Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut cacatan sejarah, ketika Islam baru lahirdi kota Makkah keadaan
maysrakat Arab masih bayak sekalai yang buta huruf. Bilangan yang mampu
menulis dan membaca masih terlalu sedikit yakni sekitar 17 orang. Melihat
kondisi masyarakat Arab tersebut, Agama Islam memberikan dorongan yang
sangat urgen untuk mengadakan reformasi. Reformasi yang dimaksudkan adalah
perubahan sistem jahiliyah kepada masyarakat Islam yang beradab. Masyarakat
Arab mempunyai peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi setelah mereka
mengambil Islam sebagai way of lifedalam sistem kehidupan mereka. Dengan
demikian mereka memperoleh kejayaan dan kemajuan dalam seluruh aspek
kehidupan mereka. Proses terjadinya reformasi yangmenyebabkan kemajuan
tersebut tidak pernah lepas dari usaha yang keras dan kuat pantang menyerah dan
selalu berorientasi ke depan. Salah satu usaha tersebut adalah berlangsungnya
proses pendidikan yang sangat baik.
Ketika Rasulullah S.a.w. berada di Madinah, lembaga pendidikan Informal
(rumah) tetap berlangsung, tetapi padamasa ini lahir lembaga pendidikan baru
yakni masjid. Sebab setelah tidak lama Rasulullah S.a.w. berada di kota Madinah,
maka yang pertama dibangun oleh beliau adalah masjid. Dan telah tercatat dalam
sejarah, bahwa masjid pada kala itu tidak saja berfungsi sebagai tempat untuk
beriabadah semata. Tetapi lebih dari itu ia memiliki banyak fungsi salah satunya
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar dalam mentransmisi ilmu
pengetahuan Islam.
Sebagai pusat pendidikan di masjid diadakan tempat belajar (halaqah ta’lim) dan
sebagai pusat kebudayaan masjid merupakan markas kegiatan sosial, politik,
budaya dan agama.Dengan demikian, masjid berfungsi untuk membina peradaban
dan kebudayaan, tempat ibadah dan tempat pengendalian urusan pemerintahan
dan kenegaraan.
Dalam perjalanan sejarahnya, masjid banyak tersebar di seluruh wilayah
Indonesia beberapa diantaranya telah berumur ratusan tahun. Masjid menjadi
bukti yang masih dapat disaksikan saat ini sebagai lembaga pendidikan Islam
tertua di dunia. Dalam kajian peninggalan Islam local, seperti Masjid Raya Al-
Ma’shum, Masjid Raya Al-Osmani, Masjid Raya Gg Bengkok, Masjid Agung,
Masjid Azizi, dan banyak masjid-masjid yang merupakan peninggalan sejarah.
Dari uraian di atas, sangat jelas gambaran betapa besar fungsi masjid dalam
mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam. Karena itulah penulis tertarik
untuk meniliti salah satu sudut kecil dari fungsi masjid yakni penulis berfokus
pada sisi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam. Seperti halnya Masjid Azizi
Tanjung Pura Langkat yang menjadi kebanggaan masyarakat Langkat menjadi
pusta kajian pendidikan Islam dan merupakan masjid tertua yang ada di Sumatera
Utara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Masji Azizi

Masjid Azizi adalah masjid peninggalan Kesultanan Langkat yang berada


di kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan
ibukota kesultanan Langkat di masa lalu. Masjid ini terletak di tepi jalan lintas
Sumatera yang menghubungkan Medan dengan Banda Aceh. Keindahan Masjid
Azizi dibangun atas anjuran Syekh Abdul Wahab Babussalam pada masa
pemerintahan Sultan Musa al-Muazzamsyah. Tengku Musa ketika menjadi Sultan
Langkat, wilayah kekuasaannya cukup besar dan luas. Setelah itu Tengku Musa
menetapkan putera ketiga nya yaitu Tengku Montel alias Tengku Abdul Aziz
sebagai penggantinya.
Masjid Azizi Tanjung Pura ini didirikan pada dua generasi kesultanan
Langkat. Pembangunan masjid yang pertama Mulai dibangun pada Masjid ini
didirikan pada 12 Rabiul Awal tahun 1320 H (1899M) atau setidaknya 149 tahun
sejak Langkat resmi berdiri sebagai Kesultanan, namun Sultan Musa wafat
sebelum pembangunan masjid selesai dilaksanakan. Setelah itu Tengku Musa
menetapkan putera ketiga nya yaitu Tengku Montel alias Tengku Abdul Aziz
sebagai penggantinya. Pembangunan diteruskan oleh putranya yang bergelar
Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah (1897-1927) Sultan Langkat ke-7.
Pada masa kepemimpinan nya Kerajaan Langkat mencapai kejayaannya
pembangunan diberbagai bidang khususnya Agama Islam adanya pembangunan
Mesjid, Pesantren dan Madrasah.Sultan Abdul Aziz lalu membangun Istana Darul
Aman dan Mesjid Azizi. Kemudian masjid tersebut diberi nama dengan Azizi
sesuai dengan nama Sulthan Tengku Abdul Aziz, masjid ini memiliki kemegahan
dan keindahan yang dapat menampung ribuan jema`ah. Berdiri di tanah seluas
18.000 M2. dan selesai di bangun dalam tempo waktu 18 bulan, dibuat oleh
kontraktor berkebangsaan Jerman. Masjid Azizi diresmikan sendiri oleh Sultan
Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw dan peringatan perubahan Kerajaan menjadi kesultanan Langkat
pada tanggal 12 Rabiul Awal 1320H (13 Juni 1902 M) menghabiskan dana sekitar
200,000 Ringgit dan dinamai masjid Azizi sesuai dengan nama Sultan Abdul Aziz
Djalil RachmatSyah. Masjid azizi belum pernah melakukan renovasi berupa
perombakan bangunan nya sejak didirikan. Masjid ini hanya melakukan
penggantian cat saja.

B. Sejarah Pendidikan Islam di Masjid Azizi

Sultan Abdul Aziz sangat mementingkan urusan pendidikan yang diawali


dari pembangunan Masjid Azizi. Masjid ini tidak hanya digunakan sebagai
tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan Islam. Dalam penerapan
syariat Islam, Kesultanan Langkat memiliki guru- guru agama yang sekaligus
dijadikan sebagai penasihat sultan untuk dimintai pendapatnya berkaitan dengan
permasalahan hukum Islam. Dalam sistem kehidupan masyarakat Melayu,
seluruh warganya terikat dengan Adat Resam Melayu. Adat ini sebagian besar
dipengaruhi oleh agama Islam. Kegiatan keagamaan Kesultanan Langkat
dilakukan langsung di Masjid Azizi sebagai pusat pendidkan Islam pertama di
Tanjung Pura.

Masjid Azizi dibangun dengan sangat megah dan menjadi simbol


kebanggaan rakyat Kesultanan Langkat. Dengan dibangunnya Masjid Azizi
yang megah pada waktu itu, kita dapat melihat kekayaan negeri Langkat pada
masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz berkuasa.45 Dinamika keagamaan yang
begitu kuat, dapat dilihat dengan keberadaan kota Babussalam sebagai pusat
kegiatan Tarekat Naqsabandiyah Dinamika keagamaan yang begitu kuat, dapat
dilihat dengan keberadaan kota Babussalam sebagai pusat kegiatan Tarekat
Naqsabandiyah. Pusat tarekat tersebut muncul dan berkembang menjadi sebuah
simbol keagamaan pada masa tersebut dan bahkan sampai saat ini. Tarekat
Naqsabandiyah didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Abdul Wahab
Rokan. Dalam kegiatan keagamaan seperti Tarekat Naqsabandiyah,
memberikan pengaruh yang cukup kuat, yakni membuat masyarakat
mengerti akan hukum-hukum Islam. Selain itu, dengan ikut sertanya sultan dan
beberapa pembesar kerajaan dalam kegiatan Tarekat tersebut membuat
masyarakat juga ikut dalam kegiatan tarekat tersebut. Masyarakat menjadi
simpati dan hormat kepada sultan, karena sultan dapat memberikan contoh yang
baik untuk membawa masyarakat kepada ajaran Islam, sehingga pemikiran
masyarakat Langkat saat itu tidak kolot dan fanatik terhadap hukum adat.
Dengan kebijakan keagamaan yang telah dibentuk dan dikembangkan
oleh Sultan Abdul Aziz, membuat Kesultanan Langkat menjadi masyur dan
semakin diminati oleh para pencari ilmu agama Islam (Tarekat Naqsabandiyah)
dan para wisatawan yang ingin melihat kemegahan Masjid Azizi. Bahkan
kemegahan Masjid Azizi tidak pernah luntur dan selalu menjadi konsumsi
wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah Langkat saat ini. Selain itu,
masyarakat Kesultanan Langkat dikenal sebagai masyarakat yang agamis dan
berpedoman pada syariat Islam.
Dalam perkembangannya sultan mulai mendirikan lembaga pendidikan
formal yang dinamakan maktab sebagai pusat pendidikan agama bagi masyarakat
Langkat. Sultan Abdul Aziz mendirikan beberapa madrasah (maktab) untuk
mempelajari ilmu agama, salah satu bukti peninggalannya saat ini yaitu Masjid
Azizi yang dulunya merupakan tempat bermusyawarah dan tempat untuk
melakukan kajian agama Islam. Selain itu Madrasah Al masrullah tahun 1912,
Madrasah Aziziah pada tahun 1914, dan Madrasah Muhamadyah tahun 1921,
maka Langkat menjadi salah satu pusat pendidikan banyak dituju oleh pencari-
pencari ilmu dari berbagai daerah. Pada awalnya madrasah ini hanya disediakan
untuk anak keturunan dariraja atau keturunan bangsawan,namun dengan
perkembangnya Madrasah (Maktab) ini memberikan kesempatan kepada siapa
saja yang ingin menuntut ilmu. Ketiga lembaga pendidikan tersebut di dirikan
oleh Sultan Abdul Aziz kemudian diberi nama dengan perguruan Jama’iyah
Mahmudiyah yang masih berdiri hingga sekarang. Beberapa tokoh nasional
banyak yang belajar di sana, salah satunya adalah Adam Malik (wakil presiden
RI).
Selain itu, pada tahun 1904 M mulai didirikanlah sekolah-sekolah
menengah Belanda yang dikenal dengan Langkat School, pada awalnya sekolah
ini hanya diperuntukkan bagi anak- anak bangsawan Melayu dan beberapa anak-
anak terpilih dari pejabat tinggi pemerintahan. Pada tahun 1916 M sekolah ini
diubah menjadi HIS (Hollandsch Inlandsche Schools) sebagai bentuk kerjasama
dengan Belanda dan Sekolah Melayu. HIS dan Sekolah Melayu pada umumnya
hanya menyajikan materi-materi pelajaran umum. Pada tahun 1900 M, Sultan
Abdul Aziz mendirikan Sekolah Rakyat 7 tahun “Langkatsche School”, gurunya
didatangkan dari Nederland, yang bernama J.F. Itterson, tahun 1814 M
digantikan oleh Hensius dibantu Mevrouw Hensius Zoniville dan W.F.Th.
Eygelsheim, guru khusus bahasa Melayu B.R. Sojuangan, dan juga didirikan
Sekolah Rakyat, 5 tahun dan 3 tahun di beberapa tempat.

C. Arsitektur Bangunan Masjid Azizi


Bukti fisik dari kebesaran Kesultanan Melayu Langkat ini adalah berupa
bangunan masjid yang memiliki arsitektur bernilai tinggi, yaitu masjid Azizi
Tanjung Pura. Keindahan Masjid Azizi ini kemudian dijadikan rujukan
pembangunan Masjid Zahir di Kedah, Malaysia, hingga kedua masjid tersebut
memiliki kemiripan satu dengan yang lain. Rancangan masjid ditangani oleh
seorang arsitek berkebangsaan Jerman, para pekerjanya banyak dari etnis
Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri.
Sedangkan bahan bangunan didatangkan dari Penang Malaysia dan
Singapura dengan menggunakan kapal ke Tanjungpura. Sedangkan keramik
dinding dan lantai jelas bercorak Cina dan Eropa. Masjid Azizi bercorak
campuran Timur Tengah dan India dengan banyak . Lampu gantung berwarna
perak (dulu berwarna kuning karena terbuat dari kuningan dan kemudian disepuh
perak) berasal dari Negeri Belanda . Bangunan induk berukuran 25 × 25 m dan
tinggi ± 30 m. Ketiga sisi Masjid dilengkapi dengan serambi masing masing di
sisi timur, utara dan selatan, masing masing serambi ini berhubungan langsung
dengan koridor di tiga sisi masjid dan langsung menuju ke pintu masuk. Tiang
serambi yang berdiri di sisi kiri dan kanannya berbentuk persegi delapan mirip
menara dalam ukuran kecil dengan bagian ujungnya berbentuk kuncup bunga.
Serambi dan teras masjid dilengkapi dengan pilar pilar dan lengkungan
khas timur tengah dihias dengan kaligrafi, bentuk bentuk geometris dan ukiran
floral. Ruang utama masjid dindingnya empat persegi panjang berukuran 20 × 20
m. Lantai ruang utama tadinya berlapis keramik tapi kini diganti dengan marmer,
sisanya lantai keramiknya masih dapat dilihat di bagian tengah lantai ruang utama.
Bagian dinding luar ruang utama dihiasi dengan kaligrafi al-Qur’an, hiasan
geometris, dan floraral. Dinding bagian dalam ruang utama penuh dengan hiasan,
sisi bawahnya dilapisi marmer, sedangkan sisi atasnya dihiasi kaligrafi al-Qur’an,
bentuk geometris dan floral. Mihrab dan mimbar masjid Azizi terbuat dari
marmer.
Yang menjadi ciri khas bangunan dari masjid Azizi ini adalah ornamen
warna khas Melayu Islam yaitu kuning. Serta arsitektur bangunan fisik kubah dan
menara yang dilihat dari luar tampak seperti bangunan masjid Islam di India.
Sementara arsitektur dalam masjid tampak seperti bangunan masjid pada masa
Ottoman Turki yang dipenuhi tulisan kaligrafi Arab pada dinding-dinging tembok
masjid. Menara masjid terletak di timur laut masjid dengan tinggi sekitar 60 meter
serta ukiran pada pintu-pintunya bernuansa arsitektur Tiongkok. Menara ini
memiliki tangga yang berputar didalam menara dengan jumlah nya 121. Menara
dilengkapi 2 lantai yang pertama memiliki 56 tangga dan yang kedua memiliki 65
tangga. Dari atas sana terlihat jelas pemandangan langkat dan keindahan masjid
azizi secara keseluruhan.
Bagian bawah menara dilengkapi sebuah pintu. Bagian kedua dihiasi
dengan sebuah jendela lengkung pada setiap sisinya. Bagian atapnya berbentuk
kubah dengan bulan di puncaknya. Bangunan utamanya bercorak Timur Tengah
dan India dengan lebih dari sembilan kubah. Di dalamnya terdapat bangunan segi
sembilan dengan tiang menjulang ke atas. Tempat khatib berkhutbah berbentuk
mihrab berundak yang cukup tinggi seperti pelaminan raja. Disisi masjid terdapat
perpustakaan amir hamzam yang bernama Balai Pustaka Amir Hamzah.
Didalamnya kita dapat menjumpai peninggalan Amir hamzah berupa buku
karangan nya dan beberapa foto mengenai kesultanan langkat.
Adapun penjelasan mengenai bangunan Masjid Azizi Tanjung Pura
sebagai berikut:
1. Pagar Masjid Azizi
Masjid Azizi memiliki dua pagar di halamannya. Pertama, pagar terluar
terbuat dari besi setinggi kurang lebih satu meter yang mengelilingi semua
halaman, termasuk menara dan bangunan masjid. Pada pagar ini terdapat dua
pintu di sisi utara untuk menuju masjid yang menghadap ke sisi timur. Kedua,
pagar bagian dalam yang terbuat dari tembok mengelilingi halaman bangunan
masjid dan makam sultan serta keluarganya. Sedangkan makam lain berada di
luar pagar dalam, seperti makam Pahlawan Nasional, T. Amir Hamzah. Semua
makam tersebut berada di sisi barat masjid.

2. Serambi Masjid Azizi


Pada sisi timur, utara, dan selatan masjid terdapat bagian yang menjorok
keluar seperti penampil yang merupakan bagian dari serambi. Serambi masjid
berdenah persegi panjang dengan dua buah tiang di sisi luarnya. Tiang tersebut
menjulang sampai ke atap tingkat kedua, dimana bagian atas tiang berbentuk
kuncup bunga. Serambi masjid merupakan ruangan terbuka yang dikelilingi
pagar tiang bulat. Bagian atasnya dihiasi bentuk lengkungan yang saling
berhubungan, dihiasi kaligrafi, geometris, dan floraris. Atap serambi sisi barat
memiliki tujuh kubah sedangkan sisi lainnya masing-masing terdapat dua kubah.
Selain itu, masing-masing penampil juga memiliki satu kubah, dimana kubah
atap penampil lebih besar daripada kubah lainnya dengan bentuk segi delapan.

3. Menara dan Kubah Masjid Azizi


Di dalam pagar terluar, tepatnya sisi timur laut masjid, terdapat menara yang
memiliki bagian kaki, badan, dan atap. Kaki menara bebentuk persegi, memiliki
satu pintu di bagian bawah dan bagian atas dihiasi sebuah jendela di setiap
sisinya. Menara ini memiliki tangga yang berputar didalam menara dengan
jumlah nya 121. Menara dilengkapi 2 lantai yang pertama memiliki 56 tangga
dan yang kedua memiliki 65 tangga. Adapun bagian badan terbagi lagi ke dalam
tiga bagian. Bagian pertama berbentuk segi delapan dan memiliki pagar di
bagian atasnya. Bagian kedua juga berbentuk segi delapan dan memiliki delapan
buah jendela dengan lengkungan di bagian atasnya. Bagian ketiga juga memiliki
bentuk yang sama dan berpagar di bagian atas. Terakhir, atap menara berbentuk
kubah dengan hiasan bulan di puncaknya.

4. Pintu Masjid Azizi


Setiap sisi utara, timur, dan selatan memiliki tiga pintu dengan dua buah daun
pintu di masing-masing pintunya serta empat jendela dengan kaca berwarna di
bagian atas lengkungan. Sedangkan sisi barat, karena terdapat mihrab di bagian
tengah, hanya memiliki dua pintu. Pintu ini dihiasi hiasan geometris dan di
bagian atas dihiasi dengan jendela kecil lengkung yang terbuat dari kaca
berwarna.

5. Pilar Masjid Azizi


Masjid juga tampak semarak dengan banyaknya pilar. Di bagian dalam masjid
yang berfungsi sebagai ruang utama shalat terdapat 34 pilar, sedangkan di teras
masjid 94 pilar.

6. Ruang Utama Masjid Azizi


Serambi dan ruang utama masjid dipisahkan oleh dinding tembok yang dihiasi
kaligrafi ayat al-Qur’an, geometris dan floraris di bagian luarnya. Sedangkan
dinding bagian dalam memiliki hiasan lebih banyak daripada dinding luar,
dimana bawahnya dilapisi marmer dan bagian atasnya dihiasi kaligrafi ayat al-
Qur’an, geometris dan floraris. Dinding ruang utama menopang atap tingkat dua
dan tiga. Lantai ruang utama terbuat dari marmer yang semula berbahan
keramik. Sisanya masih bisa dilihat di bagian tengah ruang utama.
Di dalam ruang utama juga terdapat dinding penyekat berdenah segi delapan
yang penuh dengan hiasan kaligrafi, geometris, dan floraris berwarna. Fungsi
dinding ini adalah sebagai penyangga atap kubah bagian tengah. Di setiap sudut
dinding penyekat terdapat pintu yang tidak memiliki daun pintu.

7. Mihrab dan Mimbar Masjid Azizi


Selain dinding penyekat, di sisi barat ruang utama terdapat mihrab dan
mimbar. Mihrab terbuat dari marmer, menjorok keluar, dan di sisi kiri-kanannya
berdiri sebuah tiang besi. Kedua tiang ini dihubungkan dengan hiasan
melengkung ke atas hingga ke atap mihrab. Adapun mimbar terbuat dari kayu
dengan denah persegi panjang. Di dukung oleh dua tiang di bagian depan,
tengah, dan belakang. Dinding kiri, kanan, dan belakang mimbar diukir dengan
hiasan bunga-bungaan, daun-daunan, sulur-suluran, serta bulatan. Pintu masuk
mimbar berada di sisi timur, berdaun dua, dan berukir. Mimbar juga memiliki
tangga, atap berbentuk persegi, dan puncaknya meruncing.

Anda mungkin juga menyukai