Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBERSIHAN DI TEMPAT KERJA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulian Higiene Industri Yang
Di Ampu Oleh :

Arum Dian Pratiwi, S.K.M., M.Sc

OLEH ;

KELOMPOK 5

KELAS K3

1. Nadilla Ramadhan Arbain Sandi (J1A1 17 243)


2. Riry Noviyanti R. A Musa (J1A1 17 261)
3. Sri Ayu Mulyani (J1A1 17 272)
4. Wa Ode Najwa Sandrina Shihab (J1A1 17 280)
5. Wa Ode Yasni (J1A1 17 282)
6. Wahyu Ishaq Trisnandi (J1A1 17 283)
7. Winda Sari Ondjo (J1A1 17 285)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan karunianya kami masih diberi kesempatan. Untuk menyelesaikan
tugas Higiene Industri. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing ibu Arum Dian Pratiwi, S.K.M., M.Sc, yang telah membimbing kami
agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun tugas ini. Tugas ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu Higiene Industri, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh kami
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
tuhan akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.

Semoga tugas kami dapat bermanfaat bagi para mahasiswa umum


khususnya pada diri kami sendiri dan semua yang membaca tugas kami ini. Dan
mudah-mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun tugas ini memeiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Kendari, 25 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................3
C. Tujuan ..........................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Manfaat Kebersihan Dalam Perusahaan ....................................................4


B. Ruang Lingkup Kebersihan Dalam Perusahaan .........................................4
C. Air Minum ...................................................................................................5
D. Kakus ...........................................................................................................5
E. Tempat Cuci Dan Ruang Ganti Pakaian ....................................................6
F. Ruang Makan Dan Kantin .........................................................................12
G. Masalah Kebersihan Lainnya ....................................................................12
H. Teknologi Sanitasi Industri (Industrial Sanitary Engineering) .................13
I. Peraturan Perundang-undangan ................................................................14

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................16
B. Saran ..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, perusahaan harus mampu bertahan mengingat
bahwa persaingan bisnis semakin ketat. Perusahaan harus memiliki manajemen
yang baik serta mampu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dan memiliki peran
yang besar sebagai penggerak utama dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan
pada umumnya menginginkan agar sumber daya manusia yang mereka miliki
mempunyai produktifitas yang tinggi dalam bekerja. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi produktifitas karyawan adalah kepuasan kerja karyawan.

Menurut Davis (1985:96) dalam Mangkunegara (2013:117) kepuasan kerja


merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong yang dialami
oleh diri karyawan dalam bekerja. Karyawan akan merasa puas dalam bekerja
apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan
sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, maka karyawan akan
merasa tidak puas. Karyawan yang bekerja dengan tingkat kepuasan yang tinggi
akan memandang pekerjaannya sebagai suatu hal yang menyenangkan. Ketika
karyawan merasa puas, maka karyawan akan semakin loyal kepada perusahaan,
sehingga disiplin, semangat serta moral kerja yang mereka miliki dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan meningkat. Begitu pula
sebaliknya, karyawan dengan tingkat kepuasan yang rendah akan memandang
pekerjaannya sebagai pekerjaan yang membosankan sehingga dalam melakukan
pekerjaannya, karyawan tersebut akan merasa terpaksa. Apabila dalam perusahaan
memiliki karyawan yang mayoritas kepuasan kerjanya rendah, maka akan
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Oleh sebab itu, penting bagi
perusahaan untuk memperhatikan kepuasan kerja karyawannya dengan mengkaji
ulang aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja. Lingkungan kerja
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
untuk mencapai tujuan perusahaan.

Robbins (1996:181) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong


kepuasan kerja adalah kondisi kerja yang mendukung. Lingkungan kerja memiliki
pengaruh yang sangat penting bagi karyawan dalam suatu perusahaan.
Lingkungan kerja yang baik sangat membantu karyawan dalam menyelesaikan
tugasnya. Dalam hal ini yang dimaksud lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Lingkungan kerja ini

1
2

sendiri terdiri atas dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
yang melekat dengan karyawan.

Menurut Sedarmayanti (2009:22), Lingkungan kerja fisik semua keadaan


yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan yang dimaksud lingkungan kerja
non fisik adalah semua keadaan yang terjadi dan yang berkaitan dengan hubungan
kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja,
ataupun hubungan dengan bawahan. Karyawan sangat membutuhkan lingkungan
kerja yang baik, bersih, dan juga dapat menunjang kenyamanan dan keamanan
pribadi mereka. Lingkungan kerja yang tidak kondusif dapat menimbulkan efek
negatif seperti semangat kerja yang rendah, tingkat absensi yang tinggi, tingkat
kesalahan dalam melakukan pekerjaan, turn over yang tinggi dan lain sebagainya.
Hal ini harus dihindari oleh perusahaan karena akan merugikan perusahaan.
Perusahaan perlu memberikan kepuasan kerja kepada karyawan salah satunya
yaitu memberikan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan menyenangkan.
Kepuasan kerja karyawan dapat muncul sebagai akibat dari situasi dan lingkungan
kerja di dalam perusahaan. Kepuasan kerja mencerminkan sikap dan perasaan
karyawan apakah karyawan tersebut merasa senang atau tidak senang, merasa
nyaman atau tidak nyaman sehingga sikap yang ditimbulkan dapat berupa sikap
yang positif atau negatif. Dengan kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan
juga dapat membuat karyawan merasa lebih senang, nyaman dan betah di
perusahaan. Selain itu, dapat mengurangi tingkat kejenuhan serta tingkat stress
karyawan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah


ini antara lain :

1. Jelaskan manfaat kebersihan dalam perusahaan!


2. Jelaskan ruang lingkup kebersihan dalam perusahaan!
3. Bagaiamana kebersihan air minum di tempat kerja?
4. Bagaimana kakus di tempat kerja?
5. Bagaimana tempat cuci dan ruang ganti pakaian di tempat kerja?
6. Jelaskan ruang makan dan kantin di tempat kerja!
7. Jelaskan masalah kebersihan lainnya yang timbul di tempat kerja!
8. Jelaskan teknologi sanitasi industri (industrial sanitary engineering)!
9. Jelaskan peraturan perundang-undangan tentang kebersihan di tempat kerja!
3

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat


kebersihan dalam perusahaan, ruang lingkup kebersihan dalam perusahaan, air
minum, kakus, tempat cuci dan ruang ganti pakaian, ruang makan dan kantin,
masalah kebersihan lainnya, teknologi sanitasi industri (industrial sanitary
engineering), dan peraturan perundang-undangan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain :
1) Untuk dapat memahami manfaat kebersihan dalam perusahaan.
2) Untuk dapat memahami ruang lingkup kebersihan dalam perusahaan.
3) Untuk dapat memahami kebersihan air minum di tempat kerja.
4) Untuk dapat memahami kakus di tempat kerja.
5) Untuk dapat memahami tempat cuci dan ruang ganti pakaian di tempat kerja.
6) Untuk dapat memahami ruang makan dan kantin di tempat kerja.
7) Untuk dapat memahami masalah kebersihan lainnya di tempat kerja.
8) Untuk dapat memahami teknologi sanitasi industri (industrial sanitary
engineering).
9) Untuk dapat memahami peraturan perundang-undangan tentang kebersihan di
tempat kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Kebersihan Dalam Perusahaan

Kebersihan sangatlah penting bagi perusahaan. Sebab dengan


terpeliharanya kebersihan, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebagian
besar dapat dicegah. Ambillah misal dermatosis (kelainan kulit) akibat kerja,
penyakit akibat kerja ini pasti tidak timbul, apabila para pekerja pada pekerjaan
dan lingkungan kerjanya dengan patuh dan sungguh-sungguh menjaga kebersihan.
Demikian pula halnya dengan penyakit akibat kerja yang penyebabnya debu atau
racun kimia. Kebrsihan dalam industri mengandung pula makna khusus; fakta
menunjukan bahwa tingkat kebersihan sesuatu perusahaan tergantung kepada
kemampuan perusahaan memanfaatkan bahan (material) dan memelihara aset
secara efisien. Sampah industri sering kali dapat dijadikan indikator pemborosan
dalam penggunaan bahan sehingga banyak sisa yang terbuang. Makin efisien
pemakaian bahan makin sedikit sampah industri. Dengan kemajuan teknologi dan
hasil karya inovatif, pada banyak perusahaan sampah industri sangat minim oleh
karena dimanfaatkan dengan diolah kembali menjadi produk yang berguna. Sudah
tentu, setiap penggunaan bahan secara hemat akan menyebabkan kenaikan
produksi dan produktivitas. Selain itu, untuk masyarakat kota, kebersihan dalam
perusahaan akan sangat membantu upaya menjaga kebersihan dan ketertiban
kotanya. Untuk daerah rural, sampah indutri yang pembuangannya tidak
diselenggarakan dengan semestinya dapat mengacaukan tatanan kehidupan agraris
atas dasar kerusakan lingkungan yang akhirnya berefek negatif pada kehidupan
penduduk (Suma’mur, 2009).

2.2 Ruang Lingkup Kebersihan Dalam Perusahaan

Kebersihan perusahaan meliputi kebersihan luar dan dalam gedung. Luar


gedung terutama kebersihan halaman dan jalanan. Dalam gedung meliputi
kebersihan lantai, dinding, atap gedung, serta mesin dan alat untuk bekerja,
gudang untuk menyimpan bahan baku atau produk jadi perusahaan. Secara lebih
rinci lagi, kebersihan perusahaan meliputi; sanitasi yang berkaitan dengan
persediaan air yang sesuai dengan persyaratan peruntukannya, yaitu air untuk
minum, untuk mandi, untuk peruses produksi, untuk mengalirkan kotoran atau
sampah industri, keadaan kakus yang baik; pembuangan limbah padat dan limbah
cair yang terlaksana dengan rapih dan bersih; keadaan gedung dan halaman yang

4
5

tidak menyebabkan kecelakaan, kebakaran dan bahaya lainnya; keadaan yang


tidak menimbulkan berkumpul atau bersarangnya nyamuk dan lalat ;
penyelenggaraan kantin yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan; dan
lain-lainnya (Suma’mur, 2009).

2.3 Air Minum

Pada semua tempat kerja harus disediakan cukup air bersih yang sumber
dan cara pengalirannya memenuhi ketentuan. Tempat air minum harus disediakan
untuk pekerja menurut bentuk yang memenuhi persyaratan dalam perbandingan
sebuah untuk tiap-tiap 100 pekerja. Kalau dipakai wadah air minum maka wadah
itu harus ditutup rapat, harus diberi tanda yang nyata, dan tidak diperbolehkan
memakai gelas yang sama. Air yang tidak memenuhi syarat untuk diminum harus
diberi tanda yang nyata. Air yang dipakai untuk minum dan makan tidak boleh
berbau dan harus segar, tidak boleh berwarna (harus bening), tidak boleh berasa,
tidak boleh mengandung binatang atau bakteri yang berbahaya, dan pada waktu-
waktu tertentu air yang dipakai harus diperiksa apakah memenuhi syarat atau
tidak (Suma’mur, 2009).

2.4 Kakus

Standar Baku Mutu (SBM) sarana kakus untuk pekerja Industri ditetapkan
berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah kakus dengan jumlah pekerja. Rasio
sarana kakus berbeda antara laki-laki dan perempuan. Jika kakus digunakan oleh
pekerja laki-laki maka harus ada peturasan/urinoir paling banyak 1/3 dari jumlah
kakus yang disediakan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
70 Tahun 2016).
6

Tabel 1. Standar Baku Mutu Sarana Kakus

No. Jumlah Kakus Jumlah Pekerja

1. 1 15

2. 2 16-35

3. 3 35-55

4. 4 56-80

5. 5 81-110

6. 6 111-150
Ditambah 1 kakus setiap tambah 40
>150
org

Dalam tiap kakus harus ada persediaan air yang cukup, dan bila perlu juga
kertas tissu. Kakus bagi pekerja wanita harus rapat dan tertutup. Kakus harus
mendapat penerangan yang cukup dan pertukaran udara yang baik. Dinding dan
lantai kakus harus terlihat bersih. Pintu kakus harus dapat ditutup dengan mudah
dan tepat. Kakus yang baik dan dan memenuhi persyaratan; tidak boleh berbau;
tidak ada kotoran terlihat; tidak boleh ada lalat, nyamuk, serangga lain; harus
selalu tersedia air bersih yang cukup untuk dipergunakan; harus dapat dibersihkan
dengan mudah; dan dibersihkan 2-3 kali sehari.

2.5 Tempat Cuci Dan Ruang Ganti Pakaian


1. Tempat Cuci di Perusahaan
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau
virus pathogen dari tubuh, faeces, atau sumber lain ke makanan dan tubuh
manusia. Pencucian tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan
namun terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan
dan menjaga kesehatan karyawan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti
pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan.
Kombinasi antara aktivitas sabun pembersih, penggosokan, dan aliran air akan
7

menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba. (Hiasinta


Purnawijayanti, 2001:42)

a. Definisi Tempat Cuci di Tempat Kerja


Tempat cuci yang meliputi tempat cuci tangan, dan wajah yang disediakan
oleh sebuah perusahaan yang ditujukan kepada karyawan agar para karyawan
dapat menerapkan perilaku bersih dan sehat sehingga produktivitas kerja
diperusahaan dapat meningkat. Setiap tempat kerja harus menyediakan tempat
cuci dengan perbandingan 1 tempat cuci untuk 125 pekerja dan 1 untuk tiap
tambahan 15 pekerja kalau jumlah pekerja lebih dari 100. Tempat untuk karyawan
mencuci tangan harus tersedia dalam jumlah memadai dan ditempatkan pada
tempat yang mudah dijangkau. Tempat cuci tangan biasanya terletak di sekitar
toilet, pintu masuk, maupun di sekitar tempat cuci kaki (Andari Sulfaj, dkk,
2012:18).

1) Tempat Cuci yang Ideal di Tempat Kerja (Andari Sulfaj, dkk,


2012:18)
a). Luas lantai

Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%. Tempat
membilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat membilas
pakaian sedemikian rupa agar mendapatkan pergantian udara dari 2 arah.

b). Bahan lantai

Lantai harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan pada waktu
tertentu dibersihkan (disapu, dipel atau dicuci) sehingga selalu terlihat bersih.

c). Dinding

Dinding tidak boleh basah atau lembab, dan pada tempat cuci tersebut
harus disediakan sabun cuci tangan.

d). Saluran pembuangan


8

Adanya saluran pembuangan yang memadahi, diusahakan saluran tidak


mampet agar memperlancar jalannya kotoran yang akan mengalir ke tempat
pembuangan akhir atau keselokan-selokan.
e). Kran air
Saluran air (kran air) harus lancar, agar dalam proses pencucian yang
dilakukan para karyawan dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan
kericuhan akibat berdesak-desakan.

f). Cahaya
Didalam tempat cuci harus ada jendela-jendela, lobang-lobang atau
dinding gelas yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memberikan penyebaran
cahaya dan untuk pertukaran udara yang merata.

g). Jendela
Apabila jendela hanya satu-satunya jalan cahaya matahari, maka jarak
antara jendela dan lantai tidak boleh melebihi 1,2 meter.

h). Penerangan

Adanya penerangan lampu yang cukup untuk penerangan ditempat cuci


pada malam hari. Lampu-lampu tersebut harus ditempatkan pada tempat-tempat
yang tidak mungkin menimbulkan bahaya.

i). Tempat sampah


Penyediaan tempat sampah untuk menampung sampah-sampah yang
dihasilkan, tempat sampah yang digunakan haruslah terdapat tutup diatasnya dan
terdapat pegangan agar nantinya mudah dalam pada saat pembuangannya.

2) Frekuensi dan waktu Penggunaan Tempat Cuci di Tempat Kerja


Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada
prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh
benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran (Hiasinta
Purnawijayanti, 2001:43).
9

Berikut ini adalah beberapa pedoman praktis kapan pencucian tangan


harus dilakukan (Hiasinta Purnawijayanti, 2001:43):

1. Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan


harus tetap dijaga.
2. Sesuadah waktu istirahat.
3. Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan,
minum, bersin,batuk, dan setelah menggunakan toilet (buang air kecil atau
besar).
4. Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan
misalnya telepon, uang, kain atau baju kotor, dan lain-lain.
5. Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi.
6. Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, atau bagian-bagian tubuh
yang terluka.
7. Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan. Misalnya menyapu
atau memungut benda yang terjatuh di lantai.
8. Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaiser kimia.
9. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.
3) Fasilitas yang ada di tempat cuci
Fasilitas yang diperlukan untuk pencucian tangan yang memadai adalah
bak cuci tangan yang dilengkapi dengan saluran pembuang tertutup, kran air
panas, sabun, handuk kertas/tissue/mesin pengering. Jumlah fasilitas cuci tangan
disesuaikan dengan jumlah karyawan. Satu bak pencuci tangan disediakan
maksimal untuk 10 orang karyawan. Tempat cuci tangan harus diletakkan sedekat
mungkin dengan tempat kerja. (Hiasinta Purnawijayanti, 2001:45)

4) Manfaat adanya Tempat Cuci di Tempat Kerja


1. Kebersihan diri karyawan

Para karyawan dapat lebih menjaga kebersihan dirinya, sehingga karyawan


rentan terkena penyakit dan mengakibatkan meningkatnya produktivitas kerja.

2. Kebersihan lingkungan
10

Para karyawan dapat belajar untuk menjaga kebersihan lingkungannya


dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

3. Meminimalisir keterpaparan bahan kimia

Meminimalisir tingkat keterpaparan bahan kimia yang mungkin


dihasilkan, karena baju kerja yang digunakan dan sekiranya kotor dapat segera di
cuci ditempat cuci yang telah disediakan.

2. Ruang Ganti Pakaian di Perusahaan

Dalam hal tenaga kerja menggunakan pakaian kerja hanya selama bekerja,
pengurus harus menyediakan ruang ganti pakaian yang bersih, terpisah antara
laki-laki dan perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak berdesakan
(Pasal 36 ayat 2 PERMENAKER RI No. 5 Tahun 2018 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja).

a. Ruang Ganti yang Ideal di Tempat Kerja

Menurut Emt Neufert (2002:70) dan Sugiharto (2008:9) dapat disimpulkan


ruang ganti pakaian yang ideal di tempat kerja yaitu:

a) Letak ruang ganti sebaiknya tidak jauh dari tempat kerja, sehingga mudah
dijangkau.
b) Ruang ganti untuk pria dan wanita haruslah terpisah.
c) Aliran udara dan batas pandang dalam penataan ruang ganti jangan sampai
terlewatkan.
d) Perangkat dalam ruang ganti pakaian : 1 lemari pakaian dua pintu per karyawan
untuk pakaian kerja dan pakaian rumah dipisah, Luas tempat = 0,50 m2 per
karyawan untuk ganti pakaian. Tempat ganti pakaian yang dilengkapi lemari
dan meja kebutuhan ruang toilet 0,50 – 0,60 m2 per orang, tanpa meja
kebutuhan toilet 0,30-0,40 m2.
e) Lebar ruang gerak menurut standar yang umum adalah :
1. 100 orang > 1,10 – 1,20 m
11

2. 250 orang > 1,65 – 1,80 m


3. 400 orang > 2,20 -2,40 m
f) Jarak gantungan baju atau cantelan untuk lemari gantung pakaian terbuka
haruslah diperkirakan sebelumnya. Contoh : Kayu gantungan utuk pakaian
sehari-hari adalah 20 cm, gantungan pakaian 10 cm, untuk pakaian kerja kering
kayu gantungan pakaian 10 cm dan gantungan 6 cm, untuk pakaian kerja basah
kayu gantungannya adalah 30 cm, dan gantungan pakaian 20 cm.
g) Ruang ganti pakaian harus mempunyai lampu penerang dengan tinggi > 2,30 m
untuk luas ruang 30 m2, untuk luas ruangan lebih dari 30 m2, tinggi lampu
penerang > 2,50 m.
h) Luas ruang ganti harus berukuran > 6 m2. Apabila ruang ganti tidak terlalu
diperlukan, setiap karyawan hendaknya memiliki tempat untuk menggantung
pakaian dan loker.
i) Penyusunan lemari dan rak sangat menguntungkan pemakainya apabila disusun
bersiku. Tinggi jendela hendaknya disesuaikan dengan tinggi lemari. Ruang
cuci dan ruang ganti harus memiliki jalan masuk yang sama antar satu dengan
yang lainnya, tetapi tentu saja kedua ruangan tersebut harus terpisah satu sama
lain.

b. Manfaat Ruang Ganti Pakaian di Tempat Kerja


Manfaat adanya ruang ganti pakaian di tempat kerja antara lain (Emt
Neufert, 2002:70):

a) Dapat memudahkan karyawan apabila ingin mengganti pakaian yang


dikenakan dari rumah dengan pakaian kerja.
b) Karyawan dapat meletakkan barang-barang berharganya kedalam lemari
yang telah disediakan di ruang ganti, sehingga dapat terjamin keamanannya.
c) Baju dari masing-masing karyawan tidak akan tertukar satu sama lain, karena
diruang ganti disediakan loker tempat penyimpanan baju untuk masing-
masing karyawan.
d) Karena syarat tempat ganti diperusahaan harus luas maka para karyawan
tidak akan berdesak-desakan apabila ingin mengganti pakaian.
12

2.6 Ruang Makan Dan Kantin

Kalau waktu bekerja menghendaki bahwa pekerja harus makan siang


dalam lingkungan pekerjaan, maka harus disediakan ruang makan yang cukup
luas,sehingga semua pekerja dapat makan sekaligus atau bergantian. Pekerja tidak
diperbolehkan makan dalam ruang kerja, sebab ditempat itu biasanya terdapat
bahan beracun atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan. Pada tiap
perusahaan yang pekerjanya terkena debu atau bahan beracun harus disediakan
tempat makan yang terpisah kecuali kalau pekerja lebih menyukai makan diluar
perusahaan. Ruang makan harus terdapat cukup penerangan dan juga ventilasi
yang memadai serta udara yang cukup sejuk.

Kalau dalam perusahaan diadakan kantin makan, kantin itu harus dirawat
dan dijalankan sesuai dengan peraturan untuk kebersihan pada tempat makan
umum. Kantin harus dapat penerangan yang cukup dan ventilasi yang memadai
serta suhu udara yang cukup sejuk. Dapur, tempat makan dan alat-alat untuk
keperluan makan harus bersih dan memenuhi syarat kesehatan, air minum dan
makanan yang dihidangkan harus bersih dan sehat. Semua personil yang melayani
kantin harus diperiksa kesehatannya pada waktu-waktu tertentu menurut peraturan
yang berlaku. Semua personil harus bebas dari penyakit menular dan selalu
menjaga kesehatan dan kebersihan. Alat makan atau masak yang sudah dipakai
harus dibersihkan dengan sabun dan air panas serta dikeringkan. Alat tersebut
harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (Suma’mur, 2009)

2.7 Masalah Kebersihan Lainnya

Semua tempat kerja, gang, gudang, tempat istrahat, mesin, alat dan bahan
harus di rawat dengan baik dari debu lebihan, serta sisa yang di buang harus di
bersihkan pada waktu berkala untuk memelihara keadaan rumah tangga
perusahaan yang baik. Segala sampah pada tempat kerja harus dikumpulkan,
disimpan, dan dibuang sedemikian rupa, sehingga tidak merusak kesehatan atau
menjadi gangguan. Pada pengolahan secara basah harus di adakan air yang benar-
benar memadai serta harus pula di sediakan untuk para pekerja, alas, tikar, atau
tempat berdiri lain yang kering. Sedapat mungkin menyapu dan membersihkan
harus di lakukan sedemikian, sehingga dapat di cegah kontaminasi udara oleh
debu pada waktu bekerja. Terhadap air yang telah di pakai yang mungkin
mengandung zat yang berbahaya untuk kesehatan umum harus di lakukan upaya
pengolahan terlebih dahulu sebelum air itu di buang. Utntuk pembuangannya
harus di adakan motoring yang memenuhi persyaratan.

Selain itu, sanitasi harus membantu upaya pemberantasan penyakit


menular, maka dari itu di tempat kerja harus di ikuti pedoman sbb:
13

a. Harus di laksanakan ketentuan untuk memberantas atau mengontrol


pemindahan penyakit menular dalam pengolahan, penyelesaian (pengepakan,
pengiriman, dan sebagainya) produk industri atau sampahnya.
b. Meludah di tempat kerja tidak di perbolehkan kecuali pada tempat ludah yang
bentuk dan perawatannya memenuhi persyaratan.
c. Upaya efektif harus di lakukan untuk mencegah kemasukan atau memberi
kesempatan bersarangnya serangga atau binatang lainnya di tempat kerja
(Suma’mur, 2009)

2.8 Teknologi Sanitasi Industri (Industrial Sanitary Engineering)

Sanitasi, sering dianggap sebagai salah satu bagian proses cleaning.


Seharusnya sanitasi dianggap sebagai bagian yang berbeda dan terpisah dari
proses cleaning. Apabila proses cleaning tidak efektif untuk menghilangkan
semua tumpukan kotoran, sangatlah tidak mungkin larutan sanitasi yang
digunakan dapat menjadi efektif. Alasan utama penggunaan prosedur sanitasi
yang efektif adalah untuk membunuh semua organisme penyebab penyakit yang
mungkin ada pada peralatan atau perlengkapan setelah dibersihkan, dan dengan
demikian mencegah pemindahan organisme tersebut kedalam makanan yang
sedang diproses dan selanjutnya pada konsumen.

Selain itu, prosedur sanitasi dapat mencegah kerusakan


makanan.Keberadaan mikroba di lingkungan yang berhubungan dengan makanan
harus dikendalikan dengan ketat. Pada kondisi yang tepat, mikroba yang dianggap
tidak membahayakan dapat menyebabkan masalah. Mikroorganisme ini dapat
berkembang dalam jumlah besar sehingga menyebabkan warna tidak bagus, bau
tidak enak dan rasa tidak enak dalam produk makanan.Pertumbuhan yang tidak
terlihat sering mengakibatkan pembuangan produk dan kerugian penghasilan
(Pearson, 2008).

Semakin besar dan maju perusahan dengan investasi yang besar pula kian
memerlukan penerapan teknologi sanitasi guna menciptakan lingkungan dalam
dan luar perusahaan sesuai dengan tuntunan akan lingkungan bersih dan sehat.
Sehubungan dengan itu perusahaan menyelenggarakan sendiri pengolahan air
untuk keperluan industry dan air bekas pakai di daur ulang sehingga dapat
digunakan kembali atau setidaknya dapat dibuang kedalam lingkungan tanpa
menyebabkan pencemaran. Juga perusahaan mengolah bahan sisa pakai untuk
dapat digunakan kembali dalam proses produksi. Selain itu, udara yang
dikeluarkan dari tempat kerja keluar perusahaan dan selajutnya kedalam
lingkungan masyarakat memerlukan pengolahan agar kadar zat atau bahan kimia
tidak melampaui baku mutu lingkungan yang berlaku.
14

Tidak mustahil pula bahwa perusahaan harus menangani masalah sanitasi


dalam masyarakat sesudah pasca jual produknya. Kesemuanya menuntut
penerapan teknologi sanitasi yang mampu membuat perencanaan (desain) dan
membangun instalasi pengolahan air, air bekas atau limbah, sampah dan udara
serta daur ulang bekas pakai produk dari perusahaan atau sentra industri.

2.9 Peraturan Perundang-undangan

Kebersihan dan sanitasi diperusahaan diatur oleh beberapa peraturan


diantaranya peraturan menteri perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan,kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja. Peraturan ini telah
berlaku sebelum UU No. 1 Tahun 1970 diundangkan.oleh peraturan ini dirinci
ketentuan mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi oleh setiap bangunan
perusahaan; persyaratan gedung untuk perusahaan;persyaratan jarak antara
bangunan; persyaratan halaman; persyaratan tempat kerja; persyaratan tempat
duduk untuk bekerja; persyaratan dapur; kamar makan dan alat-alat untuk makan;
persyaratan pencayahaan dan penerangan tempat kerja; persyaratan air minum
untuk pekerja; persyaratan latrin ditempat kerja; persyaratan ruang untuk ganti
pakaian; dan lain-lain.

Mengenai tempat kerja, berlaku antara lain ketentuan;

1. Setiap tempat kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga setiap
orang yang berkerja dalam ruangan itu mendapatkan ruangan udara (cubic
space ) yang sedikit-dikitnya 10 meter kubik dan sebaiknya 15 meter kubik;
2. Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus paling
sedikit 3 (tiga) meter;
3. Tinggi ruangan yang lebih dari 4 ( empat ) meter tidak dapat dipakai untuk
memperhitungkan ruang udara;
4. Ruang udara yang memenuhi ukuran tidak dapat membatalkan suatu fentilasi (
peredaran udara ) yang baik dalam tempat kerja yang tertutup;
5. Luas tempat kerja harus sedemikiaan rupa sehingga tiap pekerja dapat tempat
yang cukup untuk bergerak secara bebas paling sedikit 2 meter persegi untuk
seorang pekerja.
Konvensi ILO No. 120 tentang Higiene dala perniagaan dan kantor-kantor
mengatur sanitasi antara lain;

1. Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja dan perlengkapannya harus


selalu dipelihara baik dan dijaga kebersihannya;
2. Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja harus mempunyai ventilasi
yang cukup dan sesuai bersifat alami atau buatan atau keduanya, yang
mempunyai udara segar atau yang dibersikan;
15

3. Persediaan yang cukup dari air munum yang sehat atau minuman lain yang
sehat harus ada bagi keperluaan pekerja;
4. Perlengkapan untuk mencuci dan saniter yang cukup harus disediaakan dan
terpelihara baik;
5. Fasilitas yang sesuai untuk mengganti, menyimpan dan mengeringkan pakaian
yang tidak dipakai waktu bekerja harus disediakan dan dipelihara dengan baik
;dan
6. Bangunan dibawah tanah dan tidak berjendela dimana biasanya dijalankan
pekerjaan untuk memenuhi standar higiene yang baik (Suma’mur, 2009).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebersihan sangatlah penting bagi perusahaan. Sebab dengan


terpeliharanya kebersihan, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebagian
besar dapat dicegah. Ambillah misal dermatosis (kelainan kulit) akibat kerja,
penyakit akibat kerja ini pasti tidak timbul, apabila para pekerja pada pekerjaan
dan lingkungan kerjanya dengan patuh dan sungguh-sungguh menjaga kebersihan.

Kebersihan perusahaan juga meliputi kebersihan luar dan dalam gedung.


Luar gedung terutama kebersihan halaman dan jalanan. Secara lebih rinci lagi,
kebersihan perusahaan meliputi; sanitasi yang berkaitan dengan persediaan air
yang sesuai dengan persyaratan peruntukannya, yaitu :

1. Air untuk minum


2. Keadaan kakus yang baik
3. Tempat cuci dan ruang ganti pakaian, dan
4. Masalah kebersihan lainnya.

Kebersihan dan sanitasi diperusahaan diatur oleh beberapa peraturan


diantaranya peraturan menteri perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan,kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan


memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf,
Alfa dan lupa.

Wabillah Taufik Walhidayah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

16
DAFTAR PUSTAKA

Neufert, Emst. 2002. Data Arsitek. Diterjemahkan Oleh Sunarto Tjahjadi Dan
Ferryanto Chaidir. Jakarta: Erlangga.

Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja


Dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Sitinjak, Novena Lulu. 2018. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 60, No. 2 : 162-
168.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Jakarta : CV Sagung Seto.

Sulfaj,Andari, Anja Wulan Sari, dkk. 2012. Laporan Pengawasan Mutu Industri
Tahu Susu Lembang. Laporan Penelitian: Universitas Pendidikan
Indonesia

Tivha. 2018. Tugas HLK Higiene. https://www.academia.edu/6371386/


Tugas_HLK_pak_gie (Akses pada 26 April 2019).

Anda mungkin juga menyukai