Kes
Tugas : Pengolahan Limbah Cair Domestik
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
1. DEVIYANTI M.15.02.006
2. FIKRYYAH. S M.15.02.008
3. MEGAWATI M.15.02.015
4. RAHMA M M.15.02.024
5. ROSALIA M.15.02.029
6. RUSMAYANTI M.15.02.030
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan Rahmat serta KaruniaNya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair
Domestik secara Biologi dengan RBC”
Kami menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna,
namun demikian kami telah berupaya dengan tetap mempertimbangkan
mutu sesuai dengan tingkat pengetahuan kami. Harapan kami, laporan ini
dapat memenuhi tujuannya dan bermanfaat bagi yang memerlukan. Saran
dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusun laporan ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita. Amin
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan
banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan
adalah kedelai (Glycine spp).
Pada industri tahu dan tempe, air banyak digunakan sebagai bahan
pencuci dan merebus kedelai, oleh karena itu limbah yang dihasilkan juga
cukup besar. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Jl Ahmad
Razak, Kelurahan Dange Rakko, Kecamatan Wara memerlukan
pengolahan limbah yang dihasilkan karena besrnya terhadap beban
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang
cukup serius terutama untuk perairan di sekitar industri tahu tempe.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat di lakukan pengolahan dengan
cara proses biologis-aerobatik yakni proses dengan metode RBC (Rotating
Biological Contractor). RBC merupakan reaktor yang tidak memerlukan
aerasi karena media tempat menempel mikroorganisme (disk atau
piringan) dapat berputar, sehingga ada bagian yang tercelup cairan air
limbah yang dan kemudian bersentuhan langsung dengan udara. Mikroba
yang tumbuh alami dipermukaan piringan RBC terdiri dari berbagai
macam bakteri. Spesies dominan pada biofilm tergantung pada
karakteristik limbah dan kondisi operasi reaktor.
Adaptasi unik. Inilah sebutan yang diberikan kepada Rotating
Biological Contactor (RBC) karena modifikasinya khas sebagai proses
pertumbuhan lekat (attached growth process). Sesuai dengan namanya,
unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as
yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive
system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media.
Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian
1
rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan
oksigen yang terjadi silih berganti.
Di dalam pengolahan limbah cair ada banyak cara yang bias dilakukan
tergantung dari limbah tersebut, setiap cara atau proses yang digunakan
pastinya memiliki kelebihan maupun kekurangan masing2 , di dalam
makalah ini kita akan membahas salah satu cara pengolahan limbah
dengan metode RBC atau rotating biological contactor.
B. Rumusan Masalah
2
5. Untuk Mengetahui Keunggulan dan Kelemahan RBC !
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Media yang digunakan biasanya terdiri dari lembaran plastik dengan
diameter 2-4 meter, dengan ketebalan 0,8 sampai beberapa mm. Material
yang lebih tipis dapat digunakan dengan cara di bentuk bergelombang atau
berombak dan di tempelkan di antara disk yang rata dan diletakkan menjadi
satu unit modul jarak antara dua disk yang rata berkisar antara 30-40 mm.
Disk atau piring tersebut dilekatkan pada poros baja dengan panjang
mencapai 8 m, tiap poros yang sudah di pasang media diletakkan di dalam
tanki atau bak reaktor RBC menjadi satu modul RBC. Beberapa modul
dapat di pasang secara seri atau paralel untuk mendapatkan tingkat kualitas
hasil olahan yang diharapkan.
Modul-modul tersebut di putar dalam keadaan tercelup sebagian yakni
sekitar 40% dari diameter disk. Kira-kira 95% dari seluruh permukaan
media secara bergantian tercelup ke dalam air limbah dan berada di atas
permukaan ari limbah (udara). Kecepatan perputaran bervariasi antara 1-2
RPM. Mikroorganisme tumbuh pada permukaan media dengan sendirinya
dan mengambil makanan (zat organik) di dalam air limbah dan mengambil
oksigen dari udara untuk menunjang proses metabolismenya. Tebal biofilm
yang terbentuk pada permukaan media dapat mencapai 2-4 mm tergantung
dari beban organik yang masuk ke dalam reaktor serta kecepatan
putarannya. Apabila beban organik terlalu besar kemungkinan terjadi
kondisi anaerob dapat terjadi, oleh karena itu pada umumnya di dalam
reaktor dilengkapi dengan perlengkapan injeksi udara yang diletakkan dekat
dasar bak, khususnya untuk proses RBC yang terdiri dari beberapa modul
yang dipasang seri.
Pada kondisi yang normal substrat carbon (zat organik) dihilangkan
secara efektif pada tahap awal (stage pertama), dan proses nitrifikasi
menjadi sempurna setelah tahap ke lima. Pada umumnya perencanaan
sistem RBC terdiri dari 4-5 modul (tahap) yang dipasang seri untuk
mendapat proses nitrifikasi yang sempurna.
Proses pengolahan air limbah dengan metode RBC adalah proses yang
relatif baru dari seluruh proses pengolahan air limbah yang ada, oleh karena
5
itu pengalaman dengan penggunan skala penuh masih terbatas, dan proses
ini banyak digunakan untuk pengolahan air limbah domestik atau perkotaan.
Satu modul dengan diameter 3,6 m dan panjang poros 7,6 m mempunyai
luas permukaan media mencapai 10.000 m² untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Hal ini memungkinkan dari sejumlah biomasa yang
terkelupas biasanya merupakan biomasa dengan air limbah dalam waktu
yang relatif singkat , dan dapat tetap terjaga dalam keadaan stabil serat dapat
menghasilkan hasil air olahan yang cukup baik. Resirkulasi air olahan ke
dalam reaktor tidak diperlukan. Biomasa yang terlepas biasanya merupakan
biomasa yang relatif padat sehingga dapat mengendap dengan baik di dalam
bak pengendapan akhir. Dengan demikian sistem RBC konsumsi energinya
lebih rendah. Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah lebih sensitif
terhadap perubahan suhu.
6
untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam
air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup ke dalam air limbah, mikroorganisme menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm,
dan pada saat biofilm berada di atas permukaan air, mikroorganisme
menyerap oksigen dari udara atau oksigen yang terlarut di dalam air untuk
menguraikan senyawa organik. Energi hasil menguraikan senyawa organik
tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses perkembang-biakan
atau metabolisme. Senyawa hasil proses metabolisme mikroorganisme
tersebut akan keluar dari biofilm dan terbawa oleh air aliran air atau yang
berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada
mediumnya, sedangkan untuk untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan
pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk
yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm tersebut makin lama
semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan
mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya,
mikroorganisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan
sendirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa
organik yang ada dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian
senyawa organik oleh mikroorganisme di dalam RBC dapat di gambarkan
seperti gambar berikut
7
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun
kontruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak
memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatif
kecil dibandingkan dengan proses pengolahan lumpur aktif, serta relatif
tidak menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni
sensitif terhadap temperatur.
8
sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang
pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.
2. Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak
pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan
tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak
pengedap awal adalah 2 – 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap
dikumpulkan daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
3. Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan,
kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk
disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun / kecil, maka air
limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal
bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang
diinginkan.
4. Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari
bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau
dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup
sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor
kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan
tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk
suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai
jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan
lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah
yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah.
Lapsian biologis tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya
beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut
akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh
dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.
9
5. Bak Pengendap Akhir
Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya
dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3
jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari
RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih
berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah
jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang
mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-
sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
6. Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih
mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat
berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal
tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke
bak khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada
dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa
khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu sehingga seluruh
mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak
khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
7. Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak
pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak
tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara
didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya
air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap
awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering
lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim
ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
10
E. Keunggulan dan Kelemahan RBC
Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, dan
prosesnya masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. Tahu
adalah makan padat yang terbuat atas cetakan sari kedelai dengan proses
pengendapan protein pada titik isoelektriknya, tanpa atau dengan
penambahan zat lain yang diizinkan. Pada proses pembuatannya akan
menghasilkan zat sisa seperti air bekas olahan kedelai dan juga ampasnya.
Tempe juga merupakan olahan dari kedelai yang difermentasikan.
Proses pembuatan tempe menggunakan fermentasi yang dilakukan oleh
11
jamur Rhizopus oligospora. Fermentasi akan merombak protein dalam
tempe menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh. Pada proses fermentasi akan
menghasilkan zat sisa berupa H2O dan CO2. Sementara pada proses
pembuatanya akan menghasilkan zat sisa seperti air bekas cucian dan kulit
ari kedelai.
12
tangga mengalirkan langsung air limbahnya ke selokan atau sungai tanpa
diolah terlebih dahulu. Demikian pula dengan industri tahu/tempe yang pada
umumnya merupakan industri rumah tangga.
13
Pada piringan kolam I dan II terlihat mikroba tumbuh subur
menempel pada piringan dan sangat tebal. Tampaknya mikroba yang
menempel pada piringan kolom I terdiri dari jenis mikroba yang berbeda
dengan mikroba pada piringan kolom II. Air limbah yang ada di kolom II
tampaknya masih menyerupai warna air pada kolom I. Ulat-ulat juga masih
banyak ditemukan dan baunya lebih busuk dari kolom I. Limbah tahu tempe
tampaknya sangat baik untuk pertumbuhan mikroba, hal ini ditubjukkan
dengan suburnya pertumbuhan mikroba dan tebalnya mikroba yang
terbentuk.
Pada piringan kolom III mikroba yang menempel lebih tipis daripada
kolom sebelumnya. Bila piringan disentuh terasa licin dan dan kelihatan
mengkilat. Warna mikroba tidak kelihatan, sehingga hanya warna dasar
yang terlihat.
14
mikroba. Pada air kolom ke III dan IV terlihat adanya jentik-jentik dan lebih
banyak dijumpai pada tabung effluen. Oksigen yang terlarut di dalam air
digunakan oleh mikroba mengurai senyawa kyang terkandung dalam limbah
tahu tempe.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Sedangkan kita ketahui bahwa limbah industri tahu-tempe dapat
menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan
organik yang cukup tinggi. Seperti konsentrasi COD (Chemical Oxygen
Demand) di dalam air limbah industri tahu-tempe cukup tinggi yakni
berkisar antara 7.000 - 10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah
yakni pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, air limbah industri
tahu-tempe merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang
sangat potensial.
17
B. Usulan Alternatif Pengolahan Limbah Cair Tahu Tempe (Selain
Metode RBC)
18
digunakan sebagai bahan sumber energi karena gas metan sama dengan
gas elpiji (liquid petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas metan
mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Contoh
pemanfaatan biogas misalnya untuk memasak, lampu penerangan,
listrik generator, dan dapat menggantikan bahan bakar yang lain, dsb
(KLH, 2006).
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Dalam penggunaan metode ini sebaiknya jika alat sudah terlalu tua
20
DAFTAR PUSTAKA
httpwww.kelair.bppt.go.idPublikasiBukuAirLimbahDomestikDKIBAB7RBC.pdf
http://www.water-sewagetreatment.com/product/107/rotating-biological-
contactor-rbc.html
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html
Herlambang, Arie. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu-
Tempe
Santo.Slamet. 2014. Limbah Cair Domestik :Permasalahan dan Dampak
Terhadap Lingkungan (Jurnal : bio.unsoed.ac.id)
Zulkifli. 2000. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu Tempe dengan Rotating
Biological Contractor pada Skala Laboratorium (Jurnal :
21