Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan persampahan umumnya tidak dilakukan secara konsisten dan


konsekuen sesuai dengan konsep awal, sehingga dalam perjalanan nya sering
melanggar dan berbenturan dengan berbagai pelanggan antara lain aspek sosial
budaya, hukum , lingkungan, hak asasi, dan lain sebagainya. Pengaturan dan
pengelolaan sampah saat ini pada dasarnya hanya terpaku kepada teknis saja,
padahal yang terpenting adalah bagaimana caranya pihak pengelola dapat
mengedepankan kepentingan masyarakat melalui sosialisasi yang transparan
dalam penanganan sampah.

Saat ini cara paling banyak yang digunakan pemerintah Kabupaten / Kota
dalam pengelolaan sampah adalah dengan penimbunan sampah yang dipusatkan
ditempat tertentu dengan cara pengurugan dan penimbunan (landfill) yang
dianggap murah dan mudah, atau bahkan terkadang kenyataan nya sering
dilakukan dengan cara penumpukan bebas (open dumping) karena tanah timbunan
dan lahan yang tidak lagi mencukupi. Dengan tidak terencana pembuangan
sampah yang baik dan penimbunan nya dilakukan sembarangan, kurang
professional tidak sesuai konsep sanitary landfill yang seharusnya sebagaimana
persyaratan mutlak sebuah TPA, maka tidak jarang dijumpai sampah di TPA
menjadi menggunung.
Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, serta keterbatasan lahan yang
tersedia, menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat teratasi
dengan baik, ketidak pedulian masyarakat akan masalah sampah membuat sampah
terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya sentuhan penanganan yang
benar.
Tidak jarang pengelolaannya hanya mengandalkan seorang atau beberapa
orang operator saja yang mengaturnya, atau hanya mengandalkan sopir-sopir
pengangkut sampah, akibatnya sebuah lokasi yang dijadikan landfill hanya
dilakukan dengan cara open dumping saja, ini diakibatkan kurang / lemahnya

1
kontrol pengelola di TPA dan tidak jarang TPA dijadikan tempat pembuangan
limbah B-3 yang dikategorikan infectious (menular).
Karena jenis limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori biohazard yaitu
jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak
terdapat buangan virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya,
sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu diatas 800 derajat
celcius. Oleh karena itu penangannannya pun haruslah memakai alat khusus yang
memiliki kriteria kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan sampah yang efektif
b. Lokasi jauh dari area penduduk
c. Adanya sistem pemisahan sampah
d. Desain yang bagus
e. Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat
f. Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.
g. Perawatan yang teratur/periodik
h. Pelatihan Staf dan Manajemen

Umumnya alat ini didatangkan dari luar negeri yang harganya mencapai
milyaran rupiah, serta membutuhkan tenaga operator maupun teknisi yang
terdidik dan terlatih. Namun dalam pengoperasiannya cukup memakan biaya
besar karena dalam proses pemusnahan limbah membutuhkan bahan bakar dan
listrik yang cukup besar secara kontinyu. Selain itu komponen alat tidak mudah
didapatkan dipasaran dalam negeri. Sehingga cukup merepotkan takala terjadi
kerusakan. Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin lebih lanjut mengetahui
mengenai incinerator atau insinerasi.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian incenerator ?
2. Apakah fungsi incenerator ?
3. Apakah kerugian dalam penggunaan incenerator ?
4. Apakah keuntungan penggunaan incenerator ?
5. Apa sajakah jenis-jenis incenerator ?
6. Bagaimanakah cara kerja alat incenerator ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, macam-
macam, keuntungan, dan lain-lain mengenai incenerator.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Incenerator

Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah


teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik.
Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan
sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi
abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus
dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.

Insinerasi dengan energy recovery adalah salah satu teknologi sampah-ke-


energi (waste-to-energy, WtE). Teknologi WtE lainnya adalah gasifikasi, pirolisis,
dan fermentasi anaerobik. Insinerasi juga bisa dilakukan tanpa energy recovery.
Insinerator yang dibangun beberapa puluh tahun lalu tidak memiliki fasilitas
pemisahan material berbahaya dan fasilitas daur ulang. Insinerator ini dapat
menyebabkan bahaya kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan
sekitar karena tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran. Kebanyakan
insinerator jenis ini juga tidak menghasilkan energi listrik.

Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung


komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya
mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi
mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.
Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah
seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan
racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.

4
Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan
merupakan sumber daya yang sangat langka. Denmark dan Swedia telah menjadi
pionir dalam menggunakan panas dari insinerasi untuk menghasilkan energi. DI
tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas
yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang mengandalkan
insinerasi sebagai pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan
Prancis.

2.2 Fungsi Incenerator

2.1.1 Fungsi incinerator bagi Rumah sakit


Incinerator adalah mesin yang didesain sedemikian rupa agar ia mampu
membakar sampah-sampah yang sekiranya di buang ke tempat lingkuangan akan
membahayakan, seperti contohnya organ tubuh manusia yang berasal dari rumah
sakit , terus zat-zat biohazard lainnya. Dengan alat pembakar ini semua bahan-
bahan berbahaya tersebut diabakar dan hasil dari mpembakarannya itu tidak
mengeluarkan kandungan CO2 yang membahayakan bagi lingkungan. Ia sudah
diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan kandungan CO2 yang diizinkan.

2.1.2 Fungsi incinerator bagi kapal laut


Bagi para pelaut sudah banyak sekali peraturan yang melindungi ligkungan
laut, saat ini sangat dilarang untuk membuang sampah dalam berbagai bentuk
dibuang kelaut , terutama di daerah khusus. sedangkan setiap saat para pelaut dari
akomodasi terus-terusan menghasilkan sampah, lalu dimana sampah-sampah
tersebut dibuangnya yaitu dibakar dengan menggunakan incinerator. Jadi fungsi
incinerator ini sangat berharga sekali bagi kebersihan lingkungan laut.
Secara keseluruhan fungsi utama incenerator adalah mengurangi sampah
dan membunuh bakteri sampah ( suci hama). Sasaran utamanya (bagi B3) yaitu
mengurangi sifat-sifat yang berbahaya seperti racun dan radiasi. Sedangkan pada
suhu apabila semakin tinggi, nilai konstanta reduksi semakin besar, akibatnya
kecepatan reduksi bertambah dan konversi menjadi naik.

5
2.3 Keuntungan dan Kerugian Incenerator

Keuntungan incenerator secara keseluruhan yaitu,


a. Minim lahan
b. Efisien, tidak terpengaruh iklim
c. Menghilangkan bahan-bahan organik dan bebas dari gangguan kesehatan
lingkungan
d. Panas (kalor) dapat dijadikan sumber arus listrik
e. uap  dapat mengeringkan lumpur pada penggolongan limbah (sludge).

Sedangkan kerugian atau kekurangannya yaitu,


a. Modal awal sangat besar
b. Biaya operasional tinggi
c. Masih memerlukan langkah-langkah lanjutan pada akhir proses (abu dan
sisa pembakaran) di buang ke lahan lain
d. Belum dapat membakar bahan material.

2.4 Komponen dan Jenis Incenerator


2.4.1 Komponen Incenerator
Komponen yang terdapat pada incenerator yaitu,
1. Burner
2. Drying pan
3. Rotary kiln
4. Stack (cerobong)
5. Fuel tank
6. Dll
Komponen pengendali polusi yaitu,
1. Cyclone
2. Electrostatic presipitator
3. Baghose
4. Spry tower
5. Dry sorbent injector

6
Spesifikasi perancangan perangkat keras dari sistem pengaturan temperatur
plant incinerator ini terdiri dari:
1. Chamber sebagai ruang tempat untuk proses pembakaran
2. Burner alat untuk keluar api
3. Termokopel digunakan sebagai sensor suhu dengan keluaran berupa
sinyaldigital yang sudah dikalibrasikan.
4. Mikrokontroler ATmega8535 yang berfungsi sebagai pusat
pengendalian pada incinerator ini yang dapat diprogram dengan
menggunakan bahasa C.
5. Keypad berfungsi sebagai media masukan untuk mengatur referensi
suhu yang diinginkan, nilai konstanta kontroler (Kp dan Ki) dan
sebagai tombol untuk menjalankan proses pengendalian.
6. LCD (Liquid Crystal Display) dan driver LCD berfungsi sebagai
media tampilan selama proses pengendalian berlangsung.
7. AD595 sebagai kompensator atau cold junction untuk keluaran
termokopel
8. Tabung LPG, tempat bahan bakar gas LPG
9. Regulator untuk mengatur besar kecilnya tekanan gas LPG yang
dikeluarkan
10. Driver serial RS 232 digunakan sebagai interface untuk komunikasi
antara plant dengan PC secara serial
11. Loader programming ATMega8535, berfungsi sebagai alat untuk
mendownload program dari PC ke plant
12. Monitor sebagai alat untuk memonitor output
13. Motor stepper berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan membuka
dan menutup valve
14. Driver motor stepper digunakan untuk mengendalikan motor stepper

7
2.4.2 Jenis-jenis incenerator yaitu:
Secara umum :

1. Open Incinerator
• Bangunan terbuka
• Dapur pembakar merangkap cerobong
• Digunakan secara temporer

2. Semi Closed Incinerator


• Bangunan semi terbuka
• Tungku dan cerobong rendah, semi permanen
• Tahan suhu tinggi

3. Closed Incinerator
• Dilengkapi ruang-ruang pengeringan, ruang pembakaran, cerobong
asap yang cukup tinggi
• Dilengkapi peralatan untuk mengurangi pencemaran
• Type-type nya : Suhu 1400° F dan Suhu 1800° F

Dari segi tungku, tempat berlangsungnya proses :

1. Incinerator lantai bertingkat


• Berlubang di tengah & pinggir
• Lumpur dan udara pembakar dialirkan berlawanan

2. Incenerator Fluidik
• Berisi pasir yang difluidisasi oleh aliran udara dari sebelah bawah.
Suhu relatif seragam (700° - 800° C)
• Penggunaan energi lebih efisien

8
Selain itu terdapat macam-macam incenerator lainnya, seperti:
1. Static Manual Feeding
Incinerator ini didesain khusus untuk kapasitas limbah dibawah
100kg/jam, dimana system pemasukan limbah dilakukan secara manual
dan pengumpanan dilakukan dari pintu depan. Tipe statik hanya cocok
digunakan untuk jenis limbah yang berbentuk padat.

Gambar Static Manual Feeding

2. Static Feeding System

Proses pengumpanan limbah dilakukan melalui Bucket Lift Elevator.


Bucket Lift didorong menggunakan Jack Hydraulic kedalam Air Lock Chute. Air
Lock Chute berguna untuk mencegah masuknya udara luar secara berlebih
kedalam Primary Chamber, sehingga tidak mengganggu pembakaran yang
berlangsung didalam Primary Chamber. Setelah limbah masuk kedalam Air Lock
Chute, Charging Door akan terbuka secara otomatis. Gerakan Charging Door
menggunakan Jack Hydraulic.

9
Gambar Static Feeding System

3. Rotary Kiln Incinerator

Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah
yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya
cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary Chamber,
dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata keseluruh
bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali
pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang
Bakar 2 (Secondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar
dalam Primary Chamber.
a. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya,
sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa
material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana.
Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan
untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu
oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu
sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah
yang terkontrol.

10
Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi
arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue
selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat
diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.

b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan
baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil
pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara
untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara
sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu
sekitar 8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon
lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.

Gambar Rotary Kiln Incenerator

11
4. Incinerator khusus untuk Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas
Untuk incinerator khusus Rumah Sakit, dibuat dengan berbagai macam
type yaitu,
• MDWB 10, Dengan kapasitas pembakaran 10 Kg/Jam
• MDWS 25, Dengan kapasitas pembakaran 25 Kg/Jam
• MDWS 50, Dengan kapasitas pembakaran 50 Kg/Jam
• MDWS 100, Dengan kapasitas pembakaran 100 Kg/Jam dan
menggunakan fasilitas Static Feeding System
• MDWS 200, Dengan kapasitas pembakaran 200 Kg/Jam dan
menggunakan fasilitas Static Feeding System

Gambar Incenerator khusus Rumah Sakit atau klinik

5. Incinerator Terintergrasi dengan Dryer


Tipe ini sangat cocok digunakan limbah yang mempunyai nilai kalor yang
tinggi seperti plastik dengan volume cukup besar. Energi panas yang keluar dari
cerobong incinerator dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan limbah sludge ex
WWT yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi namun tidak ekonomis
apabila dibakar didalam incinerator, karena karakteristik limbah yang memiliki
nilai kalor rendah, sisa abu yang masih cukup tinggi ataupun kedua-duanya.
Keuntungan dari incinerator yang terintergrasi dengan dryer adalah
pengoperasian dryer tidak menggunakan bahan bakar, baik dari solar maupun gas
sehingga sangat ekonomis dari biaya operasional alat, ramah lingkungan serta

12
dapat mengurangi kandungan air yang terdapat dalam sludge sampai dengan ±
80%. Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator selain untuk dryer dapat pula
digunakan untuk memanaskan air untuk keperluan operasional pabrik. Tipe ini
khusus digunakan untuk limbah domestik.
Incinerator ini mudah untuk di mobilisasi serta cepat dalam pemasangan
dan pelepasannya. Dengan demikian incinerator ini dapat dioperasikan di lokasi
yang berbeda-beda.

Gambar Incenerator terintegrasi dengan Dryer

2.5 Prinsip / Mekanisme Kerja

Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air,
hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperature belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama
digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400OC-
600OC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau
dengan suhu antara antara 600OC-1200OC. Suplay oksigen dari udara luar

13
ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah akan
teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses
pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi
transparan.

2.6 Sistem Operasi Incenerator


Langkah operasi incinerator yang dilakukan dibawah ini dimaksudkan agar
insinerator bisa bekerja pada kondisi aman, menghindari kejadian yang
sebenarnya tidak perlu terjadi.
1. Switch pompa di “on” kan lebih dahulu agar sirkulasi air dialat scrubber
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Masukkan limbah padat yang sudah dimampatkan dan dibungkus kantong
( bukan bahan dari Plastik ) kedalam ruang pembakaran, Jarak kantong
terhadap ujung burner paling dekat 30 cm, agar tidak menutup lubang
nozzel dari burner.
3. Tutup daun pintu incinerator sampai bisa rapat, sehingga “limit switch”
bisa bekerja dengan baik, dan burner bisa menyala dengan baik
4. Aturlah timer (waktu kerja) sesuai waktu yang dikehendaki. Secara
automatik, incinerator akan bekerja sesuai dengan waktu yang telah diatur
tersebut. Matikan tombol POWER On-Off terlebih dahulu dan hidupkan
tombol ”on” tersebut guna melakukan pembakaran berikutnya.
5. Setting pengatur suhu ( temperature Controler ) pada posisi 800 derajat
Celcius atau suhu yang dikehendaki di dalam ruang bakar. Burner akan
secara otomatis menyesuaikan suhu yang telah diset
6. Selesai operasi pembakaran switch pada stop kontak (sumber listrik )
dimatikan, supaya tidak ada pengaruh listrik lagi pada incinerator. Juga
umur pakai perangkat otomatis lebih panjang dan tidak cepat rusak
7. Hasil pembakaran atau abu dikumpulkan dengan kantong untuk di bawa
ke TPA (Tempat Pengolahan Akhir ) kemudian dilakukan solidifikasi

14
Peringatan Penting
1. Tangki bahan bakar jangan sampai kosong, supaya kerja burner stabil
2. Bila tangki bahan bakar kosong, bisa jadi ada udara palsu masuk disaluran
burner. Udara palsu harus dikeluarkan melalui pompa burner.
3. Abu dan kotoran lain supaya dibersihkan dengan cermat sehingga benar-
benar bersih. Pembersihan jangan disikat dengan sikat logam atau sikat
kasar. Cukup dibersihkan dengan sapu ijuk yang tidak merusak permukaan
batu tahan api.
4. Kandungan air limbah padat yang akan dilakukan pembakaran maksimal
sebesar 10 %, bila lebih dari 10 % perlu dilakukan pengeringan terlebih
dahulu
5. Isian limbah padat diruang bakar sekitar 60% volume ruang bakar, supaya
tidak menutupi lubang burner dan lidah api tidak berbalik arah dan
beakibat rusaknya burner

2.7 Perawatan Incenerator


Tata cara perawatan incinerator wajib dilaksanakan dengan baik agar bisa
dipertahankan umur pakai yang panjang
1. Ruang pembakaran incinerator harus dijaga dalam keadaan bersih.
Disetiap selesai pembakaran abu dapat dibersihkan dengan sapu ijuk,
jangan dibersihkan dengan benda runcing dan kasar, supaya batu tahan api
lebih awet, tidak rusak susunannya.
2. Batu tahan api yang tampak retak harus segera diperbaiki ditutup dengan
campuran bahan semen api di campur semen putih dengan perbandingan
9:1 (9 bagian semen api dan 1 bagian semen putih).
3. Filter bahan bakar dalam tabung gelas yang telah kotor segera diganti
secara periodik, paling lama 6 bulan pemakaian, dengan cara membuka
tabung gelas
4. Incinerator harus terlindung dengan baik. Bila ada bocoran disambungan
cerobong asap dan plafon / atap bangunan supaya segera diperbaiki agar
tidak merusak incinerator

15
5. Press pintu (penekan pintu), pada bagian ulir penekan pintu mesin
incinerator harus selalu diberi minyak pelumas dan jangan dibiarkan
kering, karena di sekitar penekan pintu sering terkena panas dari dalam
ruang pembakaran. Sehingga penekan pintu dapat berkarat dan tidak dapat
bekerja dengan baik.
6. Engsel pintu (sendi besi) yang menghubungkan daun pintu dengan rangka
mesin, juga harus selalu diberi minyak pelumas agar daun pintu dapat
dibuka dan ditutup dengan lancar. Karena disekitar engsel pintu (sendi
besi) sering terkena panas dari dalam ruang pembakaran.
7. Komponen sensor diletakkan dalam box panel, sebaiknya dikunci untuk
mencegah masuknya debu, karena debu dapat merusak sensor.

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Insinerator


1. Komposisi atau Jenis Limbah
Perlakuan terhadap limbah klinis yang akan diolah dengan komposisi
limbah yang karakteristiknya tidak dibedakan sehingga kondisinya yang
homogen untuk setiap pembakaran.
2. Waktu Insinerasi
Waktu mempengaruhi produk (reduksi abu) yang dihasilkan, semakin
lama proses insinerasi, maka reduksi abu semakin tinggi. Sehingga untuk
mendapat hasil yang optimal, maka diperlukan waktu operasi yang
optimal pula.
3. Suhu
Suhu sangat berpengaruh, berdasarkan persamaan Arhenius semakin
tinggi suhu, semakin besar nilai konstanta kecepatan reduksi sehingga
kecepatan reduksi bertambah dan konversi naik.
4. Berat Limbah
Berat limbah dipengaruhi produk hasil sebagai perbandingan berat %
reduksi abu.

16
2.9 Manfaat dan Dampak Insinerator
Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota dilakukan di
instalasi pembakaran insinerator. Teknologi ini mampu mengurangi sampah
hingga 80 % berat, sehingga yang 20% merupakan sisa pembakaran yang harus
dibuang ke TPA atau dimanfaatkan lebih lanjut. Sisa pembakaran ini relatif stabil
dan tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih mudah penanganannya.
Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu:
a. Mengurangi-massa/volume limbah, proses oksidasi limbah pada
pembakaran temperature tinggi dihasilkan abu, gas dan energi panas.
b. Mendestruksi komponen berbahaya, incinerator tidak hanya digunakan
untuk membakar sampah kota (sampah rumah tangga), namun juga
digunakan untuk limbah industri (termasuk limbah B3), limbah medis
(limbah infectious). Insinerator juga dipakai untuk limbah non padat seperti
sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Insinerator merupakan sarana
standar untuk menangani limbah medis dari rumah sakit. Sasaran utama
untuk mendestruksi pathogen yang berbahaya seperti kuman penyakit
menular.
c. Pemanfaatan energi panas, insinerasi adalah identik dengan pembakaran,
yaitu dapat menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah yang akan
dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan energi secara kontinu
agar suplai energi tidak terputus.

Pembakaran sampah dengan insinerator merupakan cara yang paling mudah


dan cepat untuk memusnahkan sampah. Lancar tidaknya proses pembakaran
tergantung dari sifat fisik dan kimia sampah, karena sampah berasal dari sumber
yang berbeda sehingga kandungan materi yang mudah dibakarpun juga berbeda-
beda. Kondisi tersebut pada akhirnya memerlukan perhitungan dan ketelitian yang
rumit.
Selain banyak manfaat, insinerator juga memiliki beberapa dampak negative
yaitu :

17
a. Pencemaran Dioxin
Dioksin merupakan jenis gas yang sangat beracun yang dapat memicu
pertumbuhan kanker dalam sel tubuh manusia. Pengaruh dioksin pada manusia
telah banyak menjadi perbincangan dalam dua dekade terakhir, bukan karena
kestabilan dari dioksin tetapi disebabkan karena dioxin itu adalah suatu racun
yang sangat kuat. Dioksin saat ini dipercaya sebagai senyawa yang paling beracun
yang pernah ditemukan manusia, karena dapat menyebabkan kerusakan organ
secara luas misalnya, gangguan fungsi hati, jantung, paru, ginjal serta
mengganggu fungsi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh. Pada percobaan terhadap binatang di laboratorium, dioksin
menunjukkan carcinogenic (penyebab kanker), teratogenic (penyebab kelahiran
cacat) dan mutagenic (penyebab kerusakan genetic).
Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat
mengakibatkan pada pencemaran dioksin. Hal ini disebabkan oleh pembakaran
yang tidak sempurna (400-600 ºC) yang menyebabkan terbentuknya senyawa
dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang
rendah. Bahkan menurut beberapa pakar lingkungan menerangkan bahwa
pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400–600 ºC
merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.

b. Pencemaran Gas Metan


Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon
dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua
setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan
jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek
karbondioksida terhadap pemanasan global. Menurut beberapa penelitian, molekul
metan mampu menghasilkan efek pemanasan 23 kali lebih besar dari molekul
CO2.
Timbunan sampah telah menjadi salah satu penyumbang besar pencemaran
gas metan. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 Kg gas metan
setiap harinya. Hal ini disebabkan pembusukan sampah oleh bakteri pengurai
secara alami yang menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas
lainnya yang berbahaya bagi lingkungan.

18
Tempat penampungan akhir (TPA)/Tempat pembuangan sementara (TPS)
diindikasikan telah mengeluarkan gas beracun berbahaya jenis metan. Bila tidak
segera diantisipasi, besar kemungkinan gas berbahaya itu bisa merenggut nyawa
orang yang berada di radius terdekat dari TPA/TPS. Masyarakat yang menghirup
gas metan setiap harinya dapat dimungkinkan mengalami kerusakan organ dan sel
tubuh atau bahkan dapat meninggal dunia jika terus menerus menghirup gas
metan. Selain itu, gas metan sewaktu-waktu dapat meledak jika kandungannya
sudah berlebihan.

c. Pencemar Gas Lainnya


Pencemaran lain yang berbahaya bagi manusia adalah mengenai emisi gas
buang yang dihasilkan oleh pembakaran. Pencemaran emisi sebenarnya telah
diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995
tentang Baku Emisi tidak bergerak untuk jenis kegiatan lain. Peraturan ini
mengatur standar baku mutu gas buang yang dihasilkan oleh mesin pembakaran
agar ramah lingkungan dan tidak mencemari udara sekitar.

d. Aspek Ekonomis
Permasalahan sampah saat ini memang menjadi kendala bagi pemerintah
dalam pengelolaannya. Tidak hanya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
sangat besar juga tingkat efesiensi pengelolaan sampah masih dipertanyakan jika
permasalahan sampah masih menggunakan metode konvensional dengan cara
menumpuk sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tidak hanya
memperberat anggaran pemerintah karena harga insinerator yang sangat mahal
untuk pengolahan sampah juga berdampak bagi masyarakat sekitar TPS/TPA.
Sampah jika dapat dikelola dengan baik dapat menghasilkan keuntungan
yang signifikan bagi pemerintah, pengelola swasta atau masyarakat. Hal ini
dibuktikan jika terjadi pemilahan sampah antara sampah yang dapat didaur ulang
dengan yang tidak. Sampah yang dapat didaur ulang dapat dijual kembali dan
menghasilkan keuntungan yang besar jika dapat dikelola secara baik dan benar.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Incenerator merupakan peralatan pemusnah sampah khusus yang
bekerja pada suhu yang tinggi, sehingga dapat menghancurkan sampah-
sampah berbahaya dan beracun ataupun sampah-sampah infeksi,
sehingga sisanya dapat dibuang dengan aman ke tempat pembuangan
sampah umum.
2. Secara keseluruhan fungsi utama incenerator adalah mengurangi
sampah dan membunuh bakteri sampah ( suci hama).
3. Sasaran utamanya (bagi B3) yaitu mengurangi sifat-sifat yang
berbahaya seperti racun dan radiasi.
4. Pada suhu apabila semakin tinggi, nilai konstanta reduksi semakin
besar, akibatnya kecepatan reduksi bertambah dan konversi menjadi
naik.
5. Selain memiliki keuntungan tersendiri pada incenerator juga terdapat
kelemahannya atau kekurangannya.

3.2 Saran

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan incenerator. Agar


lebih maksimal dalam penggunaannya dibutuhkan informasi atau pengetahuan
terlebih dahulu tentang definisi, bagian-bagian, macam-macam, dan lain-lain.
Selain itu diperlukan perawatan khusus pada incenerator agar tetap dalam keadaan
yang baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cinta Kesehatan Lingkungan :


http://indoincinerator.blogspot.co.id/2008/12/pengelolaan-sampah-dengan-
pembakaran.html (Diakses pada 29 Februari 2016 Pukul 20:39 WIB)

Incenerator Pengelolaan Sampah :http://al-


chemi.blogspot.co.id/2011/10/incinerator.html (Diakses pada 29 Februari 2016
Pukul 20:49 WIB)

Live Is chemistry Incenerator : http://pendiyy.blogspot.co.id/p/incinerator-rotary-


kiln.html (Diakses pada 29 Februari 2016 Pukul 19:39 WIB)

Wikipedia : Id.wikipedia.org/wiki/incinerator (Diakses pada 29 Februari 2016


Pukul 21:15 WIB)

21

Anda mungkin juga menyukai