Disusun oleh :
Dini Kusumastuti 25010116120013 KL-2
Wikri Eko Putra 25010116120026 KL-2
Fatma Nur Suryaningrum 25010116120036 KL-2
Indira Casheila Anindityo 25010116120046 KL-2
Amanda Hesti Pratiwi 25010116120054 KL-2
Auliya Afrikatun 25010116120066 KL-2
Lutfi Setyowati 25010116120075 KL-2
Dwi Agustina 25010116120076 KL-2
Nur Arifah 25010116120086 KL-2
Nur Asyikin 25010116120101 KL-2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................................... 3
D. Metode.......................................................................................................................... 3
BAB II ...................................................................................................................................... 4
A. Produksi Depot Air Minum ....................................................................................... 4
B. Higiene Sanitasi Depot Air Minum ........................................................................... 6
C. Persyaratan Usaha Depot Air Minum .................................................................... 10
D. Manfaat dan Dampak Pendirian Depot Air Minum ............................................. 11
E. Analisis Kesesuaian Depot Air Minum Isi Ulang dengan Undang-Undang di
Salah Satu Daerah (Kecamatan Tembalang, Semarang) .............................................. 11
BAB III................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi‐
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya
kesehatan, salah satunya upaya preventif yang dilakukan melalui pengawasan
terhadap kualitas air minum.
Air minum merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus selalu ada baik
kuantitas maupun kualitasnya harus terpenuhi sehingga pengaruh buruk dari air
minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan bisa dihindari. Dalam pemenuhan
kebutuhan air minum berbagai produk telah beredar dipasaran baik yang legal
maupun non legal. Salah satu produk yang tumbuh pesat dikalangan masyarakat
sekarang ini adalah depot air minum isi ulang hal ini terkait dengan harga yang
relatif terjangkau oleh masyarakat sehingga keberadaannya bisa cepat diterima oleh
masyarakat.
Bagi pengusaha depot air minum merupakan peluang untuk meraih keuntungan
yang cepat dengan modal tidak terlalu besar, menyebabkan tumbuh pesat depot air
minum isi ulang hampir di seluruh wilayah negara Indonesia. Dengan harga
terjangkau (sekitar Rp5000/galon). Sehingga dengan kepraktisan dan harga murah
itu lah banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membeli air minum isi ulang
ini atau yang lebih sering disebut air galon daripada memasak air minum sendiri.
Untuk menjaga kualitas air minum depot isi ulang agar masyarakat terhindar
dari pengaruh buruk atau dampak air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga menimbulkan hal‐hal yang tidak diinginkan salah satu contoh
terjadinya keracunan akibat meminum air minum isi ulang perlu dilakukan upaya
pengawasan terhadap kualitas air minum isi ulang supaya air minum isi ulang
1
2
tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Untuk
air minum isi ulang dikatagorikan air yang melalui proses pengolahan dan belum
tentu memenuhi syarat kesehatan karena harus diperiksa dahulu ke laboratorium
yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan setempat lalu hasilnya dapat diketahui
memenuhi syarat kesehatan atau tidak sehingga dapat langsung diminum atau tidak
dapat diminum.
Salah satu upaya dalam menjaga kualitas air minum isi ulang adalah hygiene
sanitasi yang merupakan kegiatan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor‐
faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran air minum isi ulang dan
sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi air
minum isi ulang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah persyaratan air minum yang baik dalam depot air isi ulang tersebut
sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum?
2. Apakah Pengawasan Terhadap Izin Usaha Depot Air Minum Isi Ulang sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui persyaratan air minum yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
2. Untuk mengetahui Pengawasan Terhadap Izin Usaha Depot Air Minum Isi
Ulang yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air.
D. Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif melalui wawancara
terhadap narasumber.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
5
2) Karbon filter, berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, sisa khlor
dan bahan organic;
3) Filter lain, saringan halus berukuran maksimal 10 micron untuk
memenuhi persyaratan tertentu;
4) Alat desinfektan (ozonisasi dan atau UV dengan panjang gelombang
254 nm atau 2537 0 A), untuk membunuh kuman pathogen.
c. Alat pengisian
Untuk memasukkan air minum kedalam wadah
3. Proses Produksi
Proses produksi terdiri dari beberapa tahapan, antaranya :
a. Penampungan air baku
Air baku diambil dari sumbernya diangkut menggunakan tangki dan
selanjutnya ditampung di bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
ini harus sesuai dengan higiene pewadahan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas:
1) Khusus digunakan untuk air minum
2) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
3) Harus mempunyai manhole
4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus
diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi
dari kemungkinan kontaminasi
tersedia dalam depot air minum yang isinya antara lain adalah nama
pemasok/pemilik sumber air, jumlah air dan tanggal pengadaan.
b. Penyaringan Bertahap
1) Saringan berasal dari pasir atau bahan lain yang efektif dengan
fungsi yang sama. fungsi dair saringan ini yaitu menyaring aprtikel-
partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica
(SiO2) minimal 80%.
2) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik. daya serap terhadap Iodine (12) minimal 75%.
3) Saringan/filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 micron.
c. Desinfeksi
Desinfeksi berfungsi untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki
atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsetrasi ozon minimal 0,06-
0,1 ppm. tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat
dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0 A dengan iontensitas
minimum 10.000 mw detik per c,2.
Dalam kajian depot air minum, terdapat aspek internal dan eksternal yang harus
dipenuhi. aspek internal DAM terdiri atas faktor sumber daya manusia baik itu
pemilik/pekerja yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan pemilik/pekerja
mengenai standar pengolahan air minum isi ulang yang benar dan kebersihan atau
higienes penjamah. pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk membentuk
perilaku seseorang. perilaku terbentuk bukan hanya sekadar respon/reaksi terhadap
lingkungan, tetrapi melalui proses berpikir dan juga pemahaman terlebih dahulu.
perilaku yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Faktor SDM yang terdiri dari pengetahuan, sikap, perilaku, kepatuhan, serta
kesadaran menjadi penting dalam menjaga kualitas air minum isi ulang yang
diproduksinya, pengawasan kualitas air diharapkan mampu melindungi masyarakat
dari banyak penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum isi
ulang. melalui pengawasan internal itu, diharapkan agar para pengelola DAM
memperhatikan proses produksi air minum agar yang dihasilkan sehat dan layak
dikonsumsi masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum setiap DAM wajib :
1. Menjamin air minum yang dihasilkan memenuhi standar baku mutu dan
persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. Memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum.
Kualitas air minum yang dikelola DAM harus sesuai dengan standar baku mutu
atau persyaratan kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Begitu
pula bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum yang harus
memnuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat kesehatan dan pengawasan kualitas
air bersih.
8
Tujuan pengolahan air yang dilakukan oleh pemilik DAM adalah membunuh
bakteri, menghilangkan bau, warna, rasa, dan bahan kimia yang terkandung di
dalam air baku. salah satu bakteri yang sering kali ditemukan pada DAM yaitu
kontaminasi bakteri E. Coli. Kontaminasi ini dapat disebabkan oleh kondisi
peralatan terutama yang digunakan untuk disinfeksi (ultraviolet) yang tidak diganti
secara berkala. selain itu pembersihan peralatan serta filter yang tidak rutin dapat
menyebabkan kontaminasi.
Faktor lain yang menyebabkan adanya bakteri pada air minum adalah kondisi
tempat pengolahan air minum yang tidak memenuhi keadaan hygiene sanitasi
sekitar depot yang buruk seperti tempat pengolahan air minum yang dekat dengan
kandang ayam, menggabungkan ruang pengolahan air minum dengan gas
jualannya dimana ruang pengolahan air minumnya sangat kecil dan padat.
Adapun persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Higiene Sanitasi Depot Air Minum yaitu :
1. Tempat
a Lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan
penularan penyakit;
b Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan, dan mudah
pemeliharaannya;
c Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai
untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan air;
d Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan
cerah;
e Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak
menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai
ketinggian yang memungkinkan adanya pertukaran udara yang cukup
atau lebih tinggi dari ukuran tandon air;
9
f Memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, berwarna terang,
mudah dibersihkan dan berfungsi dengan baik;
g Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata;
h Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/peredaran udara
dengan baik;
i Kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas;
j Memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran
pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup, tempat
sampah yang tertutup serta tempat cuci tangan yang dilengkapi air
mengalir dan sabun;
k Bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus,
dan kecoa.
2. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian
air baku, tandon air baku, popa penghisap dan penyedot, filter, mikrofilter,
wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran
pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan
desinfeksi nharus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak
menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan
pencucian dan tahan desinfeksi ulang.
a. Mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;
b. Tandon air baku harus tertutup dan terlindung;
c. Wadah/galon untuk air baku atau air minum sebelum dilakukan
pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu
dengan air produksi paling sedikit selama 10 detik dan setelah
pengisian diberi tutup yang bersih;
10
1. Depot Air Minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda
Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
2. Depot Air Minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari
PDAM atau perusahaan yang memiliki izin pengambilan air dari instansi
yang berwenang;
11
3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang
dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk
pemerintah kabupaten/kota atau yang terakreditasi.
Dampak :
1. Beberapa perusahaan air minum bermerek kalah saing karena air minum isi
ulang murah dan mudah didapatkan;
2. Adanya ketidaksesuaian antara iplementasi jual beli air minum isi ulang
dengan peraturan / undang undang yang berlaku;
3. Beberapa masyarakat terkena masalah kesehatan karena air isi ulang yang
dijual di depot air minum kurang/ tidak memperhatikan hygiene dan
kebersihan.
B. TEMPAT
4. Lokasi bebas dari pencearan dan penularan V
penyakit
5. Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah V
pemeliharaannya
6. Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, V
tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta kemiringan cukup landau
7. Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, V
tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah
13
C. PERALATAN
18. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara V
pangan
19. Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam V
masa pakai/tidak kadaluarsa
20. Tandon air baku harus terlindung dan tertutup V
21. Wadah/botol galon sebelum pengisian V
dilakukan pembersihan
14
D. PENJAMAH
E. PROSES PRODUKSI
37. Urutan proses produksi air minum di Depot air V
minum terdiri dari :
a. Penampungan air baku
b. Penyaringan bertahap (Filtrasi)
c. Desinfeksi
d. Pengisian gallon
G. PENJUALAN
44. Depot air minum tidak melakukan penjualan secara V
eceran melalui toko/kios/warung dan hanya menjual
16
Keterangan:
Saat kami melakukan observasi ke Depot Air Minum Azzura beberapa hari
yang lalu, terdapat beberapa permasalahan yang tidak sesuai dengan peraturan serta
hygiene dan sanitasi yang seharusnya. Adapun permasalahan yang ada dalam depot
air minum Azzura antara lain :
1. Pak chris mengakui mempunyai surat tanda daftar industri dan tanda daftar
usaha namun tidak dibuktikan karena dibawa oleh pemilik. Seharusnya surat
di tempel sebagai bukti. Ditambah surat jaminan pasok air baku dari
perusahaan air minum Gunung Ungaran. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan adanya lisensi jika diperlukan dan diragukan oleh masyarakat.
2. Pengujian lab terakhir tahun 2017, oleh FKM undip. Namun demikian
pengujian tidak dilakukan secara rutin. Sebaiknya dilakukan pengujian air
minum isi ulang dilakukan setiap satu/dua bulan sekali agar bisa
dimonitoring /dipantau secara berkala.
3. Pekerja tidak memiliki SOP Kerja dan tidak berperilaku sesuai dengan
hygiene sanitasi (pakaian tidak rapi, memakai kaos, celana pendek, tidak ada
sabun cuci tangan). Sebaiknya pemilik Depot Air Minum lebih mempertegas
dan membuat aturan bagi pegawai yang bekerja di Depot Air Minum
tersebut.
isi ulang memang hanya perlu dibilas dan dicuci dengan air, namun demikian
harus sesuai dengan hygiene dan sanitasi pembersihan air galon.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan diatas yaitu:
18
19
B. Saran
Pengawasan terhadap kualitas air minum isi ulang merupakan upaya kesehatan
yang bersifat preventif untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen dari
penyakit / gangguan kesehatan yang bersumber atau ditularkan melalui air minum
isi ulang, dengan demikian penulis menyarankan:
1. Bagi Pemerintah
Membuat Perda tentang perijinan depot air minum isi ulang dengan
memasukan ketentuan‐ketentuan yang melindungi konsumen / masyarakat
pengguna air minum isi ulang dan menjatuhkan sanksi yang berat bagi
pengelola air minum isi ulang yang melanggar ketentuan yang berlaku dengan
sangsi administrasi, pidana, dan perdata.
2. Bagi Pengelola Depot Air Minum Isi Ulang
Untuk pengelola agar melaksanakan ketentuan persyaratan kualitas air
minum isi ulang supaya masyarakat sebagai konsumen terhindar dari penyakit
/ gangguan kesehatan yang bersumber atau ditularkan melalui air minum isi
ulang berdasarkan kepada Undang Undang
3. Bagi masyarakat.
Bagi masyarakat sebagai konsumen air minum isi ulang hendaknya berhati‐
hati dan teliti sebelum menjatuhkan pilihan membeli air minum isi ulang
dengan cara menanyakan Sertifikat Laik Hygiene, hasil pemeriksaan
20
laboratorium dan tentunya ijin serta lokasi depot air minum isi ulang yang harus
jauh dari sumber pencemar.
DAFTAR PUSTAKA
Rido W, Netty S, Yuniar L. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum
Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.
Jurnal FK UNAND. 2012
Gebauer H, Saul CJ. Business model intervention in the water sector in developing
countries. Sci Total Environ. 2014;488-9: 512-20
Baharuddin, Alfina, Laode Rangga. 2017. kualitas air minum isi ulang pada depot di
wilayah kerja puskesmas dahlia Kota Makassar. Higiene. Volumne 3 No 2. Universitas
Muslim Indonesia
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt511e2fbaecccb/ribuan-depot-air-minum-
isi-ulang -belum-berizindiakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 11.25 WIB
21
LAMPIRAN