Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FIELDTRIP BANK SAMPAH “GEMAH RIPAH”

MATA KULIAH PENGELOLAAN SAMPAH

Dosen Pengampu :

Dra. Nur Endah Wahyuningsih, MS.

Nama Anggota :

Dwi Septiana 25010116120038

Yura witsqa firmansyah 25010116120080

Anggi Bela Saputri 25010116140129

Ana Fauziah 25000118183012

Nurwahyuni 25000118183028

Kelas KL 2

KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan dalam aspek lingkungan semakin kompleks seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi. Selain perubahan iklim dan
kelangkaan air, sampah merupakan problem serius. Hal ini karena perilaku membuang
sampah di sembarang tempat sudah menjadi kebiasaan, begitu pula dengan pembakaran
sampah yang mencemari udara.
Berawal dari masalah sampah, warga Dusun Badegan, Bantul, Yogyakarta sejak
tahun 2008 mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah. Berdasarkan hasil pra observasi,
Bank Sampah Gemah Ripah merupakan pelopor berdirinya Bank Sampah-Bank Sampah
lain yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Dibandingkan Bank Sampah lain Bank
Sampah Gemah Ripah masih belum berkembang karena masih berorientasi pada
masyarakat bukan profit. Beberapa Bank Sampah di Indonesia yang lebih berkembang
dibanding Bank Sampah Gemah Ripah diantaranya: Bank Sampah Bina Mandiri
(Surabaya), Bank Sampah Bali, dan Bank Sampah Karya Mandiri (Jakarta).
Pada waktu didirikan pengelola atau pengurus Bank Sampah Gemah Ripah
berjumlah 40 orang tetapi sekarang berkurang menjadi 24 orang. Hal ini karena adanya
rasa bosan dan kesibukan dari para pengelola atau pengurus 8 tersebut. Dari beberapa
pengelola atau pengurus Bank Sampah gemah Ripah ada yang memiliki pekerjaan tetap
dan tidak tetap bahkan sedang mencari pekerjaan atau belum mendapat kesempatan kerja.
Sehingga pengelolaan Bank Sampah Gemah Ripah merupakan pekerjaan sampingan bagi
beberapa pengelola atau pengurus Bank Sampah Gemah Ripah di sela-sela kesibukan
atau pekerjaan pokok mereka. Mereka bekerja secara sosial dan sukarela serta belum
mendapat gaji karena berorientasi pada masyarakat belum profit. Selain mengelola
sampah, Bank Sampah Gemah Ripah juga membantu menjual hasil kerajinan warga yang
berasal dari sampah seperti tas, dompet, dll. Hasil kerajinan warga ini diletakkan di distro
kerajinan sampah yang dapat dilihat dan dibeli oleh para pengunjung Bank Sampah.
Hasil penjualan dari kerajinan tersebut dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Kendala yang dihadapi adalah bahan baku kerajinan dari sampah masih kurang karena
tidak semua sampah dapat dijadikan barang kerajinan. Dengan adanya Bank Sampah
Gemah Ripah ini diharapkan bisa ikut membantu mengatasi masalah sampah, serta dapat
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan keluarga terutama di Kabupaten Bantul.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Peranan Bank Sampah Gemah Ripah Terhadap Peningkatan Kesempatan
Kerja dan Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.”
B. Rumusan Masalah
1. Darimana sajakah sumber sampah yang ada di Bank Sampah “Gemah Ripah”?
2. Bagaimana proses keberjalanan penampungan hingga pengolahan sampah yang
terjadi di Bank Sampah “Gemah Ripah”, Badegan, Bantul?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui sumber sampah yang ada di Bank Sampah “Gemah Ripah.
2. Mahasiwa mengetahui proses pembentukan Bank Sampah “Gemah Ripah” hingga
Operasi sehari-sahri dimulai dari penampungan hingga pengolahan sampah yang
dilakukan oleh karyawan Bank Sampah “Gemah Ripah”, Badegan, Bantul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sampah
Sampah menurut APHA (American Public Healt Assosiation, dengan modifikasi ) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tak terpakai, tak disenangi, dibuang, berasal dari kegiatan
manusia, tidak terjadi dengan sendirinya, kecuali tubuh manusia. Menurut UU No. 18
tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
1. Sampah
 Sampah padat/setengah padat
 Berasal dari kegiatan manusia
 Terdiri dari bahan organic/anorganik, logam/nonlogam
 Tidak termasuk buangan biologi (kotoran) manusia
2. Sumber Sampah dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu :
 Domestik (pemukiman)
 Non domestik ( diluar pemukiman ). Sumber non domestic dapat dibedakan
lagi menjadi :
1) Pasar dan daerah komersial (kantor, gedung, TTU, penghancuran gedung)
2) Industry dan rumah sakit
3) Jalan dan taman
4) Daerah khusus
 Pertanian-perkebunan
 Pertambangan
 Kehutanan
 Peternakan-perikanan
5) Pusat pengolahan air buangan

B. Karakter Sampah
Karakter Sampah dibedakan menjadi :
1. Karakter fisik terdiri dari kepadatan, kadar air, distribusi ukuran partikel, cara
pengolahan dan pemanfaatan.
2. Karakteristik kimia terdiri dari kandungan karbon (% C, H, O, N, P, K), sisa abu
pembakaran dan nilai energy (bakar).
3. Karakteristik Biologi terdiri dari bakteri dan fungi
Sampah berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Sampah berdasarkan kandungan kimia terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Untuk sampah organik dibedakan menjadi sampah organik mudah membusuk dan
sampah organik tidak mudah membusuk. Jenis sampah untuk bahan kompos
adalah organik mudah membusuk.
2. Sampah berdasarkan kandungan fisik terdiri dari sampah basah (garbage), sampah
kering (rubbish), ashes, street sweeping, household refuge, abandon vehicle,
sampah industry, construction waste, dead animal, sampah khusus dan sewage
solid.
C. Mekanisme Pengelolaan Sampah
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 (tiga)
tahapan kegiatan yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan.
Tahapan kegiatan tersebut merupakan system, sehingga masing-masing tahapan dapat
disebut sebagai sub system.
Ada tiga (3) hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sampah, yaitu :
1. Penyimpanan (refuse storage)
Penyimpanan sampah maksudnya ialah tempat sampah sementara, sebelum sampah
tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dimusnahkan.
2. Pengumpulan sampah (refuse collector)
Sampah yang disimpan sementara seperti di rumah, kantor, atau restoran selanjutnya
dikumpulkan untuk kemudian diangkut dan dibuang atau dimusnahkan. Karena
jumlah sampah yang dikumpulkan cukup besar, maka perlu “rumah sampah”.
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya ke tempat
pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Setelah pengumpulan
selesai maka proses berikutnya penganggkutanyang dilakukan dengan menggunakan
sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan
akhir/pengolahan.
3. Pembuangan akhir/pengolahan
Sampah yang dikumpulkan , selanjutnya akan dibuang datau dimusnahkan. Syarat
yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah :
a. Tempat tersebut tidak dibangun dekat sumber air minum atau sumber air lainnya
yang dipergunakan oleh manusia,
b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir,
c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
D. Dampak Sampah
1. Dampak kesehatan akibat sampah :
a. Kontak langsung dengan sampah :
a) Beracun
b) Karsinogen
c) Teratogen
d) Kuman pathogen
b. Pengaruh tak langsung
a) Akibat proses pembusukan, pembakaran, pembuangan sampah sehingga
mencemari air tanah, tanah, udara
b) Penyakit bawaan vektor (lalat, tikus, pinjal)
2. Dampak sampah terhadap kesehatan
a. Mual dan muntah
b. Peningkatan rawat inap penderita diabetes pada penduduk yang tinggal di dekat
lokasi pembuangan limbah berbahaya.
c. Toksisitas merkuri karena memakan ikan dengan kadar merkuri yang tinggi
3. Dampak sampah terhadap organisme hidup lain
a. Peningkatan kadar merkuri pada ikan karena pelepasan merkuri di sungai
b. Plastik ditemukan di lautan tertelan oleh burung
c. Menghasilkan populasi alga yang tinggi di sungai dan laut
4. Dampak sampah terhadap lingkungan
a. Limbah terurai di tempat pembuangan sampah dan membentuk metana, gas
rumah kaca yang potensial
b. Perubahan iklim dan kerusakan lapisan ozon karena limbah biodegradable
c. Membuang sampah sembarangan, karena limbah polusi, illegal dumping, lindi
adalah proses dimana limbah padat memasuki tanah dan air tanah kemudian
mencemari
5. Pencemaran udara akibat sampah
Hasil pencemaran akibat sampah diantaranya bau busuk, asap, biogas.
Pencemaran udara akibat sampah berbahaya :
 Tetra kloro etilen dan kloroform : feto-toksik
 Benzene dan meti-etil-keton : embrio-toksik
 Metilen – klorida, kloro-benzene : perkembangan janin
 CH4 ------ CO2 ----- H2CO3
 NH3 ----- NH4NO3 Hujan Asam
 H2S ----- H2SO4
 Bau busuk sampah : dampak emosional masyarakat
6. Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi
a. Pengolahan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat sekitar, bau yang tidak sedap dan pemandangan
yang sangat buruk karena sampah bertebaran dimna-mana.
b. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan
secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
d. Pembuangan sampah padat kebadan air dapat memnyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengolahan sampah yang tidak
memadai.
E. Bank Sampah
1. Definisi Bank Sampah
Bank adalah sebuah instalasi yang bergerak dibidang penyimpanan terutama yang
berhubungan dengan uang. Bank sampah adalah sebuah yayasan yang awalnya dibina
di daerah Yogyakarta, dan kini sudah diadopsidi kota-kota seluruh Indonesia.
Tujuannya, menerima penyimapanan sampah masyarakat sekitar, dan menjadikan
sampah tersebut uang. Jumlah sampah yang masuk dengan uang yang diterima tentu
akan berbeda jauh.
2. Misi Bank sampah
a. Mengelola sampah hingga memiliki nilai ekonomi tinggi
b. Mendirikan bank sampah melalui kemitraan yang sinergi dan menguntungkan
c. Melahirkan pengusaha Indonesia baru bidang lingkungan
d. Menghidupkan kembali PKK dilingkungan sekitar
e. Menyediakan wadah kreatifitas untuk masyarakat sekitar.
3. Tujuan dan manfaat Bank sampah
Tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri.
Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat
‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari
sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan
dengan gerakan 4R sehingga manfaat langsung yang diraskana tidak hanya ekonomi,
namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Bank sampah juga
dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih dan nyaman bagi
warganya.
BAB III
PEMBAHASAN
Sumber sampah di Bank Sampah Gemah Ripah adalah dari nasabah. Nasabah dalam
hal ini adalah masyakat yang memberikan sampahnya kepada bank sampah untuk di ditabung
hasilnya. Nasabah Bank sampah Gemah Ripah pada awalnya hanya 20 nasabah, dan saat ini
sudah ada 1400-an nasabah dari daerah badegan bantul dan sekitarnya.
Proses masuknya sampah ke bank sampah Gemah Ripah yaitu :
1. Nasabah membawa sampah yang sudah dipilah ke bank sampah gemah ripah
2. Bank sampah gemah ripah akan menimbang sampah dari nasabah
3. Hasil berat timbangan akan dikalkulasikan menjadi nilai rupiah, harga yang
dicantumkan hanya 85% harga aslinya, 15% nya digunakan untuk operasional di
Bank Sampah Gemah Ripah sendiri
4. Hasil nilai rupiah dari sampah yang diberikan ditabung dalam buku rekening
Sampah yang diberikan nasabah kepada Bank sampah gemah ripah tidak pasti dalam
setiap harinya, namun dalam satu bulan jumlah sampah yang didapatkan bisa mencapai 2000
kg perbulan.
Petugas di bank sampah gemah ripah digaji dari 15% hasil bank sampah, yang digunakan
untuk kegiatan operasional seperti pembuatan buku rekening, kebutuhan ATK dan gaji
petugas, namun gaji petugas ini tidak dibisa dipastikan besarannya.
Bambang Suwerda yang merupakan pendiri sekaligus pencetus bank sampah Gemah
Ripah Bantul addalah Dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Faktor yang mendorong
pendiri Bank sampah gemah ripah dalam mendirikan bank sampah gemah ripah yaitu :
1. Inisiatif mendirikan bank sampah ini muncul pasca gempa bumi yang melanda
Yogyakart pada 2006. Banyaknya sampah yang bertumpuk selama proses rekonstruksi
gempa
2. Banyak nya sampah yang dibuang ke sungai
3. Sampah-sampah yang dibakar oleh masyarakat
4. Sistem pengelolaan sampah TPA yang saat itu masih sistem angkut buang
5. Sampah yang dibuang ke TPA masih belum dipilah dan masih bervolume besar
6. Pengelolaan sampah yang masih salah di TPA yang dapat mengakibatkan TPA rawanm
Longsor.
Bank sampah gemah ripah berdiri pada 23 februari 2008 dengan jumlah 1 unit,
kesuksesan Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Bandegan, Bantul, Yogyakarta,
itu menginspirasi daerah lain. Kini, bank sampah telah diterapkan di 20 desa di
Bantul, melibatkan sekitar 1.000 keluarga.

Proses bank sampah gemah ripah setelah digagas cukup matang, momentum
peringatan dua tahun gempa yang melanda Yogyakarta pada 2008 dimanfaatkan untuk
meluncurkan gerakan bank sampah. Pada masa awal banyak warga yang masih bingung
dengan konsep tersebut sehingga gerakan bank sampah kurang berjalan efektif. Baru
sekitar sebulan kemudian, masyarakat bisa menerimanya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan


Bank Sampah Gemah Ripah

a. Pengetahuan mengenai permasalahan dan pengelolaan sampah

Made Pidarta (2006: 340), partisipasi adalah keteterlibatan seseorang atau beberapa orang
dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala
kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung
jawab atas segala keterlibatan. Masyarakat akan berpartisipasi apabila mereka merasa isu
atau aktivitas itu penting. Dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah
Ripah Bantul, beberapa anggota merasa bahwa mereka berpartisipasi karena memang
mereka mengetahui bagaimana kondisi permasalahan sampah yang ada dilingkungan
tempat tinggal mereka. Hal tersebut yang menjadikan mereka sadar bahwa isu mengenai
permasalahan sampah ini memunculkan kepedulian mereka sehingga mereka ikut
berpartisipasi.

b. Keyakinan Untuk Ikut Serta Menciptakan Perubahan

Salah satu kondisi yang dapat memunculkan partisipasi masyarakat adalah jika mereka
yakin apabila keikutsertaan mereka dapat menciptakan perubahan positif. Dalam kegiatan
pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah Bantul, dimana anggota melakukan
pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga, anggota merasa terdapat perubahan
yang positif pada lingkungan, ekonomi dan psikologi.

Pertama, perubahan pada lingkungan yang dirasakan anggota bank sampah adalah
berkurangnya volume sampah buangan di rumah maupun yang dibuang ke UPS.
Berkurangnya volume sampah yang dibuang ke UPS memiliki korelasi dengan kegiatan
pemilahan sampah yang dilakukan anggota mulai dari dapur mereka. Dengan melakukan
pemilahan sampah, tidak semua sampah akan terbuang melainkan hanya sampah basah
saja sedangkan sisanya bisa disetor ke Bank Sampah Gemah Ripah Bantul. Kedua,
perubahan pada ekonomi yang dirasakan adalah bertambahnya pemasukan mereka
dari hasil menabung sampah. Ketiga, perubahan psikologi adalah dengan membiasakan
untuk memilah sampah, memunculkan suatu kedisiplinan dalam membuang sampah.
Hal ini sejalan dengan teori Sunarti (2003: 76-77) yang menyatakan bahwa seseorang
yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya
lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, yang berarti keterlibatan
pikiran dan perasaannya. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas
dari adanya partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat daerah, baik sebagai
kesatuan sistem maupun sebagai individu, merupakan bagian integral yang sangat
penting dari sistem pemerintahan, karena secara prinsip penyelenggaraan daerah
ditujukan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan.

c. Prinsip Insentif atau Manfaat

Sebagaimana yang dirasakan anggota bank sampah, terdapat beberapa manfaat yang
didapatkan melalui kegiatan pengelolaan sampah yaitu manfaat lingkungan, sosial,
ekonomi dan lainnya. Pertama, manfaat lingkungan yang didapat anggota dengan
mengikuti pengelolaan sampah adalah motivasi untuk memilah sampah di rumah tangga
dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke UPS serta menciptakan lingkungan
yang bersih.

Kedua, manfaat sosial yang didapat anggota dengan berpartisipasi adalah dapat
mempererat silaturahmi, mendapatkan teman baru baik sesama anggota bank sampah
maupun dengan pengurus bank sampah. Ketiga, manfaat ekonomi yang didapat anggota
dengan berpartisipasi adalah merubah sampah yang harusnya tidak memiliki nilai
menjadi uang. Walaupun tidak terlalu menjadi pertimbangan, manfaat ekonomi berupa
uang tadi oleh anggota dipergunakan untuk kepentingan lain seperti membayar arisan
Gemah Ripah Bantul atau diamalkan ke masjid. Meskipun dalam hal pengelolaan bank
sampah memiliki manfaat ekonomi, namum masyarakat tidak menjadikan bank sampah
sebagai
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan fieldtrip Bank Sampah “Gemah Ripah” bahwa
problematika atau permasalahan sampah yang ada, seperti perilaku masyarakat yang
membakar sampah, pengelolaan sampah yang masih tercampur dan masyarakat yang
masih membuang sampah sembarang yang ada di Dusun Badegan, Bantul, memberikan
inspirasi untuk penggerak masyarakat untuk mengentaskan problematika sampah tersebut
dengan mendirikan Bank Sampah “Gemah Ripah” yang menjadi pelopor bagi Bank
Sampah lainnya di Indonesia.
Pengelolaan sampah yang dilakukan Bank Sampah “Gemah Ripah” tidak hanya
mengatasi permasalahan sampah saja dengan pengelolaan sampah menjadi kompos,
pemanfaatan barang-barang bekas menjadi barang yang bernilai ekonomis, namun juga
terdapat proses pemberdayaan kepada masyarakat untuk lebih dapat mandiri dengan
memanfaatkan sampah serta mendorong terciptanya lapangan pekerjaan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari kegiatan fieldtrip di Bank Sampah
“Gemah Ripah” adalah adanya praktik singkat untuk pembuatan kompos lewat video
dokumentasi dari Bank Sampah “Gemah Ripah” atau praktik pembuatan kerajinan-
kerajinan yang dari sampah-sampah plastik yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Nur .E, Joko, Tri. 2014. Buku Ajar : Persampahan. Semarang : UPT UNDIP
Press.
Wintoko, Bambang. 2012. Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai