن‬ ۟ ُ‫َوتَ َعا َون‬
ِ
”Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah: 2)

h. Perhatian Kepada Murid yang Absen


Terakhir, dianjurkan pula untuk dosen memberikan perhatian mahasiswa yang tidak
masuk kuliah pada hari tersebut. Terlebih lagi jika sudah berkali-kali tidak masuk. Di sini
guru dianjurkan untuk menanyakan kabar, kondisi dan keadaannya murid yang absen
tersebut. Sekali lagi, dalam teori pengelolaan kelas modern, Marzano (2005) juga

10
menyampaikan perlunya guru untuk taking attendance atau mengecek kehadiran murid
dan menanyakan keadaannya jika dia tidak hadir.

3.5 Adab Mahasiswa Terhadap Mahasiswa Lainnya Dalam Kegiatan Pembelajaran


a. Tidak boleh menghina atau merendahkan pertanyaan atau pendapat mahasiswa
lainnya
Belajarlah untuk menghargai perbedaan dalam hal yang memang masih bisa ditolerir.
Jangan sampai kita pun dikatakan sebagai orang yang sombong karena punya sifat
merendahkan orang lain. Sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud
ِّ ‫إِ َّن هَّللا َ َج ِمي ٌل يُ ِحبُّ ْال َج َما َل ْال ِك ْب ُر بَطَ ُر ْال َح‬
ِ َّ‫ق َو َغ ْمطُ الن‬
‫اس‬

“Sesungguhnya Allah itu jamil (indah) dan menyukai suatu yang indah. Sombong adalah
menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim no. 91. Imam Nawawi
memberi judul Bab “Haramnya sifat sombong dan penjelasannya“)

Kami pun bisa bertanya di manakah ilmu orang yang selalu merendahkan orang lain
seperti itu, mana akhlaknya? Apa ilmu itu hanyalah wawasan supaya dibangga-
banggakan, tidak perlu diamalkan?

Ka’ab bin Malik, dari ayahnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َّ‫اس إِلَ ْي ِه أَدْخَ لَهُ هللاُ الن‬


» ‫ار‬ ِ َّ‫ى بِ ِه ال ُّسفَهَا َء أَوْ يَصْ ِرفَ بِ ِه ُوجُوهَ الن‬ ِ ‫ى بِ ِه ْال ُعلَ َما َء أَوْ لِيُ َم‬
َ ‫ار‬ ِ ‫ب ْال ِع ْل َم لِي َُج‬
َ ‫ار‬ َ َ‫« َم ْن طَل‬

“Barangsiapa yang menuntut ilmu karena hendak mendebat para ‘ulama, atau
berbangga-bangga di hadapan orang-orang bodoh, atau ingin perhatian orang tertuju
pada dirinya, maka Allah akan masukkannya ke dalam neraka.”(HR. Tirmidzi no. 2653.
Hasan menurut Syaikh Al Albani).
Rasul itu diutus untuk mengajarkan akhlak yang mulia,

‫ق‬ َ ‫ت ألُتَ ِّم َم‬


ِ َ‫صالِ َح األَ ْخال‬ ُ ‫إِنَّ َما ب ُِع ْث‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2:


381, shahih)

Bahkan Rasul pun meminta agar diberikan akhlak yang mulia. Beliau memanjatkan do’a,

َ‫ق الَ يَ ْه ِدى ألَحْ َسنِهَا إِالَّ أَ ْنت‬


ِ َ‫اللّهُ َّم ا ْه ِدنِى ألَحْ َس ِن األَ ْخال‬

“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah,
tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya
akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

11
Semoga kita dianugerahkan oleh Allah akhlak yang mulia, dibuka pintu ilmu yang
bermanfaat dan diberi petunjuk untuk menghargai setiap perbedaan yang masih bisa
ditolerir.

b. Saling menghargai perbedaan pendapat

Salah satu tanda kalau kita bisa menghargai pendapat orang lain itu kalau kita bisa
dan berani memaparkan pendapat orang lain itu dengan benar. Pendapat orang adalah
bisa dipahami sebagai representasi orangnya. Kesalahan menangkap pendapat itu bisa
merugikan si empunya pendapat. Dan memaparkan pendapat orang lain bisa karena
setuju bisa sekedar mau menghadirkan pendapat itu atau yang berpendapat.

Pola pikir Positif adalah akhirnya menjadi jawaban bagaimana kita bisa
menghargai pendapat orang lain. Pendapat orang lain harus kita tangkap dahulu tanpa
gagal paham, dan baik kalau kita bisa memaparkan kembali dimana perlu.

Tetapi apabila kita lebih dalam lagi menukik berefleksi Pola Pikir Positif pun
perlu dukungan dari Kerendahan Hati. Rendah hati sejati selalu menemukan jalan
jalan kearah Pola Pikir Positip, dan tidak melihat “menghargai orang lain ” sebagai
sesuatu yang rendah.

c. Tidak saling menggangu dalam kegiatan pembelajaran

Saat tidak ada dosen sebaiknya kita tidak berbicara atau mengbrol karena bisa
menggangu mahasiswa lain yang sedang fokus mendengarkan dosen yang sedang
mengajar.

d. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

Hindari kegaduhan di kelas, sebisa mungkin, hindari hal-hal yang bisa membuat
kegaduhan atau suasana kelas menjadi tidak kondusif. Misalnya : mengobrol dengan
teman saat dosen sedang menerangkan materi, bunyi notifikasi dan nada dering hp
menyala, atau buku atau barang di mejamu berjatuhan.

Maka, hindarilah hal-hal di atas, hargai dosen di depan dengan tidak mengobrol hal
yang kurang penting dengan teman, matikan atau nada senyapkan hp kamu ketika
sedang kuliah di kelas, dan barang-barang di atas mejamu lebih baik dimasukan ke
dalam tas, agar tidak jatuh karena tersenggol atau lainnya, sehingga suasana kelas
menjadi kondusif, dan tenang.

12
3.6 Adab Dosen dan Mahasiswa dalam Kegiatan Perkuliahan
a. Sebelum masuk kelas kita harus mengetok pintu terlebih dahulu dan mengucapkan
salam, karena salam adalah do’a untuk kita dan yang menjawab salam. Jika keadaan
kita ketika masuk kelas itu telat hendaknya kita meminta ma’af kepada dosen yang
ada kalau kita telat, dan memberikan alasan kenapa kita bisa telat.
b. Berpakaian yang rapi dan sopan. Jika di dalam kelas, kita harus memakai baju
berkerah, memakai celana panjang dan memakai sepatu. Jika kita adalah siswa di
sebuah sekolah hendaknya kita memasukkan baju kita.
c. Kita harus memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan materi. Kita harus
menghargai mereka.
d. Jika kita mau bertanya atau mengutarakan pendapat atau jawaban hendaknya kita
mengacungkan tangan terlebih dahulu sebelum bertanya.
e. Kita hendaknya diam dan memperhatikan ketika dosen menjelaskan materi, bukannya
kita ngomong sendiri dengan teman kita.
f. Jika kita ingin ke belakang kita meminta ijin terlebih dahulu kepada guru atau dosen.
g. Bertutur kata yang sopan, baik dan benar dengan dosen.
i. Duduk ditempat duduk yang disediakan dan duduk yang baik.
j. Jika pelajaran sudah selesai hendaknya kita mengucapkan terima kasih kepada guru
atau dosen yang sudah memberikan ilmu kepada kita.
k. Kita hendaknya menyapa dosen atau guru dengan sapaan pak atau bu meskipun dosen
tersebut umurnya tidak jauh berbeda dengan kita.

3.7 Adab terhadap Lingkungan Kelas


a. Menjaga kebersihan kelas

Kebersihan memiliki kedudukan yang sangat penting. Kebersihan merupakan asas


terwujudnya kesehatan. Kesehatan adalah sebagian dari iman. Artinya tuntutan iman
adalah menjaga kebersihan.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

ْ ‫الطهُو ُر َش‬
‫ط ُر اإْل ِ ي َما ِن‬ ُّ

“Bersuci itu separoh keimanan.” (HR. Muslim)

Menguatkan makna ini, banyak orang berdalil dengan hadits yang masyhur,

‫اَلنَّظَافَةُ ِمنَ اإْل ِ ْي َما ِن‬

13
“Kebersihan sebagian dari iman.” (HR. Al-Tirmidzi)

b. Menaati Peraturan

Sebagai mahasiswa tidak terlepas dari peraturan yang ada di Universitas. Mahasiswa
dituntut untuk menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh Universitas. Dalam
pelaksanaannya masih terdapat beberapa yang tidak menaati peraturan tersebut. Padahal
agamapun telah memerintahkan kita untuk taat terhadap peraturan. Allah SWT berfirman:

ِ ‫ُول َوأُ ۟ولِى ٱأْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم فَإِن تَ ٰنَ َز ْعتُ ْم فِى َش ْى ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرس‬
‫ُول إِن ُكنتُ ْم‬ َ ‫ُوا ٱل َّرس‬ ۟ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع‬
۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬
َ
‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل‬ ٰ
َ ِ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َءا ِخ ِر َذل‬

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa' (4) : 59).

3.8 Karakteristik Mahasiswa dalam Kegiatan Pembelajaran


Karakteristik mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yang harus dimiliki yaitu 21
karakter bertauhid. 21 karakter ini sudah diterapkan oleh Universitas Djuanda Bogor.
Diantaranya : Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer, Tablig, Istiqamah, Tanggap,
Trengginas Terampil, Tangguh, Awreness, Responsibility, Particiapation, Creativeness
(kreatif) Adversity, Sidiq, Amanah, Fathonah, Tangkas, Mujahid.
Mahasiswa UNIDA Bogor memiliki karakteristik sebagai berikut;
a. Belajar dengan niat ikhlas dan bertujuan ibadah kepada Allah SWT dalam rangka
meningkatkan kualitas iman, dan takwa serta mendekatkan diri kepada-Nya.
b. Bersikap tawadlu' (rendah hati) dan menjauhkan diri dari sikap takabur dihadapan
dosen, karyawan, dan mahasiswa lainnya serta seluruh insan akademika dalam
melakukan komunikasi, dan interaksi dalam pergaulan dan percakapan, baik dalam
kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
c. Bersikap sopan dan santun serta berakhlak karimah dalam kehidupan kampus yang
bertauhid dan dalam pergaulan di masyarakat luas.
d. berpenampilan yang baik, bersih, rapi, dan tidak berlebihan dalam berpakaian,
berbusana, dan penataan diri.
e. Mempelajari ilmu yang terpuji (mahmudah) dan menjauhkan diri dari ilmu yang
tercela (madzmumah) yang bertentangan dengan nilai-nilai tauhid.

14
f. Memelihara, menjaga dan membersihkan akal pikiran, hati dan perasaannya dari
berbagai pengaruh aliran-aliran filsafat dan ilmu pengetahuan yang bertentangan
dengan nilai-nilai tauhid.
g. Membiasakan diri dan membudidayakan sifat malu yang proporsional, adil, tepat dan
akurat, seperti malu kalau selalu terlambat masuk kuliah, mencontek, memperlihatkan
aurat, dan sebagainya.
h. Belajar ilmu pengetahuan secara bertahap, dimulai dari yang mudah kepada yang
sulit.
i. Belajar ilmu pengetahuan dengan tuntas, kemudian beralih pada keilmuan lainnya,
sehingga memiliki spesifikasi keilmuan yang mendalam dan sempurna.
j. Mempelajari dan mengenal manfaat dari suatu ilmu sehingga dapat mendatangkan
kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
k. Menghormati pendidiknya dan mengikuti nasihat, ajaran, tugas, dan petunjuknya
selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai tauhid.
l. Memiliki motivasi dan semangat yang kuat dalam menuntut ilmu dan kuliah,
mengerjakan tugas dan sungguh-sungguh serta bertanggung jawab dalam
mengerjakan dan menyelesaikannya.
m. Bersabar, disiplin, dan bertawakal dalam menuntut ilmu pengetahuan yang
ditekuninya dan mengerjakan seluruh tugas serta mencapai tujuannya sebagai
implikasi dari perjuangan dan jihad di jalan Allah SWT.
n. Bersikap saling asah, asih, dan asuh diantara sesama mahasiswa dan insan akademik
UNIDA Bogor dan orang lain.

3.9 Adab Mahasiswa dalam Ujian


a. Berusaha Disertai Tawakkal

Setiap orang pasti mengharapkan keberhasilan. Usaha merupakan langkah awal untuk
merai keberhasilan dan kesuksesan. Tanpa usaha kesuksesan tidak akan pernah tercapai.
Perubahan seseorang akan terjadi bisa orang tersebut berusaha.

Allah berfirman,

‫إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬

“Sesungguhnya Allah tidaklah mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11).

15
Tawakal adalah bagian dari usaha, bahkan usaha yang paling utama untuk meraih
keberhasilan. Perlu diingat jangan terlalu bersandar pada usaha dan kemampuan kita.
Karena semuanya berada dibawah kehendak Allah SWT.

Allah menjanjikan, orang yang bertawakkal akan dicukupi oleh Allah. sebagaimana
disebutkan dalam firmannya,

ُ‫َو َم ْن يَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَهُ َو َح ْسبُه‬

“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan


(keperluannya).” (QS. At-Thalaq: 3).

b. Perbanyak Istighfar

Sesungguhnya salah satu sumber utama kegagalan yang terjadi pada manusia adalah
dosa dan maksiat. Allah tegaskan,

‫َو َج َزاء َسيِّئَ ٍة َسيِّئَةٌ ِّم ْثلُهَا‬

“Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa..” (QS. As-Syura: 40)

Salah satu dampak buruk dosa adalah bisa menghalangi kelancaran rizki. Karena itu,
agar kita terhindar dari dampak buruk perbuatan maksiat yang kita lakukan, perbanyaklah
memohon ampunan kepada Allah. Perbanyak istighfar dalam setiap waktu yang
memungkinkan untuk berdizkir. Kita berharap, dengan banyak istighfar, semoga Allah
memberi ampunan dan memudahkan kita untuk mendapatkan apa yang diharapkan.
(Ammi Nur Baits, 2013).

c. Banyak berdo’a

Memperbanyak berdo'a kepada Allah SWT. Meminta segala sesuatu yang dibutuhkan
baik dalan urusan dunia maupun akhirat. Dengan memperbanyak doa semakin besar
peluang untuk dikabulkan. Berdo’a sendiri lebih menunjukkan ketergantungan kita
kepada Allah secara langsung. Dan kita melepaskan diri dari ketergantungan pada orang
lain. (Ammi Nur Baits, 2013).

d. Pegang Prinsip Kejujuran dan Hindari bentuk penipuan

Kegiatan mencontek, melihat ketika ujian termasuk bentuk penipuan. Melakukan


pelanggaran dalam ujian termasuk kedustaan. Melakukan pelanggaran saat ujian

16
membawa konsekuensi dosa. Bentuk apapun pelanggaran yang telah dilakukan
merupakan dosa yang besar. Tinjauannya:

Perbuatan itu terhitung sebagai bentuk penipuan. karena orang yang melihat nilai kita
beranggapan bahwa itu murni usaha kita yang dilakukan dengan jujur dan sportif. padahal
hakekatnya itu adalah hasil kerja gabungan, kerja kita dan teman-teman sekitar kita.
(Ammi Nur Baits, 2013).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َم ْن َغ َّشنَا فَلَي‬


‫ْس ِمنَّا‬

“Barangsiapa yang menipu kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. Muslim).

Dalam kegiatan apapun penipuan baik mencontek, melihat jawaban teman, plagiat
dalam ujian atau kegiatan lainnya tidaklah di benarkan. Ingat bahwa Allah SWT selalu
melihat apa yang telah kita lakukan walaupun orang lain tidak tahu.

Ujian adalah amanah untuk dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai muslim yang
baik, kita harus menjaga amanah dengan baik. Amanah ini harus dilakukan dengan penuh
tanggung jawab karena itu akan menghantarkan kepada kebahagian di dunia maupun
akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ب يَ ْه ِدي إِلَى الفُج‬


،‫ُور‬ َ ‫ َوإِ َّن ال َك ِذ‬.‫صدِّيقًا‬
ِ َ‫ق َحتَّى يَ ُكون‬
ُ ‫ َوإِ َّن ال َّر ُج َل لَيَصْ ُد‬،‫ َوإِ َّن البِ َّر يَ ْه ِدي إِلَى ال َجنَّ ِة‬،ِّ‫ق يَ ْه ِدي إِلَى البِر‬ َ ‫ص ْد‬
ِّ ‫إِ َّن ال‬
‫َب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابًا‬ ِ َّ‫َوإِ َّن الفُجُو َر يَ ْه ِدي إِلَى الن‬
َ ‫ َوإِ َّن ال َّر ُج َل لَيَ ْك ِذبُ َحتَّى يُ ْكت‬،‫ار‬

Sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan


akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha
untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah
kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada
kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya
berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

17
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari pembahasan materi ini adalah Adab itu perlu lebih tinggi
daripada ilmu. Jika seseorg itu memiliki ilmu yang banyak, tetapi tidak memiliki adab
dan akhlak yang baik; boleh jadi setiap apa yang dipelajari itu adalah sia-sia. Sepatutnya
semakin tinggi ilmu seseorang, semakin tinggilah adab dan budi pekertinya.

4.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari Bapak sangat
kami butuhkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 10 Adab Menuntut Ilmu Dalam Islam Dan Dalilnya. https://umma.id/post/10-


adab-menuntut-ilmu-dalam-islam-dan-dalilnya-375219?lang=id. Diakses tanggal 04 Oktober
2020.

Astokodatu, Emmanuel.2016. Mengahargai Pendapat Orang lain.https://www.Kompasiana


.com/astokodatu/583d7f52dc93736c048b4567/menghargai-pendapat -orang-lain-kapan-dan-
bagaimana-bisa?page=all. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020.

Baits, Ammi Nur. 2013. Adab dalam Ujian Nasional : Untaian Nasehat Peserta UN.
https://konsultasisyariah.com/17430-adab-dalam-ujian-nasional-untaian-nasehat-peserta-
un.html. Diakses tanggal 03 Oktober 2020.

Humas UNIDA. 2020. Perkuat 21 Karakter Bertauhid UNIDA Bogor Gelar Kuliah Perdana.
https://www.unida.ac.id/artikel/perkuat-21-karakter-bertauhid-unida-bogor-gelar-kuliah-
perdana.html. Diakses tanggal 04 Oktober 2020.

Marzano, R. J., Gaddy, B. B., Foseid, M. C., Foseid, M. P., & Marzano, J. S. (2005). A
handbook for classroom management that works. Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development.
Murtafi’ah, Banatul.2017. Adab Dosen Terhadap Mahasiswa Menurut Islam. https://fpscs.
uii.ac.id/blog/2020/08/03/unpopular-opinion-adab-dosen-terhadap-mahasiswa-menurut-
islam/. Diakses tanggal 04 Oktober 2020.

Nida, Shofia.2020. Islam Mengajarkan Untuk Berdoa Sebelum Dan Sesudah Majelis Ilmu
https://www.google.com/amp/s/m.brilio.net/amp/wow/ keutamaan-doa-kafaratul-majelis-
sebagai-penutup-majelis-ilmu-200427y.html. Diakses pada 03 Oktober 2020.

Rismawaty. Kepribadian dan Etika Profesi. 2008. Yogyakarta;Graha Ilmu

Sasongko, Agung.2019.Memahami Makna Adab https://www.google.com/amp/s/m.


republika.co.id/amp/pme58r313. Diakses pada tanggal 04 Oktober 2020.

Sahab, Anwar. 2019. Etika Dalam Lingkungan Mahasiswa. https://www.kompasiana.com


/anwarcarkul97/5d764b13097f3612db386984/etika-dalam-lingkungan-mahasiswa. Diakses
pada tanggal 04 Oktober 2020.

19
Tamam, Badrul. 2018. Kebersihan Sebagian dari Iman Hadits Dhaif, Tapi Maknanya Baik.
http://m.voa-islam.com/news/ibadah/2018/07/03/58858/kebersihan-sebagian-dari-iman-
hadits-dhaif-tapi-maknanya-baik/. Diakses tanggal 04 Oktober 2020.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2014. Bijak Menghargai perbedaan Pendapat.


https://rumayshocom/6488-bijak-menghargai-perbedaan-pendapat.html. Diakses tanggal 28
Oktober 2020.

20

Anda mungkin juga menyukai