Anda di halaman 1dari 16

Wali Songo Dalam Dakwah Islam di

Indonesia
KELOMPOK 2:
1. Muhamad Fadli E
2. Alisyah Albana
3. Delis Ramadhani
4. Qamara Mudhia Haya
5. Farhan Alamsyah M
6. M Aziz
B. Peran Dakwah Walisongo
1. Wayang Sebagai Media Dakwah
Setelah agama Hindhu, Budha dan Islam masuk ke Jawa, wayang menjadi
salah satu alat untuk menyebarkan agama.
Walisongo juga menggunakan wayang sebagai media dakwah.
Seperti Layang Kalimosodo yang mengajarkan kalimat syahadat, atau para
tokoh Punakawan yang merupakan penasihan Pandawa dan membawa misi
agama Islam.
Jika dibandingkan dengan cerita Pandawa dari India, maka tidak akan
ditemukan lakon-lakon Punakawan.
Wayang
2. Seni Gamelan dan Tembang
Seni musik gamelan dan lagu tembang yang biasanya
memang lekat dengan kepercayaan Jawa zaman dulu
juga menjadi salah satu media untuk menyebarkan
agama Islam. Hanya saja, lagu tembang yang
diciptakan tentu berbeda dengan tembang lain
karena disisipi dengan ajaran Islam.
Tembang Tombo Ati yang mengajari ajaran Islam
sebenarnya adalah ciptaan Sunan Bonang.
Sedangkan lagu lir ilir merupakan ciptaan Sunan
Kalijaga. Kedua tembang ini bertujuan untuk
mengajak masyarakat agar lebih bertakwa.
3. Perayaan dan Adat yang Diarahkan Agar Lebih Islami
Sunan Kalijaga paham betul bahwa masyarakat Jawa menyukai perayaan apalagi jika diiringi
dengan musik gamelan. Dalam perayaan ini, gamelan diperdengarkan untuk mengundang
penduduk. Kemudian diikuti dengan dakwah dan pemberian sedekah Raja berupa gunungan.
Dengan cara ini, maka masyarakat kemudian semakin tertarik untuk mempelajari Islam.
Selamatan dilakukan tapi niat dan doanya bukan kepada dewa, tapi kepada Allah. Dan makanan
tidak digunakan sebagai sesaji untuk dewa, tapi dibagikan sebagai sedekah kepada penduduk
setempat
4. Pendidikan
Selain cara-cara akulturasi budaya, Islam juga
disebarkan melalui pendidikan pondok pesantren.
Pesantren ini mendidik para santri dari berbagai daerah
agar lebih memahami dan mampu mengamalkan tentang
Islam. Setelah para santri tamat pendidikan pesantren,
mereka kemudian bisa mendirikan pesantren baru di
daerah asalnya. Dengan demikian agama Islam bisa
berkembang dan menyebar dengan lebih cepat
5. Banyak Membantu Masyarakat
Salah satu langkah terbaik untuk membuat seseorang tertarik untuk
mempelajari agama adalah dengan memberi contoh lewat akhlak. Nah, para
wali ini mencontohkan sikap yang lembut, dan suka membantu sehingga
mereka banyak disukai oleh masyarakat. Para wali juga membantu
masyarakat dalam hal pengobatan, membantu membuat aliran air untuk
sawah masyarakat, dan masih banyak lagi. Dengan menunjukkan sikap seperti
inilah banyak orang yang kemudian tertarik untuk mendalami Islam.
Pada masa itu, masyarakat Jawa memang masih lekat dengan kepercayaan
nenek moyang. Maka dari itu para wali kemudian berusaha mengenalkan
Islam kepada masyarakat dengan cara yang lebih bersahabat. Ternyata usaha
ini juga berhasil, terbukti dengan banyaknya penganut agama Islam pada
masa itu hingga sekarang.
Bentuk-bentuk pengaruh Walisongo dalam melakukan dakwahnya
di Nusantara
1.Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan
Peran Walisongo di bidang pendidikan dapat terlihat dari aktivitas mereka
dalam mendirikan pesantren. Seperti Sunan Gresik yang mendirikan pesantren
di Gapura, Gresik, Sunan Ampel yang mendirikan Pesantren Ampel Denta, dll.
Jejak dakwah mereka juga bukan hanya di Jawa saja, tetapi juga meluas
bahkan sampai ke Kalimantan.
2.Seni dan Budaya
Seni dan budaya tertentu disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran Islam melalui
proses asimilasi yang panjang. Semisal wayang, gamelan, suluk, dll. Pada
akhirnya menjadi defusi penyebaran kebudayaan yang diterima dengan cepat
oleh masyarakat setempat.
3.Sosial Kemasyarakatan
Selain menjadi guru di pondok, ternyata para Wali juga
memberikan dakwah di daerah-daerah lain di tempat
umum. Selain itu juga memberikan dakwah di
lingkungan kerajaan. Seperti salah satu usaha dakwah
yang dilakukan Sunan Ampel yaitu memberikan
jaringan kekerabatan melalui perkawinan para
penyebar Islam dengan putri penguasa bawahan
Majapahit.
4.Berbangsa dan Bernegara
Para Walisongo memiliki peran penting dalam
berbangsa dan bernegara. Seperti Sunan Ampel yang
termasuk perancang Kerajaan Islam Demak Bintoro di
Demak. Beliau berkedudukan sebagai pengganti bupati
penguasa Surabaya. Selain itu ada Sunan Kalijaga
sebagai guru sekaligus penasihat utama Sultan di
Demak yang ahli dalam ilmu administrasi negara dan
piawai dalam berstrategi.
C. Masjid Peninggalan Walisongo
 Masjid Agung Demak merupakan
masjid kuno yang dibangun oleh
Raden Patah dari Kerajaan Demak
dibantu para Walisongo pada abad
ke-15 Masehi. Masjid ini masuk
dalam salah satu jajaran masjid
tertua di Indonesia. Lokasi Masjid
Agung Demak terletak di Kampung
Kauman, Kelurahan Bintoro,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Berada tepat di alun-alun dan
pusat keramaian Demak, Masjid
Agung Demak tak sulit untuk
ditemukan.
Masjid yang beralamat di Jl Sultan Fatah No 57,Demak memiliki banyak
peran penting bagi umat muslim di Indonesia. Masjid cantik ini menjadi
saksi sejarah perkembangan peradaban Islam di Indonesia,khususnya
di tanah jawa.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak
dahulunya adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan
agama Islam di tanah jawa inilah yang mendasari Demak mendapat
sebutan kota wali. Raden Patah bersama dengan Walisongo
membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus yang
merupakan candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang
kerthaning bumi. Secara filosofis bulus menggambarkan tahun
pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka. Bulus yang terdiri
tas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan
bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1. Hewan
bulus memang menjadi simbol Masjid Agung Demak, dibuktikan dengan
adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid.
Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur
tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana
namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik. Atap
masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran
akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam
masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh
Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang,
sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh
Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.
2. Masjid Menara Kudus
 Masjid Menara Kudus dibangun oleh
Ja’far Shadiq, atau yang lebih dikenal
dengan nama Sunan Kudus.
 Usia masjid ini disinyalir sudah hampir
500 tahun. Prasasti yang ada di atas
mihrab masjid ini sendiri berangka tahun
956 Hijriah, atau 1549 Masehi.
 Nama asli masjid ini adalah Masjid Al-
Quds. Kata ini merujuk kota suci di
Palestina yang bernama Al-Quds, atau
juga dikenal Yerusalem.
 Pasalnya, Sunan Kudus atau Ja’far
Shadiq dilahirkan di Al-Quds, Palestina
sekitar tahun 1500-an.
3. Masjid Agung Cirebon
Masjid Agung Sang Cipta Rasa disebut-
sebut sebagai masjid tertua di Cirebon.
Sejarah nama masjid yang diperkirakan
dibangun sejak tahun 1480 Masehi ini
dikenal juga sebagai Masjid Agung
Kasepuhan atau Masjid Agung
Cirebon.Sesuai dengan namanya,
masjid ini berada di dalam kompleks
Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pembangunan Masjid Agung Sang
Cipta Rasa diprakarsai oleh Nyi Ratu
Pakungwati, dibantu oleh sejumlah
anggota Wali Songo dan beberapa
tenaga ahli dari Kesultanan Demak
pimpinan Raden Patah.
Salah satu anggota Wali Songo yang berperan dalam merintis pembangunan
masjid ini, sebut Suwardi Alamsyah dalam "Nilai Budaya Arsitektur Masjid Sang
Cipta Rasa Cirebon Provinsi Jawa Barat" yang terhimpun di Jurnal Patanjaya
(2010) adalah Sunan Gunung Jati. Namun, Suwardi Alamsyah berdasarkan
hasil penelitiannya menyebut pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon
ini dilakukan pada kurun 1498-1500 M, bukan 1480 M.Sunan Gunung Jati
menikah dengan Ratu Dewi Pakungwati, putri Pangeran Cakrabuana yang tidak
lain adalah pendiri Kasepuhan Cirebon. Selain Sunan Gunung Jati, ada pula
anggota Wali Songo lainnya yakni Sunan Kalijaga yang memimpin proyek
pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Sebagai arsitek
perancang masjid, tersebutlah nama Raden Sepat yang memimpin para ahli
bangunan dari Jawa.

Anda mungkin juga menyukai