Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH

“Tokoh Dunia dan Lokal Pendidikan Anak Prasekolah dan

Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia dan di Indonesia”

Dosen Pembimbing:
Sinta Agusmiati, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2

 Della Ayu Safera (1811240100)


 Fatimah Qolbi (1811240073)
 Helita Gustia Jannah (1811240095)
 Nia Trisna Lovya (1811240092)
 Syasmi Dwi Lestari (1811240084)
 Yolanda Oktavia (1811240098)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kita hanturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan tepat waktu .
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabatnya yang telah membawa kita
dari alam kebodohan menuju alam terang benderang bercahayakan Iman, Islam, dan
Ihsan.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
“Pendidikan Anak Prasekolah” yang telah mendukung kami hingga
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna
yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan maupun
materi, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung,
untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bengkulu, 21 Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia dan di Indonesia........3
1. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia..............................3
2. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Indonesia........................9
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia dan
di Indonesia.........................................................................................10
1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia.. .10
2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Prasekolah di Indonesia
......................................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................19
B. Saran...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan,
karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Guru
merupakan salah satu pihak yang paling menyumbang dalam keberhasilan
kegiatan belajar peserta didik dalam rangka mengembangkan seluruh potensinya.
Terlebih bagi pendidik anak usia dini, pendidik tidak hanya menempatkan diri
sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu, tetapi pendidik merupakan
motivator dan evaluator bagi segala perkembangan anak.
Pendidikan anak usia dini mulai dikenalkan oleh Froebel pada tahun 1837,
namun pemikiran untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak telah ada jauh
sebelum itu. Pemikiran muncul dari beberapa tokoh penting seperti Martin
Luther, Comenius, Pestalozzi, Darwin dan Saguin. Di Indonesia sendiri,
eksistensi pendidikan anak usia dini mulai dikenal sejak zaman kemerdekaan.
Mulai dikenalnya PAUD di Indonesia melalui dua tahap yaitu pada masa
pergerakan nasional masa penjajahan Belanda dan masa penjajahan Jepang.
Setelah memahami sejarah perkembangan pendidikan anak usia dini,
diharapkan pendidik maupun calon pendidik paud memiliki loyalitas yang tinggi
terhadap kemajuan pendidikan anak usia dini dan mendedikasikan diri bagi
perkembangan anak didik menuju kedewasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan anak prasekolah di dunia?
2. Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan anak prasekolah di Indonesia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan anak prasekolah di dunia ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan anak prasekolah di Indonesia ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pendidikan anak prasekolah di dunia
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pendidikan anak prasekolah di Indonesia
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan anak prasekolah di
dunia ?
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan anak prasekolah di
Indonesia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia dan di Indonesia


1. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia
a. Martin Luther (148-1546)
Dalam pendidikan di eropa, perlunya sekolah menetapkan untuk
mengajarkan membaca diprakarsai oleh Martin Luther, Luther
menganggap tujuan utama dari sekolah adalah mengajarkan agama.
Walaupun kini agama bukan fokus utama dalam pendidikan sekolah pada
umumnya, tetapi ada dua ide yang sampai saat ini secara konsisten masih
masuk dalam kurikulum.
Sementara itu Luther yakin pula bahwa keluarga merupakan institusi
yang paling penting bagi pendidik anak. Luther mendorong para orang tua
untuk membimbing anak dalam pendidikan agama sejak dirumah.
b. Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)
Rousseau selalu diinget berkat bukunya Emile :”ou de
‘education” dimana ia menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir
samapai remaja ideal. Rousseau menyarankan agar pendekatan yang
diberikan dalam pendidikan anak bersifat alamiah yang dikenal dengan
“naturalisme”, bagi Rousseau naturalisme berarti anak akan berkembang
tanpa hambatan. Menurutnya pendidikan yang bersifat alamiah
menghasilkan dan memacu berkembangnya kulitas semcam kebahagiaan,
spontanitas dan rasa ingin tahu.
Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol
terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan sensoris,
kita tetap tidak dapat mengontrol pertumbuhan yang alami.dan dia sangat
yakin ibu yang dapat menjamin pendidikan secara alami, pada saat itu ia
menganjurkan agar para ibu kembali mau menyusui anaknya sendiri,

3
karena apada kala itu banyak ibu terutama kalangan atas tidak mau
menyusui anaknya. Prinsip bahwa dalam mendidik anak, orang tua perlu
memberi kebebasab kepada anak agar mereka tumbuh dan berkembang
secara alamiah.
c. johan heindrick pestalozzi (1746-1827)
Pestalozzi sangat dipengaruhi oleh Rousseau dengan bukunya Emile,
dan Pestalozzi menjadi semakin tertarik pada bidang pendidikan pada
tahun 1774 ia mulai sekolah yang disebut Neuhof di tanah pertaniannya.
Dua puluh tahun kemudian, Pestalozzi menulis buku tentang
pemikirannya dalam pendidikan dan pengalamannya tersebut.
Pestalozzi yakin bahwa segala bentuk pendidikan adlah berdasarkan
pengaruh dari panca indra dan melalui pengalamannya potensi-potensi
yang dimilkinya dapat dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa belajar
yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah melalui berbagai
pengalaman anatara lain dengan menghitung, merasakan dan menyentuh.
d. Friederich Wilhem Froebel (1978-1852)
Froebel lahir di Jerman, ia dikenal karena menciptakan “Garden Of
Children” atau ‘Kindergarten’ (taman kanak-kanak) yang berarti dalam
kebun milik anak Blankenburg, Jerman pada tahun 1837. Frobel
memandang pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar
, ia menggunakan taman sebagai simbol dari pendidikan anak. Pendidikan
taman kanak-kanak perlu mengikuti ifat dari anak, dan bermain dipandang
sebagai suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru
kehidupan orang dewasa dengan wajar.
Kurikulum yang dirancang Frobel meliputi pekerjaan, atau
kegiatan seni dan keahlian serta pembangunan konstruksi. Menurut
Froebel, guru bertangggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan,
dengan demikian anak menjadi kreatif dan akan menyumbangkannya
kepada masyarakatnya. Guna mencapai tujuan tersebut, Froebel

4
mengembangkan kurikulum pendidikan prasekolah yang terencana dan
sistematis..
e. John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah salah satu tokoh amerika yang mempengaruhi
pendidikan di Amerika. Teori Dewey tentang sekolah yang biasanya
disebut “Progressiveim” lebih menekankan pada anak didik dan minat
anak dari pada mata pelajaraanya sendiri.gerakan Progressif tersebut
mempertahankan bahwa sekolah sebainya mempersiapkan anak guna
mengghadapi kehidupan masa kinibukan masa yang akan datang yang
belum jelas.

Di dalam kelas yang mengikuti ide dari Dewey anak-anak


berpatisipasi dalam kegiatan fisik, yang tercermin dalam kegiatan lari-lari,
melompat, dan segala mecam gerakan atau aktifitas.

f. Maria Montessori (1860-1952)


Maria Montessori adalah dokter dan antropolog wanita itali yang
pertama. Montessori seperti Froebel, memandang perkembangan anak usia
dini sebbagai suatu proses yang berkesinambungan, montessori
memandang persepsi anak terhadap dunia sebagai dasar dariilmu
pengetahuan. Seluruh indra anak dilatih sehingga dapat menemukan hal-
hal yang bersifat ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan alat yang
memungkinkan sesorang mengoreksi diri, anak akan menjadi sadar
terhadap berbagai macam ransangan yang kemudian diorganisasikan
dalam pikirannya.
Sampai sekarang, pada umumnya sekolah Montessori
diselenggarakan oleh pihak swasta dan pembayaran sekolah yang relatif
tinggi dan biasanya hanya dapat dinikmati oleh anak-anak dari lingkungan
sosial ekonomi menengah dan tinggi.

5
g. McMillan bersaudara
Rachel dan Margaret adalah orang-orang yang menciptakan
sekolah Nursery yang pertama di London pada tahun 1911. Mereka
berpendapat bahwa masalah kesehatan dan sosial pada anak-anak perlu
dikoreksi dan dilakukan pencegahan melalui pengasuhan dan pendidikan
yang tepat sebelum anak masuk sekolah.
Berbeda dari sekolah montessori, sekolah Nursery dari McMillan
mementingkan kreativitas dan bermain.
h. Jean Piaget (1896-1980)
Piaget adalah ilmuwan dari swis yang paling terkenal dan paling
berpengaruh dalam teori yang mendukung pendidikan danak mas kini ia
sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan, proses belajar dan berpikir.
Piaget menjelaskan tiga cara bagaimana anak sampai pada
mengetahui sesuatu. Kategori pertama dari cara tersebut adalah melalui
interaksi sosial, yaitu mempelajari sesuatu dari manusia lain. Berbahasa
adalah tingkah laku yang berbudaya. Kategory kedua dalam mengetahui
adalah melalui pengetahuan fisik, yaitu mengetahui sifat fisik dari suau
benda. Pengetahuan ini diperoleh dengan menjelajajahi dunia yang
bersifat fisik. Kategory ketiga  dalam mengetahui adalah yang
disebut “logicomathematichal” kategori ini meliputi pengertian tentang
angka-angka, seriasi, klasifikasi waktu,ruang dan konservasi.
i. Stanley Hall
Hal sangat mengkritik pendekatan yang dilakuakan Froebel
dengan Kindergartennya dan ia mengingankan lebih menekankan pada
bermain bebas dan ia lebih memperhatikan kesehatan jasmani
dalam Kindergarden yang tradisional.perhatian hall terhadap studi tentang
anak memberikan sumbangan kepada  perkembangan
bidang spikologi pendidikan. Hall bersama murid-muridnya mendorong

6
para pendidik untuk lebih banyak belajar tentang anak dan psikologi yang
merupakan acuan dasar dalam pengajaran (Ross, 1972)
j. J. McVicker Hunt
Berdasarkan sejarah dijumpai bahwa para pendidik percaya bahwa
kecerdasan adalah suatu kemampuan yang menetapkan tidak dapat diubah
lagi. Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan oleh J. McVicker Hunt
pada akhir 1950, paling tidak yang dapat diukur sebagai intelegensi
sifatnya tidak menetap, tetapi dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Dengan
penemuan tersebut mendorong para pendidik pada umumnya dan
prasekolah khususnya untuk selalu melakukan program investasi
bagaianak-anak usia dini.
k. Bejamin Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Blomm (1964)
mengamati kecerdasan anak dalam rentan waktu tertentu. Dari studi
tersebut ditemukan bahwa, pengukuran kecerdasan anak pada usia 15
tahun merupakan hasil pengembangan dari anak usia dini. Bloom yakin
bahwa anak dapat menguasai tugas-tugas yang dihadapkan kepada mereka
disekolah, tetapi memang benar bahwa ada anak yang membutuhkan
waktu lebih lama dan bimbingan waktu lebih intensif dibandingkan teman
seusianya.
l. Jerome Bruner
Bruner percaya bahwa kunci untuk menjadi guru yang berhasil
adalah bila mereka memahami perkembangan anak, dan memahami
bagaimana memandang dunia dan kemudian menerjemahkan mata ajaran
secara tepat sesuai dengan bagaiman anak memandang dunia pada saat
tersebut. Guru yang memahami perkembangan anak tidak akan
mengajarkan perkalian pada anak yang baru berusia 2 tahun, tetapi
membantu anak agar mengenal bahwa beberapa objek di lingkungan anak,
seperti sepatu, selalu dalam pasangan (set).

7
m. Constance Kamii
Kami yakin bahwa anak-anak sebaiknya mengetahui apakah
pekerjaan yang dilakukan benar atau salah tanpa banyak tergantung
bantuan orang dewasa. Biasanya apabila orang dewasa menanyakan
apakah jawaban aritmatika yang dibuat benar atau salah, anak dengan
cepat menghapus jawaban yang telah ditulis tanpa mempertimbangkan.
kamii menginginkan agar para murid mengetahui bahwa jawabannya
benar dan mengusahakan kebenaran dari jawaban yang ditulis sendiri.
n. David Elkind
David Elkind percaya bahwa anak-anak membutuhkan dukungan
yang kuat untuk bermain dan kegiatan yang dipilih sendiri dengan tujuan
untuk dapat bertahan dalam stress yang ada dalam lingkungan dan
dipersiapkan dalam mengatasi stres dalam kehidupan dewasa kelak.
o. Lilian Katz
Lilian Katz menitik beratkan pekerjaanya pada proses belajar
mengajar. Ia menjelaskan bahwa guru perlu memikirkan tentang dampak
pendidikan terhadap pengalaman anak. Sekolah bagi katz merupakan
tempat memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan watak.
p. David Weikart
Prinsip dasar dari program weikart diberikan dengan sekaligus
pengembangan bahasa. Metode pengajarannya menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
- Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
- Memberikan dukungan terhadap tingkah laku dan bahasa anak.
- Memberikan dukungan kepada anak dalam menentukan pilihan dan
keputusan.
- Memberikan bantuan kepada anak untuk dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri dan melakukannya sendiri.

8
2. Tokoh Pendidikan Anak Prasekolah di Indonesia
a. Ki Hajar Dewantara
Setelah zaman kemerdekaan Ki Hajar Dewantara pernah menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pembelajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara manusia memiliki daya jiwa yaitu
cipta, karsa dan karya. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yang
menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan
peserta didik dari masyarakatnya dan pendidikan sebagai daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan fisik seseorang.
b. Muhammad Syafei
System pendidikan yang diciptakan oleh beliau ada persamaannya
dengan Arbeit Schule, berorientasi “life and community centered”,
sehingga hubungan sekolah dan masyarakat menjadi sangat erat. Menurut
Muhammad Syafei anak-anak di didik dengan tujuan agar menjadi
manusia yang beriman, harmonis dalam perkembangan, berbudi luhur,
kreatif, aktif dan produktif. Pendidikan yang ditanamkan kepada anak
tentang budi pekerti, cinta tanah air, cinta lingkungan, rasa nasionalisme
yang tinggi, pelaksanaan atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
c. Conny R. Semiawan
Menurut Semiawan pendidikan bagi anak pada usia-usia ini
adalah belajar sambil bermain. Melalui brmain secara bebas, anak dapat
berekspresi dan bereksplorasi untuk mmperkuat hal-hal yang sudah
diketahui dan mnemukan hal-hal baru. Melalui prmainan anak juga dapat
mengembangkan potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun
mental, intelektual, dan spiritual. Secara tegas dapat dikatakan bahwa
belajar melalui bermain bagi anak usia dini merupakan prasyarat penting
bila orang tua menginginkan anaknya sehat mental.

9
3. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Anak Prasekolah di Dunia
dan di Indonesia
1. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Anak Prasekolah di
Dunia
Pada mulanya penddikan semacam PAUD ini muncul di Kota
Blankerburg, Jerman pada tahun 1840 yang diperkenalkan oleh Friedrich
Wilhelm August Frobel dengan mendirikan lembaga yang
bernama Kindergarten.
Istilah Kindergarten berasal dari kata Kinder berarti Anak
dan Garten berarti Taman. Istilah Kindergarten ini mempunyai makna
‘Taman Anak’. selanjutnya istilah Kindergarten juga terkenal dengan
sebutan Frobel School yang identik dengan nama pendiri lembaga
tersebut.
Menurut Frobel, Anak-anak usia dini di ilustrasikan sebagai tunas
tumbuh-tumbuhan yang memerlukan pemeliharan dan perhatian dari ‘Juru
Tanam’. dari silabus.web.id ilustrasi yang diberikan oleh Frobel, dapat
kita simpulkan bahwa sang juru tanam mempunyai peranan yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tunas tumbuh-tumbuhan.
begitu juga pertumbuhan dan perkembangan anak-akan usia dini yang
sangat membutuhkan peran sang pendidiknya.
Berdirinya Kindergarten yang terkenal juga dengan istilah Frobel
School merupakan tunas bagi pertumbuhan pendidikan anak di seluruh
Dunia. Konsep yang di gunakan Frobel School sangat cepat menyebar ke
seluruh Dunia.
Pada tahun 1907 PAUD versi lainpun muncul di pemukiman
kumuh San Lorenzo, Italia. Maria Montessori merupakan seorang berlatar
belakang Dokter mendirikan Casa Dei Bambini yang ditunjukan bagi
perawatan anak-anak yang berlatar belakang keluarga miskin dan buruh.

10
Casa Dei Bambini sendiri berarti rumah untuk perawatan anak yang
selanjutnya lebih di kenal dengan sebutan rumah anak.

2. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Anak Prasekolah di


Indonesia
Untuk mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Paud di
Indonesia, setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada
masa pergerakan Nasional ketika penjajahan Belanda (1908-1941) dan
pada masa penjajahan Jepang (1942-1945).
 Periode Pertama; Masa Pergerakan nasional ketika penjajahan Belanda
(1908-1941)
Lembaga Kindergarten atau populer dengan nama Frobel
School yang didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel
merupakan cikal bakal lahirnya lembaga PAUD di Indonesia. Konsep
lembaga ini di bawa masuk ke Indonesia oleh Pemerintahan Belanda
Hindia untuk pendidikan anak-anak mereka, anak-anak Eropa dan para
bangsawan lainnya.
Pada saat itu pemuda pribumi belum dapat merasakan
pendidikan semacam ini. apalagi masyarakat miskin yang belum
memahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak
usia dini.
Pada saat kebangkitan Nasional yang di awali dengan
berdirinya Pergerakan Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908,
barulah pemuda pribumi menyadari akan pentingnya pendidikan anak
usia dini.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak ini di realisasikan
dengan mendirikan Bustanul Athfal pada tahun 1919 oleh persatuan
wanita Aisyiyah di Yogyakarta. pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantoro,

11
sepulang dari pengasingannya di Belanda selama dua tahun
mendirikan Taman Lare atau taman anak Kindertuin yang berkembang
dengan Taman Indria.

 Periode Kedua; Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)


Pada masa penjajahan jepang, pendidikan PAUD terus
berlanjut namun semakin berkurang dari segi kuantitasnya. pada saat
itu pemerintahan Jepang tidak mengawasi secara formal
penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD. namun pemerintahan
Jepang hanya melengkapi kegiatan kelas dengan nyanyian-nyanyian
Jepang.
Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembangannya.
Memahami sejarah PAUD di Indonesia sama halnya dengan
memaharni perjalan panjang dinamika dan pasang-surut pendidikan di
Indonesia.
Kehadiran PAUD di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak
sebelum kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri
melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan nasional pada
penjajahan Belanda (1908-1941) dan masa penjajahan Jepang (1942-
1945). Namun demikian, keberadaan PAUD di Indonesia tidak
terlepas dari perkembangan PAUD di dunia internasional.
Pada tahun 1840 Friedrich Wilhelm August Frobel
mendirikan Kindergarten di kota Blankerburg, Jerman, yang
merupakan pelopor pendidikan anak usia dini di dunia. Kinder berarti
anak dan garten berarti taman.
Menurut Frobel, anak usia dini diibaratkan seperti tunas
tumbuh-tumbuhan, masih memerlukan pemeliharaan dan perhatian
sepenuhnya dari si “juru tanam”.

12
Berdirinya Kindergarten yang juga dikenal sebagai Frobel
School berpengaruh terhadap perkembangan PAUD di seluruh dunia.
Konsep Kindergarten dengan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia.
PAUD versi lain pun muncul. Pada tahun 1907 di pemukiman kumuh
San Lorenzo, Italia, Maria Montessori, seorang yang berlatar belakang
dokter, mendirikan Casa dei Bambini yang ditujukan bagi perawatan
anak-anak dari keluarga miskin dan kaum buruh. Casa dei
Bambini artinya rumah untuk perawatan anak yang selanjutnya
dikenal sebagai Rumah Anak.
Di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini
dan mendirikan Frobel School bagi anak-anaknya. Seiring dengan
kebangkitan nasional yang diawali berdirinya pergerakan pemuda
Budi Utomo, kesadaran akan pentingaya pendidikan bagi kaum bumi
putera semakin dirasakan. Frobel School yang awalnya hanya
diperuntukkan bagi anak-anak keturunan Belanda, Eropa, dan
Bangsawan, mulai dikenal oleh cendekiawan muda pribumi.
Pada tahun 1919 Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan
Bustanul Athfal yang pertama di Yogyakarta. Kurikulum dan materi
pendidikannya menanamkan sikap nasionalisme dan nilai-nilai ajaran
agama. Bustanul Athfal ditujukan untuk merespon popularitas
lembaga PAUD yang berorientasi Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar
Dewantoro, sepulang diasingkan dari Belanda selama dua tahun
(1913-1915), mendirikan Taman Lare atau Taman Anak atau
Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi Taman Indria.
Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis
PAUD, terus berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang
tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat
PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya dengan nyanyian-
nyanyian Jepang.

13
Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan.
Periode ini setidaknya terbagi menjadi 6 periode, yaitu periode 1945-
1965; 1965-1998; 1998-2003; 2003-2009; dan periode 2010-sekarang.
Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan
Pendidikan Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah
Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan
nasionalis dalam melawan kembalinya Belanda. Di era ini pemerintah
dan swasta mulai nnembangun banyak TK.
Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-
dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi
diakui sebagai hagian dari sistem pendidikan nasional. Pada tahun itu
pula, tepatnya tanggal 22 Mei 1950 berdiri IGTKI. Pada tahun 1951
berdiri Yayasan Bersekolah Pada Ibu yang menyumbang pendirian TK
hingga menyebar ke luar pulau Jawa.
Tahun 1951-1955, pemerintah berupaya mengembangkan
kurikulum, menyediakan fasilitas, dan mengedakan supervisi ke TK-
TK. Pada perode itu pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta
dengan pemberian subsidi, dan pengembangannya yang terus berlanjut
hingga ke luar pulau Jawa.
Pada tahun 1957 berdiri GOPTKI (Gabungan Organisasi
Penyelenggara TK Indonesia) yang melaksanakan kongres pertamanya
pada tahun 1959. Pada awal tahun 1960-an, mulai didirikan TK yang
berstatus negeri.
Tahun 1960-1963, pemerintah mulai melakukan pengiriman
SDM untuk belajar ke mar negeri, diantaranya ke Australia, USA, dan
New Zealand. Dampak dari pengiriman SDM tersebut, terjadi
modernisasi pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan
merupakan jawaban atas ketidakpuasan sebelumnya.

14
Sebagai penghujung, di periode tersebut, yaitu tahun 1963-
1964 lahirlah Proyek (Kurikulum) Gaya Baru. Inti kurikulum tersebut
berorientasi pada fasilitasi anak mendekati kecakapan, kebutuhan dan
minat individual. Ciri khasnya tersedia pusat minat (sudut), seperti:
sudut rumah tangga, sudut seni, pusat musik, dan sebagainya.
Periode 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus
kurikulum baru tahun 1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964
(Kurikulum Gaya Baru). Pada bulan November 1968, pemerintah
Indonesia bekerjasama dengan UNICEF dalam bentuk penyediaan
konsultan dan pendanaan untuk penataran guru dan administrator
pendidikan di tingkat TK.
Pada tahun 1970, mulai dijalin kerjasama nyata antara
Pemerintah dengan GOPTKI, IGTKI, dan PGRI. Kerjasama tersebut
melahirkan kegiatan workshop bersama, dengan tema “Konsolidasi
Gerakan Prasekolah”. Kegiatan yang sama dilakukan tahun 1973,
dengan tema: “Membakukan Organisasi dan Manajemen Program-
Program Prasekolah”.
Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru yang
merupakan pembaharuan dari kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi:
PMP, kegiatan bermain bebas, pendidikan bahasa, PLH, ungkapan
kreatif, pendidikan olah raga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan,
serta pendidikan skolastik.
Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru dengan isi
kurikulum meliputi bidang pengembangan agama, PMP, daya cipta,
jasmani dan kesehatan, daya fikir/pengetahuan, serta perasaan
kemasyarakatan dan lingkungan. Berlakunya UU Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti terbitnya PP
No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah, semakin

15
mempertegas cksistensl clan kedudukan pendidikan prasekolah di
Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1993, diberlakukan kurikulum TK
1993. Dalam kurikulum 1993 tersebut terdapat dua kegiatan utama,
yaitu: 1) Program pembentukan perilaku, dan 2) Program
pengembangan kemampuan dasar: daya cipta, bahasa, daya pikir,
keterampilan dan jasmani.
Terkait dengan penyiapan pendidik oleh perguruan tinggi,
mulai tahun 1979 di IKIP Jakarta didirikan jurusan Pendidikan
Prasekolah dan Dasar jenjang S-1, yang terselengara hingga tahun
1998 (yang setelah tahun 1998 berubah menjadi Program     S-1
Pendidikan anak usia dini hingga sekarang).
Upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh
perguruan tinggi ‘terjadi pada tahun 1993/1994-
1996/1997 peningkatan kualifikasi guru prasekolah dari SPG ke D-2
PGTK yang penyelenggaraanya dimulai dari IKIP Jakarta, IKIP
Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP Bandung.
Pada tahun 1998 menguatkan berbagai upaya di bidang
pendidikan anak usia dini, maka diadakan Semiloka Tingkat Nasional
tentang Pendidikan Anak Usia Dini di IKIP Jakarta. Peserta terdiri dari
10 LPTK dan unsur dinas pendidikan dari seluruh Indonesia.
Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang
beipengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun
di daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung
berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan
PAUD Sejenis dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan
Posyandu.

16
Melalui dukungan Bank Dunia pada 1998-2004 pemerintah
merintis program Pengembangan Anak Dini Usia di 4 propinsi, yaitu
Jawa Barat, Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan
pada tahun 2008-2013 dengan nama program Pendidikan dan
Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) dengan dukungan
pembiayaan pinjaman dari Bank Dunia dan hibah dari pernerintah
Belanda.
Pada tahun 2001 dibentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini
Usia (PADU) yang mengemban mandat melakukan pembinaan satuan
PAUD nonformal. Pada tahun 2002 terbentuk konsorsium PAUD yang
membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan.
Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum PADU/PAUD
tingkat Nasional yang turut berkontribusi dalam pengembangan dan
pembangunan PAUD di Indonesia. Di periode ini pula terjadi
pendirian PGTK/PGPAUD jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi
(PGTK S-I di UPI, PGTK S-1 IKIP Yogyakarta, dll).
Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
merupakan jawaban atas tuntutan reformasi dalarn semua aspek
kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara
khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14
tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang secara khusus mengatur
tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya.
Pada tahun 2003 diselenggarakan Seminar dan Lokakarya
Nasional (Semiloknas) di IKIP Bandung yang menghadirkan para
akademisi dari perguruan tinggi, forum PAUD, dan praktisi PAUD
dari berbagai daerah. Semiloknas ini menghasilkan `blue print’ tentang
kerangka akadernik dan rujukan pengembangan PAUD di Indonesia
yang mengawali konseptualisasi pembangunan PAUD Indonesia.

17
Selanjutnya pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi,
himpunan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Indonesia
(HIMPAUDI) yang menggerakkan seluruh potensi pendidik dan
tenaga kependidikan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pembentukan HIMPAUDI di tingkat pusat ini dengan cepat diikuti
dengan pembentukan HIMPAUDI tingkat provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2004-2009 program PAUD menjadi salah satu dari
10 prioritas program Depdiknas sehingga PAUD menjadi salah satu
program pokok dalam pembangunan pendidikan di Indonesia (tertuang
dalam RPJM Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas Tahun 2004-
2009). Pada penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58
Tahun 2009 tentang Standar PAUD (formal dan nonformal).
Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan
penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal di
bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan
Informal (PAUDNI) melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara
Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden
No. 67 Tahun 2010.
Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia,
akhirnya terjadi kristalisasi bentukbentuk satuan PAUD dengan
berbagai karakteristiknya yang meliputi TK (termasuk Taman Kanak-
kanak Bustanul Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis,
serta PAUD berbasis keluarga dan/atau lingkungan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini mulai dikenalkan oleh Froebel pada tahun 1837,
namun pemikiran untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak telah ada jauh
sebelum itu. Pemikiran muncul dari beberapa tokoh penting seperti Martin
Luther, Comenius, Pestalozzi, Darwin dan Saguin dan lainnya serta dari beberapa
tokoh Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara, Muhammad Syafei dan Conny R.
Semiawan.
Pada mulanya penddikan semacam PAUD ini muncul di Kota
Blankerburg, Jerman pada tahun 1840 yang diperkenalkan oleh Friedrich
Wilhelm August Frobel dengan mendirikan lembaga yang bernama Kindergarten.
Istilah Kindergarten berasal dari kata Kinder berarti Anak
dan Garten berarti Taman. Istilah Kindergarten ini mempunyai makna ‘Taman
Anak’. selanjutnya istilah Kindergarten juga terkenal dengan sebutan Frobel
School yang identik dengan nama pendiri lembaga tersebut.
Di Indonesia sendiri, eksistensi pendidikan anak usia dini mulai dikenal
sejak zaman kemerdekaan. Mulai dikenalnya PAUD di Indonesia melalui dua
tahap yaitu pada masa pergerakan nasional masa penjajahan Belanda dan masa
penjajahan Jepang.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://elingsetiyati.blogspot.com/2015/01/normal-0-false-false-false-arn-cl-x.html.
Diakses pada 18 Maret 2021.

https://www.silabus.web.id/sejarah-paud-pendidikan-anak-usia-dini/. Diakses pada 18


Maret 2021.

Slamet Suyanto. 2008. Dasar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
S.Nasution. 2005. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai