Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Pendidikan Islam

pada Masa kerajaan Islam di


Indonesia

Verlandi putra
(2214050108)
Kerajaan Islam di Indonesia

1. Kerajaan Samudra Pasai


Pada intinya, Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di
Indonesia, dan perkembangan Islam di Indonesia, khususnya Sumatera,
dimulai pada abad ke-7 atau 8 M melalui pedagang dan dengan cara
damai. Pendidikan Islam di kerajaan ini berfokus pada fikih Mazhab
Syafi'i dan melibatkan sistem pendidikan informal seperti majelis ta'lim
dan halaqah. Raja dan tokoh pemerintahan turut berperan dalam
pendidikan agama, sementara biaya pendidikan disubsidi oleh negara.
Kerajaan Samudera Pasai bahkan menjadi pusat studi Islam di Asia
Tenggara pada abad ke-14 M, di mana Sultan Malikul Zahir
mempromosikan ilmu pengetahuan dan diskusi agama dalam Majlis
Ta'lim. Selain itu, hubungan dengan Malaka juga menyebabkan
penyebaran Islam ke wilayah lain, seperti Malaka, di mana raja Malaka
memeluk Islam karena pernikahan dengan putri Kerajaan Pasai.
Kerajaan Islam di Indonesia

2. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak, dianggap salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia,
memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Meskipun klaim usianya
lebih tua dari Samudera Pasai belum didukung secara kuat, Perlak terletak
strategis di Pantai Selat Malaka, memungkinkan Islam memengaruhi
wilayah ini tanpa pengaruh Hindu yang kuat. Pernikahan Putri Ganggang
Sari dengan Raja Pasai menandakan hubungan kuat Perlak-Pasai. Sultan
Mahdum Alauddin Mohammad Amin mendirikan perguruan tinggi Islam,
menjadi pusat pendidikan penting. Majelis taklim tinggi dan Dayah Cot
Kala, yang mengajarkan bahasa Arab, tasawuf, akhlak, dan ilmu lain, juga
memperkuat pendidikan Islam di Perlak. Perlak dan Pasai membantu
menyebarluaskan Islam di daerah sekitarnya, menegaskan peran penting
pendidikan Islam Perlak dalam sejarah Islam Indonesia.
Kerajaan Islam di Indonesia

3. Kerajaan Aceh darusalam


Kerajaan Aceh Darussalam, yang diproklamasikan pada tahun 1511,
menempatkan pendidikan Islam sebagai pilar utama dalam
pembentukan kerajaan ini. Kerajaan ini merupakan pusat ilmu
pengetahuan dengan para ulama terkenal dan memiliki lembaga
pendidikan seperti Balai Seutia Hukama, Balai Seutia Ulama, dan
Balai Jamaah Himpunan Ulama. Jenjang pendidikan mencakup
Meunasah, Rangkang, dan Dayah. Kerajaan Aceh Darussalam
menghasilkan para ulama terkenal dan ahli ilmu pengetahuan seperti
Hamzah Fansuri, Syekh Syamsuddin Sumatrani, dan lainnya.
Meskipun mengalami kemunduran di bawah kekuasaan Belanda
setelah tahun 1641, warisan pendidikan Islam di Aceh Darussalam
terus memengaruhi sejarah dan budaya Aceh hingga saat ini.
Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Demak
erajaan Demak, berdiri sekitar tahun 1500-1550 M dan dipimpin oleh
Raden Fatah, adalah pusat penting dalam sejarah Indonesia, terutama
dalam konteks pendidikan Islam. Pendidikan Islam di Demak
berkembang bersamaan dengan dakwah oleh para wali seperti Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, dan lainnya. Mereka menggunakan
masjid sebagai pusat pendidikan Islam, dengan Badal di masjid sebagai
guru-guru Islam yang memainkan peran penting dalam menyebarkan
agama Islam. Para raja di Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang belajar
agama Islam dari para wali, yang memiliki gelar Sunan. Kontribusi
Kerajaan Demak dan para wali sangat berpengaruh dalam
perkembangan agama Islam di pulau Jawa.
Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang di
Jawa yang menunjukkan perhatian serius terhadap pendidikan Islam. Pada
masa pemerintahan Sultan Agung, kebudayaan, kesenian, dan pengajaran
agama berkembang pesat. Sultan Agung memainkan peran penting dalam
menyatukan budaya lokal dengan ajaran Islam. Selama masa kekuasaannya,
acara-acara agama seperti Gerebeg diubah, dan perubahan dalam penggunaan
kalender Jawa dilakukan untuk menyesuaikan dengan tahun Hijriah. Meskipun
tidak ada undang-undang wajib belajar, anak-anak di hampir setiap desa wajib
belajar di tempat pengajian al-Quran, dengan pendidikan yang didasarkan pada
hafalan. Selain itu, pesantren-pesantren didirikan untuk mengajarkan kitab
besar dalam bahasa Arab dan cabang ilmu agama lainnya. Pendidikan Islam
dan pengajaran di Kerajaan Mataram mencerminkan komitmen kerajaan untuk
mengembangkan agama Islam sambil memadukan unsur budaya lokal dalam
kehidupan masyarakat Jawa.
Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Banjarmasin
Pendidikan Islam di Kerajaan Banjarmasin memiliki sejarah kaya yang dimulai
ketika Islam memasuki Kalimantan Selatan melalui Kerajaan Daha. Setelah
Sultan Suriansyah memenangkan perang melawan Pangeran Tumenggung di
Negara Daha pada tahun 1526 M, Kerajaan Islam Banjar berdiri. Di bawah
pemerintahannya, Islam berkembang pesat, memperkuat akar agama ini
melalui pembangunan masjid di setiap desa. Peran penting juga dimainkan oleh
ulama terkenal, seperti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary, yang mendapat
pendidikan Islam di Mekkah selama 30 tahun. Ia menjadi pengajar yang
menerjemahkan kitab-kitab agama ke dalam bahasa Banjar untuk para santri,
memberikan kontribusi signifikan dalam penyebaran dan pemahaman Islam di
Banjarmasin. Resistensi melawan penjajahan Belanda pun muncul di bawah
kepemimpinan ulama besar Pangeran Antasari, yang melancarkan perlawanan
yang terkenal pada tahun 1859, berlangsung selama lebih dari 40 tahun, dan
mereda setelah wafatnya Pangeran Antasari.
Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan memasuki era Islam pada
akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, menciptakan pondasi yang
kuat bagi pengembangan pendidikan Islam di wilayah tersebut.
Meskipun Islam datang agak terlambat, para pedagang Muslim
Nusantara dan Eropa menjadi penggerak utama dalam menyebarkan
ajaran Islam. Pemelukan raja pertama Islam pada 1605 dan seluruh
rakyat Gowa-Tallo pada 1607 memberikan dorongan bagi
perkembangan pendidikan Islam di sana. Masjid menjadi pusat
agama, tempat pengajaran bagi pemuda oleh anrong-gurunta. Lontara,
tulisan dalam bahasa Makassar, berkembang aktif untuk menyebarkan
pengetahuan agama Islam, berisikan kisah-kisah Islami yang
memperkuat pengetahuan agama dan budaya tulis di wilayah itu. Hal
ini menandai pondasi kokoh pendidikan Islam dan sejarah agama di
Sulawesi Selatan hingga saat ini.
Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate dan Tidore, dua kerajaan Islam di Maluku, memegang peran
penting dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah ini. Meskipun Islam hadir
sejak awal berdirinya Kerajaan Ternate, penyebarannya secara resmi dimulai
pada pertengahan abad ke-15. Sultan Zainal Abidin dari Ternate mengambil
langkah-langkah penting dalam menganut Islam sebagai agama resmi kerajaan,
menerapkan syariat Islam, dan mendirikan madrasah pertama. Sementara itu,
Kerajaan Tidore mempertahankan kemerdekaannya dari VOC dan juga
berperan dalam penyebaran agama Islam di Maluku. Pendidikan Islam di
wilayah ini dipengaruhi oleh madrasah pertama yang didirikan di Ternate dan
kontribusi ulama lokal dalam mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan
kepada generasi selanjutnya.
Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam di
Indonesia
Pendidikan Islam di Indonesia meliputi berbagai lembaga, dari masjid, langgar,
hingga pesantren, mencerminkan pengaruh budaya dan agama yang beragam.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut meliputi:
1. Masjid dan Langgar, Tempat ibadah utama yang digunakan untuk shalat dan
pengajaran Islam bagi anak-anak dan orang dewasa. Pengajaran mencakup dasar-
dasar agama, tilawah Al-Qur'an, dan tata cara shalat.
2. Meunasah, Rangkang, dan Dayah, Meunasah, lembaga pendidikan Islam pertama
di Kesultanan Pasai, diatur oleh Imum Meunasah. Pengajaran Islam di sini mencakup
membaca Al-Qur'an dan mengajar ajaran Islam. Ada juga rangkang dan dayah yang
memberikan pendidikan serupa.
Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam di
Indonesia
3. Surau, Dulunya tempat ibadah Hindu-Buddha, surau diislamkan menjadi pusat
ajaran Islam di Minangkabau, mencerminkan proses akulturasi budaya ke dalam
Islam. Sebutan "surau" kini digunakan untuk tempat ibadah Islam dan lembaga
pendidikan di Minangkabau.
4. Pesantren, Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang lebih formal dan
menjadi pusat pembelajaran agama, moral, dan budaya. Mereka adalah bentuk
penting dari pendidikan Islam di Indonesia, memengaruhi dari sejak kedatangan
Islam. Pesantren terpengaruh oleh model pendidikan Jawa kuno dan memiliki peran
penting dalam perjuangan kemerdekaan dari penjajahan. Maulana Malik Ibrahim
dianggap sebagai tokoh yang mendirikan pesantren pertama.
Sifat-Sifat Pendidikan Islam
Pada Masa Kerajaan Islam Di
Indonesia

Bersifat Teistis (Berdasarkan Tauhid), Pendekatan pendidikan didasarkan


pada tauhid atau keesaan Allah.
Menyeluruh (Kaffah), Pendidikan mencakup pengembangan semua aspek
manusia, termasuk jasmani, rohani, akal, dan hati.
Seimbang, Menciptakan keseimbangan harmonis dalam hubungan manusia
dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, dan alam semesta.
Dinamis, Fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman
tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Sifat-Sifat Pendidikan Islam
Pada Masa Kerajaan Islam Di
Indonesia

Moderat, Mengambil jalan tengah dan mendorong pemikiran moderat


serta toleransi terhadap perbedaan.
BerkesinambunganProses pendidikan Islam berlangsung sepanjang
hayat melalui lembaga-lembaga seperti keluarga, masjid, surau,
pesantren, dan madrasah.
Menekankan Amal dan Akhlak: Lebih menekankan pengamalan ilmu
dalam amal dan akhlak daripada retorika ilmu itu sendiri.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai