Anda di halaman 1dari 85

UJI EFEKTIVITAS ULAT HONGKONG (Tenebrio Molitor

Larva) DALAM DEGRADASI SAMPAH PLASTIK ORIENTED


POLYPROPYLENE (OPP)

RUBIANSYAH DIO LAZUARDI


NIM. C1625201005

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
JANUARI 2023
UJI EFEKTIVITAS ULAT HONGKONG (Tenebrio Molitor
Larva) DALAM DEGRADASI SAMPAH PLASTIK ORIENTED
POLYPROPYLENE (OPP)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

RUBIANSYAH DIO LAZUARDI


NIM. C1625201005

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
JANUARI 2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


“Skripsi ini adalah hasil karya orisinal saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar. Selanjutnya
saya bersedia memperoleh sanksi sesuai peraturan yang berlaku apabila
dalam skripsi saya terdapat unsur plagiarisme”.

Tasikmalaya, 27 Januari 2023


Yang membuat pernyataan,

(materai)

Rubiansyah Dio Lazuardi


NIM. C1625201005

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Rubiansyah Dio Lazuardi
NIM : C1625201005
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi : Uji Efektivitas Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor Larva)
Dalam
Degradasi Sampah Plastik Oriented Polypropylene (OPP)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya.

TIM PEMBIMBING DAN PENGUJI


Pembimbing I:

Estin Nofiyanti, S.Pd., M.Sc.


NIDN. 0414118803
Pembimbing II:

Dr. Melly Mellyanawaty, S.T., M.Eng.


NIDN. 007077608
Penguji I

Nurcholis Salman, S.T., M.T.


NIDN. 0211018502

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Tanggal : 27 Januari 2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan naskah skripsi ini. Penulisan
naskah skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Selama proses penyusunan naskah skripsi ini, banyak pengalaman berharga
yang saya dapat saat melakukan pengambilan data, mencari referensi dll. Banyak
hambatan dan tantangan pada saat penyusunan naskah skripsi ini, tetapi semua itu
dapat dilalui dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Waspada Kurniadi, M. Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
2. Bapak Nurcholis Salman, S.T., M.T. selaku Ketua Prodi Teknik
Lingkungan.
3. Ibu Estin Nofiyanti, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing 1 dan Ibu Dr. Melly
Mellyanawaty, S.T., M. Eng., selaku Pembimbing 2 yang telah memberikan
kesediaan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
saya dalam penyusunan naskah skripsi ini.
4. Ibu dan Bapak saya yang selalu memberikan dukungan, serta mendoakan
dan mencurahkan kasih sayangnya tanpa batas hingga saya dapat
menyelesaikan naskah skripsi ini, dan;
5. Keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan moral serta
mendoakan saya
6. Teman hidupku yang selalu membantu dan memberi motivasi agar penulis
bisa terus melangkah
7. Kang Ikhsan sebagai peternak ulat hongkong yang telah menyediakan bahan
penelitian saya
8. Sahabat seperjuangan Keluarga Besar Angkatan 2016 dan 2017 S1 Teknik
Lingkungan yang telah bersama-sama berjuang menyelesaikan naskah
skripsi ini ditengah cobaan wabah virus covid-19.

iv
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kata
sempurna, namun saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi saya
pribadi khususnya dan para pembaca umumnya. Akhir kata, semoga Allah SWT
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan
semoga naskah skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Tasikmalaya, 27 Januari 2023

Penulis

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rubiansyah Dio Lazuardi


NIM : C1625201006
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Teknik
\Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
Exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

UJI EFEKTIVITAS ULAT HONGKONG (Tenebrio Molitor Larva) DALAM


DEGRADASI SAMPAH PLASTIK ORIENTED POLYPROPYLENE (OPP)

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah


Tasikmalaya berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan Skripsi saya
selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tasikmalaya
Pada tanggal : 27 Januari 2023
Yang menyatakan:

Rubiansyah Dio Lazuardi


NIM. C1625201005

vi
ABSTRAK

Nama : Rubiansyah Dio Lazuardi


Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : UJI EFEKTIVITAS ULAT HONGKONG (Tenebrio
Molitor Larva) DALAM UPAYA DEGRADASI
SAMPAH PLASTIK ORIENTED POLYPROPYLENE
(OPP)

Plastik merupakan suatu bahan yang terbuat dari polimer sinestetik dengan
sifat mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan memiliki resistensi kimia yang tinggi.
Pada tahun 2019 jumlah sampah plastik yang dihasilkan mencapai 15,93%,
sedangkan pada tahun 2020 terjadi peningkatan yang sangat signifikan untuk
penggunaan plastik hingga mencapai 17,11% atau 5.481.786,08 ton/tahun. Plastik
OPP merupakan polimer termo-plastik yang banyak digunakan untuk kepentingan
plastik kemasan produk pada industri farmasi, rokok, shampoo, detergen, tekstil,
makanan dan minuman. Penelitian eksperimental ini disusun berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan sampah plastik untuk menguji
ulat dalam menndegradasi sampah plastik yang diberikan pada setiap perlakuan
sebanyak 3 kali pengulangan. Variasi perlakuan yang diberikan yaitu OPP 0,23 g
untuk 120 ekor ulat (V0); OPP 0,17 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat (V1);
OPP 0,11 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat (V2); dan OPP 0,06 g : Dedak
0,23 g untuk 120 ekor ulat (V3) tiap 4 hari selama 28 hari. Analisis data
menggunakan uji faktorial analisis varian keragaman (ANAVA) untuk
mengetahui perlakuan mana yang signifikan dilanjutkan dengan melakukan uji
Duncan menggunakan SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pakan OPP dan dedak berpengaruh terhadap bobot badan larva ulat hongkong.
Pemberian pakan OPP dan dedak terhadap bobot akhir ulat yang maksimal
terdapat pada perlakuan V2 dengan berat awal OPP 0,11 g : dedak 0,23 g untuk
120 ekor ulat. Terdapat kenaikan bobot ulat yang paling signifikan dari hari ke 39
sampai hari ke 67 dan menghasilkan bobot akhir ulat sebesar 1,29 gram.
Sedangkan pada diagram persentase degradasi OPP menunjukan perlakuan V2
memiliki nilai yang rendah sebesar 36,36% dan nilai yang tertinggi diperoleh pada
perlakuan V1 sebesar 50%.

Kata kunci: Plastik OPP; Ulat Hongkong; Dedak.

vii
ABSTRACT

Name : Rubiansyah Dio Lazuardi


Study Program : Environmental Engineering
Title : TESTING THE EFFECTIVENESS OF THE
HONGKONG caterpillar (Tenebrio Molitor Larva) IN
DEGRADATION OF ORIENTED POLYPROPYLENE
(OPP) PLASTIC WASTE

Plastic is a material made from synthetic polymers with the property of


being easily shaped as needed and having high chemical resistance. In 2019 the
amount of plastic waste generated reached 15.93%, while in 2020 there was a
very significant increase in the use of plastic, reaching 17.11% or 5,481,786.08
tons/year. OPP plastic is a thermo-plastic polymer that is widely used for the
benefit of plastic product packaging in the pharmaceutical, cigarette, shampoo,
detergent, textile, food and beverage industries. This experimental study was
arranged based on a Completely Randomized Design (CRD) using plastic waste
to test caterpillars in degrading plastic waste given 3 repetitions for each
treatment. The various treatments given were OPP 0.23 g for 120 caterpillars
(V0); OPP 0.17 g : Bran 0.23 g for 120 caterpillars (V1); OPP 0.11 g : Bran 0.23
g for 120 caterpillars (V2); and OPP 0.06 g : Bran 0.23 g for 120 caterpillars
(V3) every 4 days for 28 days. Data analysis used the factorial test of analysis of
variance (ANOVA) to find out which treatment was significant followed by
Duncan's test using SPSS 25. The results showed that feeding OPP and bran had
an effect on body weight of Hong Kong caterpillar larvae. Optimum feeding of
OPP and bran to the final weight of caterpillars was found in treatment V2 with
an initial weight of OPP 0.11 g : bran 0.23 g for 120 caterpillars. There was the
most significant increase in caterpillar weight from day 39 to day 67 and resulted
in a final caterpillar weight of 1.29 grams. Meanwhile, the OPP degradation
percentage diagram shows that treatment V2 has a low value of 36.36% and the
highest value is obtained in treatment V1 of 50%.

Key words: OPP plastic; Hongkong caterpillar; Bran.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS........................................................................


HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................................................
ABSTRAK...............................................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................
1.5. Keaslian Penelitian....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
2.1 Plastik........................................................................................................................
2.1.1. Plastik OPP....................................................................................21
2.2. Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor L.).......................................................................
2.2.1. Klasifikasi Ulat Hongkong............................................................21
2.2.2. Siklus Hidup Ulat Hongkong.........................................................22
2.3. Reduksi Sampah Plastik dengan Ulat Hongkong......................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................
3.1. Gambaran Umum......................................................................................................
3.2. Alat dan Bahan..........................................................................................................
3.3. Variabel Penelitian....................................................................................................
3.4. Parameter Penelitian..................................................................................................
3.5. Alur Penelitian...........................................................................................................
3.5.1. Survey Awal...................................................................................26
3.5.2. Pengambilan Sampel Ulat..............................................................27
3.5.3. Prosedur Penelitian........................................................................27
3.5.4. Teknis Analisis Data......................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................
4.1. Hasil Penelitian..........................................................................................................
4.2. Pembahasan...............................................................................................................
4.2.1. Pertambahan Bobot Akhir Ulat Hongkong....................................31
ix
4.2.2. Penentuan Bobot Maksimum.........................................................33
4.2.3. Persen Degradasi............................................................................38
4.2.4. Laju Biodegradasi..........................................................................39
BAB V PENUTUP...................................................................................................................
5.1. Kesimpulan................................................................................................................
5.2. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Sejenis...................................................................................

Tabel 2.1 Jenis – jenis plastik 19

Tabel 4.1 Simbol dan Keterangan pada penelitian (RAL) 29


Tabel 4. 2 Ringkasan hasil analisis data jumlah bobot akhir ulat............................................
Tabel 4. 3 Ringkasan hasil analisis data sisa plastik OPP.......................................................
Tabel 4. 4 Hasil akhir pertambahan bobot ulat hongkong dan tingkat konversi
pakan setiap perlakuan (dalam satuan gram/120 ekor/28 hari)................................................
Tabel 4. 5 Bobot akhir ulat hongkong H+43 dan standar deviasi............................................
Tabel 4. 6 Bobot akhir ulat hongkong H+47 dan standar deviasi............................................
Tabel 4. 7 Bobot akhir ulat hongkong H+51 dan standar deviasi............................................
Tabel 4. 8 Bobot akhir ulat hongkong H+55 dan standar deviasi............................................
Tabel 4. 9 Bobot akhir ulat hongkong H+59 dan standar deviasi............................................
Tabel 4. 10 Bobot akhir ulat hongkong H+63 dan standar deviasi..........................................
Tabel 4. 11 Bobot akhir ulat hongkong H+63 dan standar deviasi..........................................

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus hidup ulat hongkong..................................................................................

Gambar 3. 1 Alur Penelitian 26


Gambar 4. 1 Grafik hasil pengukuran bobot akhir ulat hongkong........................31
Gambar 4. 2 Grafik persentase degradasi OPP......................................................38
Gambar 4. 3 Grafik laju biodegradasi OPP...........................................................40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot Akhir Ulat Hongkong...............................................................................


Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS Bobot Ulat..........................................................................
Lampiran 3. Persen degradasi..................................................................................................
Lampiran 4. Sisa Plastik OPP..................................................................................................
Lampiran 5. Hasil Analisis SPSS Sisa Plastik OPP.................................................................
Lampiran 6. Lampiran Tingkat Konversi Laju Degradasi Pakan OPP....................................
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian.......................................................................................

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Plastik merupakan suatu bahan yang terbuat dari polimer sinestetik dengan
sifat mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan memiliki resistensi kimia yang tinggi.
Plastik OPP merupakan polimer termo-plastik yang banyak digunakan untuk
kepentingan plastik kemasan produk pada industri farmasi, rokok, shampoo,
detergen, tekstil, makanan dan minuman (Santoso & Widyamurti, 2020).
Keunggulan dari bahan plastik OPP ini yaitu menjadi pilihan bahan plastik terbaik
yang memiliki daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi, cukup mengkilap dan tidak mudah rusak.
Adapun kekurangan dari plastik ini adalah memiliki koefisien ekspansi termal
tinggi, rentan terhadap degradasi UV, memiliki ketahanan yang buruk terhadap
pelarut, sulit untuk dicat karena memiliki sifat ikatan yang buruk, sangat mudah
terbakar, rentan terhadap oksidasi dan sulit terurai secara alami apabila sudah
menjadi limbah.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) jumlah
timbulan sampah plastik yang dihasilkan terjadi peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2019 jumlah sampah plastik yang dihasilkan mencapai 15,93%,
sedangkan pada tahun 2020 terjadi peningkatan yang sangat signifikan untuk
penggunaan plastik hingga mencapai 17,11% atau 5.481.786,08 ton/tahun.
Terjadinya kenaikan jumlah sampah plastik yang dihasilkan disebabkan oleh
pandemi covid-19 yang harus lebih banyak menggunakan plastik sekali pakai
(Komposisi Sampah, 2021).
Berbagai cara pengelolaan sampah plastik sudah banyak dilaksanakan
seperti dengan cara dibakar. Namun, pengelolaan sampah plastik dengan cara
dibakar menghasilkan dampak lain seperti pencemaran udara. Asap toksik yang
dihasilkan ketika membakar sampah plastik dapat mengakibatkan atmosfer bumi
terkontaminasi, gas beracun, perubahan iklim yang sangat cepat dan menurunkan
jumlah oksigen di udara. Selain berdampak pada lingkungan, asap pembakaran
sampah juga berdampak pada kesehatan karena gas yang dihasilkan berupa
karbon monoksida dan karbon dioksida yang dapat menjalar ke paru-paru

14
sehingga akan menyebabkan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), iritasi
mata, kerusakan saraf, gangguan kesuburan, cacat lahir, kanker (karsinogenik) dan
diare (Faridawati & Sudarti, 2021).
Permasalahan sampah plastik yang masih tinggi ini perlu dilakukan
penanganan pengelolaan secara khusus salah satunya degradasi sampah plastik
dengan ulat hongkong. Penelitian lain telah menguji ulat hongkong ini mampu
mendegradasi beberapa jenis polimer diantaranya Polystryene (PS),
Polypropylene (PP), Low Density Polyethylene (LDPE) dan High Density
Polyethylene (HDPE) (Putra & Ma’aruf, 2022). Cara ini dapat mengurangi
sampah plastik, meningkatkan pengelolaan sampah plastik dan memberikan
keuntungan bagi para peternak ulat hongkong dalam mengurangi biaya pakan.
Limbah plastik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis plastik OPP.
Plastik OPP merupakan salah satu jenis pelastik kemasan, umumnya digunakan
sebagai pembungkus baju konveksi, undangan, rokok. OPP ini terbuat dari resin
polypropylene dan bahan kimia sintetis lainnya, sehingga pelastik ini merupakan
salah satu bahan yang sulit terurai. Kebaruan dari penelitian ini adalah
penggunaan ulat hongkong dalam mendegradasi sampah plastik oriented
polypropylene (OPP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ulat
hongkong sebagai biodegradator dalam mendegradasi sampah plastik OPP
melalui proses pengujian.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai sampah plastik
yang terjadi, maka dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa bobot akhir ulat hongkong yang optimal terhadap jumlah pakan
yang dikonsumsi?
2. Apakah ulat hongkong efektif untuk mendegradasi sampah plastik OPP?
3. Bagaimana proses biodegradasi ulat hongkong terhadap persen
degradasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan bobot ulat hongkong yang paling optimal terhadap jumlah
pakan yang dikonsumsi

15
2. Mengetahui apakah ulat hongkong efektif untuk mendegradasi sampah
plastik OPP
3. Mengevaluasi proses biodegradasi ulat hongkong terhadap persen
degradasi
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai kemampuan ulat
hongkong dalam mendegradasi polimer pada sampah plastik.
2. Memberikan informasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai ulat yang mampu mendegradasi sampah plastik.
3. Diharapkan dapat memberikan inovasi baru dalam pengelolaan sampah
plastik.
1.5. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang sejenis sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Namun, sebagian besar literatur yang diperoleh dari penelitian sebelumnya untuk
mendegradasi Styrofoam. Beragam penelitian yang sejenis disajikan pada Tabel
1.1.

Tabel 1. 1 Ringkasan Penelitian Sejenis


No Referensi Judul Hasil
1 (Bakrie & PERTAMBAHAN Penambahan styrofoam di
Wahyuningrum, BOBOT BADAN dalam pakan sebesar 25%
2020) LARVA ULAT menunjukkan hasil bobot
HONGKONG badan larva ulat hongkong
(TENEBRIO MOLITOR mengalami kenaikan
L.) DENGAN dibandingkan tanpa
PENAMBAHAN adanya penambahan
STYROFOAM DI styrofoam di dalam pakan.
DALAM PAKAN Kombinasi antara pakan
ayam komersil dan
styrofoam yang terbaik
juga optimal dalam
meningkatkan bobot badan
larva hongkong (Tenebrio
Molitor L) pada perlakuan
75% pakan ayam komersil
(5,3 gram/100 ekor)
ditambah dengan
styrofoam sebagai

16
adlibitum.
Hasil menunjukan berat
badan dan panjang tubuh
tidak berbeda secara
signifikan (P>0,05) di antara
media, tetapi kematian dan
PRODUKTIVITAS kepompong sangat berbeda
ULAT HONGKONG (P<0,05). Media pemberian
(Hapsari et al.,
2 (TENEBRIO MOLITOR) pakan dengan 50% tahu
2018) kering berdasarkan produk +
PADA MEDIA PAKAN
YANG BERBEDA 50% dedak padi lebih baik
digunakan karena dapat
meningkatkan konsumsi
pakan, persentase
kepompong dan mengurangi
angka kematian
Hasil pengujian
PENGARUH
menunjukkan laju
KOMPOSISI NUTRISI
biodegradasi XPS pada
TERHADAP LAJU
ulat hongkong yang diberi
BIODEGRADASI
(Sri Armita S et jenis styrofoam XPS
3 STYROFOAM
al., 2019) dicampur dengan dedak
MENGGUNAKAN
laju biodegradasi sebesar
ULAT HONGKONG
27,26 mg/hari dengan
(LARVA Tenebrio
persentase degradasi
Molitor)
sebesar 42,41%.

Kebaruan dari penelitian ini adalah penggunaan ulat hongkong dalam


mendegradasi sampah plastik oriented polypropylene (OPP). Penambahan nutrisi
dedak dalam mempercepat proses biodegradasi dan menggunakan metode standar
untuk menghitung berat OPP yang terdegradasi dan bobot badan ulat.

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik
Plastik adalah suatu polimer sintetik berantai yang tersusun dari karbon,
hidrogen dan oksigen berasal dari bahan petrokimia. Plastik merupakan senyawa
xenobiotik, resisten untuk didegradasi. Efek dari polimer ini berdampak pada
lingkungan yang menyebabkan lapisan ozon menipis, bersifat toksik bagi
pertanian dan ekosistem akuatik (Sharma & Sharma, 2004). Polimer adalah bahan
yang terdiri dari kumpulan molekul yang lebih kecil yaitu monomer. Polimer
dapat dibagi 2 macam diantaranya polimer alami (sutra, damar, wol dll.) dan
polimer sintetik (nilon, tekstil, poliester, botol plastik dll.) (Harsojuwono &
Arnata, 2015).
Plastik sintetis pertama kali dibuat pada tahun 1869 oleh seorang peneliti
yang berasal dari Amerika bernama Wesley Hyatt, peneliti itu menemukan bahwa
selulosa nitrat dapat dijadikan plastik dengan menambahkan kamper. Plastik
sintetis pertama yang diakui secara komersial disebut seluloid. Plastik ini
digunakan sebagai bahan pembuat gigi palsu, bingkai kacamata, dll. Plastik dibuat
dari bahan bahan alami seperti tanduk hewan, sekresi serangga kecil (shellac) dan
getah perca. Namun, perkembangan plastik dan kebutuhan yang semakin
meningkat dari yang berbahan alami di modifikasi ke berbahan molekul buatan
manusia (Ii & Pustaka, 1976). Politena atau polietilena, pertama kali ditemukan pa
da tahun 1933. Sebagaimana plastik yang lain, plastik jenis ini pernah sukses dipr
oduksi untuk dijual pada akhir tahun 1930-an, yaitu ketika sifat-sifat isolasi yang
dimiliki plastik ini terpaksa langsung digunakan untuk perlengkapan radar saat per
ang. Polietilena tidak diproduksi sampai diperkenalkannya katalisator pada tahun
1950-an (Setia M H, 2016). Bahan kemasan plastik dibuat melalui proses polimeri
sasi.
Selain bahan dasar monomer, plastik juga mengandung bahan aditif yang di
perlukan untuk memperbaiki sifat fisika kimia plastik tersebut dan disebut kompo
nen nonplastik. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan karena sifatnya y
ang kuat, tetapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastik juga dapat dib
eri warna. Kemasan plastik juga terdapat kelemahan, yaitu adanya zat-zat 6 mono

18
mer dan molekul kecil lain dari plastik yang melakukan migrasi ke dalam bahan m
akanan yang dikemas. Di lapangan sering dijumpai pembungkus yang umum dise
but “tas kresek”. Pembungkus ini sering dibuat dari bahan dasar yang berasal dari
daur ulang berbagai jenis plastik. Selama ini telah diketahui bahwa monomer me
mpunyai efek karsinogenik (Sulchan & W, 2007). Plastik berdasarkan sifat fisikny
a digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
a. Plastik Termoset
Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible. Pada suhu
tinggi jenis plastik termoset berubah menjadi arang. Hal ini disebabkan struktur ki
mianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian termoset dalam indust
ri pangan terutama untuk membuat tutup botol. Plastik tidak akan kontrak langsun
g dengan produk karena tutup selalu diberi lapisan perapat yang sekaligus berfung
si sebagai pelindung. Contoh: PU (Polyurethene), PTFE (Politetra Fluoroetilen) p
ada teflon, melanin, PVdC (Poliviniliden Klorida).
b. Jenis termoplastik
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan b
ahan makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak jika dipa
naskan dan mengeras lagi setelah dingin. Hal ini dapat terjadi berulang- 7 ulang ta
npa terjadi perubahan khusus. Termoplastik termasuk turunan etilena (CH 2 = CH2).
Dinamakan plastik vynil karena mengandung gugus vynil (CH2 = CH2) atau polio
lefin. Contoh: Polyethylene Terephthalate (PET), Polystryene (PS), Polystryene
(PC), Polyethylene (PE), Polypropylene (PP).
Menurut The Society of the Plastic Industry pada tahun 1988 plastik dikelo
mpokkan menjadi 7 jenis macam plastik. Pembagian jenis plastik dapat di lihat pa
da Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Jenis - jenis plastik

Tipe dan Simbol Karakteristik Kegunaan

19
Kuat, transparan, kedap terhadap Botol plastik untuk air
gas dan air, tahan pelarut, mudah mineral, botol kecap,
dibentuk pada suhu , tidak saus sambal, dan
untuk air hangat apalagi panas beberapa jenis botol
lainnya.
Polyethylene
Terephthalate
Kuat, semi fleksibel hingga Botol berwarna putih
keras, titik leleh rendah, tahan susu, galon air minum.
terhadap kondisi yang lembab Dapat didaur ulang
dan bahan kimia, bagian sebagai ember, kemasan
permukaan berlilin, berwarna shampoo atau
buram, mudah diwarnai, kondisioner, dll.
High Density
diproses, maupun dibentuk.
Polyethylene
Keras, jernih, mengkilap, sukar Plastik gulungan (cling
ditembus air, permeabilitas wrap), kemasan
rendah, mengandung DEHA, makanan, kemasan
berbahan PVC, tidak cocok kabel, dan peralatan
untuk wadah minyak atau lemak, elektronik. Hasil daur
Polyethylene
alkohol, atau produk dalam ulang digunakan untuk
Chloride
keadaan panas pipa, pot bunga, dan
mainan anak kecil.
Fleksibel, kuat, mudah diproses, Kantong makanan
kedap terhadap air, permukaan maupun botol yang
agak berlemak/berlilin, warna bertekstur lembek
tidak jernih namun dapat seperti botol madu,
Low Density ditembus cahaya, tidak mudah botol mustard, trash
Polyethylene bereaksi secara kimiawi dengan bag, dll.
produk makanan.
Kuat, keras, fleksibel, ringan, Kemasan makanan atau
daya tembus uap yang rendah, minuman seperti tempat
transparan namun tidak jernih, penyimpanan makanan,
tahan terhadap bahan kimia dan botol minum, toples,
minyak serta lemak, titik leleh tempat obat, sedotan,
Polypropylene tinggi, permukaan berlilin, dapat botol minum bayi, dll
ditembus cahaya, tahan terhadap
panas.
Terbagi menjadi 2 macam yaitu Wadah styrofoam,
bertekstur kaku dan lunak atau wadah minum sekali
berbentuk busa berwarna putih, pakai, tempat VCD, dll.
mudah dipengaruhi lemak atau
pelarut lain seperti alkohol.
Polystyrene

20
Plastik PC berwarna jernih, Botol minum untuk
tahan terhadap cuaca, olahraga, alat rumah
permeabilitas rendah. Nylon tangga, dan peralatan
memiliki titik leleh pada suhu bayi, alat elektronik dll.
Other seperti PC . Plastik ABS
(Polycarbonate), stabil terhadap panas dan tahan
ABS pada bahan kimia dan benda
(Acrylonitrile keras atau pukulan, kaku dan
Butadiene mudah diproses.
Styrene), dan
Nylon.
Sumber: (Wati, 2020)

2.1.1. Plastik OPP


Plastik Oriented Polypropylene (OPP) terbuat dari resin polypropylene dan
bahan kimia sintetis lainnya sehingga menjadi salah satu bahan yang tidak mudah
diurai secara alami. Jenis plastik ini paling banyak digunakan untuk bahan plastik
kemasan pada industri farmasi, rokok, detergen, shampoo, kosmetik, makanan dan
minuman (Santoso & Widyamurti, 2020). Plastik OPP di industri pada umumnya
digunakan untuk pembungkus baju konveksi, undangan, CD dan roti, plastik ini
memiliki lem sehingga tidak memerlukan karet atau perekat lainnya sebagai
pengikat plastik (Rachmadi & Bendatu, 2015) Plastik OPP ini bersifat lentur,
bening, kualitas kilap tinggi, tahan tarikan, memanjang, sirkulasi uap air terbatas
sehingga baik untuk menjaga kualitas produk selama penyimpanan, tahan
terhadap suhu tinggi, tahan terhadap asam, basa dan minyak. Ketebalan plastik
jenis ini bervariasi, diantaranya: 0,3 banci (ketebalan kurang lebih 0,16 micron),
0,4 banci (ketebalan 0,18 – 0,19 micron), 0,27 (ketebalan 0,27 micron), 0,32
(ketebalan 0,32 micron), 0,7 banci (ketebalan 0,4 micron).

2.2. Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor L.)


2.2.1. Klasifikasi Ulat Hongkong
Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor L.) memiliki warna merah kehitaman,
hitam atau coklat gelap dengan panjang 13-17 mm. Ulat hongkong memiliki
rangka luar yang berlapis kitin keras dan disatukan oleh dinding lentur. Ulat jenis
ini memiliki tiga pasang kaki dan tubuh dibedakan menjadi caput, dan abdomen
(Astuti et al., 2017).

21
Berawal dari fase telur kepik yang berbentuk oval dengan panjang 1 mm
sehingga sangat sulit untuk dilihat, namun telur kepik ini menempel pada media
pakan ulat yaitu polar dan dapat dilihat ketika sudah menjadi ulat. Ulat merupakan
bentuk siklus hidup kedua yang memiliki 13-15 segmen berwarna coklat
kekuning-kuningan pada bagian tubuhnya. Ulat dewasa akan memasuki fase pupa
sampai akhirnya menjadi kepik dengan waktu yang berbeda-beda tergantung pada
jenisnya. Kepik ini hanya melakukan perkawinan hingga beberapa kali sampai
siklus hidupnya berulang.
2.2.2. Siklus Hidup Ulat Hongkong
Siklus hidup ulat hongkong terdiri dari empat fase yaitu telur, ulat, pupa dan
serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis sempurna seperti pada
Gambar 2. Menurut Salem (2002) stadium pupa berada diantara stadium ulat dan
dewasa, pada stadium pupa terjadi berbagai perubahan pada organ ulat dan diganti
dengan organ imago (dewasa) meskipun beberapa organ ulat masih ada yang
terbawa menjadi organ imago. Perubahan dari telur menuju ulat membutuhkan
waktu 1-4 hari, dari ulat menuju pupa membutuhkan waktu 50-110 hari, dan dari
pupa munuju kumbang membutuhkan waktu 6-8 hari. Proses siklus hidup ulat
hongkong mulai dari telur hingga menjadi kepik kurang lebih 3-4 bulan. Pada usia
1-50 hari atau lebih tepatnya saat menjadi larva mulai dilakukan pemberian pakan,
karena setelah memasuki usia 90-110 fase pupa mulai berhenti makan dan dalam
kondisi diam.

Pupa

Larva Kumbang
Telur

Gambar 2. 1 Siklus hidup ulat hongkong (Astuti et al., 2017)

22
2.2.3. Kandungan Nutrisi Ulat Hongkong
Ulat hongkong merupakan salah satu pakan ternak yang paling banyak
diminati bahkan dijadikan makanan utama untuk hewan peliharaan baik dalam
bentuk hidup ataupun sudah diolah. Kandungan nutrisi ulat hongkong terdiri dari
kadar air 57%, protein kasar 48%, lemak kasar 40%, kadar abu 3% dan
kandungan ekstra non nitrogen 8% (Anonymus, 2013 dalam Hartiningsih & Sari
EF, 2014). Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi pada ulat hongkong bagus
untuk dijadikan bahan makanan ternak dan harga ulat yang sangat ekonomis.
2.3. Reduksi Sampah Plastik dengan Ulat Hongkong
Reduksi sampah plastik dengan ulat hongkong pada penelitian (Hapsari et
al., 2018) menunjukan media pemeliharaan ulat hongkong dengan media ampas
tahu 50% + dedak Padi 50% menghasilkan pertambahan bobot badan tertinggi
yaitu sebesar 0,0427 g/ekor/10 hari di usia 39-49 hari. Karena media ampas tahu +
dedak padi memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan ulat
hongkong.
Reduksi sampah plastik jenis stereofoam dengan ulat hongkong telah
banyak dilakukan. Styrofoam menjadi pakan utama karena memiliki kandungan
nutrisi yang berkualitas dan baik bagi ulat hongkong. Limbah styrofoam yang
digunakan yaitu jenis Extruded Polystyrene (XPS) dengan variasi komposisi
nutrisi (limbah tahu, dedak dan ragi) diberikan pakan dan XPS sebanyak 1,8gram
tiap 4 hari sekali selama 28 hari dengan 120 ekor ulat hongkong dalam 1 wadah.
Dengan penambahan nutrisi dedak dapat meningkatkan laju biodegradasi sebesar
27,26 mg/hari dengan persentase tertinggi sebesar 42,41% dibandingkan
perlakuan lainnya selama 28 hari. (Sri Armita S et al., 2019).
Penambahan styrofoam didalam pakan, pada perlakuan 75% pakan ayam
(5.3 gram/100 ekor) yang ditambahkan styrofoam menunjukkan hasil yang terbaik
dalam meningkatkan bobot badan larva ulat hongkong (Tenebrio Molitor L.)
dibandingkan dengan perlakuan 100% pakan ayam (Bakrie & Wahyuningrum,
2020).

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

c.1. Gambaran Umum


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan melakukan
pengukuran sampah yang terdegradasi dengan menggunakan analisis deskriptif.
Penelitian eksperimental ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) menggunakan sampah plastik yang ditentukan untuk menguji ulat dengan
beberapa variasi setiap sampah plastik yang diberikan pada setiap perlakuan
sebanyak 3 kali pengulangan. Metode yang digunakan dalam menghitung sampah
yang terdegradasi yaitu metode kuantitaitf.
c.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah wadah/nampan berupa
tempat penyimpanan yang terbuat dari plastik sebanyak 12 buah dengan ukuran
7,7cm x 7,7cm x 3,5cm, timbangan analitik, kain benang goni untuk penutup
wadah berfungsi untuk sirkulasi udara.
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: plastik
OPP 1,71 g, dedak padi 2,07 g dan ulat hongkong sebanyak 1.440 ekor. Sebelum
dilakukan uji coba, plastik OPP dibersihkan dan dipotong terlebih dahulu untuk
mempermudah proses degradasi.
Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku pada Tabel 3.1:

Tabel 4.1 Simbol dan Keterangan pada penelitian (RAL)


Keterangan Perlakuan
No.
Simbol OPP (gram) Dedak (gram) Ulat (ekor)
1 V0 0,23 0,00 120
2 V1 0,17 0,23 120
3 V2 0,11 0,23 120
4 V3 0,06 0,23 120

Perlakuan menggunakan OPP dan dedak. Ulangan yang dilakukan untuk


setiap perlakuan sebanyak 3 kali pengulangan.
c.3. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (Bebas): Variasi pakan OPP.

24
b. Variabel Dependen (Terikat): Bobot ulat hongkong dan laju
biodegradasi.
c.4. Parameter Penelitian
a. Penambahan jumlah larva yang optimal dan jumlah pakan yang
dikonsumsi.
b. Menentukan bobot larva yang paling optimal.
c.5. Alur Penelitian
Alur penelitian ini berfungsi sebagai acuan penelitian dari awal hingga akhir
penelitian dan untuk mempermudah penelitian agar sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Alur cara penelitian disajikan pada Gambar 3.1.

25
MULAI

SURVEY AWAL
(Melihat kondisi ulat hongkong)

PENGAMBILAN SAMPEL ULAT

PROSES PENGUJIAN

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Menentukan efektivitas ulat hongkong


dalam mendegradasi plastik dan mengukur
berat plastik yang terdegradasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 3. 1 Alur Penelitian


c.5.1. Survey Awal
Dilakukan survey awal supaya memiliki gambaran secara utuh dan langsung
dari ulat hongkong sebelum melakukan penelitian.

26
c.5.2. Pengambilan Sampel Ulat
Pengambilan sampel ulat dilakukan di lapangan dengan mengumpulkan
1.440 ekor ulat hongkong di peternak ketika sudah usia 39 hari.
c.5.3. Prosedur Penelitian
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
a. Tahap persiapan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti wadah/nampan, tutup
jaring, plastik OPP, ulat dan dedak.
b. Tahap aklimatisasi
Proses penyesuaian dan adaptasi ulat terhadap lingkungan baru sebelum
memasuki tahap pengujian. Proses ini berlangsung selama 9 hari sampai
menunggu tahap pengujian.
c. Tahap biodegradasi plastik
Saat ulat berumur 39-67 hari, dilakukan 4 kali perlakuan dengan 3 kali
pengulangan masing-masing berisi 120 ekor/wadah. Biodegradasi plastik
dilakukan selama 28 hari menggunakan metode standar. Selisih bobot badan pasca
perlakuan kemudian ditimbang setiap 4 hari sekali.
c.5.4. Teknis Analisis Data
Hipotesis:
H0 = Tidak ada pengaruh terhadap penambahan bobot akhir ulat hongkong.
H1 = Terdapat pengaruh terhadap penambahan bobot akhir ulat hongkong.

Keputusan yang diambil berdasarkan perbandingan nilai probabilitas (sig.):


 Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka H0 diterima.
 Jika probabilitas (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.

Analisis data menggunakan uji faktorial dengan taraf kepercayaan 5%


apabila hasil analisis varian keragaman (ANAVA) menunjukan hasil yang
signifikan maka untuk mengetahui perlakuan mana yang signifikan dilanjutkan
dengan melakukan uji Duncan menggunakan SPSS 25.
Pengukuran berat merupakan salah satu cara untuk mengukur terjadinya
proses biodegradasi. Persentase pengukuran berat dapat diketahui melalui
Persamaan 3.1 (Pratomo dan Eli, 2011 dalam Sri Armita S et al., 2019).

27
Degradasi ( % )= ( W1 )
W 1−W fn
×100

Keterangan:
Wi = massa awal (mg)
Wfn = massa akhir hari ke 4, 8, 12, 16, 20, 24 dan 28 (mg).

Untuk menghitung penentuan laju degradasi menggunakan persamaan

V= ( W ∆−Wt )
1 f

Keterangan:
V = Laju biodegradasi (mg/hari).
∆t = Waktu yang dibutuhkan untuk biodegradasi.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Ulat Hongkong
terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dalam mendegradasi sampah plastik
OPP, dilakukan dengan cara pengambilan bobot akhir ulat menggunakan pakan
dedak setiap 4 hari sekali selama 28 hari. Jenis ulat hongkong yang digunakan
pada penelitian ini berusia 39-67 hari, karena pada usia ini ulat mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan dan dapat mencerna pakan dedak dengan
baik. Pemberian pakan OPP pada penelitian dilakukan dengan 4 perlakuan (V0,
V1, V2 dan V3) dan 3 pengulangan dengan variasi sebagai berikut pada Tabel
4.1:

Tabel 4.2 Simbol dan Keterangan pada penelitian (RAL)


Keterangan Perlakuan
No.
Simbol OPP (gram) Dedak (gram) Ulat (ekor)
1 V0 0,23 0,00 120
2 V1 0,17 0,23 120
3 V2 0,11 0,23 120
4 V3 0,06 0,23 120

Dari hari ke 1 (usia ulat 39 hari) sampai hari ke 28 (usia ulat 67 hari),
pemberian pakan sampah plastik OPP secara intensif dicatat dan ditimbang.
Jumlah rata-rata bobot akhir ulat hongkong dalam mendegradasi sampah plastik
OPP untuk 4 perlakuan (V0, V1, V2 dan V3) dari hari ke 1-28 (H+39 sampai
H+67) ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4. 3 Ringkasan hasil analisis data jumlah bobot akhir ulat

Rata-Rata Jumlah Bobot Akhir Ulat (gram)


Perlakuan Usia Ulat
H+39 H+43 H+47 H+51 H+55 H+59 H+63 H+67
V0 0,92 0,89 0,96 1,02 1,06 1,07 1,10 1,10
V1 1,20 1,21 1,22 1,26 1,33 1,34 1,37 1,38
V2 0,99 1,08 1,15 1,14 1,21 1,21 1,24 1,29
V3 1,12 1,14 1,14 1,13 1,17 1,19 1,21 1,24

29
Perbedaan pertumbuhan ulat hongkong dalam proses degradasi sampah
plastik OPP disebabkan oleh kualitas media pakan. Kemampuan ulat hongkong
(Tenebrio molitor L.) untuk mengkonsumsi sampah plastik OPP meningkat
seiring dengan tahap pertumbuhannya, sehingga larva akhir mengkonsumsi lebih
banyak sampah plastik OPP daripada larva awal. Hal ini disebabkan karena fase
pertumbuhan akhir bertransisi menjadi fase kepompong yang membutuhkan lebih
banyak makanan daripada fase pertumbuhan awal.

Jumlah persen degradasi yang diperoleh selama 4 hari terakhir menunjukkan


peningkatan rata-rata konsumsi sampah plastik OPP. Rata-rata sampah plastik
OPP yang terdegradasi pada H+63 adalah 1,47 gram/120 ekor, pada perlakuan
V0, V2, V3 hasilnya stabil/ tidak ada perubahan dan perlakuan V1 sebesar 5,88
gram/120 ekor. Sedangkan pada hari terakhir (H+67) rata-rata persen degradasi
sampah plastik OPP sebanyak 6,30 gram/120 ekor dengan jumlah persen
degradasi pada perlakuan V0 sebesar 4,35 gram/120 ekor, V1 sebesar 11,76
gram/120 ekor, V2 sebesar 9,09 gram/120 ekor dan V3 stabil atau tidak berubah.
Jumlah rata-rata sisa plastik yang terdegradasi untuk masing-masing perlakuan
dari hari ke 39-67 disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 4 Ringkasan hasil analisis data sisa plastik OPP

Rata-Rata Jumlah Sisa Plastik OPP (gram)


Perlakuan Usia Ulat
H+39 H+43 H+47 H+51 H+55 H+59 H+63 H+67
V0 0,23 0,21 0,20 0,20 0,19 0,19 0,19 0,18
V1 0,17 0,15 0,13 0,12 0,12 0,12 0,11 0,09
V2 0,11 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08 0,07
V3 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03

Pengaruh pemberian dedak terhadap bobot akhir ulat yang maksimal


terdapat pada perlakuan V2 dengan berat awal OPP 0,11 g : dedak 0,23 g untuk
120 ekor ulat karena terdapat kenaikan bobot ulat yang paling signifikan dari
H+39 sampai H+67. Hasil akhir penambahan bobot ulat hongkong, jumlah
konsumsi dan tingkat konversi pakan dari tiap perlakuan dengan menggunakan
sampah plastik OPP yang ditambahkan dedak disajikan pada Tabel 4.4.

30
Perlakuan
Variabel
V0 V1 V2 V3
Bobot Badan Awal 0,92 1,2 0,99 1,12
Bobot Badan Akhir 1,1 1,38 1,29 1,24
Pertambahan Bobot Badan 0,18 0,18 0,3 0,12
Jumlah Konsumsi OPP 0,22 0,31 0,19 0,13
Tingkat Konversi OPP 0,01 0,01 0,01 0,01
Tabel 4. 5 Hasil akhir pertambahan bobot ulat hongkong dan tingkat konversi
pakan setiap perlakuan (dalam satuan gram/120 ekor/28 hari)

4.2. Pembahasan
d.2.1. Pertambahan Bobot Akhir Ulat Hongkong

Hasil perhitungan penambahan bobot ulat hongkong dapat dilihat pada


Gambar 4.1. Total pertambahan bobot badan ulat Hongkong diperoleh dari
pengurangan antara bobot badan ulat Hongkong akhir dengan bobot awal.

B o b o t A k h ir U la t H o n g k o n g
V0 V1 V2 V3
1.60
1.40
1.20
Bobot Ulat (Gram)

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
H+3 9 H+4 3 H+4 7 H +5 1 H +5 5 H +5 9 H +6 3 H +6 7

Usia Ulat (Hari)

Gambar 4. 1 Grafik hasil pengukuran bobot akhir ulat hongkong

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa selama 4 hari pertama (H+39 sampai


H+43), penambahan berat badan ulat hongkong sebanyak 120 ekor setiap 4 hari
berkisar antara 0,01 sampai 0,09 gram/hari. Pada 4 hari kedua (H+43 sampai
H+47), berat ulat hongkong bertambah 0,01 sampai 0,07 gram/hari. Kemudian, 4
hari ketiga (H+47 sampai H+51) berat ulat hongkong terus bertambah sekitar 0,04
sampai 0,06 gram/hari. Pada 4 hari berikutnya (H+51 sampai H+55), bobot ulat

31
bertambah 0,04 sampai 0,07 gram/hari. Berat badan ulat hongkong berkisar antara
0,01 sampai 0,02 gram/hari selama empat hari berikutnya (H+55 sampai H+59).
Pada 4 hari keenam (H+59 sampai H+63), bobot ulat hongkong meningkat sekitar
0,02 sampai 0,03 gram per hari. Pada 4 hari terakhir (H+63 sampai H+67), berat
ulat meningkat sekitar 0,01–0,05 gram per hari. Rata-rata kenaikan bobot ulat
hongkong setiap 4 hari sekitar 0,02 sampai 0,06 gram/120 ekor/hari. Pemberian
sampah plastik OPP pada perlakuan V0, V1, V2, dan V3 memengaruhi
penambahan bobot akhir dan meningkatkan konsumsi pakan karena setiap ulat
mengalami proses molting.
Berdasarkan hasil analisis data pengaruh penambahan pakan sampah plastik
OPP terhadap bobot akhir ulat yang disajikan pada Tabel 4.2, penambahan pakan
yang paling maksimal terjadi pada perlakuan V2 hari ke 1 (H+43) mengalami
peningkatan sebesar 8,33% dengan jumlah rata-rata bobot akhir ulat 1,21 gram.
Pada perlakuan V0 hari yang sama jumlah rata-rata bobot akhir ulat lebih kecil
dari perlakuan V2 menjadi 0,89 gram atau mengalami penurunan sebesar 3,37%.
Hari ke 2 (H+47) jumlah penambahan bobot ulat yang paling maksimal
terjadi pada perlakuan V0 mengalami peningkatan sebesar 7,29% menjadi 0,96
gram dibandingkan dengan perlakuan V3 dengan jumlah bobot akhir ulat sebesar
1,14 gram. Jumlah rata-rata bobot akhir pada hari ke 3 (H+51) terjadi pada
perlakuan V0 mengalami peningkatan sebesar 5,88% dengan jumlah 1,02 gram.
Jumlah rata-rata bobot akhir V0 mengalami kenaikan dari perlakuan V2 dan V3
sebesar 0,04 gram dari 0,96 gram menjadi 1,02 gram.
Pada hari ke 4 (H+55) penambahan pakan sampah plastik OPP yang paling
maksimal terjadi pada perlakuan V2 mengalami peningkatan sebesar 5,79%
dengan jumlah 1,21 gram. Rata-rata jumlah bobot akhir ulat paling kecil berada
pada perlakuan V3 sebesar 1,17 gram atau mengalami peningkaan paling sedikit
sebesar 3,42%. Pada hari ke 5 (H+59) penambahan pakan sampah plastik OPP
yang paling maksimal terjadi pada perlakuan V3 dengan jumlah rata-rata bobot
akhir ulat 1,19 gram mengalami peningkatan sebesar 1,68% lebih besar
dibandingkan hari ke 4. Pada perlakuan V2 hari yang sama jumlah rata-rata bobot
akhir ulat 1,21 gram lebih kecil dari perlakuan V2.

32
Pada hari ke 6 (H+63) penambahan pakan sampah plastik OPP yang paling
maksimal terjadi pada perlakuan V2 dengan jumlah rata-rata bobot akhir ulat 1,24
gram mengalami peningkatan sebesar 2,42%. Pada perlakuan V3 hari yang sama
jumlah rata-rata bobot akhir ulat 1,21 gram mengalami peningkaan paling sedikit
sebesar 1,65% lebih kecil dari perlakuan V2. Pada hari ke 7 (H+67) penambahan
pakan sampah plastik OPP yang paling maksimal terjadi pada perlakuan V2
dengan jumlah rata-rata bobot akhir ulat 1,29 gram mengalami peningkatan
sebesar 3,88% lebih besar dibandingkan hari ke 6. Pada perlakuan V0 hari yang
sama jumlah rata-rata bobot akhir ulat 1,10 gram mengalami peningkaan paling
sedikit sebesar 1,65% lebih kecil dari perlakuan V2.
Berdasarkan hasil dan analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa
rasio perbandingan yang paling efektif yaitu perlakuan V2 (OPP 0,11 g : Dedak
0,23 g untuk 120 ekor) memberikan hasil paling maksimal dari hari ke 1 (H+39)
sampai hari ke 28 (H+67) menghasilkan bobot akhir ulat hongkong sebesar 1,29
gram. Pemberian pakan sampah plastik OPP pada perlakuan V0, V1, V2 dan V3
memberikan pengaruh terhadap bobot akhir ulat hongkong yang meningkat setiap
empat hari sekali.

d.2.2. Penentuan Bobot Maksimum


Dalam menentukan bobot maksimum berdasarkan hasil analisis, pada setiap
perlakuan terdapat perbedaan setelah dilakukan uji Duncan dengan taraf 5%. Hasil
analisis data bobot akhir ulat hari ke 2 (H+43) dan standar deviasinya disajikan
pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 6 Bobot akhir ulat hongkong H+43 dan standar deviasi

Bobot Akhir Ulat H+43


Perlakuan STDev
(Mean)
V0 0,89a 0,12
V1 1,21b 0,19
V2 1,05 ab
0,05
V3 1,14b 0,06
Keterangan : a,b = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

33
Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V1 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dan V2. Hasil
uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V2 dengan V1
dan V3.
Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 3 (H+47) dan standar deviasi
disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 7 Bobot akhir ulat hongkong H+47 dan standar deviasi
Bobot Akhir Ulat H+47
Perlakuan STDev
(Mean)
V0 0,96a 0,02
V1 1,22 b
0,16
V2 1,15b 0,05
V3 1,14 b
0,07
Keterangan : a,b = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V1, V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0. Hasil uji
Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0 dengan V1, V2 dan
V3.

34
Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 4 (H+51) dan standar deviasi
disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 8 Bobot akhir ulat hongkong H+51 dan standar deviasi
Bobot Akhir Ulat H+51
Perlakuan STDev
(Mean)
V0 1,02a 0,08
V1 1,26b 0,14
V2 1,14 ab
0,04
V3 1,13ab 0,06
Keterangan : a = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dengan V1.
Hasil uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V1,
dengan V2 dan V3.
Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 5 (H+55) dan standar deviasi
disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4. 9 Bobot akhir ulat hongkong H+55 dan standar deviasi


Bobot Akhir Ulat H+55
Perlakuan STDev
(Mean)
V0 1,06a 0,12
V1 1,33 b
0,14
V2 1,21 ab
0,04
V3 1,17ab 0,03
Keterangan : a = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam

35
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dengan V1.
Hasil uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V1,
dengan V2 dan V3.
Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 6 (H+59) dan standar deviasi
disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4. 10 Bobot akhir ulat hongkong H+59 dan standar deviasi

Bobot Akhir Ulat H+59


Perlakuan STDev
(Mean)
V0 1,07a 0,11
V1 1,34 b
0,13
V2 1,21ab 0,02
V3 1,19 ab
0,07
Keterangan : a = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dengan V1.
Hasil uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V1,
dengan V2 dan V3.
Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 7 (H+63) dan standar deviasi
disajikan pada Tabel 4.10.

36
Tabel 4. 11 Bobot akhir ulat hongkong H+63 dan standar deviasi
Bobot Akhir Ulat H+63
Perlakuan STDev
(Mean)
V0 1,10a 0,12
V1 1,37 b
0,12
V2 1,24ab 0,02
V3 1,21 ab
0,06
Keterangan : a = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dengan V1.
Hasil uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V1,
dengan V2 dan V3.Hasil analisis data bobot akhir ulat hari ke 8 (H+67) dan
standar deviasi disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4. 12 Bobot akhir ulat hongkong H+63 dan standar deviasi

Bobot Akhir Ulat H+63


Perlakuan STDev
(Mean)
V0 1,10a 0,12
V1 1,38b 0,14
V2 1,29 ab
0,01
V3 1,24ab 0,06
Keterangan : a = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf
uji Duncan memiliki nilai 5%

Hasil uji anova menunjukkan P < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya terdapat pengaruh sampah plastik OPP terhadap bobot akhir ulat
hongkong sehingga ada perbedaan nyata perlakuan V0, V1, V2 dan V3. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Duncan guna untuk menelusuri lebih lanjut perlakuan
mana yang paling signifikan.

37
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa bobot akhir ulat hongkong perlakuan
V2 dan V3 memiliki kesamaan, namun berbeda nyata dengan V0 dengan V1.
Hasil uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan antara perlakuan V0, V1,
dengan V2 dan V3.
d.2.3.Persen Degradasi
Nilai persen degradasi menunjukan banyaknya jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ulat hongkong selama masa penelitian berlangsung. Diagram
nilai persentase pengurangan massa OPP dapat dilihat pada Gambar 4.2. sebagai
berikut.
P ersen D egrad asi OP P
V0 V1 V2 V3
60

50
Nilai Degradasi OPP (%)

40

30

20

10

0
H+3 9 H +4 3 H+4 7 H +5 1 H+5 5 H +5 9 H+6 3 H +6 7

Usia Ulat (Hari)

Gambar 4. 2 Grafik persentase degradasi OPP

Berdasarkan Gambar 4.2. nilai persentase yang dihasilkan dari sampah


plastik OPP sebagai pakan dengan perlakuan V0 OPP 0,23 g untuk 120 ekor ulat,
V1 OPP 0,17 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat, V2 OPP 0,11 g : Dedak 0,23 g
untuk 120 ekor ulat dan V3 OPP 0,06 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat tiap 4
hari selama 28 hari memiliki nilai antara 8,70% - 50%. Nilai persen tertinggi
didapat pada perlakuan V3 OPP 0,06 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat tiap 4
hari selama 28 hari sebesar 50% dan nilai terendah didapat pada perlakuan V0
OPP 0,23 g untuk 120 ekor ulat tiap 4 hari selama 28 hari sebesar 8,70%.
Pengaruh pemberian dedak terhadap persen degradasi OPP terdapat
perbedaan nilai yang cukup signifikan. Persentase degradasi paling tinggi
diperoleh pada perlakuan V3 dimana pemberian OPP yang paling sedikit yaitu
0,06 gram. OPP dengan berat 0,06 gram lebih mudah didegradasi oleh ulat
38
hongkong daripada OPP dengan berat yang lebih besar. Persen degradasi terendah
ditunjukan pada perlakuan V0 dengan persen degradasi sebesar 21,74%. Hal ini
disebabkan tidak adanya penambahan dedak di perlakuan ini. Dedak memiliki
nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan ulat hongkong, ketersediaan nutrisi yang
tepat dapat mengoptimalkan hasil mikroba dalam produksi enzim pendegradasi
sehingga menningkatkan jumlah plastik yang terdegradasi.
Berdasarkan hasil uji statistika untuk semua perlakuan dan selama
pengamatan 28 hari (lampiran 5) yaitu hasil uji anova menunjukkan P < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya masing-masing perlakuan yang
didapatkan menunjukan perbedanyaan nyata dalam mendegradasi sampah plastik
OPP. Hasil uji lanjut Duncan yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari
setiap perlakuan mana menghasilkan hasil yang terbaik. Hasil uji Duncan
menyatakan bahwa dari setiap perlakuan memiliki kehilangan berat yang berbeda
dan hanya pada perlakuan V3 hasil yang terbaik.
d.2.4.Laju Biodegradasi
Perhitungan laju degradasi pada ulat hongkong dari keempat perlakuan (V0,
V1, V2, V3) mendapatkan hasil yang sangat bervariasi mulai dari yang tertinggi
hingga terendah. Hasil perhitungan laju biodegradasi pada berbagai perlakuan
disajikan pada Gambar 4.3. Urutan laju biodegradasi dari yang paling cepat yaitu
V1 > V0 > V2 > V3. Laju biodegrasi V1 sebesar (0,02 mg/hari), V0 (0,0125
mg/hari), V2 (0,01 mg/hari) dan V3 (0,0075 mg/hari).

L aju B iod egrad asi OP P


Nilai Laju Degradasi Opp (mg/hari)

V0 V1 V2 V3
0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
H +3 9 H+4 3 H+4 7 H +5 1 H+5 5 H +5 9 H+6 3 H +6 7

Usia Ulat (Hari)

39
Gambar 4. 3 Grafik laju biodegradasi OPP
Plastik OPP menjadi salah satu jenis plastik yang mudah dicerna oleh ulat
hongkong. Dedak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju degradasi OPP
karena dedak mengandung energi metabolik, antioksidan, vitamin B kompleks
dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme ulat hongkong. Usus ulat
hongkong dapat dianggap sebagai bioreaktor yang efisien yang mengekstrak
metabolit inang, yang penting untuk keberhasilan degradasi sampah plastik yang
cepat, karena pemrosesan fisik dan biokimia, degradasi plastik dan styrofoam oleh
konsorsium mikroba usus (Sri Armita S et al., 2019).

40
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan pakan dedak berpengaruh
terhadap bobot akhir ulat dan laju degradasi OPP. Penambahan pakan dedak yang
efektif memengaruhi kenaikan bobot ditunjukkan pada perlakuan V2 dengan OPP
0,11 g : Dedak 0,23 g untuk 120 ekor ulat. Perlakuan V2 menghasilkan rata-rata
bobot akhir ulat di hari ke 67 sebesar 129 gram. Nilai persen degradasi tertinggi di
peroleh pada perlakuan V3 sebesar 50% dan laju biodegradasi yang paling
optimal terjadi pada perlakuan V1 sebesar 0,02 mg/hari.
5.2. Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya uji lebih lanjut
dengan pemeliharaan suhu ruangan untuk mendukung proses perkembangan ulat
yang lebih optimal dan juga dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, F. K., Iskandar, A., & Fitasari, E. (2017). Peningkatan Produksi Ulat
Hongkong Di Peternak Rakyat Desa Patihan, Blitar Melalui Exhoust Dan
Termometer Digital Otomatis. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia, 1(2), 39–
48.
Bakrie, B., & Wahyuningrum, A. (2020). Pertambahan Bobot Badan Larva Ulat
Hongkong ( Tenebrio Molitor L .) dengan Penambahan Styrofoam Di Dalam
Pakan. 11(2).
Faridawati, D., & Sudarti. (2021). Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak
Pembakaran Terhadap Lingkungan Kabupaten Jember. 1(2), 2020–2021.
Hapsari, D. G. P. L., Fuah, A. M., & Endrawati, Y. C. (2018). Produktivitas Ulat
Hongkong (Tenebrio molitor) pada Media Pakan yang Berbeda
Productivities of Tenebrio larva (Tenebrio molitor) in Different Feeding
Media. In Juni (Vol. 06, Issue 2).
Harsojuwono, B. A., & Arnata, I. W. (2015). Teknologi Polimer Industri
Pertanian. Teknologi Polimer, 108.
Hartiningsih, & Sari EF. (2014). Peningkatan bobot panen ulat hongkong akibat
aplikasi limbah sayur dan buah pada media pakan berbeda. Buana Sains,
14(1), 55–64.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (1976). ini dibuat dari bahan organik dari selulosa.
Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip
karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa.
Putra, I. L. I., & Ma’aruf, N. (2022). Laju Degradasi Beberapa Jenis Plastik
Menggunakan Ulat Hongkong (Tenebrio molitor L.) dan Ulat Jerman
(Zophobas atratus F.) Degradation. Jurnal Teknologi Lingkungan, 23(1), 1–
8.
Rachmadi, E. L., & Bendatu, L. Y. (2015). Studi Kelayakan Pendirian Perusahaan
OPP di Kota Sidoarjo. Jurnal Titra, 3(2), 123–128.
Santoso, R. E., & Widyamurti, N. (2020). Model Pengolahan Limbah Plastik OPP
Laminasi Menjadi Produk Aksesoris Fesyen. In National Conference PKM
Center Sebelas Maret University (pp. 440–444).
Setia M H, R. (2016). BIODEGRADASI PLASTIK (LOW DENSITY

42
POLYETHYLENE) MENGGUNAKAN JAMUR DARI TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA). 1–69.
Sharma, A., & Sharma, A. (2004). Degradation assessment of low density
polythene (LDP) and polythene (PP) by an indigenous isolate of
Pseudomonas stutzeri. Journal of Scientific and Industrial Research, 63(3),
293–296.
Sri Armita S, E. Y., Sri Rezeki M, L., Teknik, U., & Riau, J. (2019). PENGARUH
KOMPOSISI NUTRISI TERHADAP LAJU BIODEGRADASI STYROFOAM
MENGGUNAKAN ULAT HONGKONG (LARVA Tenebrio Molitor). 6, 1–6.
Sulchan, M., & W, E. N. (2007). Keamanan Pangan Kemasan Plastik Styrofoam.
Kedokteran Indonesia, 57(2), 54–59.
Wati, R. I. (2020). Uji kemampuan biodegradasi sampah plastik polyethylene
(PE) oleh bakteri pendegradasi plastik yang diisolasi dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Jabon …. UIN Sunan Ampel Surabaya.

43
DAFTAR LAMPIRAN

44
Lampiran 1. Bobot Akhir Ulat Hongkong
DATA BOBOT (GRAM) AKHIR PADA ULAT HONGKONG SELAMA 28
HARI

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+39


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1,03 0,78 0,95 2,76 0,92
V1 1,04 1,35 1,22 3,61 1,20
V2 1,08 0,87 1,01 2,96 0,99
V3 1,04 1,21 1,11 3,36 1,12
Total 12,69  
Total Rata-rata   4,23

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+43


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,94 0,75 0,97 2,66 0,89
V1 1,02 1,4 1,2 3,62 1,21
V2 1,13 1,05 1,95 4,13 1,38
V3 1,13 1,21 1,09 3,43 1,14
Total 13,84  
Total Rata-rata   4,61

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+47


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,98 0,94 0,97 2,89 0,96
V1 1,09 1,4 1,18 3,67 1,22
V2 1,21 1,11 1,13 3,45 1,15
V3 1,13 1,22 1,08 3,43 1,14
Total 13,44  
Total Rata-rata   4,48

45
Tabel penambahan bobot akhir ulat H+51
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1 0,95 1,1 3,05 1,02
V1 1,13 1,42 1,23 3,78 1,26
V2 1,19 1,11 1,13 3,43 1,14
V3 1,13 1,19 1,07 3,39 1,13
Total 13,65  
Total Rata-rata   4,55

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+55


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1,02 0,96 1,19 3,17 1,06
V1 1,21 1,48 1,29 3,98 1,33
V2 1,26 1,19 1,19 3,64 1,21
V3 1,15 1,2 1,15 3,5 1,17
Total 14,29  
Total Rata-rata   4,76

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+59


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1,02 1 1,2 3,22 1,07
V1 1,23 1,48 1,3 4,01 1,34
V2 1,23 1,2 1,19 3,62 1,21
V3 1,15 1,27 1,15 3,57 1,19
Total 14,42  
Total Rata-rata   4,81

46
Tabel penambahan bobot akhir ulat H+63
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1,03 1,02 1,24 3,29 1,10
V1 1,26 1,5 1,34 4,1 1,37
V2 1,24 1,25 1,22 3,71 1,24
V3 1,16 1,28 1,2 3,64 1,21
Total 14,74  
Total Rata-rata   4,91

Tabel penambahan bobot akhir ulat H+67


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 1,04 1,03 1,24 3,31 1,10
V1 1,26 1,54 1,35 4,15 1,38
V2 1,28 1,3 1,3 3,88 1,29
V3 1,18 1,29 1,25 3,72 1,24
Total 15,06  
Total Rata-rata   5,02

47
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS Bobot Ulat
ANALISIS SPSS BOBOT AKHIR ULAT HONGKONG

Analisis SPSS bobot ulat H+43

Output Created 20-JAN-2023 11:26:38


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .8867 .11930 .06888 .5903 1.1830
V1 3 1.2067 .19009 .10975 .7345 1.6789
V2 3 1.0767 .04619 .02667 .9619 1.1914
V3 3 1.1433 .06110 .03528 .9916 1.2951
Total 12 1.0783 .16090 .04645 .9761 1.1806

48
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .75 .97
V1 1.02 1.40
V2 1.05 1.13
V3 1.09 1.21
Total .75 1.40

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .172 3 .057 4.085 .049
Within Groups .112 8 .014
Total .285 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 .8867
V2 3 1.0767 1.0767
V3 3 1.1433
V1 3 1.2067
Sig. .085 .234
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

49
Analisis SPSS bobot ulat H+47

Output Created 21-JAN-2023 14:46:04


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .9633 .02082 .01202 .9116 1.0150
V1 3 1.2233 .15948 .09207 .8272 1.6195
V2 3 1.1500 .05292 .03055 1.0186 1.2814
V3 3 1.1433 .07095 .04096 .9671 1.3196
Total 12 1.1200 .12699 .03666 1.0393 1.2007

50
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .94 .98
V1 1.03 1.40
V2 1.11 1.21
V3 1.08 1.22
Total .94 1.40

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .110 3 .037 4.352 .043
Within Groups .067 8 .008
Total .177 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 .9633
V3 3 1.1433
V2 3 1.1500
V1 3 1.2233
Sig. .1000 .336
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

51
Analisis SPSS bobot ulat H+51

Output Created 21-JAN-2023 14:59:12


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 1.0167 .07638 .04410 .8269 1.2064
V1 3 1.2667 .13868 .08007 .9222 1.6112
V2 3 1.1433 .04163 .02404 1.0399 1.2468
V3 3 1.1300 .06000 .03464 .9810 1.2790
Total 12 1.1392 .11866 .03426 1.0638 1.2146

52
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .95 1.10
V1 1.03 1.42
V2 1.11 1.19
V3 1.07 1.19
Total .95 1.42

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .094 3 .031 4.127 .048
Within Groups .061 8 .008
Total .155 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 1.0167
V3 3 1.1300 1.1300
V2 3 1.1433 1.1433
V1 3 1.2667
Sig. .126 .103
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

53
Analisis SPSS bobot ulat H+55

Output Created 21-JAN-2023 15:00:40


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 1.0567 .11930 .06888 .7603 1.3530
V1 3 1.3267 .13868 .08007 .9822 1.6712
V2 3 1.2133 .04041 .02333 1.1129 1.3137
V3 3 1.1667 .02887 .01667 1.0950 1.2384
Total 12 1.1908 .12951 .03739 1.1085 1.2731

54
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .96 1.19
V1 1.21 1.48
V2 1.19 1.26
V3 1.15 1.20
Total .96 1.48

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .113 3 .038 4.179 .047
Within Groups .072 8 .009
Total .184 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 1.0567
V3 3 1.1667 1.1667
V2 3 1.2133 1.2133
V1 3 1.3267
Sig. .088 .083
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

55
Analisis SPSS bobot ulat H+59

Output Created 21-JAN-2023 15:04:39


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 1.0733 .11015 .06360 .7997 1.3470
V1 3 1.3367 .12897 .07446 1.0163 1.6570
V2 3 1.2067 .02082 .01202 1.1550 1.2584
V3 3 1.1900 .06928 .04000 1.0179 1.3621
Total 12 1.2017 .12525 .03616 1.1221 1.2812

56
Descriptives

Minimum Maximum

V0 1.00 1.20
V1 1.23 1.48
V2 1.19 1.23
V3 1.15 1.27
Total 1.00 1.48

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .105 3 .035 4.101 .049
Within Groups .068 8 .008
Total .173 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 1.0733
V3 3 1.1900 1.1900
V2 3 1.2067 1.2067
V1 3 1.3367
Sig. .128 .099
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

57
Analisis SPSS bobot ulat H+63

Output Created 21-JAN-2023 15:08:28


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 1.0967 .12423 .07172 .7881 1.4053
V1 3 1.3667 .12220 .07055 1.0631 1.6702
V2 3 1.2367 .01528 .00882 1.1987 1.2746
V3 3 1.2133 .06110 .03528 1.0616 1.3651
Total 12 1.2283 .12755 .03682 1.1473 1.3094

58
Descriptives

Minimum Maximum

V0 1.02 1.24
V1 1.26 1.50
V2 1.22 1.25
V3 1.16 1.28
Total 1.02 1.50

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .110 3 .037 4.283 .044
Within Groups .069 8 .009
Total .179 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 1.0967
V3 3 1.2133 1.2133
V2 3 1.2367 1.2367
V1 3 1.3367
Sig. .114 .088
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

59
Analisis SPSS bobot ulat H+67

Output Created 21-JAN-2023 15:09:59


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav.

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 1.1033 .11846 .06839 .8091 1.3976
V1 3 1.3833 .14295 .08253 1.0282 1.7384
V2 3 1.2933 .01155 .00667 1.2646 1.3220
V3 3 1.2400 .05568 .03215 1.1017 1.3783
Total 12 1.2550 .13447 .03882 1.1696 1.3404

60
Descriptives

Minimum Maximum

V0 1.03 1.24
V1 1.26 1.54
V2 1.28 1.30
V3 1.18 1.29
Total 1.03 1.54

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .123 3 .041 4.368 .042
Within Groups .075 8 .009
Total .199 11

Homogeneous Subsets

Ulat
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
V0 3 1.1033
V3 3 1.2400 1.2400
V2 3 1.2933 1.2933
V1 3 1.3833
Sig. .050 .121
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

61
Lampiran 3. Persen degradasi

Tabel persentase persen degradasi selama 28 hari


Persen Degradasi OPP (%)
Perlakuan
H+39 H+43 H+47 H+51 H+55 H+59 H+63 H+67
V0 0% 8,70% 13,04% 17,39% 17,39% 17,39% 17,39% 21,74%
V1 0% 11,76% 23,53% 29,41% 29,41% 29,41% 35,29% 47,06%
V2 0% 18,18% 18,18% 18,18% 18,18% 27,27% 27,27% 36,36%
V3 0% 33,33% 33,33% 33,33% 33,33% 50,00% 50,00% 50,00%

Keterangan : H+39 adalah pengamatan hari ke 1, H+43 adalah hari pengamatan ke 2, H+47 adalah pengamatan hari ke 3, H+51
adalah pengamatan hari ke 4, H+55 adalah pengamatan hari ke 5, H+59 adalah pengamatan hari ke 6, H+63 adalah
pengamatan hari ke 7, H+67 adalah pengamatan hari ke 8.

62
Lampiran 4. Sisa Plastik OPP
DATA SISA PAKAN OPP (GRAM) YANG DIKONSUMSI ULAT
HONGKONG SELAMA 28 HARI

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+39


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,23 0,23 0,23 0,68 0,23
V1 0,17 0,17 0,17 0,50 0,17
V2 0,11 0,11 0,11 0,34 0,11
V3 0,06 0,06 0,06 0,17 0,06
Total 1,68  
Total Rata-rata   0,56

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+43


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,21 0,21 0,21 0,63 0,21
V1 0,15 0,15 0,15 0,45 0,15
V2 0,09 0,10 0,09 0,28 0,09
V3 0,04 0,04 0,05 0,13 0,04
Total 1,49  
Total Rata-rata   0,50

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+47


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,21 0,19 0,19 0,59 0,20
V1 0,12 0,15 0,13 0,40 0,13
V2 0,09 0,10 0,08 0,27 0,09
V3 0,04 0,04 0,04 0,12 0,04
Total 1,38  
Total Rata-rata   0,46

63
Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+51
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,19 0,21 0,19 0,59 0,20
V1 0,12 0,13 0,12 0,37 0,12
V2 0,09 0,10 0,08 0,27 0,09
V3 0,04 0,04 0,04 0,12 0,04
Total 1,35  
Total Rata-rata   0,45

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+55


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,20 0,19 0,19 0,58 0,19
V1 0,12 0,13 0,12 0,37 0,12
V2 0,08 0,10 0,08 0,26 0,09
V3 0,04 0,04 0,04 0,12 0,04
Total 1,33  
Total Rata-rata   0,44

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+59


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,20 0,19 0,19 0,58 0,19
V1 0,12 0,13 0,12 0,37 0,12
V2 0,08 0,09 0,08 0,25 0,08
V3 0,04 0,03 0,03 0,10 0,03
Total 1,30  
Total Rata-rata   0,43

64
Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+63
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,19 0,19 0,19 0,57 0,19
V1 0,12 0,11 0,11 0,34 0,11
V2 0,08 0,09 0,07 0,24 0,08
V3 0,04 0,03 0,03 0,10 0,03
Total 1,25  
Total Rata-rata   0,42

Tabel sisa pakan OPP yang dikonsumsi H+67


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3
V0 0,17 0,18 0,18 0,53 0,18
V1 0,08 0,10 0,10 0,28 0,09
V2 0,06 0,08 0,08 0,22 0,07
V3 0,03 0,03 0,03 0,09 0,03
Total 1,12  
Total Rata-rata   0,37

65
Lampiran 5. Hasil Analisis SPSS Sisa Plastik OPP
ANALISIS SPSS SISA PAKAN PLASTIK OPP YANG DIKONSUMSI
ULAT HONGKONG

Analisis SPSS plastik OPP H+43

Output Created 04-FEB-2023 15:28:05


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .2100 .00000 .00000 .2100 .2100
V1 3 .1500 .00000 .00000 .1500 .1500
V2 3 .0933 .00577 .00333 .0790 .1077
V3 3 .0433 .00577 .00333 .0290 .0577
Total 12 .1242 .06515 .01881 .0828 .1656

66
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .21 .21
V1 .15 .15
V2 .09 .10
V3 .04 .05
Total .04 .21

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .047 3 .016 931.167 .000
Within Groups .000 8 .000
Total .047 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0433
V2 3 .0933
V1 3 .1500
V0 3 .2100
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

67
Analisis SPSS plastik OPP H+47

Output Created 04-FEB-2023 15:42:32


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1967 .01155 .00667 .1680 .2254
V1 3 .1333 .01528 .00882 .0954 .1713
V2 3 .0900 .01000 .00577 .0652 .1148
V3 3 .0400 .00000 .00000 .0400 .0400
Total 12 .1150 .06083 .01756 .0764 .1536

68
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .19 .21
V1 .12 .15
V2 .08 .10
V3 .04 .04
Total .04 .21

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .040 3 .013 113.619 .000
Within Groups .001 8 .000
Total .041 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0400
V2 3 .0900
V1 3 .1333
V0 3 .1967
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

69
Analisis SPSS plastik OPP H+51

Output Created 04-FEB-2023 15:44:33


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1967 .01155 .00667 .1680 .2254
V1 3 .1233 .00577 .00333 .1090 .1377
V2 3 .0900 .01000 .00577 .0652 .1148
V3 3 .0400 .00000 .00000 .0400 .0400
Total 12 .1125 .05987 .01728 .0745 .1505

70
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .19 .21
V1 .12 .13
V2 .08 .10
V3 .04 .04
Total .04 .21

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .039 3 .013 194.458 .000
Within Groups .001 8 .000
Total .039 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0400
V2 3 .0900
V1 3 .1333
V0 3 .1967
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

71
Analisis SPSS plastik OPP H+55

Output Created 04-FEB-2023 15:44:33


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1933 .00577 .00333 .1790 .2077
V1 3 .1233 .00577 .00333 .1090 .1377
V2 3 .0867 .01155 .00667 .0580 .1154
V3 3 .0400 .00000 .00000 .0400 .0400
Total 12 .1108 .05885 .01699 .0734 .1482

72
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .19 .20
V1 .12 .13
V2 .08 .10
V3 .04 .04
Total .04 .20

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .038 3 .013 251.278 .000
Within Groups .000 8 .000
Total .038 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0400
V2 3 .0867
V1 3 .1233
V0 3 .1933
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

73
Analisis SPSS plastik OPP H+59

Output Created 04-FEB-2023 15:47:02


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1933 .00577 .00333 .1790 .2077
V1 3 .1233 .00577 .00333 .1090 .1377
V2 3 .0833 .00577 .00333 .0690 .0977
V3 3 .0333 . 00577 .00333 .0190 .0477
Total 12 .1108 .06132 .01770 .0694 .1473

74
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .19 .20
V1 .12 .13
V2 .08 .09
V3 .03 .04
Total .03 .20

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .041 3 .014 411.000 .000
Within Groups .000 8 .000
Total .041 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0333
V2 3 .0833
V1 3 .1233
V0 3 .1933
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

75
Analisis SPSS plastik OPP H+63

Output Created 04-FEB-2023 15:47:57


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.01
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1900 .00000 .00000 .1900 .1900
V1 3 .1133 .00577 .00333 .0990 .1277
V2 3 .0800 .01000 .00577 .0552 .1048
V3 3 .0333 . 00577 .00333 .0190 .0477
Total 12 .1042 .05992 .01730 .0661 .1422

76
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .19 .19
V1 .11 .12
V2 .07 .09
V3 .03 .04
Total .03 .19

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .039 3 .013 313.267 .000
Within Groups .000 8 .000
Total .039 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0333
V2 3 .0800
V1 3 .1133
V0 3 .1900
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

77
Analisis SPSS plastik OPP H+67

Output Created 04-FEB-2023 15:49:21


Comments
Input Data /Users/macbookpro/Docume
Nt/Skripsi/SPSS.sav.

Active Dataset DataSet1


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 12
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on cases with no
missing data for any variable
in the analysis.

Syntax ONEWAY Ulat BY


Perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.00

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
V0 3 .1767 .00577 .00333 .1623 .1910
V1 3 .0933 .01155 .00667 .0646 .1220
V2 3 .0733 .01155 .00667 .0446 .1020
V3 3 .0300 .00000 .00000 .0300 .0300
Total 12 .0933 .05614 .01621 .0577 .1290

78
Descriptives

Minimum Maximum

V0 .17 .19
V1 .08 .10
V2 .06 .08
V3 .03 .03
Total .03 .18

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .034 3 .011 151.407 .000
Within Groups .001 8 .000
Total .035 11

Homogeneous Subsets

OPP
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
V3 3 .0300
V2 3 .0733
V1 3 .0933
V0 3 .1767
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

79
Lampiran 6. Lampiran Tingkat Konversi Laju Degradasi Pakan OPP

Rata-rata penentuan laju biodegradasi


Perlakuan
H+39 H+43 H+47 H+51 H+55 H+59 H+63 H+67
V0  0 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
V1  0 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02
V2  0 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
V3  0 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Keterangan : H+39 adalah pengamatan hari ke 1, H+43 adalah hari pengamatan ke 2, H+47 adalah pengamatan hari ke 3, H+51
adalah pengamatan hari ke 4, H+55 adalah pengamatan hari ke 5, H+59 adalah pengamatan hari ke 6, H+63 adalah
pengamatan hari ke 7, H+67 adalah pengamatan hari ke 8.

80
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Ulat Hongkong

Gambar 2. Plastik OPP

81
Gambar 3. Dedak

Gambar 4. Proses penimbangan Ulat Hongkong

82
Gambar 5. Proses penimbangan plastik OPP

Gambar 6. Proses penimbangan dedak

83
Gambar 7. Penebaran ulat dengan dedak dan plastik OPP

Gambar 8. Wadah ditutup dengan jaring

84

Anda mungkin juga menyukai