Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

BANK SAMPAH “GEMAH RIPAH”, BANTUL, YOGYAKARTA

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Nur Endah Wahyuningsih, MS

Disusun Oleh : Kelompok 3

Devi Nurfayanti 25010116120024

Dewi Heny Awallia 25010116120111

Yusuf Afif 25010116140134

Putri Aulia Pasa 25010116130231

Ledy Afriani Tarigan 25000118183016

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kementerian LHK memproyeksi timbulan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terus meningkat. Pada 2017, jumlah sampah mencapai 65,8
juta ton. Jumlah itu diproyeksi menjadi 66,5 juta ton pada tahun 2018 dan meningkat
menjadi 67,8 juta ton pada 2020 dan 70,8 ton pada 2025.
Masalah pencemaran lingkungan akibat minimnya pengelolaan sampah
merupakan masalah belum teratasi dan menjadi beban serta permasalahan serius di
hampir seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota. Masalah tersebut muncul disebabkan karena
sampah (khusunya sampah yang bersumber dari rumah tangga) tidak tertangani dengan
baik.
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah yang tercermin
dalam perilaku menimbun sampah secara bercampur, perilaku bakar sampah dan perilaku
membuang sampah di sungai menjadi masalah yang menimbulkan keresahan. Masalah
tersebutalah yang mendasari tercetusnya Bank Sampah.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat serta
menguatkan inisiatif masyarakat dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi
lingkungan. Disamping itu, kemampuan masyarakat berkontribusi dalam pengelolaan
sampah juga akan sangat tergantung kepada pendapatan masyarakat, khususnya di
lingkungan. Sehingga penanganan sampah rumah tangga tidak dapat menjadi hanya
tanggungjawab pemerintah saja, namun juga menjadi tanggungjawab masyarakat itu
sendiri sebagai penghasil sampah.
Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat target pengurangan sampah
sebesar 30 persen atau setara 20,9 juta ton pada 2025 dapat terrwujud. Hal Ini sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang mendasari pendirian Bank Sampah Gemah Ripah Bantul?
2. Bagaimana system pengelolaan Bank Sampah Gemah Rimpah Bantul?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Bank Sampah Gemah Rimpah Bantul?

C. Tujuan
1. Sebagai sarana edukasi bagi mahasiswa untuk belajar mengenai bank sampah.
2. Menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya pengelolaan sampah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Sampah


Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilih menurut jenis
sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai
ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya,
ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank
yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank
sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan
pengelola bank sampah harus orang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa
kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank
sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward
kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah.
Bank sampah menjadi metode alternatif pengelolaan sampah yang efektif, aman,
sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bank sampah, masyarakat
menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya sehingga
dapat memudahkan pengelolaan bank sampah dalam melakukan pengelolaan sampah
seperti pemilahan dan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya sehingga tidak terjadi
pencampuran antara sampah organik dan non organik yang membuat bank sampah lebih
efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan
Konsep bank sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R (Reduse, Reuse,
Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana agar mengurangi jumlah sampah
yang ditimbulkan dengan menggunakan atau mendaur ulangnya, dalam konsep bank
sampah ini, paling ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak
berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri dalam bentuk
uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah sampah yang mereka hasilkan.
Proses pemilahan inilah yang mengurangi jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari
rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar di perkotaan. Konsep Bank Sampah
membuat masyarakat sadar bahwa sampah memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan
uang, sehingga mereka peduli untuk mengelolanya, mulai dari pemilahan, pengomposan,
hingga menjadikan sampah sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan bernilai
ekonomis
B. Peraturan Terkait
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan sampah
rumah tangga dan sejenisnya adalah:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pasal
19 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pasal 20 menyatakan pengurangan sampah meliputi
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan atau
pemanfaatan kembali sampah. Pasal 22 berbunyi Penanganan sampah
meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Rumah Tangga Sejenis.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle.
C. Bank Sampah Gemah Ripah
Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Badegan, Bantul, merupakan salah satu
pionir keberadaan bank sampah di Indonesia yang didirikan pada tahun 2008. Bank ini
lahir dari ide seorang dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan di
Yogyakarta bernama Bambang Suwerda. Sebelum menjadi bank sampah dengan ribuan
anggota dan dikenal sebagai bank sampah berprestasi di Indonesia, bank sampah Gemah
Ripah awalnya hanya bank sampah kecil yang dikelola di tingkat RT. Tepatnya di RT 12
Dusun Badegan, Bantul.
Selain menjadi bank sampah induk di Bantul, Bank Sampah Gemah Ripah yang
pernah ditetapkan sebagai bank sampah terbaik tingkat nasional oleh Kementerian LHK
ini, juga rutin dikunjungi pegiat lingkungan dan bank sampah dari berbagai daerah di
Indonesia, bahkan luar negeri. Mereka datang untuk belajar mengelola sampah. Kini,
Bank Sampah Gemah Ripah memiliki nasabah yang secara rutin menyetorkan sampah.
Mereka tidak saja berasal dari sekitar Bantul, melainkan juga dari Yogyakarta, bahkan
hingga Kulonprogo. Selain kelompok warga, nasabah juga biasanya berasal dari instansi
seperti sekolah atau badan pemerintah.
Bank Sampah “Gemah Ripah didirikan dengan program 5M, yaitu :
1. Mengurangi
Yaitu kampanye untuk mengurangi penggunaan kantong plastik ketika
berbelanja dengan cara membawa tas kain ketika berbelanja sebagai pengganti
kantong plastik.
2. Memilah
pemilahan sampah dengan memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya.
Sosialisasi pemilahan sampah ini dilakukan dari sumber sampah paling dasar,
yaitu sampah rumah tangga
3. Memanfaatkan
Sampah, khususnya sampah organik sejatinya adalah sampah alami yang
dapat diolah sedemikian rupa dan dimanfaatkan sebagai kompos.
4. Mendaur Ulang
Yaitu menjadikan sampah-sampah yang tidak laku jual menjadi berbagai
macam produk kreatif seperti tas, vas bunga atau rompi baju yang bisa dijual
5. Menabung
D. Prinsip Kerja Bank Sampah
Dalam sistem kerja sebuah bank sampah, akan ada tiga (3) pihak yang terlibat.
Tiga pihak tersebut yaitu :
1. Penyetor, yaitu masyarakat alias nasabah yang merupakan sumber sampah
yang akan dikelola oleh sebuah bank sampah. Biasanya perorangan.
2. Bank Sampah, yaitu kelompok yang bertugas menerima dan kemudian
mengolah sampah dari penyetor dan menjualnya kepada pihak-pihak yang
bisa memanfaatkan sampah
3. Pembeli, yaitu mereka yang membeli sampah yang dikelola oleh sebuah bank
sampah. Bisa perorangan dan bisa juga sebuah perusahaan.
E. Cara Kerja Bank Sampah
1. Seorang penyetor akan membawa sampah-sampah rumah tangga yang sudah
dipilah dan dipilih agar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan bank sampah
2. Bank sampah menetapkan harga sampah yang diterima berdasarkan jenis atau
ukurannya. Ketika seorang penyetor membawa sampah, maka petugas bank
sampah akan menimbang dan memberi harga atau nilai nominal berdasarkan
patokan harga yang sudah ditetapkan.
3. Bank sampah akan memberikan buku tabungan persis seperti buku tabungan
yang diberikan oleh bank umum. Buku ini untuk mencatat berapa setoran
sampah yang sudah dilakukannya, tentunya nilai nominalnya saja (dalam
rupiah)
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Dari mana sumber sampah berasal ?
Jawab : Masyarakat desa Badegan ( Bantul ) dan sekitarnya
2. Bagaimana proses masuk sampah ke bank sampah ?
Jawab : Proses masuknya sampah ke bank sampah “ Gemah Ripah “ adalah dari
masyarakat yang datang sendiri secara langsung ke bank sampah sesuai waktu
operasional bank sampah “ Gemah Ripah “ yaitu hari Senin – Sabtu pukul 09.00 –
16.00 WIB
3. Berapa jumlah sampah yang diperoleh dalam satu hari ?
Jawab : Sampah yang terdapat di bank sampah rata-rata sebesar 2500 kg
perbulan, dimana kalau dihitung, per harinya berjumlah 83 kg
4. Apakah petugas yang bekerja di bank sampah dibayar ?
Jawab : Petugas sejatinya tetap mendapat gaji atau bayaran, namun jumlahnya
tidak menentu
5. Bagaimana BEP ( Break Event Point ) bank sampah “ Gemah Ripah “ ?
Jawab : Bank Sampah “Gemah Ripah” termasuk dalam jenis usaha sosial
sehingga tidak ada hasil dan keuntungan yang tetap.
6. Apa yang menyebabkan mereka mau mengurusi sampah ?
Jawab : Mereka mempunyai keinginan untuk merubah mindset dari masyarakat
mengenai pengelolaan sampah yang mereka hasilkan setiap hari, dan juga
menganggap bahwa yang mereka lakukan adalah ibadah
7. Keberjalanan bank sampah “ Gemah Ripah “ sudah berapa tahun, ada perkembangan
atau tidak, ada berapa lokasi ?
Jawab : Bank sampah “ Gemah Ripah “ sudah berjalan selama 10 tahun, yakni
sudah berdiri sejak tahun 2008, dari yang awalnya hanya memiliki 20 nasabah,
sekarang sudah memiliki 1439 nasabah, selain di desa Badegan, bank sampah “
Gemah Ripah “ juga membuka di desa lain, namun belum besar, karena masih baru.
8. Apakah keberjalanan bank sampah selama ini sudah efektif ?
Jawab : Cukup efektif untuk merubah mindset masyarakat sekitar, yang tidak
hanya dilihat dari kebermanfaatan bank sampah dari sisi ekonomi, namun kesadaran
mereka akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik
9. Apa kelebihan dan kelemahan Bank Sampah “ Gemah Ripah “ ?
Jawab :
Kelebihan
a. Memiliki 1439 nasabah
b. Memiliki 43 kategori sampah
c. Setiap kategori sampah terdapat label harganya masing – masing
d. Buku tabungan bisa dibawa pulang setelah setor
e. Adanya pengolahan sampah berupa kompos atau kerajinan
f. Lokasinya berada di tengah sawah dan memiliki pemandangan yang cukup
bagus
Kelemahan
a. Sumber daya manusia yang terbatas
b. Tidak ada keuntungan yang pasti
10. Faktor apa saja yang mempengaruhi bank sampah tidak jalan ?
Jawab :
a. Perilaku yang sudah menjadi suatu budaya/kebiasaan
b. Kurangnya minat dari masyarakat untuk memilah dan menabung sampah
c. Kurangnya tenaga yang mengelola bank sampah sehingga perlu dilakukan
rekrutmen secara suka rela.
d. Kurangnya sarana dan prasarana
e. Susahnya mendapatkan pengepul yang cocok
f. Tidak adanya bantuan dari pemerintah atau badan swasta berupa suntikan
finansial untuk mengembangkan bank sampah
B. Pembahasan
Pendirian bank sampah ini diawali dari fenomena alam gempa bumi pada tahun
2006 dimana keadaan lingkungan di Dusun Badengan, Bantul sangat memprihatinkan
dengan keadaan lingkungan yang kumuh, dan terlihat banyak sampah di setiap sudut
rumah warga. Dari situlah muncul ide dari salah seorang warga yang juga sebagai
berprofesi sebagai Dosen Kesehatan Lingkungan di Poltekes Kemenkes Yogyakarta yang
bernama Bambang Suwerda untuk menciptakan Kesehatan Lingkungan untuk
menghimbau masyarakat agar peduli akan kebersihan lingkungan. Sumber sampah dari
bank sampah “Gemah Ripah “ dari warga desa Badegan, Bantul.
Proses masuknya sampah ke bank sampah “ Gemah Ripah “ adalah dari
masyarakat yang datang sendiri secara langsung ke bank sampah sesuai waktu
operasional bank sampah “ Gemah Ripah “ yaitu hari Senin – Sabtu pukul 09.00 – 16.00
WIB. Di awal didirikannya bank sampah ini, bukan masyarakat/ nasabah yang datang ke
bank sampah, melainkan pengurus bank sampah lah yang datang mengambil sampah dari
warga, jadi masih sistem door to door.
Pada bank sampah “ Gemah Ripah” Produksi sampah yang didapat perbulan
mencapai 2500 kg, dimana jika di rata – rata, untuk per harinya di bank sampah terdapat
83 kg sampah dari warga masyarkat/nasabah. Sampah anorganik atau sampah pabrikasi
bank sampah ini menyebutnya, yang paling banyak dijumpai dari masyarakat/nasabah
adalah berupa sampah plastik dan kardus.
Petugas sejatinya tetap mendapat gaji atau bayaran, namun jumlahnya tidak
menentu. Untuk gaji yang pasti ada adalah berupa uang ganti transport. Sedangkan untuk
yang lain adalah berasal dari hasil penjualan sampah ke pengepul, dengan persentase 85
% untuk nasabah dan 15 % untuk pengurus. Yang mana, besarnya pendapatan mereka
pastinya juga tergantung dari jumlah sampah yang masuk ke bank sampah. Selain dari
hasil penjualan bank sampah, juga berasal dari biaya administrasi kunjungan tamu.
Dalam terbentuknya dan berjalannya kegiatan bank sampah “Gemah Ripah” tak
luput dari orang-orang menjalankan segala kegiatan. Alasan mereka mau mengurusi
bank sampah karena jiwa sosial yang mereka punya serta keprihatinan terhadap masalah
persampahan pada masyarakat Bantul, mereka juga menganggap pekerjaan mereka
sebagai kerja sosial dan ibadah, serta mempunyai niat yang dalam untuk membuat
perubahan terhadap perilaku masyarakat dalam membuang sampah dan mengolah
sampah. Perilaku masyarakat Bantul saat itu masih mempunyai perilaku membuang
sampah sembarangan seperti di Sungai, selokan. Serta pada perilaku masyarakat dalam
mengolah sampah yaitu dengan cara pembakaran. Sampah yang dibakar akan melepaskan
karbondioksida (CO2) yang justru akan memperparah pemanasan global. Selain itu
gas chloryang dihasilkan dari pembakaran sampah juga dapat merusak atmosfer bumi.
Tak hanya lingkungan saja, ternyata membakar sampah juga akan menimbulkan masalah
baru bagi kesehatan. Selain melepaskan karbondioksida (CO2), sampah yang dibakar
juga menghasilkan karbonmonoksida (CO) yang sangat berbahaya. Bila kita menghirup
CO, hemoglobin di dalam darah yang seharusnya berfungsi mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh justru akan terganggu. Tubuh pun akan kekurangan oksigen, yang bisa
berujung dengan kematian. Asap hitam yang dihasilkan dari pembakaran sampah akan
menghasilkan hidrokarbon benzopirena yang 350 kali lebih berbahaya dari asap rokok.
Ada pula zat-zat berbahaya lain seperti dioksin yang berasal dari sampah plastik yang
dibakar. Jika dihirup di tempat pembakaran, akan membuat tubuh menjadi sesak napas,
bahkan efek panjangnya dapat memicu penyebab kanker hati.
Bank sampah “ Gemah Ripah “ sendiri sudah berjalan selama 10 tahun, yakni
sudah berdiri sejak tahun 2008, yang didirikan oleh Bapak Bambang Suwerda. Sebelum
didirikan bank sampah “ Gemah Ripah “ ini, beliau berusaha mensosialisasikan bank
sampah ke masyarakat secara perlahan – lahan melalui kegiatan – kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti PKK. Di awal didirikannya, hanya memiliki 20 nasabah, namun
sekarang sudah memiliki 1439 nasabah, selain di desa Badegan, bank sampah “ Gemah
Ripah “ juga membuka bank sampah di desa lain, namun belum besar, karena masih baru
dan operasionalnya sendiri dilakukan hanya pada hari minggu pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Bank sampah “ Gemah Ripah “ berekmbang sampai sedemikian rupa juga berkat bantuan
dari mitra pemerintah dan badan swasta tentunya, seperti CSR PLN, Dinas Pekerjaan
Umum, dan Dinas Lingkungan Hidup.
Yang dilakukan bank sampah “ Gemah Ripah “ cukup efektif untuk merubah
mindset masyarakat sekitar, yang tidak hanya dilihat dari kebermanfaatan bank sampah
dari sisi ekonomi, namun kesadaran mereka akan pentingnya pengelolaan sampah yang
baik. Yang dulunya hanya kumpul angkut buang atau kumpul kemudian bakar, sekarang
masyarakat sudah sadar bahwa yang mereka lakukan dulu adalah hal yang salah karena
berdampak buruk terhadap lingkungan. Dan menurut penuturan narasmuber, nasabah
tidak terlalu peduli dengan harga tiap satuan sampah yang mereka setorkan ke bank
sampah, karena yang penting bagi mereka sudah melakukan upaya pengelolaan sampah
yang baik, dengan cara tidak dibuang sembarangan atau dibakar.
Dalam terbentuknya bank sampah “Gemah Ripah” dalam kegiatan atau selama
keberjalanan mempunya kelebihan dan kelemahan, di antaranya sebagai berikut :
1. Kelebihan Bank Sampah “Gemah Ripah”, yaitu :
a. Bank sampah “Gemah Ripah” kurang lebih sudah mempunyai 1439
nasabah.
b. Bank sampah “Gemah Ripah” dapat menerima sampah dari masayarakat
dengan 43 kategori sampah yang berbeda, dimana setiap kategori sampah
sudah ada harganya masing – masing, yang mana setiap ada perubahan
harga warga akan diberitahu ketika melakukan penyetoran.
c. Buku tabungan bisa dibawa pulang setelah melakukan penyetoran, dan
didalam buku tabungan tertera dengan jelas jenis, berat serta jumah saldo
tabungan nasabah. .
d. Terdapat pengelolaan sampah organik berupa pembuatan pupuk kompos,
dengan memanfaatkan sampah organik di sekitar bank sampah. Selain
organic, ada beberapa jenis sampah anorganik misalnya gabus atau
stayrofoam dimanfaatkan menjadi kerajinan yang memiliki nilai lebih
tinggi.
2. Kelemahan Bank Sampah “Gemah Ripah”, yaitu :
a. Sumber daya manusia yang terbatas, ini membuat bank sampah ini
memperpanjang masa operasional,yaitu Senin sampai Sabtu, dan kadang
jika hari Minggu ada yang membutuhkan, pengurus harus siap datang ke
bank sampah.
b. Tidak ada keuntungan yang pasti, karena jumlah sampah yang ada id bank
sampah juga tidak pasti jumlahnya
Selama keberjalanan bank sampah “Gemah Ripah”, adapun faktor yg
mempengaruhi bank sampah tidak jalan diantaranya, :
1. Perilaku yang sudah menjadi suatu budaya/kebiasaan
Perilaku yang menjadi suatu budaya/ kebiasaan yang dimaksud adalah
perilaku masyarakat dalam membuang sampah yang masih sembarangan serta
masih membakar sampah dalam pengolahan sampahnya. Perilaku tersebut
sudah menjadi kebiasaan dalam aktivitas mereka terhadap sampah serta
dipengaruhi pengetahuan yang rendah tentang dampak yang dihasilkan dari
perilaku membuang sampah sembarang serta pembakaran sampah
menyebabkan perilaku tersebut dilakukan secara terus menerus.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat
Ketidaktertarikan masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat mungkin
disebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang adanya bank sampah “Gemah
Ripah” menyebabkan adanya pandangan yang salah terhadap bank sampah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan fieldtrip Bank Sampah “Gemah Ripah” bahwa
problematika atau permasalahan sampah yang ada, seperti perilaku masyarakat yang
membakar sampah, pengelolaan sampah yang masih tercampur dan masyarakat yang
masih membuang sampah sembarang yang ada di Dusun Badegan, Bantul, memberikan
inspirasi untuk penggerak masyarakat untuk mengentaskan problematika sampah tersebut
dengan mendirikan Bank Sampah “Gemah Ripah” yang menjadi pelopor bagi Bank
Sampah lainnya di Indonesia.
Pengelolaan sampah yang dilakukan Bank Sampah “Gemah Ripah” tidak hanya
mengatasi permasalahan sampah saja dengan pengelolaan sampah menjadi kompos,
pemanfaatan barang-barang bekas menjadi barang yang bernilai ekonomis, namun juga
terdapat proses pemberdayaan kepada masyarakat untuk lebih dapat mandiri dengan
memanfaatkan sampah serta mendorong terciptanya lapangan pekerjaan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari kegiatan fieldtrip di Bank Sampah

“Gemah Ripah” adalah adanya praktik singkat untuk pembuatan kompos lewat video

dokumentasi dari Bank Sampah “Gemah Ripah” atau praktik pembuatan kerajinan-

kerajinan yang dari sampah-sampah plastik yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA
Munawir. 2015. Bank Sampah: Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Penanganan Lingkungan.
Buletin Bisnis dan Manajemen. Vol 1(1). Hal 31-37. Sekolah Tinggi Manajemen
IMMI: Jakarta.

Badan Usaha Milik Desa (BUM-Desa). 2016. Usaha Bank Sampah Gemah Ripah. [Artikel
Online]. Dikutip dari: http://www.berdesa.com/usaha-bank-sampah-gemah-ripah/.
Diakses pada 17 November 2018.

Jatmika H. 2018. 10 Tahun Bank Sampah Gemah Ripah Bantul Kelola Sampah. [Artikel
Online]. Dikutip dari https://www.cendananews.com/2018/01/10-tahun-bank-sampah-
gemah-ripah-bantul-kelola-sampah.html. Diakses pada 17 November 2018
LAMPIRAN

Bank Sampah “Gemah Ripah” Bantul Yogyakarta

Hasil pengumpulan Sampah “Gemah Ripah” dari warga sekitar


Daftar Harga Sampah yang ditetapkan oleh Bank Sampah
“Gemah Ripah”

Penjelasan Tentang Proses Pengelolaan Sampah di Bank Sampah


“Gemah Ripah”
Pemaparan tentang Sejarah Berdiri dan Pengelolaan Sampah di Bank
Sampah “Gemah Ripah”

Foto Bersama Dosen FKM Jurusan Kesehatan Lingkungan Bersama


Mahasiswa dan Pengelola Bank Sampah “Gemah Ripah”

Anda mungkin juga menyukai