Anda di halaman 1dari 5

ISLAM PASAR BENGKULU

MASUKNYA ISLAM PASAR BENGKULU

Islam mulai masuk dari berbagai kerajaan di daerah sumatra dan jawa. Hal
tersebut memunculkan berbagai kebudayaan yang bercorak Islam termasuk tabot.
Perkembangan Islam secara pesat terus dilakukan hingga masa kemerdekaan.
Termasuk presiden pertama RI yakni Bung Karno juga telah berkontribusi dalam
hal ini, beliau telah membangun masjid agung di kota dengan nama masjid Jami’.
Namun perlu diketahui bahwa perkembangan kota bengkulu dimulai didaerah
pesisir yakni berawal di daerah pasar bengkulu yang menyadang sebutan sebagai
kota tuo. Hal ini meyakinkan kepada kita bahwa Islam juga masuk dan
berkembang melalui desa ini.

Daerah ini kita dapat menemukan hampir seratus persen warganya


beragama Islam, dibuktikan dengan adanya dua bangunan masjid dan satu
musholla, namun salah satu yang memiliki nilai sejarah yang penting bagi
perjuangan masyarakat bengkulu. Yakni masjid Al Mujahidin yang berdiri sejak
tahun 1850 merupakan salah satu masjid tertua di kota bengkulu. Sejarah
Bengkulu mencatat, masjid Al-Mujahidin merupakan salah satu masjid kuno
bersejarah yang erat kaitannya, dengan perjuangan rakyat dan raja-raja pesisir
Bangkahulu dalam melawan penjajah. Masjid yang berdiri sekitar tahun 1850 ini,
bangunan yang berdiri di sekitar tempat pemandian (batang air) atau masyarakat
menyebut dengan nama pemandian dewa, pada awalnya terbuat dari kayu dengan
atap sejenis daun palem-paleman. Kemudian karenakan lokasi yang tersebut
marak digunakan untuk sabung ayam maka muncul insentif masyarakat untuk
memindahkan masjid. Bentuk asli bangunan masjid ini awalnya masih sangat
sederhana, seluruh bangunannya terbuat dari kayu, seperti halnya rumah
penduduk saat itu. Kemudian pada tahun 1920-an oleh H. Setir, bangunan masjid
mulai di renovasi dengan struktur bangunan dari beton yang berdekatan dengan
jalan raya. Masjid ini berdiri di atas tanah berukuran 17 x 16 m dengan luas
bangunan 10 x 10 persegi dan masuk dalam wilayah kelurahan Pasar Baru, kurang
lebih 2,5 km dari pusat keramaian kota Bengkulu. Tepatnya disekitaqr
perkampungan para nelayang Pasar bengkulu. Dahulu kurang lebih 175 meter dari
masjid ini berdiri sebuah benteng bersejarah peninggalan Kolonial Inggris, yaitu
Benteng York (Fort York) yang sekarang tertimbun tanah.

Masjid bersejarah yang sederhana ini banyak menyimpan nilai sejarah


masa silam tentang perjuangan rakyat Bengkulu. Menurut catatan sejarah,
perkampungan penduduk di lokasi masjid ini dahulunya merupakan kampung
pelarian orang-orang buangan dari Sulawesi Selatan, yaitu suku Bugis. Hingga
sekarang sisa-sisa pengaruh Bugis (seperti gelar kebangsawanan) masih sangat
kental di daerah perkampungan nelayan ini.

Menurut catatan, sekitar tahun 1981 terjadi bencana alam berupa naiknya
gelombang pasang air laut sampai menenggelamkan rumah penduduk dan
berpengaruh terhadap mata pencarian penduduk yang mayoritas nelayan.
Masyarakat kalang kabut menyelamatkan diri ke Pasar Bukit. Sebagian ada yang
pindah ke Kuala Lemping.

Tahun 1980-an sempat pula terjadi konflik di masyarakat yang bersumber


dari perbedaan khilafiyah (perbedaan paham mengenai masalah fiqih) antara
“Kaum Tua” (Islam Tradisional) dan “Kaum Muda” (aktivis Muhammadiyah).
Dan berakhir perdamaian di tangan pemerintah. Sampai saat ini masjid Al-
Mujahidin masih tetap menampakkan kesederhanaannya. Sisa-sisa sejarah yang
masih bertahan adalah empat buah pilar yang terbuat dari sejenis kayu ulin, masjid
ini di dominasi warna putih dan birru. Selama pembangunan masjid bersejarah ini
terus mengalami renovasi namun tidak mengubah sisa-sisa bersejarah pada
bangunan masjid ini.(

TABLIG MUSIBAH

Sejarah Tablig Musibah atau yang sering kita kenal dengan sebutan
takziah berawal dari kebiasaan masyarakat berkaitan dengan kematian.
Sebelumnya takziah yang dilakukan oleh masyarakat pasar bengkulu berupa
serangkaian acaranya, yakni tadarus, jamuan (makan-makan) dari keluarga al
marhum dan doa bersama. Kemudian dengan masuknya paham Islam yang
dibawa oleh Muhammadiyah mendorong perubahan kebiasaan masarakat
setempat, dimana kebiasaan yang dinilai tidak sesuai dengan Islam mulai dibenahi
dan diganti . Tidak terkecuali dengan takziah ini.

Organisasi Islam

Organisasi keagamaan adalah perkumpulan yang dibentuk oleh


masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu agama
tertentu. Di Bengkulu ormas serikat Islam berdiri tahun 1914, Muhammadiyah
berdiri tahun 1926, persatuan tarbiyah Islamiyah 1930, NU berdiri tahun 1931 dan
MUI berdiri tahun 1975. Secara garis besar terdapat dua pemahaman Islam di
pasar bengkulu ini yang kemudian masyarakat menyebut sebagai aliran lama dan
aliran baru. Masuknya Muhammadiyah ikut andil dalam perbedaan tersebut.

Muhammadiyah

Perkembangan Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia memiliki


sejarah tersendiri seperti halnya perkembangan muhammadiyah di Bumi
Rraflesia. Melihat data statistik pertumbuhan Cabang dan Ranting
Muhammadiyah seperti di kutip dari buku rekam jejak Muhammadiyah di dalam
“Catatan Sejarah Ranting di Bengkulu”, pada tahun 1927 tercatat adalah masa-
masa persiapan Muhammadiyah di Bengkulu berdiri.

Memasuki 1932 terdapat 12 cabang dan ranting. Perkembangan pesat pun


terjadi pada tahun 1937 yakni terdapat 41 cabang dan ranting. Hal ini merupakan
fakta yang mengejutkan bahwa dalam kurun waktu hanya 5 tahun, kenaikan
jumlah cabang dan ranting cukup drastis.

Titik awal berdirinya Muhammadiyah di Bengkulu yaitu melalui kegiatan-


kegiatan, seperti Holand Indladsce School, pengajian untuk orang-orang dewasa,
mendirikan masjid-masjid dan juga tabligh. Terutama berdirinya masjid
Mardhatillah yang terdapat di Kelurahan Pasar Bengkulu.

Salah satu daerah di Bengkulu, Kebun Ros, merupakan salah satu saksi
sejarah perkembangan Muhammadiyah dari awal hingga saat ini. “Di kebun Ross
lah Bapak Proklamator, Bung Karno pernah mengajar dan menjadi bagian dari
Majelis Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu”, ujar ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah (PWM) Bengkulu, Syaifullah, kamis (8/9).

Kembali dilanjutkan Syaifullah, Kebun Ross dapat dikatakan sebagai titik


tolak Muhammadiyah Bengkulu, yang mana dari rahim perguruan
Muhammadiyah telah banyak melahirkan tokoh-tokoh yang telah memberikan
kontribusinya bagi daerah maupun bangsa. Hingga tahun 1967, satu-satunya
cabang di Kota Bengkulu ada di Kebun Ross. Seiring dengan perkembangan
Bengkulu menjadi Provinsi, maka status ini ditingkatkan menjadi pimpinan
daerah Muhammadiyah dengan surat keputusan PP Muhammadiyah No. G.075/D-
1 tanggal 12 Oktober 1967.

Usaha-usaha untuk membenahi administrasi Muhammadiyah Bengkulu


tidak hanya mengubah cabang Muhammadiyah Bengkulu menjadi Pimpinan
Daerah Muhammadiyah saja. Namun juga dengan mengangkat status ranting
menjadi cabang, seperti cabang Bengkulu menjadi Cabang Muhammadiyah
Bengkulu I, yang berpusat di Kebun Ross. Ranting Pendakian menjadi cabang
Muhammadiyah II, Ranting Pasar Bengkulu menjadi Cabang Muhammadiyah III,
dan Ranting Muhammadiyah Pasar Minggu lama menjadi cabang Muhammadiyah
Bengkulu.

Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bengkulu pun


akhirnya dipindahkan ke masjid Agung Muttaqien pada tanggal 17 Agustus 1969.
Masjid ini adalah hadiah terbesar dari Gubernur Ali Amin kepada
Muhammadiyah pada masa itu ( Suara Muhammadiyah.
http://m.muhammadiyah.or.id ).
Daftar Pustaka

Suara Muhammadiyah. 2016. Spektrum Historis Muhammadiyah di Bumi


Raflesia. http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-detail-spektrum-
historis-muhammadiyah-di-bumi-raflesia.html. Diakses Tanggal 29
Agustus Waktu 10:32.
Baqir, Abdul Z.1999. Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta:
Gema Insani Press.
Abas, Ahmad M. 2016. Sejarah Islam di Bengkulu Abad ke XX M
(melacak tokoh agama, masjid dan lembaga organisasi Islam) .
Jurnal Staqofah dan Tarikh Vol. 1 No.2. Juli-Desember.

Anda mungkin juga menyukai