Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ARSITEKTUR MASJID AGUNG DEMAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Islam Budaya Dan Kearifan Lokal

Dosen Pengampu : Drs. H. Anasom, M.Hum

Disusun Oleh :

1. Ichwan Firmansyah ( 23010360126 )

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berisikan tentang

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah


pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu
pedoman dalam proses pembelajaran.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurannganya


karena pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu,
saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.

Akhir kata. saya ucapkan terima kasih


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Islam masuk di Jawa, Islam bertemu dengan nilai-nilai Hindu Budha
yang sudah mengakar kuat di kalangan masyarakat.Tentu saja nilai-nilai dari
Hindu Budha pun sebelumnya telah mengakomodasi nilai religi animisme dan
dinamisme sebagai nilai yang telah mengalami percampuran, yang kemudian
disebut sebagai nilai-nilai kebudayaan Jawa.

Ketika Islam datang dan berinteraksi dengan nilai-nilai lama tersebut,


masyarakat sering menyebutnya sebagai nilai-nilai kebudayaan Jawa.Nilai-nilai
kebudayaan yang berkembang juga menyangkut bidang arsitektur.Mark R.
Woodward (1985) mengatakan bahwa Islam Jawa bagaimanapun juga berakar
pada tradisi dan teks suci Islam itu sendiri. Menurutnya penting untuk mengetahui
pola hubungan simbolik antara teks suci dan situasi historis umat islam, sehingga
kita bisa melihat kehadiran arsitektur yang memadukan nilai islam (Timur
Tengah) dengan karakteristik lokal (Jawa) yang sudah berkembang. Menurut
Jauharotul Huda pemikiran Mark R. Woodward di atas mengindikasikan sebagai
salah satu produk budaya arsitektur di Jawa juga merupakan bagian dari
interpretasi teks dalam kehidupan orang Jawa yang menyejarah.
Pandangan di atas akan membantah opini dimana islam Jawa sering
dipandang sebagai islam sinkretik atau islam nominal, yang konsekuensinya Islam
Jawa bukanlah Islam dalam arti sebenarnya. Oleh karena itu penting pula
memahami interelasi Islam Jawa pada bidang arsitektur. Mengingat arsitektur
(secara fisik) menunjukkan keberadaan perkembangan budaya suatu daerah,
Misalnya dari bangunan tempat ibadah, makam, tata ruang kota, dan lain-lain.
Sehingga dalam makalah ini kami akan membahas mengenai interelasi Islam dan
Budaya Jawa pada aspek arsitektur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arsitektur Islam jawa?
2. Bagaimana sejarah berdirinya masjid agung Demak?
3. Bagaimana nilai budaya islam dalam arsitektur masjid agung Demak?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami arsitektur Islam jawa
2. Mengetahui sejarah berdirinya masjid agung Demak
3. Mengetahui nilai budaya Islam dalam arsitektur masjid agung Demak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arsitektur Islam Jawa

Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan


keindahan yang kaya akan makna Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme
dengan makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada arsitektur
Islam itu adalah bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika
dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap
kebesaran dan keagungan Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki segala
keindahan.

Arsitektur Islam muncul di Jawa pada awal mula Islam masuk ke Jawa.
Bangunan-bangunan yang dapat diidentifikasikan sebagai arsitektur Islam Jawa
adalah masjid, makam, istana dan tata kota. Surutnya pengaruh Majapahit pada
akhir abad ke- 15 diimbangi oleh meningkatnya kekuatan pemerintahan Islam.
Ada beberapa pembaharuan arsitektur pada masa kini, contohnya dalam membuat
istana dan ruang tata kota. Selain sebagai sarana penanaman budaya Islam,
arsitektur ini menyatukan dua unsur kebudayaan, yakni kebudayaan yang dibawa
oleh para penyebar Islam dan kebudayaan lam yang telah dimiliki oleh
masyarakat setempat.

Arsitektur Islam Jawa pada hakekatnya tidak terlepas dari keberadaan


kebudayaan dan tradisi yang sudah ada sebelum Islam masuk di wilayah ini.
Tidak mengherankan jika pada masa awal masuknya Islam di tanah Jawa, bentuk
masjid masih menggunakan gaya arsitektur tradisional yang cenderung bernuansa
Hinduisme.

B. Sejarah berdirinya Masjid agung Demak


Masjid Agung Demak merupakan peninggalan sejarah zaman Kasultanan
Demak-Bintoro abad XIV, yang terletak di Kabupaten Demak Provinsi Jawa
Tengah. Lokasinya di pusat Kota Demak, ber- jarak kurang lebih 26 KM ke arah
Timur Semarang (Ibukota Provinsi Jawa Tengah), kira-kira 25 KM ke arah Barat
Kabupaten Kudus, dan kurang lebih 35 KM ke arah Selatan Kabupaten Jepara.1

1
Daryanto dkk, 2014, Mesjid Agung Demak Karya Monumental Walisongo, Tonggak Perjuangan
Syiar Islam Nusantara, Demak: HUMAS SETDA Demak, h.3-5
Masjid Agung Demak merupakan salah satu di antara bangunan-bangunan
Islam penting di dunia Islam, terutama di Asia Tenggara. Masjid Agung Demak
juga dinilai memiliki arsitektur khas dan sesuai dengan dinamika zamannya.
Masjid Agung Demak menggunakan atap bersusun atau tumpang tiga yang
berbeda dengan umumnya masjid di jazirah Arab yang menggunakan kubah. 2
Seperti contoh pada gambar 1

Gambar 1, SOLOPOS.COM - Masjid Agung Demak Jawa Tengah. (Wisatajateng.com)

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini
dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet,
dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka

Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti
angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1
(satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401
Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.3
Tahun berdirinya Masjid Agung Demak secara pasti tidak dapat diketahui
kapan didirikanya, Sementara dalam bab kesimpulan khusus Tim Lembaga
Research dan Survey IAIN Walisongo, dalam Laporan Hasil Penelitian Bahan-
bahan Sejarah Penelitian di Jawa Tengah Bagian Utara menyimpulkan bahwa
tidak ada tahun yang pasti kapan Masjid Agung Demak pertama kali didirikan,
namun dapat diperkirakan bahwa awal berdirinya Masjid Demak sekitar tahun
1469 M, yang mana waktu itu daerah itu belum ditetapkan menjadi Kadipaten
Bintara. Para wali membangun kembali dan memperbesar bangunan Masjid
Demak seperti terlihat sekarang ini, pada tahun 1479 M, setelah Kasultanan
Demak-Bintoro berdiri. Pada kesimpulan Tim Lembaga Research dan Survey
IAIN Walisongo menyebut awal pendirian Masjid Agung Demak sekitar tahun
1469 M, dengan demikian perkiraan waktunya mendekati tahun 1466 M

2
Ibid.,; Daryanto dkk, Masjid Agung Demak..., op.cit, h. 21-22
3
https://betulcerita.blogspot.com/2015/01sejarah-
sebagaimana penafsiran berdasarkan Candra Sengkala yang terdapat pada Lawang
Bledeg.4

C. Nilai budaya Islam dalam arsitektur masjid agung Demak

Arsitektur Masjid Agung Demak merupakan bentuk akulturasi antara


budaya Jawa (bangunan pokok masjid yang mengacu pada bangunan rumah joglo
dan limasan), budaya Hindu-Budha terlihat dari (bentuk atap tajuk tumpang tiga),
budaya Islam (makna simbolik dan nilai filosofi yang terdapat pada unsur-unsur
bangunannya). Berikut adalah penjelasan detil simbol akulturasi masjid tertua di
Pulau Jawa ini dapat dilihat dari:

1. Atap Masjid (Tiga Tajuk)


Masjid Agung Demak memiliki bentuk atap segi empat bertajuk tumpang
tiga. Atap masjid demak dinilai memiliki daya keunikan tersendiri dan berbeda dengan
bentuk atap masjid pada umumnya. Atap tumpang ganjil mirip dengan bangunan suci
umat Hindu (Pura) yang berjumlah 3-11 tingkat. Selain itu, bentuk atap tumpang ini mirip
dengan bentuk punden berundak pada masa prasejarah. Sementara itu, simbol
akidah Islam, yaitu, iman, silam, dan ihsan, dapat terlihat dari Atap berbentuk limas
susun tiga ini.

2. Pintu Bledeg (Pintu Petir)


Sebuah pintu utama masjid terbuat dari kayu jati yang terukir gambar dua
kepala naga. Konon katanya gambar petir tersebut adalah gambar petir yang
ditangkap sekaligus digambar oleh Ki Ageng Selo pada masa
zaman Walisongo dulu, yang diyakini bisa digunakan untuk menangkal petir.
Oleh karena itu, dinamakan dengan pintu bledeg/pintu petir. Sementara itu, hiasan
di pintu ini terdapat Candrasengakala yang berbunyi "Nogo Mulat Saliro Wani",
yang diartikan sebagai pernyataan yang berupa waktu (angka tahun), sehingga
dapat disimpulkan bahwa peletakan batu pertama oleh Raden Patah pada tahun
1477 M.

3. Hiasan Dinding (Piring Campa)


Piring Campa adalah piring khusus yang dibuat sebagai dekorasi di dalam
bangunan Masjid Agung Demak. Sejumlah 65 piring porselen yang dipasang di
dinding-dinding masjid tersebut. Konon katanya, lempengan piring ini adalah
hadiah dari Putri Campa, ibu dari raja Kerajaan Demak, Raden Patah.

4
Tim Lembaga Research dan Survey IAIN Walisongo, op.cit., h. 94
4. Jumlah Pintu dan jendela Masjid
Jumlah pintu Masjid Demak terdapat lima buah yang menyimbolkan
rukun Islam, yaitu: Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Haji. Sementara itu,
jendela pada masjid berjumlah 6 buah bermakna rukun iman, yaitu: iman kepada
Allah SWT, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah SWT,
iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir (kiamat), dan iman kepada
Qada dan Qadar.5

5
Laila Maulidiyah, 2022, babad.id symbol akulturasi budaya pada bangunan masjid agung demak
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kesimpulan makalah tentang arsitektur Masjid Agung Demak,
dapat disimpulkan bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang
sangat penting. Desain arsitektur yang khas dan simboliknya mencerminkan
keindahan dan keagungan Islam di Indonesia. Masjid Agung Demak juga
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap arsitektur masjid-masjid lain di
Indonesia.

B. SARAN
Diharapkan desain bangunan masjid agung demak bukan hanya
menonjolkan nilai nilaiestetika semata namun juga harus menunjukan identitas
dari kultur dan budaya setempat agar masyarakat di sekitar masjid tidak
kehilangan identitas yang berdasarkan akar budayanya.
DAFTAR PUSTAKA

Anasom, Ismawati, Anafah naili. 2019. ‘‘Sejarah kesultanan demak bintoro’’


LP2M Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Daryanto dkk, 2014, ‘‘Mesjid Agung Demak Karya Monumental Walisongo,
Tonggak Perjuangan Syiar Islam Nusantara’’, Demak: HUMAS SETDA Demak,
h.3-5
Fikriant, Aulia, 2010. "Arsitektur Islam: Sent Puang dalam Peradaban Islam." El-
Harakah: UIN Malang vol 12
Ibid.,; Daryanto dkk, Masjid Agung Demak..., op.cit, h. 21-22
Laila Maulidiyah, 2022, babad.id symbol akulturasi budaya pada bangunan masjid
agung demak.
Tim Lembaga Research dan Survey IAIN Walisongo, op.cit., h. 94
https://betulcerita.blogspot.com/2015/01sejarah-

Anda mungkin juga menyukai