Anda di halaman 1dari 14

TRADISI-TRADISI

ISLAM DI INDONESIA
(ARSITEKTUR DAN
KELEMBAGAAN)
BPI A

Ade Dwi Maria Ningsih (1920502023)

Rico Prasetya (1920502024)


TRADISI ISLAM DI INDONESIA DALAM
BIDANG ARSITEKTUR
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri
seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia,
lingkungan, dan penciptanya. Di dalam arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat
diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengapresiasikan esensi tersebut.
Perkembangan arsitektur pada setiap daerah berbeda-beda dan mengalami penyesuaian sesuai dengan
budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang
mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia. Arsitektur yang merupakan bagian dari
budaya, selalu berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia.
Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan
makna. Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Salah satu
makna yang terbaca pada arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan
estetika dalam arsitektur yang tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran
dan keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan.
CIRI-CIRI ARSITEKTUR
ISLAM:
1. Arsitektur mempunyai 2. Arsitektur tidak
3. Interior arsitektur ditata
ornament yang senantiasa mengandung ornament
untuk menjaga perilaku dan
menginagtkan kita kepada yang bergambar makhluk
akhlak yang baik.
Allah SWT. hidup utuh.

4. Arsitektur biasanya
5. Pembangunan arsitektur 6. Keberadaan arsitektur
dihiasi warna-warna alami
bukan bertujaun untuk bangunan tidak berdampak
yang mendekatkan kita
riya dan sombong,. negatif bagi orang lain.
kepada Allah SWT.

7. Pendirian arsitektur tidak


merusak lingkungan alam.
Masjid Kudus
1. Masjid kudus yang berlokasi di Kota Kudus, Jawa Tengah dibangun
pada 956 H/159 M. Masjid Kudus terkenal akan menaranya yang unik,
yang merupakan bagian dari komplek makam sunan Kudus. Menara
pada masjid Kudus pada dasarnya meniru bangunan candi zaman
Majapahit yang terdiri dari kaki dan tubuh bangunan yang berjenjang
beserta pelipit-pelipit datar sebagai batas.
2. Bangunan menara yang berketinggian 18 meter dan berukuran sekitar
100m persegi pada bagian dasar ini dengan kuat membayangkan sistem
bentuk dan elemen bangunan Jawa-Hindu. Hal ini bisa dilihat dari kaki
dan badan menara yang dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-
Hindu. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata
yang dipasang tanpa perekat semen, namun digosok hingga lengket
secara khusus adanya selasar atau biasa disebut pradaksinapatta pada
kaki menara yang sering ada pada bangunan candi. Teknik konstruksi
tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang
berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat soko
guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk.
Masjid Agung Banten
1. Masjid Agung Banten termasuk salah satu masjid tertua di
daerah Jawa. Masjid ini dibangun oleh Sultan Maulana
Hasanuddin (1552-1570) bertepat di sisi alun-alun dan di
sebelah utara keraton. Awalnya, sebelum diaktifkan sebagai
menara masjid, menara ini digunakan sebagai menara rambu
dan pengintaian untuk Pelabuhan Banten yang kerap menjadi
sasaran serangan oleh kekuatan-kekuatan eropa sebagai saingan
Belanda. Menurut tradisi, rancangan banguanan utama masjid
yang beratap tumpuk lima ini dipercayakan kepada arsitek Cina
bernama Cek Ban Cut. Selain jumlah tumpukan, bentuk dan
ekspresinya juga menampilkan keunikan yang tidak ditemukan
kesamaannya dengan masjid-masjid di seluruh Indonesia. Yang
paling menarik dari masjid Agung Banten adalah pada dua atap
konsentris paling atas yang samar-samar mengingatkan idiom
pagoda Cina. Kedua atap itu berdiri tepat di atas puncak
tumpukan atas ketiga dengan sistem struktur penyalur gaya
yang bertemu di satu titik.
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak berkolasi di desa Kauman,
Demak, Jawa Tengah. Ditempat ini juga terdapat
sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai
riwayat berdirinya Masjid Agung Demak. Masjid Agung
Demak merupakan situs peninggalan Islam tertua di
Indonesia berupa sebuah masjid kuno yang
arsitekturnya masih berpadu antara Jawa Kuno pada
masa kerajaan Hindu. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya atap meru, ruang keramat dn tiang guru yang
melingkupi ruang sela. Ini merupakan ciri khas dari
bangunan-bangunan suci pada masa kerajaan Jawa
Kuno.
Masjid Sultan Suriansyah
. Pola ruang pada Masjid Sultan Surianyah merupakan
sama dengan pola ruang dari arsitektur Majid Agung
Demak yang dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno
pada masa kerajaan Hindu.
Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut pada tiga
aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi
oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut: atap meru,
ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi
ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap banguanan
suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan
mengecil ke atas merupakan lambang berkalitas dan
orientasi kekuasaan ke atas. Ciri atap meru tampak
pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap
bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah
tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan,
mmberikan kesan ruang di bawahnya merupakan
ruang suci yang biasa disbeut cella. Tiang guru adalah
tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang
keramat).
Makam Maulana Malik Ibrahim

Maulana malik Ibrahim merupakan penyebar agama


Islam di tanah Jawa dan merupakan Wali tertua dari
kesembilan Wali yang meninggal pada tahun 1419.
Makam Maulana Malik Ibrahim berlokasi di desa
gapura bash, Gresik, Jawa Timur.
Bangunan dari makam Maulana Malik Ibrahim memiliki
kekhasan tersendiri, hal ini terlihat dari bahan batu
nisan dan gaya tulisan Arab. Batu nisan pada makam
Maulana Malik Ibrahim memiliki gaya Gujarat.
Makam Sunan Gunung Jati

Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki gaya


arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur
Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Cina tampak pada
desain pendalaman dinding makam, benda-benda
antic tersebut juga terpajang di sepanjang jalan
makam. Arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan
kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan
makam Sunan Gunung Jati.
Makam Imogiri
Makam raja-raja Imogiri tersebut teridir atas modul-
modul halaman yang disusun menyamping, masing-
masing modul memiliki tiga halaman yang diatur
segaris ke belakang. Pada ruang teratas dimakamkan
para raja, istri dan juga keluarga terdekat. Halaman
kedua yang berada ditengah merupakan ekstensi dari
halaman persiapan bagi pesiarah. Satu pintu gerbang
menghubungkan satu halaman dengan halaman lain,
juga menghubungkan halaman terbawah dengan
kompleks makam secara keseluruhan. Makan raja
berada di ruang atau halaman tertinggi merupakan
konsep yang umum pada pemakaman lama di Jawa.
Hal ini merupakan bagian dari penghormatan untuk
tokoh-tokoh penting.
Tradisi Islam di Indonesia dalam
Bidang Kelembagaan
ULAMA
Kata “Ulama” adalah bentuk jamak. Mufradnya “alim” yang berarti orang pandai. Ulama
mestinya orang pandai, dan semua orang pandai. Artinya, setiap pakar di bidangnya dapat
disebut ulama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia kata ulama memiliki arti mufrad
(tunggal) dan mempunyai arti khas, yaitu “orang yang pandai di bidang agama”. Dalam hal
ini, Rasululloh Saw berpesan kepada kaum muslimin agar tidak meninggalkan ulama dan
bahkan dianjurkan untuk mengikuti ulama supaya mendapatkan ajaran agama yang benar.
Keududukan ulama sebagai pewaris paranabi berarti bahwa setiap orang yang memiliki
pengetahuan agama harus menyebarkannya kepada masyarakat sebagaimana tugas para
nabi yang secara implisit dalam hal termasuk Nabi Muhammad SAW yang Rasulullah.
Orang yang mempunyai pengetahuan agama dan mengembangkannya kepada orang lain
inilah waratsatul anbiya.
PERAN ULAMA

01 Pewaris Para Nabi

03 Sumber Ilmu

02 Pembimbing, Pembina,
dan Penjaga Umat
LEMBAGA KEULAMAAN DI
INDONESIA

01 02 03

Nahdatul Ulama Muhammadiyah MUI


MUI mewadahi ulama,
Nahdatul Ulama Tujuan utama zu’ama, dan cendikiawan
berdiri pada Muhamamdiyah Islam di Indonesia untuk
tanggal 31 Januari adalah membasmi membimbing, membina,
dan mengayomi kaum
1926 atau 18 Rajab seluruh
muslimin di seluruh
1344 H di penyimpangan yang Indonesia
Surabaya terjadi dalam proses
dakwah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai