Anda di halaman 1dari 15

Peninggalan sejarah agama Islam di Indonesia

Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia sangat beraneka ragam, karena jaran


Islam mencakup semua segi kehidupan. Peninggalan tersebut sebagian besar merupakan hasil
perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat. Banyaknya bentuk perpaduan
kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat menurut para ahli antropologi sebagai tanda
bahwa penyebaran Islam di Indonesia dengan cara damai, tanpa adanya usaha menghapuskan
kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Kenyataan ini juga berlaku di negara-negara lain, seperti
di Mesir dan Irak. Kedatangan Islam di negara-negara tersebut tidak menghilangkan
peninggalan-peninggalan sebelumnya, bahkan melindungi dan merawatnya. Hal ini sangat
berharga, karena kita masih dapat menyaksikan karya besar manusia di masa lampau.
Wujud peninggalan sejarah Islam
Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain dalam bentuk masjid, keraton,
nisan, kaligrafi dan karya sastra
1. Masjid
Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa masjid adalah sebagai berikut ini:
a. Masjid Demak
Satu diantara masjid tertua di Indonesia adalah masjid Agung Demak yang didirikan oleh
Raden Patah pada tahun 1466 Masehi. Masjid ini menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh
Sembilan Wali atau Walisongo di tanah Jawa pada jamannya. Dari sisi arsitektur, bangunan
masjid merupakan perpaduan antara Islam dan budaya Jawa.
Penyebaran agama Islam di Jawa, mencapai masa kejayaan pada jaman Walisongo atau
Wali Sembilan. Pusat pertemuan para Walisongo dilakukan di masjid Agung Demak, Jawa
Tengah. Masjid Agung Demak merupakan Masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan
atau Wali Songo. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak 26 km dari Kota
Semarang, 25 km dari Kabupaten Kudus, dan 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini
merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.

Struktur bangunan Masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas
Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini
Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri
dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat Pintu Bledeg,
bertuliskan Condro Sengkolo, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun
1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini
memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada
masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat
berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo
(Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran
agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya,
masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti
kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.
.

b. Masjid Indrapura Aceh


Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Aceh. Dilihat dari bentuk
atapnya, seni arsiteknya merupakan hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan
Hindu Sumatera. Masjid itu berada di Indrapuri, sebuah kecamatan di Aceh Besar yang berjarak
27 kilometer dari Kota Banda Aceh. Masjid bersejarah ini berdiri di atas bangunan kuno
peninggalan sebuah kerajaan Hindu, sebelum Islam masuk Aceh.
Bangunan kuno ini dikelilingi hijaunya rerumputan, pohon mangga, pisang, kelapa, dan
rambutan, serta rumah penduduk. Diapit sungai Krueng Aceh di sebelah barat dan jalan raya di
sebelah timur.
Berselimut lumut, bangunan ini memiliki empat undakan. Di sudut kanan area dasar, ada
sebuah sumur tua diapit dua kolam. Berdiameter 1,5 meter, dinding sumur bercincin batu itu
tersusun rapi. Berbentuk persegi, tembok menjulang sekitar sembilan meter. Masjid itu berada di
puncaknya. Dari luar benteng, terlihat masjid berada di undak ke empat. Itulah sebabnya, untuk
ke masjid perlu menapaki 16 anak tangga yang berada di sisi kanan benteng.

d. Masjid Sunan Ampel


Masjid Sunan Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonesia, didirikan oleh Raden
Achmad Rachmatullah pada tahun 1421, di dalam wilayah kerajaan Majapahit. Masjid ini
dibangun

dengan

arsitektur Jawa kuno,


dengan
yang

nuansa
kental.

Achmad
yang

Arab
Raden

Rachmatullah
lebih

dikenal

dengan Sunan Ampel


wafat pada tahun 1481.
Makamnya terletak di
sebelah

barat

Hingga

tahun

masjid.
1905,

Masjid Ampel adalah


masjid terbesar kedua di Surabaya. dulunya masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para ulama
dan wali Allah untuk membahas penyebaran Islam di tanah Jawa.
Di komplek pemakaman masjid sunan Ampel juga terdapat makam Mbah Sonhaji atau
Mbah Bolong dan juga makam Mbah Soleh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas
membersihkan Masjid Sunan Ampel. Keberadaan Kedua Makam tersebut tak terlepas dari cerita
tutur dari masyarakat setempat. Di kompleks tersebut terdapat juga makam seorang pahlawan
nasional, KH. Mas Mansyur, kondisinya sangat bersahaja, setara dengan makam-makam
keluarganya yang hanya ditandai sebuah batu nisan di atas tanah yang datar. Sepi dari peziarah.
Di dekat makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) terdapat 182 makam syuhada haji yang tewas
dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974.
Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel
bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar seluas
64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.

e. Masjid Kudus

Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Kudus. Bangunan menara dan pagar masjid ini
menyerupai bangunan candi Hindu, yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi
atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu
pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini
adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu. Pada masa kini, masjid ini
biasanya menjadi pusat keramaian pada festival dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk
menyambut bulan Ramadan.
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul bentuk menara yang menyerupi candi Hindu
ini. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa bangunan ini dikerjakan oleh arsitek Islam yang
sebelumnya telah menguasai arsitek bangunan Hindu. Ahli kebudayaan memandang bangunan
tersebut sebagai hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya dan sengaja
dibentuk semacam itu. Tahun pembuatan Masjid Kudus ini kemudian ditetapkan sebagai Hari
jadi Kota Kudus.

2. Keraton

a. Keraton kaibon (Banten)


Keraton ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Banten. Kerajaan Islam Banten
didirikan oleh Faletehan setelah memisahkan diri dari Demak abad ke-16. Ditinjau dari namanya
(Kaibon = Keibuan), keraton ini dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengigat
pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda
(masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.
Keraton Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahu1n 1832, bersamaan
dengan keraton Surosowan. Asal muasal penghancuran keraton, adalah ketika Du Puy, utusan
Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek
pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada
(di Labuhan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du
Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daen Dels yang kemudian marah besar dan
menghancurkan Keraton Kaibon.
Berbeda dengan kondisi keraton Surosowan yang boleh dibilang "rata" dengan tanah. Pada
keraton Kaibon, masih tersisa gerbang dan pintu-pintu besar yang ada dalam kompleks istana.
Pada keraton Kaibon, setidaknya pengunjung masih bisa melihat sebagin dari struktur bangunan
yang masih tegak berdiri. Sebuah pintu berukuran besar yang dikenal dengan nama Pintu
Paduraksa (khas bugis) dengan bagian atasnya yang tersambung, tampak masih bisa dilihat
secara utuh. Deretan candi bentar khas banten yang merupakan gerbang bersayap.
Di bagian lain, sebuah ruangan persegi empat dengan bagian dasarnya yang lebih rendah
atau menjorok ke dalam tanah, diduga merupakan kamar dari Ratu Aisyah. Ruang yang lebih
rendah ini diduga digunakan sebagai pendingin ruangan dengan cara mengalirkan air di
dalamnya dan pada bagian atas baru diberi balok kayu sebagai dasar dari lantai ruangan. Bekas
penyangga papan masih terlihat jelas pada dinding ruangan ini.
Arsitektur Keraton Kaibon ini memang sungguh unik karena sekeliling keraton
sesungguhnya adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah di
atas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benar-benar harus
melalui jalan air. Dan meskipun keraton ini memang didesain sebagai tempat tinggal ibu raja,
tampak bahwa ciri-ciri bangunan keislamannya tetap ada; karena ternyata bangunan inti keraton
ini adalah sebuah mesjid dengan pilar-pilar tinggi yang sangat megah dan anggun. Dan kalau
mau ditarik dan ditelusuri jalur air ini memang menghubungkan laut, sehingga dapat
dibayangkan betapa indahnya tata alur jalan menuju keraton ini pada waktu itu

b. Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan
tersebut pecah menjadi 2, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Keraton Kasepuhan ini juga masih
dapat dilihat, karena bangunannya masih berdiri tegak. Keraton Kasepuhan berisi dua komplek
bangunan bersejarah yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh
Pangeran Cakrabuana dan komplek keraton Pakungwati (sekarang disebut keraton Kasepuhan)
yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M .Pangeran Cakrabuana
bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama
'Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti
Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549
dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama dia diabadikan dan
dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang
sekarang bernama Keraton Kasepuhan.
3. Makam
Peninggalan Sejarah Islam yang berupa makam adalah sebagai berikut:
a. Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah wli pertama di Jawa yang berasal dari negara asing. Ada
beberapa pendapat mengenai asal
mula Maulana Malik Ibrahim. Ada
yang

berpendapat

sehingga

dari

mendapat

Persia,
sebutan

Maulana Maghribi yang berarti


ulama dari barat. Sedangkan maka
b. Makam Islam Talo
Makam ini merupakan peninggalan
sejarah

Islam

di

Makasar

dan

diperkirakan dibangun pada tahun 1616 Masehi. Makam tersebut sebagai bukti bahwa sejak
awal bad 17 Islam telah berkembang di Talo, Sulawesi Selatan.

c. Makam Sunan Bayat di Klaten


Bentuk gapura makam Sunan Bayat seperti bangunan candi Hindu, sehingga oleh masyarakat
disebut Candi Bentar. Dari bangunan ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam banyak
berpadu dengan kebudayaan pra-Islam.

d. Nisan pada kuburan Raja Islam


Batu nisan ini memberikan petunjuk bahwa raja-raja nusantara memeluk agama Islam sejak awal
berkembangnya Islam di Indonesia.

4. Kesusastraan
Hasil kesusastraan peninggalan sejarah Islam berisi ajaran khusus seperti tasawuf atau budi
pekerti yang baik, maupun filsafat kemasyarakatan. Kesusastraan juga ditulis dalam beberapa
bentuk , yaitu:

Suluk : adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf. Beberapa suluk yang terkenal
antara lain: Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.

Syair : syair adalah salah satu jenis puisi. Kata "syair" berasal dari bahasa
Arabsyuur yang berarti "perasaan". Kata syuur berkembang menjadi katasyiru yang
berarti "puisi" dalam pengertian umumbeberapa karya sastra syair peninggalan sejarah
islam Indonesia karya Hamzah Fansuri antara lain: Syair Perahu dan Syair si Burung
Pingai.

Hikayat : Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu
yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng.beberapa hikayat peninggalan sejarah
Islam Indonesia antara lain; Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat
Bakhtiar, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Jauhar Manikam dan Hikayat Hang Tuah.

Babad : adalah cerita sejarah yang biasanya lebih bersifat cerita daripada nilai
sejarahnya. Karya-karya babad yang ditemukan andata lain; Sejarah Negeri

Kedah, Sejarah Melayu (Salawat Usalatin), Babad Tanah Jawi, Babad Gianti, Babad
Banten dan Sejarah Raja-raja Riau.

Kitab ajaran Budi pekerti : kitab-kitab ini antara lain Nitisruti, Nitisastra dan Astabrata.

Kitab politik pemerintahan : kitab tentang politik pemerintahan antara lain adalah
Sastra Gending.

5. Peninggalan-peninggalan lain
Peninggaln lain yang merupakan peninggalan Islam adalah seperti berikut:
a. Benteng
Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan kerajaan Islam di Banten, yang merupakan
bagian pertahanan Banten dalam menghadapi serangan musuh.

b. Meriam
Meriam Ki Amuk merupakan senjata andalan Banten yang telah beberapa kali dipergunakan
dalam pertempuran melawan musuh. Menurut beberapa sumber sejarah, meriam tersebut dibuat
oleh Kerajaan Islam Banten sendiri dengan mendatangkan para ahli meriam dari Turki.

c. Wayang Kulit
Wayang kulit digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar memeluk
agama Islam. Sunan Kalijaga menampilkan lakon-lakon wayang Hindu yang dalam
pertunjukannya, diubah bergaya Islam dengan muatan dakwah.

d. Gamelan
Pada beberapa peringatan hari-hari besar Islam di Jawa Tengah, gamelan

biasa digunakan

hingga kini. Dulu, gamelan digunakan untuk menarik perhatian orang-orang agar berkumpul.
Setelah itu, mereka diberikan ceramah yang berisi ajaran Islam.

e. Tarian

Ada beberapa tarian yang bercorak Islam. Salah satu contohnya adalah Tari Seudati yang
dimainkan

sambil

bersenandung

salawat

atas

Nabi

Muhammad

Sumber:
http://www.sejarah-negara.com/peniggalan-sejarah-islam-di-indonesia/
http://www.pusakaindonesia.org/masjid-agung-demak-pusat-dakwah-sembilan-wali/
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1350/masjid-sunan-ampel

saw.

Anda mungkin juga menyukai