PENDAHULUAN
Saat ini cara paling banyak yang digunakan pemerintah Kabupaten / Kota
dalam pengelolaan sampah adalah dengan penimbunan sampah yang dipusatkan
ditempat tertentu dengan cara pengurugan dan penimbunan (landfill) yang
dianggap murah dan mudah, atau bahkan terkadang kenyataan nya sering
dilakukan dengan cara penumpukan bebas (open dumping) karena tanah timbunan
dan lahan yang tidak lagi mencukupi. Dengan tidak terencana pembuangan
sampah yang baik dan penimbunan nya dilakukan sembarangan, kurang
professional tidak sesuai konsep sanitary landfill yang seharusnya sebagaimana
persyaratan mutlak sebuah TPA, maka tidak jarang dijumpai sampah di TPA
menjadi menggunung.
Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, serta keterbatasan lahan yang
tersedia, menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat teratasi
dengan baik, ketidak pedulian masyarakat akan masalah sampah membuat sampah
terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya sentuhan penanganan yang
benar.
Tidak jarang pengelolaannya hanya mengandalkan seorang atau beberapa
orang operator saja yang mengaturnya, atau hanya mengandalkan sopir-sopir
pengangkut sampah, akibatnya sebuah lokasi yang dijadikan landfill hanya
dilakukan dengan cara open dumping saja, ini diakibatkan kurang / lemahnya
1
kontrol pengelola di TPA dan tidak jarang TPA dijadikan tempat pembuangan
limbah B-3 yang dikategorikan infectious (menular).
Karena jenis limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu
jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak
terdapat buangan virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya,
sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat
celcius. Oleh karena itu penangannannya pun haruslah memakai alat khusus yang
memiliki kriteria kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan sampah yang efektif
b. Lokasi jauh dari area penduduk
c. Adanya sistem pemisahan sampah
d. Desain yang bagus
e. Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat
f. Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.
g. Perawatan yang teratur/periodik
h. Pelatihan Staf dan Manajemen
Umumnya alat ini didatangkan dari luar negeri yang harganya mencapai
milyaran rupiah, serta membutuhkan tenaga operator maupun teknisi yang
terdidik dan terlatih. Namun dalam pengoperasiannya cukup memakan biaya
besar karena dalam proses pemusnahan limbah membutuhkan bahan bakar dan
listrik yang cukup besar secara kontinyu. Selain itu komponen alat tidak mudah
didapatkan dipasaran dalam negeri. Sehingga cukup merepotkan takala terjadi
kerusakan. Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin lebih lanjut mengetahui
mengenai incinerator atau insinerasi.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian incenerator ?
2. Apakah fungsi incenerator ?
3. Apakah kerugian dalam penggunaan incenerator ?
4. Apakah keuntungan penggunaan incenerator ?
5. Apa sajakah jenis-jenis incenerator ?
6. Bagaimanakah cara kerja alat incenerator ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, macam-
macam, keuntungan, dan lain-lain mengenai incenerator.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan
merupakan sumber daya yang sangat langka. Denmark dan Swedia telah menjadi
pionir dalam menggunakan panas dari insinerasi untuk menghasilkan energi. DI
tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas
yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang mengandalkan
insinerasi sebagai pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan
Prancis.
5
2.3 Keuntungan dan Kerugian Incenerator
6
Spesifikasi perancangan perangkat keras dari sistem pengaturan temperatur
plant incinerator ini terdiri dari:
1. Chamber sebagai ruang tempat untuk proses pembakaran
2. Burner alat untuk keluar api
3. Termokopel digunakan sebagai sensor suhu dengan keluaran berupa
sinyaldigital yang sudah dikalibrasikan.
4. Mikrokontroler ATmega8535 yang berfungsi sebagai pusat
pengendalian pada incinerator ini yang dapat diprogram dengan
menggunakan bahasa C.
5. Keypad berfungsi sebagai media masukan untuk mengatur referensi
suhu yang diinginkan, nilai konstanta kontroler (Kp dan Ki) dan
sebagai tombol untuk menjalankan proses pengendalian.
6. LCD (Liquid Crystal Display) dan driver LCD berfungsi sebagai
media tampilan selama proses pengendalian berlangsung.
7. AD595 sebagai kompensator atau cold junction untuk keluaran
termokopel
8. Tabung LPG, tempat bahan bakar gas LPG
9. Regulator untuk mengatur besar kecilnya tekanan gas LPG yang
dikeluarkan
10. Driver serial RS 232 digunakan sebagai interface untuk komunikasi
antara plant dengan PC secara serial
11. Loader programming ATMega8535, berfungsi sebagai alat untuk
mendownload program dari PC ke plant
12. Monitor sebagai alat untuk memonitor output
13. Motor stepper berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan membuka
dan menutup valve
14. Driver motor stepper digunakan untuk mengendalikan motor stepper
7
2.4.2 Jenis-jenis incenerator yaitu:
Secara umum :
1. Open Incinerator
• Bangunan terbuka
• Dapur pembakar merangkap cerobong
• Digunakan secara temporer
3. Closed Incinerator
• Dilengkapi ruang-ruang pengeringan, ruang pembakaran, cerobong
asap yang cukup tinggi
• Dilengkapi peralatan untuk mengurangi pencemaran
• Type-type nya : Suhu 1400° F dan Suhu 1800° F
2. Incenerator Fluidik
• Berisi pasir yang difluidisasi oleh aliran udara dari sebelah bawah.
Suhu relatif seragam (700° - 800° C)
• Penggunaan energi lebih efisien
8
Selain itu terdapat macam-macam incenerator lainnya, seperti:
1. Static Manual Feeding
Incinerator ini didesain khusus untuk kapasitas limbah dibawah
100kg/jam, dimana system pemasukan limbah dilakukan secara manual
dan pengumpanan dilakukan dari pintu depan. Tipe statik hanya cocok
digunakan untuk jenis limbah yang berbentuk padat.
9
Gambar Static Feeding System
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah
yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya
cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary Chamber,
dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata keseluruh
bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang
Bakar 2 (Secondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar
dalam Primary Chamber.
a. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya,
sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa
material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana.
Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan
untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu
oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu
sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah
yang terkontrol.
10
Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi
arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue
selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat
diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.
b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan
baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil
pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara
untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara
sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu
sekitar 8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon
lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
11
4. Incinerator khusus untuk Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas
Untuk incinerator khusus Rumah Sakit, dibuat dengan berbagai macam
type yaitu,
• MDWB 10, Dengan kapasitas pembakaran 10 Kg/Jam
• MDWS 25, Dengan kapasitas pembakaran 25 Kg/Jam
• MDWS 50, Dengan kapasitas pembakaran 50 Kg/Jam
• MDWS 100, Dengan kapasitas pembakaran 100 Kg/Jam dan
menggunakan fasilitas Static Feeding System
• MDWS 200, Dengan kapasitas pembakaran 200 Kg/Jam dan
menggunakan fasilitas Static Feeding System
12
dapat mengurangi kandungan air yang terdapat dalam sludge sampai dengan ±
80%. Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator selain untuk dryer dapat pula
digunakan untuk memanaskan air untuk keperluan operasional pabrik. Tipe ini
khusus digunakan untuk limbah domestik.
Incinerator ini mudah untuk di mobilisasi serta cepat dalam pemasangan
dan pelepasannya. Dengan demikian incinerator ini dapat dioperasikan di lokasi
yang berbeda-beda.
1. Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperature belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama
digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400OC-
600OC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau
dengan suhu antara antara 600OC-1200OC. Suplay oksigen dari udara luar
13
ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah akan
teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses
pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi
transparan.
14
Peringatan Penting
1. Tangki bahan bakar jangan sampai kosong, supaya kerja burner stabil
2. Bila tangki bahan bakar kosong, bisa jadi ada udara palsu masuk disaluran
burner. Udara palsu harus dikeluarkan melalui pompa burner.
3. Abu dan kotoran lain supaya dibersihkan dengan cermat sehingga benar-
benar bersih. Pembersihan jangan disikat dengan sikat logam atau sikat
kasar. Cukup dibersihkan dengan sapu ijuk yang tidak merusak permukaan
batu tahan api.
4. Kandungan air limbah padat yang akan dilakukan pembakaran maksimal
sebesar 10 %, bila lebih dari 10 % perlu dilakukan pengeringan terlebih
dahulu
5. Isian limbah padat diruang bakar sekitar 60% volume ruang bakar, supaya
tidak menutupi lubang burner dan lidah api tidak berbalik arah dan
beakibat rusaknya burner
15
5. Press pintu (penekan pintu), pada bagian ulir penekan pintu mesin
incinerator harus selalu diberi minyak pelumas dan jangan dibiarkan
kering, karena di sekitar penekan pintu sering terkena panas dari dalam
ruang pembakaran. Sehingga penekan pintu dapat berkarat dan tidak dapat
bekerja dengan baik.
6. Engsel pintu (sendi besi) yang menghubungkan daun pintu dengan rangka
mesin, juga harus selalu diberi minyak pelumas agar daun pintu dapat
dibuka dan ditutup dengan lancar. Karena disekitar engsel pintu (sendi
besi) sering terkena panas dari dalam ruang pembakaran.
7. Komponen sensor diletakkan dalam box panel, sebaiknya dikunci untuk
mencegah masuknya debu, karena debu dapat merusak sensor.
16
2.9 Manfaat dan Dampak Insinerator
Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota dilakukan di
instalasi pembakaran insinerator. Teknologi ini mampu mengurangi sampah
hingga 80 % berat, sehingga yang 20% merupakan sisa pembakaran yang harus
dibuang ke TPA atau dimanfaatkan lebih lanjut. Sisa pembakaran ini relatif stabil
dan tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih mudah penanganannya.
Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu:
a. Mengurangi-massa/volume limbah, proses oksidasi limbah pada
pembakaran temperature tinggi dihasilkan abu, gas dan energi panas.
b. Mendestruksi komponen berbahaya, incinerator tidak hanya digunakan
untuk membakar sampah kota (sampah rumah tangga), namun juga
digunakan untuk limbah industri (termasuk limbah B3), limbah medis
(limbah infectious). Insinerator juga dipakai untuk limbah non padat seperti
sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Insinerator merupakan sarana
standar untuk menangani limbah medis dari rumah sakit. Sasaran utama
untuk mendestruksi pathogen yang berbahaya seperti kuman penyakit
menular.
c. Pemanfaatan energi panas, insinerasi adalah identik dengan pembakaran,
yaitu dapat menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah yang akan
dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan energi secara kontinu
agar suplai energi tidak terputus.
17
a. Pencemaran Dioxin
Dioksin merupakan jenis gas yang sangat beracun yang dapat memicu
pertumbuhan kanker dalam sel tubuh manusia. Pengaruh dioksin pada manusia
telah banyak menjadi perbincangan dalam dua dekade terakhir, bukan karena
kestabilan dari dioksin tetapi disebabkan karena dioxin itu adalah suatu racun
yang sangat kuat. Dioksin saat ini dipercaya sebagai senyawa yang paling beracun
yang pernah ditemukan manusia, karena dapat menyebabkan kerusakan organ
secara luas misalnya, gangguan fungsi hati, jantung, paru, ginjal serta
mengganggu fungsi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh. Pada percobaan terhadap binatang di laboratorium, dioksin
menunjukkan carcinogenic (penyebab kanker), teratogenic (penyebab kelahiran
cacat) dan mutagenic (penyebab kerusakan genetic).
Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat
mengakibatkan pada pencemaran dioksin. Hal ini disebabkan oleh pembakaran
yang tidak sempurna (400-600 ºC) yang menyebabkan terbentuknya senyawa
dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang
rendah. Bahkan menurut beberapa pakar lingkungan menerangkan bahwa
pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400–600 ºC
merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.
18
Tempat penampungan akhir (TPA)/Tempat pembuangan sementara (TPS)
diindikasikan telah mengeluarkan gas beracun berbahaya jenis metan. Bila tidak
segera diantisipasi, besar kemungkinan gas berbahaya itu bisa merenggut nyawa
orang yang berada di radius terdekat dari TPA/TPS. Masyarakat yang menghirup
gas metan setiap harinya dapat dimungkinkan mengalami kerusakan organ dan sel
tubuh atau bahkan dapat meninggal dunia jika terus menerus menghirup gas
metan. Selain itu, gas metan sewaktu-waktu dapat meledak jika kandungannya
sudah berlebihan.
d. Aspek Ekonomis
Permasalahan sampah saat ini memang menjadi kendala bagi pemerintah
dalam pengelolaannya. Tidak hanya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
sangat besar juga tingkat efesiensi pengelolaan sampah masih dipertanyakan jika
permasalahan sampah masih menggunakan metode konvensional dengan cara
menumpuk sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tidak hanya
memperberat anggaran pemerintah karena harga insinerator yang sangat mahal
untuk pengolahan sampah juga berdampak bagi masyarakat sekitar TPS/TPA.
Sampah jika dapat dikelola dengan baik dapat menghasilkan keuntungan
yang signifikan bagi pemerintah, pengelola swasta atau masyarakat. Hal ini
dibuktikan jika terjadi pemilahan sampah antara sampah yang dapat didaur ulang
dengan yang tidak. Sampah yang dapat didaur ulang dapat dijual kembali dan
menghasilkan keuntungan yang besar jika dapat dikelola secara baik dan benar.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21