Anda di halaman 1dari 25

PENDIDIKAN KAMPUS BERTAUHID

DALAM PENELITIAN
Disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kampus Bertauhid

Dosen Pengampu :

DR. Amir Mahrudin, M.Pd.I

Di susun Oleh :
Agatha Dwi Yoti (B.1910547)
Donna Muharani Cahya (B.1910569)
Fajri Novitasari (B.1910219)
Iga Rizkiana Fatmawati (B.1910845)
Intan Permatasari (B.1910543)
Najwa Faizah Azima Buhang (B.1910533)
Shadiah Nurrohmah (B.1910894)

TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2020
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata


kuliah Pendidikan Kampus Bertauhid berjudul “Pendidikan Kampus Bertauhid
dalam Penelitian”.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana


ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Bogor, 07 Oktober 2020

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................7

BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................................8

BAB III Pembahasan..............................................................................................13

3.1 Konsep Dasar Penelitian..................................................................................13

3.1.1 Pengertian Penelitian.........................................................................13


3.1.2 Sikap dan Cara Berpikir Peneliti.......................................................14
3.1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................15

3.2 Penelitian Dalam Pandangan Islam..................................................................17

3.2.1 Prinsip-Prinsip Riset..........................................................................19

3.2.2 Bukti Penelitian Yang Dilakukan Sejak Jaman Rasulullah..........................19

3.2.3 Etika Riset Menurut Islam................................................................20


3.2.4 Manfaat Penelitian Dalam Islam.......................................................21

3.3 Sikap Yang Harus Dimiliki Peneliti.................................................................22

3.3.1 Tadharru............................................................................................22
3.3.2 Tawadhu............................................................................................22

BAB IV Penutup....................................................................................................24

Daftar Pustaka........................................................................................................25
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek ‘aqīdaĥ. Pondasi
pendidikan anakpun dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak.
“Syahādāt” dalam ażan yang diperdengarkan pada anak yang baru lahir sebagai
bukti pentingnya menanamkan tauhid sejak dini. Tauhidpun merupakan seruan
pertama dakwah para Rasul. Tauhid juga merupakan tonggak penentu
keselamatan seorang hamba dihadapan Rabbnya kelak.
Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya. Untuk itu, sudah menjadi keharusan pula bagi
orang tua untuk mendahulukan penanaman tauhid sejak dini kepada putra-
putrinya. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim dalam kitab Tuḥfat Al-Maudūd
yang dikutip oleh Rahman bahwa dirahasiakan dilakukan ażan dan iqāmaĥ di
telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimis agar mula-mula
suara yang terdengar oleh telinga bayi adalah seruan ażan yang mengandung
makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahādāt yang menjadi syarat utama
bagi seorang yang masuk Islam. Hal yang sama dianjurkan pula agar yang
bersangkutan dituntut untuk mengucapkan kalimat tauhid ini saat sedang
meregang nyawa meninggalkan dunia yang fana ini.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Rasyid (2000) dan Romli (2011)
menjelaskan bahwa:

Semakin kurang tauhid seorang muslim, maka akan berdampak pada semakin
rendah pula kadar akhlak, watak kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep
Islam sebagai pedoman dan pegangan hidupnya. Sebaliknya, jika ‘aqīdaĥ tauhid
seseorang telah kokoh dan mapan (established), maka terlihat jelas dalam setiap
amaliahnya. Setiap konsep yang berasal dari Islam, pasti akan diterima secara
utuh dan dengan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari-cari
alasan hanya untuk menolak. Inilah sikap yang dilahirkan dari seorang muslim
sejati.
5

Sebagaimana Asmuni (1993) mengungkapkan bahwa:


Tauhid tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan
manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku
keseharian seseorang. Ia tidak hanya berfungsi sebagai ‘aqīdaĥ, tetapi berfungsi
pula sebagai falsafah hidup.
Penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang
dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis yang bertujuan untuk menemukan,
menginterprestasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penelitian terjadi karena adanya
dorongan rasa ingin tahu mengenai sesuatu hal yang sedang terjadi di lingkungan
sekitar. Seseorang melakukan penelitian untuk mencari jawaban dari
permasalahan yang sedang terjadi.
Dalam skema Al-Qur`an, pengetahuan itu dapat diperoleh melalui wahyu
(haqq al-yaqin), rasionalisme atau inferensi yang didasarkan pada pertimbangan
dan bukti (‘ilm al-yaqin), imperisisme dan melalui persepsi, yakni dengan
observasi, eksperimen, laporan sejarah, deskripsi pengalaman (‘ain al-yaqin).
Cara-cara atau metode-metode pencapaian pengetahuan melalui sumber-
sumber yang diakui Al-Qur`an, secara historis, telah dilakukan oleh para ulama,
fuqaha`, ilmuwan, filosof muslim dan para sufi. Banyak variasi metode yang
mereka gunakan dalam penelitian tersebut, yang semuanya bertujuan untuk
diaplikasikan atau diamalkan dalam kehidupan manusia, baik secara individu
maupun sosial. Melalui usaha semacam ini, para ulama dan ilmuwan tersebut
telah banyak menghasilkan atau memproduk ilmu-ilmu, yang menjadi khazanah
suatu peradaban Islam, baik kategori ilmu-ilmu riwayat maupun ilmu-ilmu
rasional, termasuk ilmu-ilmu terapan yang langsung dapat dimanfaatkan dan
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Tidak hanya itu, ilmu-ilmu yang dihasilkan
melalui at-taqarrub ila Allah pun juga dihasilkan oleh kaum sufi.
Dunia Islam mencapai kemajuan atau menciptakan peradaban karena ilmu
pengetahuan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari umat Islam. Hal itu
disemangati oleh ajaran Islam sendiri sebagaimana yang termuat di dalam kitab
suci al-Qur’an. Ayat pertama kali yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. di
Gua Hira’ yaitu iqra’ atau bacalah, mengandung inti pesan bahwa ilmu
6

pengetahuan hendaklah mendapat tempat yang tinggi bagi orang-orang Muslim.


Dalam ayat lain al-Qur’an menegaskan bahwa orang yang memiliki ilmu
pengetahuan akan mendapatkan derajat yang tinggi di dalam kehidupan. Begitu
pula berbunyi hadis yang sudah sangat dikenal oleh kebanyakan orang Muslim
bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua Muslim baik laki-laki
maupun wanita.
Sejarah perkembangan ilmu di dunia Muslim mengalami masa yang
panjang. Sejak masa Nabi ilmu pengetahuan disebar luaskan di rumah salah
seorang sahabat; dan perhatian ini terus berlanjut sepanjang hidup Nabi SAW.
Pada saat umat Islam memenangkan peperangan Badar ia jadikan syarat bagi
pembebasan mereka yang tertawan dengan keharusan mengajarkan baca tulis
kepada kaum Muslimin. Kemudian masa berikutnya pengajaran dilanjutkan di
masjid-masjid, seterusnya mengambil tempat-tempat seperti kuttab, madrasah,
khanqah, zawiyah, observatorium, perpustakaan; atau di pesantren dan surau di
tanah air. Masa Nabi sebagai awal tonggak pemberi semangat menuntut ilmu,
masa berikutnya mengalami masa kecemerlangan terutama pada masa-masa
Khilafah Umayyah dan Abbasiyah. Pada masa-masa ini muncul lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang menjadi model di tempat-tempat lain. Muncul pula ilmuan
yang ternama yang karya-karyanya sampai saat ini dapat dibaca dan menjadi
rujukan bagi ilmuan.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan uraian latar belakang masalah maka permasalahan yang hendak
dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Konsep dasar penelitian
2. Penelitian dalam pandangan islam
3. Aturan islam dalam melakukan penelitian
4. Aturan islam dalam mempublikasikan hasil penelitian
5. Sifat yang harus dimiliki para peneliti
7

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui konsep dasar penelitian
2. Untuk mengetahui penelitian dalam pandangan islam
3. Untuk mengetahui aturan-aturan penelitian dalam islam
4. Untuk mengetahui aturan publikasi penelitian dalam islam
5. Untuk mengetahui sifat Tadharru dan Tawadhu keilmuan yang harus
dimiliki peneliti
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Umat Islam pernah mengalami masa kejayaan di bidang ilmu pengetahuan.


Menarik bahwa keberhasilan dan kejayaan ini dilandasi oleh semangat kitab suci
al-Qur’an. Hal ini tidak saja diakui kebenarannya oleh umat Islam, tetapi termasuk
oleh sejarawan papan atas asal Amerika Serikat, Marshall Hodgson. Di antara ayat
yang dipandang memberi semangat peradaban tinggi terhadap umat Islam adalah
sebagai berikut: “Kamu adalah umat yang terbaik yang menyeru kepada kebaikan
dan meninggalkan segala keburukan”.
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan ini umat Islam pernah mengalami
kejayaan peradaban beberapa abad pada masa yang lalu. Memang Islam sebagai
sebuah agama mengatur kehidupan manusia untuk mencapai kebahagian dunia
dan akhirat. Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia selain dibekali Allah
dengan akal pikiran juga diberikan wahyu yang berfungsi untuk membimbing
perjalanan hidupnya.
Akal pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling tinggi kepada manusia. Akal
pikiran yang dimiliki manusia inilah yang membedakan dengan makhluk-makhluk
lain. Dengan akal pikiran yang dimiliki ini pulalah manusia menempati tempat
tertinggi di antara makhluk-makhluk lain baik malaikat, jin, binatang dan
sebagainya.
Islam memberikan penghargaan tertinggi terhadap akal. Tidak sedikit al-
Qur’an dan hadis Nabi yang menganjurkan dan mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya dan banyak berpikir guna mengembangkan
intelektualnya. Dengan penggunaan akal itulah manusia dapat mengasah intelek
untuk kemudian menimbulkan sikap kecendikiawanan dan kearifan baik terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan.
Banyak kata dalam al-Qur’an yang mengandung arti berpikir selain dari kata
akal. Misalnya kata dabbara, merenungkan, dalam 8 ayat; fakiha, mengerti, dalam
20 ayat; nazhara, melihat secara abstrak, dalam 30 ayat; tafakkara, berpikir. Kata-
kata ‘aqala dijumpai dalam lebih dari 30 ayat al-Qur’an. Sebagaimana dikutip
Azyumardi Azra, ayat-ayat yang di dalamnya terdapat berbagai kata tersebut di
9

atas mengandung perintah agar manusia mempergunakan akal pikirannya. Lalu,


penggunaan akal pikiran secara teratur tersebut akan menghasilkan ilmu
pengetahuan.
Dalam al-Qur’an sering disebut kata yang erat hubungannya dengan berpikir.
Arti asli ayat adalah tanda yang menunjukkan sesuatu yang terletak tetapi tidak
kelihatan di belakangnya. Untuk mengetahui apa-apa yang ada di balik tanda itu
manusia harus harus memperhatikan fenomena alam, dan menganalisa serta
membuat kesimpulan-kesimpulan. Semua perbuatan ini dilakukan dengan
mempergunakan akal. Dalam al-Qur’an terdapat kurang lebih 150 ayat mengenai
fenomena alam. Ayat-ayat ini disebut ayat kauniyah, yaitu kejadian atau kosmos
yang menjelaskan bahwa alam ini penuh tanda-tanda yang harus dipikirkan
manusia dan pada akhirnya membawa kepada Tuhan. Seperti firman Allah SWT:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih berganti malam dan siang
bahwa yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi
sesudah mati—keringnya dan dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antar langit dan bumi sungguh
terdapat tandatanda keesaan dan kebesaran Allah bagi
kaum yang memikirkan.

Kemudian dalam kehidupan di dunia kaum Muslim dapat mengalami


kejayaan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang sudah masyhur yang
artinya bahwa apabila seorang ingin jaya di dunia tentu dengan ilmu, apabila ia
ingin berjaya di akhirat juga dengan ilmu, tetapi apabila ingin berjaya kedua-
duanya hendaklah dengan ilmu.
Dalam ayat al-Qur’an juga disebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu
akan diangkat beberapa derajat, sebagaimana firman-Nya: “Allah mengangkat
derajat orang yang beriman dan berilmu dalam berbagai derajat.” Ayat ini
berlaku untuk semua orang, apakah ia seorang Muslim atau tidak, apabila ia
memiliki ilmu ia akan memperoleh derajat yang lebih tinggi.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an ditekankan pula betapa jauhnya perbedaan
antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Karena
10

itulah al-Qur’an menekankan bahwa bahkan di kala umat Islam sedang


menghadapi kondisi perang pun, kewajiban mendalami ilmu pengetahuan tidak
boleh diabaikan. Dalam al-Qur’an secara eksplisit dikatakan bahwa tidak
semestinya semua umat Islam pergi turut berperang; sebagian dari mereka mesti
tetap menekuni kegiatan pendalaman ilmu pengetahuan, sementara sebagian dari
saudaranya yang lain melaksanakan peperangan.
Teknologi juga mendapat perhatian yang tinggi dalam kitab suci al-
Qur’an. Quraish Shihab berpandangan bahwa ada sekitar 750 ayat al-Qur’an yang
berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, yang termasuk katagori
teknologi. Sebab menurutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan
sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Di
antara ayat-ayat yang relevan dalam konteks ini adalah sebagai berikut:
semuanya (sebagai anugerah) dari-Nya.
Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit ketika itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepada-Nya, “Datang-lah(tunduklah) kamu
berdua (langit dan bumi) menurut perintah-Ku suka atau tidak suka!” Mereka
berdua berkata, Kami datang dengan suka hati”.
Dalam sejarah Islam, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat
pesat dalam waktu sekitar 5 abad lebih. Bersamaan dengan itu orang-orang Barat
berada di alam kegelapan atau kebodohan. Ilmu pengetahuan dalam Islam
berkembang secara pesat pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Berkembangnya ilmu pengetahuan ini didahului oleh penerjemahan buku-buku
Yunani ke dalam bahasa Arab yang berpusat di Bait al-Hikmah di Baghdad. Ilmu-
ilmu yang dicakup dalam perkembangan ini adalah ilmu kedokteran, matematika,
fisika, mekanika, botanika, optika, astronomi di samping filsafat dan logika.
Karya yang diterjemahkan adalah karangan Galinos, Hipokrates, Ptolemeus,
Euclid, Plato, Aristoteles dan lain-lain. Buku-buku itu dipelajari oleh ulama-ulama
Islam dan mengalami perkembangan di bawah khalifah-khalifah Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah antara lain ilmu hitung, ilmu ukur, aljabar, ilmu falak, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu alam, ilmu bumi, ilmu sejarah di samping bahasa
dan sastra arab.
11

Cendikiawan Muslim pada masa kemajuan Islam bukan hanya menguasai


ilmu dan filsafat yang mereka peroleh dari peradaban Yunani tetapi mereka
kembangkan ke dalam penyelidikan hasil-hasil mereka sendiri dalam berbagai
bidang ilmu. Pada masa ini berkembang universitas-universitas termasyhur di
dunia yakni universitas Cordoba di Andalusia, Universitas di Salamanka dan
universitas di berbagai kota lainnya sebagai tempat menuntut ilmu bagi kalangan
Nasrani yang berasal dari berbagai negara Eropa.
Karya nyata yang telah diperlihatkan peradaban Islam dalam bidang sains
sebagai berikut: Pertama, dalam bidang matematika telah dikembangkan oleh
para sarjana Muslim berbagai cabang ilmu pengetehauan seperti teori bilangan,
aljabar, geometri analit dan trigonometri. Kedua, dalam bidang fisika, mereka
telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika. Ketiga, dalam bidang
kimia telah berkembang ilmu kimia. Keempat, dalam bidang astronomi, kaum
Muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit. Kelima, dalam
bidang geologi para ahli ilmu pengetahuan Muslim telah mengembangkan
geodesi, minerologi dan meterologi. Keenam, dalam bidang biologi, mereka telah
memiliki ilmu-ilmu psikologi, anotmi, botani, zoologi, embriologi dan pathologi.
Ketujuh, dalam bidang sosial telah berkembang pula ilmu politik.
Dari segi metodologi ilmiah sebenarnya para sarjana Muslim telah
mengembangkannya yang dikembangkan oleh dunia Barat sekarang ini. Pola
berpikir rasional, sebenarnya dikenal oleh ahli-ahli pikir Barat lewat pembahasan
ahli-ahli filsafat Islam terhadap filsafat Yunani yang dilakukan oleh antara lain al-
Kindi (809-873 M, al-Farâbî (881-961), Ibn Sînâ (980-103) dan Ibn Rusyd (1126-
1198 M). Demikian pula pola berpikir empiris yang dikenal di dunia Barat lewat
tulisan Francis Bacon (1561-1626 M) semula berasal dari sarjana-sarjana Islam.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa islam
memerintahkan umatnya untuk terus berpikir dan mendalami ilmu. Para tokoh-
tokoh muslim terdahulupun sudah memberikan contoh untuk kita agar terus
mengembangkan ilmu salah satunya melalui penelitian sesuai dengan bidang yang
dimiliki masing-masing. Islam pun sudah mengajarkan mengenai ilmu penelitian.
Maka seharusnya apabila kita akan melakukan penelitian tidak keluar dari nilai-
12

nilai islam apalagi pada nilai tauhid, semuanya harus tetap mengedepankan nilai-
nilai islam.
13

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar Penelitian


3.1.1 Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu penyelidikan terorganisasi, atau penyelidikan yang
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan sesuatu. Kata
penelitian adalah terjemahan dari kata research yang berasal dari bahasa Inggris.
Kata Research terdiri dari dua kata yaitu re yang berarti kembali dan to search
yang berarti mencari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian research
(penelitian) adalah mencari kembali suatu pengetahuan. Tujuan penelitian adalah
untuk mengubah kesimpulan yang telah diterima secara umum, maupun
mengubah pendapat-pendapat dengan adanya aplikasi baru pada pendapat
tersebut. Suatu penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dinamakan sebagai
penelitian ilmiah. Dari pengertian penelitian (research) secara umum tersebut,
terdapat beberapa pengertian penelitian yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain sebagai berikut:
1. Parson : Menurut parson bahwa pengertian penelitian adalah pencarian atas
sesuatu (inkuiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian
ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
2. John : Pengertian penelitian menurut John bahwa arti penelitian adalah
pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan
hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum tertentu.
3. Woody : Pengertian penelitian menurut woody adalah suatu metode untuk
menemukan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian
definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis
atau jawaban sementara, membuat kesimpulan, dan
sekurangkurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua
kesimpulan yang diambil untuk menentukan apakah kesimpulan
tersebut cocok dengan hipotesis.
14

4. Donald Ary: Menurut Donald Ary, pengertian penelitian adalah penerapan


pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah untuk
memperoleh informasi yang berguna dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Hill Way: Menurut Hill Way, pengertian penelitian adalah suatu metode studi
yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segala bentuk fakta yang
dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan
masalah tersebut.

3.1.2 Sikap dan Cara Berpikir Peneliti


Seorang peneliti harus memiliki sikap yang khas dan kuat dalam
penguasan prosedur dan prinsip-prinsip dalam penelitian. Sika-sikap yang harus
dikembangkan seorang peneliti adalah sebagai berikut.
1. Sikap-Sikap Seorang Penelliti
a) Objektif, Seorag peneliti harus dapat memisahkan antara pendapat pribadi
dan fakta yang ada. Untuk menghasilkan penelitian yang baik,
seorang peneliti harus bekerja sesuai atas apa yang ada di data yang
diperoleh di lapangan dan tidak memasukkan pendapat pribadi
yang dapat mengurangi dari keabsahan hasil penelitiannya (tidak
boleh subjektif).
b) Kompeten, Seorang peneliti yang baik memiliki kemampuan untuk
menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan
teknik penelitian tertentu
c) Faktual, Seorang peneliti harus bekerja berdasarkan fakta yang diperoleh,
bukan berdasarkan observasi, harapan, atau anggapan yang bersifat
abstrak. Selain itu, seorang peneliti juga diharapkan memiliki pola
pikir yang mendukung tugas-tugas mereka.
Cara berpikir yang diharapkan dari seorang peneliti adalah sebagai berikut.
2. Cara Berpikir Seorang Peneliti
a) Berpikir Skeptis, Seorang peneliti harus selalu mempertanyakan bukti atau
fakta yang dapat mendukung suatu pernyataan (tidak
mudah percaya)
15

b) Berpikir analisi, Peneliti harus selalu menganalisi setiap pernyataan atau


persoalan yang dihadapi
c) Berpikir kritis, Mulai dari awal hingga akhir kegiatan, penelitian dilakukan
berdasarkan cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahuan.
3.1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang ditetapkan dan
jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian. Beberapa sifat yang harus
dipenuhi sehingga tujuan penelitian dikatakan baik yaitu: spesifik, terbatas, dapat
diukur, dan dapat diperiksa dengan melihat hasil penelitian.
Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-
pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian
tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut.
Tidak satu orang yang mampu mengajukan semua pertanyaan, dan demikian pula
tak seorangpun sanggup menemukan semua jawaban bahkan hanya untuk satu
pertanyaan saja. Maka, kita perlu membatasi upaya kita dengan cara membatasi
tujuan penelitian. Terdapat bermacam tujuan penelitian, dipandang dari usaha
untuk membatasi ini, yaitu:
1. Eksplorasi
Umumnya, peneliti memilih tujuan eksplorasi karena tiga macam maksud,
yaitu: (a) memuaskan keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami,
(b) menguji kelayakan dalam melakukan penelitian/studi yang lebih mendalam
nantinya, dan (c) mengembangkan metode yang akan dipakai dalam penelitian
yang lebih mendalam hasil penelitian eksplorasi, karena merupakan penelitian
penjelajahan, maka sering dianggap tidak memuaskan. Kekurangpuasan
terhadap hasil penelitian ini umumnya terkait dengan masalah sampling
(representativeness). Tapi perlu kita sadari bahwa penjelajahan memang berarti
“pembukaan jalan”, sehingga setelah “pintu terbuka lebar-lebar” maka
diperlukan penelitian yang lebih mendalam dan terfokus pada sebagian dari
“ruang di balik pintu yang telah terbuka” tadi.
16

2. Deskripsi
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci
atau membedakannya dengan fenomena yang lain.

3. Prediksi
Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang
memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan
mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari,
misalnya dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu
—yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai kemungkinan
besar untuk berhasil dalam studinya (prediksi hubungan antara skor ujian
masuk dengan tingkat keberhasilan studi nantinya).
4. Eksplanasi
Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena
atau lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah suatu
eksplanasi (keterkaitan sebabakibat) valid atau tidak, atau menentukan mana
yang lebih valid diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing.
Penelitian eksplanasi (menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan,
misalnya, “mengapa” suatu kota tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan
lebih tinggi dari kota-kota tipe lainnya. Catatan: dalam penelitian deskriptif
hanyadijelaskan bahwa tingkat kejahatan di kota tipe tersebut berbeda dengan
di kota-kota tipe lainnya, tapi tidak dijelaskan “mengapa” (hubungan sebab-
akibat) hal tersebut terjadi.
5. Aksi
Penelitian aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di atas dengan
penetapan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu.
Penelitian ini umumnya dilakukan dengan eksperimen tidakan dan mengamati
hasilnya; berdasar hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui
fenomena bahwa meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin dari suhu ruang,
orang tetap memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian
tindakan dibuat berbagai alat bantu mengingatkan orang bahwa udara luar
sudah lebih dingin dari udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu,ada satu
17

yang paling dapat diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi
terhadap fenomena di atas.

3.2 Penelitian Dalam Pandangan Islam


Suatu hal yang sudah umum di kalangan para ahli bahwa sebuah riset
ilmiah harus didasari oleh beberapa prinsip hingga bisa mengantarkannya ke
sebuah kesimpulan yang diharapkan. Kebebasan berpikir merupakan pilar utama
dalam riset ilmiah. Sebuah riset tidak akan benar tanpa adanya kebebasan berpikir.
Ia lebih luas dan umum dari kebebasan observasi. Maka, kebebasan berpikir harus
ada tanpa sedikit pun ikatan hingga manusia mampu berjalan dengan apa yang
dikaruniakan Allah Swt terhadap ilmu pengetahuan.

Kebebasan berpikir berasal dari dua sumber, yakni: Pertama, bentuk asli


akal manusia itu sendiri. Allah Swt dengan kehendaknya menjadikan bentuk akal
manusia bebas dari ikatan yang membatasi gerak langkahnya. Ia bebas berpikir
tentang apa yang diinginkannya, dan Kedua, Kaidah-kaidah luar yang
mempengaruhi cara berpikir manusia seperti prinsip-prinsip agama, duniawi,
hukum-hukum, peraturan-peraturan sosial dan apa yang dilahirkan oleh
pemahaman dan nilai-nilai yang secara langsung mempengaruhi persepsi dan pola
berpikir. Begitu juga metodologi riset meletakkan hal-hal tersebut dengan porsi
yang tepat.
Kebebasan berpikir dalam ilmu pengetahuan ditegaskan dalam Q.S Al-
Ghaasyiyah : 17-22 dan Q.S Yunus : 101

Allah Swt membatasi fenomena-fenomena yang harus dianalisis manusia.


Ini merupakan prinsip penting dalam riset ilmiah, yaitu pembatasan pokok-pokok
permasalahan, sebagaimana dalam Q.S Al-Baqarah : 164, danQ.S Al An’am : 38.

Kemudian Allah Swt merinci kekhususan-kekhususan fenomena-


fenomena tersebut, hingga dapat memudahkan manusia dalam mengkajinya dan
mengambil manfaat darinya, Q.S An-Nur : 43-44
18

Sebuah riset ilmiah harus didasari oleh argumentasi yang benar, bukan
perkiraan, dugaan atau khayalan. Ilmiah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan
memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan yang memenuhi empat syarat,
yaitu: objektif, metodik, sistematik, dan berlaku universal. Apalagi bagi seseorang
yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan (akademik), hendaknya
janganlah asal jiplak tanpa didasari suatu landasan yang benar.
Ada lima kecondongan yang menandai sikap ilmiah seorang akademisi,
yaitu: Pertama, adanya keinginan untuk mengetahui dan memahami (spirit of
science). Kedua, kecendrungan mencari data dan makna yang benar-benar dapat
dijadikan patokan yang masuk akal dan dapat diuji. Ketiga, kecendrungan untuk
menuntut suatu pengujian empiris. Keempat, adanya penghargaan
terhadap logika, Kelima, kecendrungan memeriksa pangkal pikir dengan
menyelidiki kebenaran atau kesalahan dan kesimpulan logis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kebenaran yang hakiki hanya bersumber dari Allah Swt, sebagaimana
tercantum dalam Q.S Al-Baqarah : 147 yang menjelaskan bahwa kebenaran itu
berasal dari Allah Swt, sebagai seorang hamba hendaknya janganlah ragu atas
kebenaran Allah Swt tersebut. Selanjutnya dalam Q.S Yunus : 82 yang berisikan
tentang Allah Swt akan mengokohkan yang benar dengan ketetapannya, walaupun
orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya. Dengan demikian, kebenaran
yang ilmiah itu bersumber dari keyakinan ilmiah (Allah Swt) setelah penelitian
secara mendalam atas pembenaran hati secara bulat.

Allah Swt memperingatkan dan melarang hambanya mendalami sesuatu


tanpa ilmu. Ini merupakan prinsip dasar dalam riset ilmiah. Firman Allah Swt
dalam Q.S Al-Isra’ : 36 yang menerangkan tentang larangan agar kita tidak
mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan
sesuatu berdasarkan dugaan yang bersumber dari sangkaan dan ilusi yang berasal
dari seluruh anggota tubuh (pendengaran, penglihatan, dan hati), karena semua
yang kita perbuat akan dimintai pertanggungjawabannya pada hari kiamat kelak.
19

3.2.1 Prinsip-Prinsip Riset


1. Kehidupan manusia tidak akan tegak dan berkembang tanpa adanya riset dan
penemuan-penemuan ilmiah yang dilakukan dengan usaha sungguh-sungguh.
Karena kehidupan harus mengikuti rel kemajuan dan meningkat ke standar
yang lebih baik. Maka, dalam kehidupan ilmiah harus ada yang memperdalam
ilmu dan riset pengetahuan (surah At Taubah ayat 122). 
2. Tidak mengikuti sesuatu tanpa analisis (Taqlid A’ma-Pen).
3. Tidak statis terhadap pandangan-pandangan Islam
4. Tidak mengikuti sesuatu pemikiran tanpa periksa dan analisis dengan
menggunakan akal yang telah dikarunikan Allah Swt kepada seluruh manusia
(surah Al Baqarah ayat 170). 
5. Tidak tunduk terhadap ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran lama tanpa
memeriksa dan menganalisis kebenaran dan kegunaannya (Surah Al
‘A’raf ayat 179).

3.2.2 Bukti Penelitian Yang Dilakukan Sejak Jaman Rasulullah


1. Al-Qur’an secara tersurat dan tersirat menekankan kepada para pemeluknya
agar menggunakan rencana yang matang dalam melakukan apapun, baik dalam
skala kehidupan yang kecil maupun yang berskala besar.
2. Rasulullah SAW. Menggunakan data statistik sejak beliau hijrah dari Makkah
ke Madinah dan memulai babak baru dalam ekspansi dakwah.
3. Rasulullah SAW. Terbiasa melakukan uji coba (eksperimen) dalam persoalan
duniawi.
4. Islam mendorong para pemeluknya yang menggali secara optimal teknologi
tepat guna, yang dinilai mendatangkan manfaat bagi kelangsungan kehidupan
manusia.
5. Al-Quran menjunjung tinggi nilai-nilai industrialisasi bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
20

3.2.3 Etika Riset Menurut Islam


1. Jujur ( Tidak dusta)
- Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan
metode dan prosedur penelitian serta publikasi hasil
- Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan
- Jujur dengan tidak mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan kita sebagai
pekerjaan kita.
Dalil tentang jujur atau tidak berdusta ada pada :
Q.S Al-Imran : 78
Q.S Al-Imran : 94
Q.S Al-Imran : 137

2. Menjaga kelestarian hidup atau tidak berbuat kerusakan


Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai
khalifah di muka bumi ini yang memiliki tugas untuk memanfaatkan,
mengelola, dan memelihara alam semesta. Islam mengajarkan agar umat
manusia senantiasa menjaga lingkungan. Sebagaimana telah terkandung
dalam dalil :
Q.S Al-Maidah : 32
Q.S Ar-Rum : 41
3. Tidak merugikan yang lain, dengan mengatur aspek :
- Segi material : Penelitian yang dilakukan merugikan subyek penelitian
secara material
- Segi Fisik : Penelitian yang dilakukan tidak merugikan partisipan secara
fisik
- Segi Psikologis : Penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau membuat
sisi psikologis partisipan menjadi terganggu
- Segi Sosial : Penelitian yang dilakukan tidak merugikan partisipan secara
sosial kemsyarakatan
- Menjadikan aman yang lain
21

4. Bertindak Ihsan
Ihsan berasal dari kata yuhsinu yang artinya adalah berbuat baik sedangkan
bentuk mashdarnya adalah ihsana yang artinya adalah kebaikan. Sehingga
dianjurkan dalam melakukan penelitian untu berbuat ihsan atau berbuat
kebaikan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam dalil :
Q.S Al-Isra : 7
Q.S Al-Qashash : 77
3.2.4 Manfaat Penelitian Dalam Islam
1. Penelitian bertujuan agar penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi
kemaslahatan hidup manusia, baik itu secara teoritis atau akademik maupun
secara empirik atau lapangan.
2. mengangkat derajat umat Islam dengan adanya riset yang dilakukan kaum
muslimin sendiri dalam rangka menjunjung tinggi kejayaan umat.

Jelaslah bahwa sesungguhnya Allah Swt selain telah mengaruniai ilmu dan
akal kepada hambanya, juga menerangkan metode riset, cara dan alat-alatnnya.
Sehingga kita dapat menemukan hakekat agar sampai ke dalam inti persoalan-
persoalan yang sedang diobservasi.
Tujuan akhir dari ilmu adalah mendapatkan petunjuk dari hakekat-hakekat
persoalan itu. Segala makhluk Allah Swt baik hidup maupun mati disediakan dan
ditundukkan untuk hal tersebut. Selain itu, manusia bisa menunaikan tugas
sucinya yang diridhai Allah Swt di atas bumi ini. Firman Allah Swt dalam surah
Luqman ayat 20 yang menerangkan tentang perintah untuk memikirkan dan
memperhatikan nikmat-nikmat Allah Swt serta tercelanya sikap taqlid buta.
Dengan demikian, sebagai seorang hamba Allah Swt yang selalu melakukan
riset demi tercapainya kemajuan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, hendaklah
kita tidak melakukan plagiarisme yang disertai sikap asal-asalan dalam merujuk
sesuatu tanpa disertai dengan adanya kebenaran yang objektif dan akurat.
22

3.3 Sikap yang harus dimiliki peneliti


3.3.1 Tadharru
Tadharru yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT. Dalam beribadah,
berdoa, atau memohon kepada Allah SWT hendaklah dengan merendahkan diri
hanya kepada Allah SWT.
“Berdoalah kepada tuhanmu dengan berendah diri (penuh harap) dan suara
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. (QS. Al-A’raf : 55)
Tadharu merupakan akhlak dan etika yang harus kita bangun ketika
membina hubungan dengan Allah SWT. hal ini dilakukan sebagi bentuk wujud
penghambaan diri kita kepada Allah SWT. Tadharru dapat menumbuhkan
kekhusyukkan dalam beribadah dan berdoa serta menjadi sebab Allah SWT
meninggikan derajat kita di sisi-Nya.
Para ilmuan atau pun peneliti harus memiliki sikap tadharru agar tetap
merasa kecil dihadapan Allah, agar tidak berpikir bahwa dia sudah menjadi
manusia yang hebat karena telah menciptakan atau menemukan sesuatu
3.3.2. Tawadhu
Tawaadhu yaitu rendah hati, tidak sombong, pengertian yang lebih dalam
adalah bahwa kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan
hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari
bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Dengan
pemahaman tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya
kesombongan dan merasa lebih baik dari oranglain, tidak merasa bangga
dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Tetap rendah diri dan
selalu menjaga hati dan menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah SWT.
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi
perbuatan takabbur (sombong) ataupun sum’ah yaitu ingin diketahui orang lain
amal kebaikannya. Tawadhu memelihara pergaulan dan hubungan dengan
sesama manusia tanpa memiliki perasaan sombong serta tidak merendahkan
orang lain, maksudnya yaitu tidak meninggikan derajat diri sendiri dimata
orang lain, serta tidak pula merendahkan orang lain. Setiap manusia masing-
23

masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, karena itu janganlah menghina


dan merendahkan orang lain, maka hendaklah memiliki sikap tawaadhu'
terhadap sesama manusia.
Tawadhu pun harus dimiliki oleh para peneliti sebab agar mereka tetap
berendah hati,tidak sombong, tidak bangga diri ataupun merasa hebat dengan
sesuatu yang telah dicapainya, agar tetap sadar bahwa apapun yang telah
dicapai pasti ada campur tangan Allah didalamnya dan tetap sadar meskipun
telah menemukan atau menciptakan sesuatu maka belum tentu dia menjadi
lebih mulia dibanding yang lain sebab bila dia tidak menanamkan sikap
tawadhu bisa jadi pahala atau kemuliaannya hilang karna dia sombong,
merasa hebat diantara yang lainnya
24

BAB IV
PENUTUP

Penelitian adalah suatu penyelidikan terorganisasi, atau penyelidikan yang


hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan sesuatu.. Sikap-sikap
yang harus dikembangkan seorang peneliti adalah pertama objektif, Seorang
peneliti harus dapat memisahkan antara pendapat pribadi dan fakta yang ada.
Yang kedua Faktual, Seorang peneliti harus bekerja berdasarkan fakta yang
diperoleh, bukan berdasarkan observasi, harapan, atau anggapan yang bersifat
abstrak. Selain itu, seorang peneliti juga diharapkan memiliki pola pikir yang
mendukung tugas-tugas mereka.
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang ditetapkan
dan jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian. Riset ilmiah harus didasari
oleh beberapa prinsip hingga bisa mengantarkannya ke sebuah kesimpulan yang
diharapkan. Maka, kebebasan berpikir harus ada tanpa sedikit pun ikatan hingga
manusia mampu berjalan dengan apa yang dikaruniakan Allah Swt terhadap ilmu
pengetahuan. Allah Swt dengan kehendaknya menjadikan bentuk akal manusia
bebas dari ikatan yang membatasi gerak langkahnya. Begitu juga metodologi riset
meletakkan hal-hal tersebut dengan porsi yang tepat. Allah Swt membatasi
fenomena-fenomena yang harus dianalisis manusia. Sebuah riset ilmiah harus
didasari oleh argumentasi yang benar, bukan perkiraan, dugaan atau khayalan.
Allah Swt memperingatkan dan melarang hambanya mendalami sesuatu tanpa
ilmu. Tadharru yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT. Orang yang tawadhu’
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber
dari Allah SWT. Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh
menjauhi perbuatan takabbur (sombong) ataupun sum’ah yaitu ingin diketahui
orang lain amal kebaikannya, tidak meninggikan derajat diri sendiri dimata orang
lain, serta tidak pula merendahkan orang lain.
25

DAFTAR PUSTAKA
 Azyumardi Arza. 1995. Essei- Essei Intelektual Muslim dan Pendidikan
Islam. Jakarta.
 Fina Nafisah Hayaty. 2014. Efektivitas metode amsal/analogi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan ketauhidan
pada para siswa. Bandung.
 Harun Nasution. 1998. Islam Rasional. Bandung
 Hasbi Indra.2009. Kasubdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian
pada Masyarakat Diktis Kementerian agama RI. Jakarta Pusat.
 Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi
penelitian .Yogyakarta. Literasi Media Publishing.
 Zuhairini. 1995. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai