Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam

Dari Masa Ke Masa


Arsitektur islam adalah suatu arsitektur atau hasil usaha manusia yang memiliki wujud kongkrit
sebagai pemenuh atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Perkembangan arsitektur islam
sangatlah luas meliputi bangunan tempat tinggal dan bangunan keagamaan. Di antaranya istana,
benteng, masjid, kuburan, bak pemandian umum, air mancur, dan lain-lain.

Konsep pemikiran arsitektur islam bersumber dari Al Quran, Hadits, Keluarga Nabi, Khalifah,
Ulama, dan Cendikiawan Muslim. Dalam pembangunannya, arsitektur ini memegang faktor fisik
dan faktor metafisik. Maksud faktor fisik yaitu wujud fisik arsitektur harus sesuai dengan ajaran
agama islam. Sedangkan, faktor metafisik berarti arsitektur mampu membuat penghuninya untuk
bertakwa kepada Allah SWT, menjamin penghuninya merasa aman dan nyaman, serta
mendorong pemiliknya untuk senantiasa bersyukur.

Adapun ciri-ciri dari arsitektur islam yaitu :

Arsitektur mempunyai ornamen yang senantiasa mengingatkan penghuninya kepada


Allah SWT
Arsitektur tidak mengandung ornamen yang bergambar makhluk hidup utuh
Interior arsitektur ditata untuk menjaga perilaku dan akhlak yang baik
Arsitektur biasanya dihiasi warna-warni alami yang mendekatkan kepada Allah SWT
Pembangunan arsitektur bukan bertujuan untuk riya atau sombong
Toilet tidak boleh menghadap dan atau membelakangi kiblat
Keberadaan arsitektur bangunan tidak berdampak negatif bagi orang lain
Pendirian arsitektur tidak merusak lingkungan alam
Perkembangan Arsitektur Islam

Perkembangan arsitektur islam pertamakali ditandai dengan berdirinya Masjid Juatha di Arab
Saudi. Tokoh yang mempopulerkannya adalah Khilafah Rashidun yang memerintah pada tahun
632-661. Berikutnya pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah di tahun 661-750, arsitektur
islam merupakan perpaduan dari arsitektur bergaya barat dan arsitektur bergaya timur. Yang
paling populer yaitu kombinasi arsitektur byzantium dan arsitektur sassanid. Arsitektur Umayyah
ini banyak memainkan cat dinding, mosaik, relief, termasuk ditambahkannya mihrab ke dalam
masjid yang seolah-olah kini menjadi standar desain masjid di dunia.

Ketika Khalifah Abbasiyah berkuasa pada (750-1513), pengaruh arsitektur sassanid dan
arsitektur khas asia tengah kental sekali dalam arsitektur islam. Masjid-masjid pun diperluas dan
dilengkapi dengan courty yard. Beberapa arsitektur peninggalan Khalifah Abbasiyah antara lain
Masjid Al-Mansur di Baghdad, Masjid Samarra di Irak, dan Masjid Balkh di Afganistan.

Masuknya agama islam di Afrika Utara, salah satunya ditandai dengan berdirinya Masjid Agung
Cordoba yang dipengaruhi arsitektur moorish. Kekhasan arsitektur moorish terletak pada
penggunaan pola-pola geometris yang tegas. Pengaruh arsitektur ini juga menyebar luas sampai
ke Spanyol dengan dibangunnya istana dan benteng Alhambra bergaya moorish. Warna-warna
yang tren meliputi emas, merah, dan biru dengan ornamen berbentuk dedaunan. Bangunan-
bangunan peninggalan islam di masa ini di antaranya bangunan Bab Merdum di Toledo dan
Gerbang Lengkung Media Azahara.

Arsitektur islam juga banyak dipengaruhi oleh kebudayaan persia. Hal ini disebabkan kedekatan
hubungan antara khalifah islam dengan kekaisaran persia terutama pada abad ke-7. Bahkan bisa
dikatakan bahwa desain arsitektur islam merupakan perkembangan dari arsitektur persia. Ciri
khas dari masjid yang bergaya persia yakni adanya lengkungan bangunan yang ditopang oleh
pilar-pilar, pilar menggunakan batu bata, dan taman yang luas di sekeliling masjid. Kebudayaan
hindu sempat mempengaruhi arsitektur islam di Asia Timur dan Asia Tenggara, namun akhirnya
pengaruh arsitektur persia ini mendominasi hampir semua bangunan yang berarsitektur islam.

Sumber Tulisan : www.solusiproperti.com

Posted In: ARTIKEL ARSITEKTUR

Arsitektur Islam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bagian dari seri tentang

Islam

Iman[tampilkan]

Ritual[tampilkan]

Teks dan hukum[tampilkan]

Sejarah dan pemimpin[tampilkan]


Denominasi[tampilkan]

Budaya dan masyarakat[tampilkan]

Topik terkait[tampilkan]

Portal Islam

l
b
s

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekuler maupun di bangunan
keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut
membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah masjid, kuburan, istana dan benteng
yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang
signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Daftar isi

1 Defenisi & Kaidah


2 Sejarah Awal
3 Pengaruh dan Gaya
o 3.1 Arsitektur Persia
o 3.2 Arsitektur Moor
o 3.3 Arsitektur Islam di Indonesia

Defenisi & Kaidah

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Quran, Sunnah
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah
sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui
beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen
kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tetapi
dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain
hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak lebih
dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.

Kaidah Arsitektur Islam 1) Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang
makhluk hidup yang utuh 2) Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan
kepada yang Maha Indah...Allah SWT. 3) Hasil Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer
dan kesombongan. 4) Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan
prilaku. 5) Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat. 6) Keberadaan
bangunan tidak merugikan tetangga disekitar 7) Pembangunan sampai berdirinya bangunan
seminimal mungkin tidak merusak alam. 8) Menggunakan warna yang mendekatkan kepada
Allah, seperti warna-warna alam.

Sejarah Awal

salah satu bagian dari era Umayyah Mshatta Facade, sekarang disimpan di museum Pergamon di Berlin,
diambil dari Kerajaan Amman

Ada beberapa bangunan di jaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur
Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab Saudi. Khilafah Rashidun (632661)
adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.

Khalifah Umayyah (661750) mengkombinasikan beberapa elemen dari arsitektur Byzantium


dan arsitektur Sassanid. Arsitektur Umayyah memperkenalkan bentuk baru yang
mengkombinasikan gaya barat dan timur.[1] Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda
mulai muncul pertama kali pada masa dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat di
Andalusia.[2] Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi, termasuk
diantaranya adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding, patung dan relief dengan
motif Islam.[3] Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah ruang transept yang membagi ruang
solat berdasarkan axis terpendek.[4] mereka juga menambahkan mihrab ke dalam desain
masjid.[4] Masjid di Madinah dibangun oleh al-Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki
mihrab, sebuah ruang tambahan menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat
atau khatib memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain sebuah masjid
di seluruh dunia.[4]

Arsitektur Abbasiah dimasa Khalifah Abbasiah (7501513) sangat kuat dipengaruhi oleh
arsitektur Sassanid, dan arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah memiliki sebuah courtyard.
Awal mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid al-Mansur yang dibangun di Baghdad.
Masjid Agung Samarra dibangun oleh al-Mutawakkil berukuran 256 by 139 meter (840
456 ft). Masjid ini memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh tiang-tiang. Masjid ini
memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca.[5] Masjid Samarra memiliki menara spiral, satu-
satunya yang ada di Iraq.[5] Sebuah masjid di Balkh atau sekarang terdapat di wilayah
Afghanistan berukuran 20 by 20 meter (66 66 ft), yang memiliki sembilan kubah.[6]

langit-langit bergaya Moorish di Alhambra

Konstruksi Masjid Agung Crdoba (sekarang menjadi sebuah katedral bernama Mezquita)
dimulai pada tahun 785 sekaligus sebagai penanda berdirinya era arsitektur Moorish di Iberian
peninsula dan Afrika utara. Masjid ini memiliki bentuk pelengkung yang menjulang. Arsitektur
Moorish mencapai masa jayanya pada saat konstruksi Alhambra, sebuah istana dan benteng yang
megah di Granada, Ruang interiornya terbuka sehingga memungkinkan angin bergerak masuk
dan didominasi warna merah, biru dan emas. Dindingnya diberi hiasan bermotif dedaunan yang
saat itu sedang menjadi tren, Kaligrafi Arab, dan pola arabesque, Dindingnya dilapisi keramik.
Bangunan lainnya yang bertahan hingga kini antara lain bangunan Bab Mardum di Toledo, atau
gerbang lengkung Medina Azahara. Arsitektur Moorish berakar dari kebudayaan Arab dan
berkembang pada masa kekhalifahan Umayyah di Levant tahun 660 dengan ibu kotanya
Damascus yang memiliki banyak arsitektur Islam Arab yang bercirikan pola-pola geometris.

Pengaruh dan Gaya

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim
memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal
yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di
Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan
terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Masjid Raya
Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga
masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman
merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi masjid
(sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan
Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga
menjadi model untuk pembangunan masjid-masjid Islam selanjutnya selama kekaisaran Ustman,
misalnya masjid Sulaiman, dan masjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur
Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang
melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola
dalam, terutama, masjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur
islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali
sekitar abad ke-17.
Arsitektur Persia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Persia

Masjid Shah di Isfahan, Iran

Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama
kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada
sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja
meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak
sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari
arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang
menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan
contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua
arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk merancang kota pada masa awal adalah warisan
dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari
Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Masjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu
bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya
arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang
ketika itu dalam masa jayanya.

Arsitektur Moor
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Moor

Pembangunan masjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam
di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Masjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior
lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan
dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki
ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi
dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.
Arsitektur Islam di Indonesia

Masjid bercorak khas Minangkabau di Fort de Kock (kini Bukittinggi) di sekitar tahun 1900

Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:

Islamic architecture

Templat:Arsitektur

1. ^ Petersen 2002, hlm. 295.


2. ^ Ali 1999, hlm. 35.
3. ^ Petersen 2002, hlm. 296.
4. ^ a b c Ettinghausen, Grabar & Jenkins 2001, hlm. 24.
5. ^ a b Bloom & Blair 2009, hlm. 80.
6.

SEJARAH ARSITEKTUR ISLAM


Resume :

SEJARAH ARSITEKTUR ISLAM

Arsitektur Islam adalah hasil usaha manusia yang berwujud konkrit dalam upayanya untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Penampilan arsitektur Islam secara fisik dapat menarik
perhatian, sebab daripadanya oleh penganut Islam. Hal itu berupa bangunan-bangunan sebagai fasilitas
pelaksanaan ajaran agama Islam yang berwujud arsitektur religi dan tambahannya yang senafas dengan
bangunan religi adalah arsitektur non religi. Perkembangan Islam dengan segera dapat diterima bangsa-
bangsa serumpun dan sebahasa (Arab) sebagai agama baru yang kemudian menjadi pedoman bagi sikap
hidupnya yang baru pula. Melalui peninggalan arsitektur dari kaum Sassanid para pengembang
arsitektur Islam di kemudian harinya banyak terpengaruh oleh bentuk-bentuk lengkung dan kubah.

Pada perkembangan arsitektur yang tumbuh dalam bangunan-bangunan Yunani dan Romawi
pun kemudian menjadi salah satu pendukung perkembangan arsitektur Islam melalui peninggalan-
peninggalan yang sampai ke Benua Afrika. Dalam karya arsitektur Islam, ternyata tampak segala macam
hal yang melatarbelakangi penampilannya. Masjid adalah contoh yang tertinggi dari wujud kerjasama
dan toleransi dalam kebudayaan antara Islam dan tradisi daerah. Motif Islam yang bercorak dekoratif
ornamentik itu dengan tumbuh-tumbuhan serta unsur alam lainnya yang tak bernyawa, kemudian motif
abstrak sebagai rekaan dari bentuk -bentuk geometris dengan huruf Arab juga merupakan ornament
yang baik. Sedangkan huruf Arab ini juga dipakai untuk menerapkan lafaz-lafaz dari al-Quran yang
ditetapkan di dalam bangunan masjid. Gaya ornamentik ini kemudian berpadu dengan bentuk-bentuk
arsitektur yang juga merupakan ciri khas, seperti kubah, lengkung gerbang dan kelengkapan lainnya.

Perkembangan arsitektur Islam itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan arsitektur
masjid, karenamasjid itu sendiri merupakan titik tumpuan dari ungkapan kebudayaan Islam, sebagai
akibat dari ajaran agama Islam. Masjid pertama yang dibuat oleh Nabi Muhammad s.a.w. adalah sangat
sederhana sekali. Denahnya merupakan masjid yang segi empat dengan hanya dinding-dinding yang
mnjadi pembatas sekelilingnya. Bagian dalam dinding tersebut dibuatsemacam serambi yang langsung
bersambungan dengan lapangan terbuka, sedangkan bagian pintu masuknya diberi tanda dengan
gapura yang tediri dari tumpukan batu-batu yang diambil dari sekeliling tempat itu.

Secara historis, maka perkembangan masjid kearah yang semarak dan mewah kiranya tidak
dapat dielakan, seperti yang telah menjadi kenyataan dalam sejarah arsitektur Islam. Perwujudan masjid
ini dari zaman ke zaman sebagai sarana keagamaan mengalami perubahan-perubahan, sebagai akibat
dari perkembangan itu. Mulai abad kesebelas, gerakan dilanjutkan oleh bangsa Turki yang berbeda
dalam pembawaannya dengan bangsa Arab. Kekuasaan dan penaklukan yang bersifatnya duniawi
mewarnai pergerakan ini. Akibatnya banyak Negara dengan cepat dapat ditaklukkan. Turki adalah
pahlawan bagi penyebaran agama Islam sesudah orang-orang Arab. Sebagai hasil dari gerakan bangsa
Turki ini, Arsitektur Islam juga berkembang pesat dikawasan Asia kecil dengan penampilan yang khas.
Kebudayaan sasanid ialah kebudayaan Persia lama sebelum Islam masuk yang dibawa oleh orang Turki.
Arsitekturnya banyak yang diruntuhkan, tapi masih meniggalkan bekas-bekas yang berupa gambaran
telah dikenalnya pemakaian lengkung pada pintu dan gapura serta kubah untuk atapnya.
Perubahan-perubahan tersebut yang terjadi adalah kemajuan, perbaikan mutu dan
penyerupaan, dalam segala segi yang mendudukung pergelaran Arsitektur Islam. Demikian pula halnya
dengan masjid sebagai unsur pokok dalam arsitektur Islam yang juga mengalami perkembangan
tersebut. Hal itu perlu diketahui, terutama atas kehadiran berbagai kelengkapan yang merupakan bagian
baru dari arsitektur masjid. Mausoleum ialah makam yang merupakan tugu bangunan kuburan yang
ditata dengan baik seperti halnya dengan membuat bangunan . dalam ukurannya yang tertentu
bentuknya juga menyerupai istana. Pengaruh kaum Seljuk ini boleh dikatakan menyebar dan menerap di
seluruh penjuru muslim ditimur tengah, bahkan sampai juga ke Mesir dan Syiria, padahal pengaruh
politik kaum Seljuk kurang diterima. Tetapi pengaruh bidang arsitekturnya dapat diterima. Perpaduan
fungsi masjid sebagai tempat beribadah dengan segala kebesaran dan keagungannya di satu fihak,
dengan masjid sebagai tempat terbentuknya ilmu agama islam. Terbentukanya masjid madrasah inipun
pada saat awalnya tumbuh dari kepentingan yang dirasakan, artinya tidak direncanakan khusus sebagai
madrasah. Sebagai contoh bentuk masjid madrasah dari jaman Seljuk ialah masjid Siradz di Isafan yang
mulanya merupaka masjid jami.

Bangunan lainnya ialah bangun istana yang menyerupai corak dan gaya seperti arsitektur
masjid, ciri khas dari arsitektur Islam. Istana di Bagdad misalnya menunjukkan ciri khas dari arsitektur
Seljuk. Yang khas yakni dari pelaksanaa konstruksi lengking iwan dengan penampilan ornament yang
megah meriah seperti juga terdapat pada arsitektur masjid. Diantara bangunan-bangunan non-religi ini
terdapat pula bangunan-bangunan pertahanan berupa benteng-benteng atau tembok pengaman.
Fatimiyyah yang yang menguasai seluruh daerah Afrika utara dan Mesir menampilkan Kairo sebagai kota
yang penting artinya. Arsitektur gaya Fatimiyyah ini tampak ada tapak pengaruh dari luar terutama
melalui tapak kebudayaan Mesopotamia serta malalui siria. Pengaruh Byzantium tampak membekas
pada kedua bangunan masjid ini dengan bentuk minaretnya yang massif, serta penggunaan lengkung
sebagai gapura dan pintu gerbang.

Kemudian pada abad ke sebelas muncul dinasti Almorawiyah yang dilanjutkan oleh dinasti
Almohad. Kesemuanya tadi adalah yang mengembangkan gaya moor di Spanyol pada saat itu. Hal ini
membekas pada masjid, istana, kraton, kesultanan, bangunan kuburan, benteng pertahanan dan juga
kuburan-kuburan. Jadi moor asalnya adalah kaum Berber yang biasa juga disebut Habsyi.kemudian pada
masa akhir perkembangan pengaruh muslim di Spanyol timbul corak baru yang dinamakan gaya
Mudejar. Masa Mudejar yang merupakan sisa-sisa pengaruh Muslim di Spanyol boleh dikatakan tidak
lagi menghasilkan untuk kaum Muslimin, bahkan masjid-masjid atau istana yang telah ada pun
kemudian diambil alih oleh orang-orang Kristen dan dijadikan gereja.

Sekitar abad kelimabelas di saat arsitektur Islam gaya Osmaniyah telah memperoleh coraknya
yang pasti. Tambahan yang khas disaat ini yang tampak pada masjid yang dibangun oleh Sultan Salim
adalah ditampilkannya bentuk kubah-kubah kecil sebagai ujung atau penutyp suatu bagian bangunan
tambahan dan fungsinya semata-mata hanya dekoratif saja. Sinan seorang arsitektur di Yunani telah
sempat menghasilkan karya-karyanya dalam berbagai bentuk bangunan. Di antaranya masjid Sultan
Sulaeman di Istambul sebagai hasil penangann aritek sinan ini. Di sisi lain pada arsitektur Islam di india
baik bangunan masjid , kuburan, maupun makam dan juga istana semua menampilkan sorak yang sama.
Terutama istana yang jelas gayanya tidak ada bedanya dari bangunan masjid. Arsitektur Islam yang
terkenal ialah dari dinasti Moghul seperti Sultan Jehan. Monument arsitektur Islam adalah bangunan
kuburan untuk para raja. Bangunan kuburan terkenal sampai sekarang adalah Taj-Mahal yang dibangun
oleh Syah-Jehan di Agra.

Tokoh-tokoh Arsitektur Islam

Satu di antara bangunan suci yang bersifat artistik dan bersejarah adalah Masjidil Haram. Masjid yang
terletak di tengah-tengah kota Mekah dan dikelilingi beberapa bukit ini merupakan pembentukan
kembali dan ikhtisar dari keselarasan, ketertiban, kedamaian alam semesta yang telah ditetapkan Allah
SWT sebagai rumah peribadatan abadi kaum Muslim.Konon, pada masa Rasulullah saw hingga Khalifah
Abu Bakar, Masjidil Haram belum memiliki dinding di sekelilingnya. Besarnya pun belum sebesar
sekarang ini, dan belum diberi penerangan lampu-lampu dari bahan bakar minyak zaitun di sekitar
Baitullah (Ka'bah). Keadaan ini sudah sejak Nabi Ibrahim As, sampai suatu ketika Umar bin Khathab yang
menjabat sebagai khalifah kedua membeli rumah-rumah yang ada dan berserakan di sekeliling Ka'bah.
Oleh Umar rumah-rumah yang telah dibelinya itu, diruntuhkan untuk memperluas Masjidil Haram
tersebut. Dan dibuatnya dinding pada sekeliling masjid, dengan ketinggian lebih rendah dari manusia. Di
atas dinding-dinding masjid itu, diletakan lampu-lampu oleh Atabah bin Azrak untuk menerangi Masjidil
Haram tersebut.

Pelebaran dan perluasan Masjidil Haram inipun dilanjutkan pula oleh Utsman bin Affan, karena semakin
bertambah banyak dari tahun ke tahun orang yang melakukan shalat di masjid itu. Oleh Utsman bin
Affan, Masjidil Haram itu dibuatkan kamar-kamar bilik (ruang), yang dinamakan ruak, pada sekeliling
masjid, untuk digunakan sebagai asrama.

Perluasan Masjidil Haram oleh Utsman bin Affan terjadi pada tahun 26 Hijriah, dan diteruskan oleh
Abdullah bin Zubair cucu dari Abu Bakar pada tahun 75 Hijriah. Kemudian oleh Abdul Malik bin Marwan
ditambah ketinggian masjid tersebut dengan perhiasan emas 50 karat pada tiap-tiap tiangnya.

Oleh Al-Walid, Masjidil Haram diperindah dengan ukiran yang terjalin antara kalimah dengan motif
bunga. Pada beberapa tempat diberi dinding dari batu marmer dan batu pualam yang dipahat dengan
seni yang tinggi. Maka Masjidil Haram pun menjadi tempat peribadatan yang ideal laksana gambaran
nuansa Surgawi, karena dalam arsitektur Islam tak terdapat ketegangan. Bahkan, bangunan suci Islam
selalu meletakan ketenangan dan kemuliaan sesuai dengan sifat batin alamiahnya ketimbang sesuatu
yang bertentangan dengan sifat material yang ada.

Arsitektur Islami

Arsitektur Islam memanfaatkan sepenuhnya cahaya dan bayangan, kehangatan dan kesejukannya, angin
dan sirkulasinya, air dan efek penyejukannya, tanah dan ciri-ciri isolatifnya serta sifat-sifat protektifnya
terhadap cuaca. Jauh dari adanya percobaan untuk melawan dan menantang alam dan irama-iramanya,
arsitertur Islam selalu selaras dengan lingkungan. Arsitektur Islam senantiasa melakukan perubahan
sedikit mungkin untuk menciptakan lingkungan yang manusiawi, menjauhi pengingkaran titanis dan
karya-karya artistiknya.

Kota Islami berkembang secara perlahan dari bumi, mempergunakan semaksimal mungkin sumber-
sumber alam itu sendiri. Dan apabila ditinggalkan biasanya secara perlahan akan kembali lagi ke perut
bumi. Arsitektur Islam ini bukan hanya menyatukan diri dalam paduan harmoni dan keutuhannya. Selain
itu keselarasan ekologis dalam arsitektur Islam tradisional bukanlah kebijaksanaan ekologis yang asal-
asalan, dan juga tidak berdasarkan pertimbangan ekonomis dalam pengertian modern, melainkan
merupakan konsekuensi dan alam spiritualitas Islam.

Pada kenyataannya, harus ditekankan bahwa arsitektur suci Islam adalah sebuah kristalisasi dari
spiritualitas Islam dan kunci untuk memahami spiritualitas ini. ruang yang terdapat di Masjidil Haram
dan masjid-masjid lainnya dalam wilayah kota Islami telah diciptakan untuk memberikan perlindungan
dan tempat manusia dapat menikmati, melalui ke-agungan spiritualitas itu juga. Kedamaian serta
keselarasan alam yang suci sebagai refleksi surga. Yaitu, surga yang terkandung dalam lubuk dan pusat
keberadaan manusia yang menggemakan kehadiran Tuhan. Ini karena hati orang yang beriman adalah
singgasana yang Maha Penyayang.

Dan semua ciri serta filosofi arsitektur Islam mewujud lewat kehadiran Masjidil Haram yang dibangun
secara terus menerus oleh tokoh-tokoh umat Islam dari seluruh Dunia.

Tokoh Pembangun

Bila dirunut, beberapa tokoh yang terlibat dalam pembangunan Masjidil Haram adalah :
Ziad bin Abdullah Al'Harasith, pada 137 Hijriah, dan dia pula-lah yang mendirikan menara Bani Sahm.

Abu Ja'far Al'Mansyur, pada 140 Hijriah. Dialah yang menutup kembali dengan batu marmer saat Hajar
Aswad agak sedikit keluar dari tempatnya semula, yang diselesaikan dengan hanya dalam satu malam
saja.

Al'Mahdi, pada 161-167 Hijriah. Dia-lah yang menjadikan posisi Ka'bah terletak di tengah-tengah
Masjidil Haram, dan membuat masjid tersebut dalam bentuk kebudayaan Islam yang sangat indah.

Harun Al'Rasyid Khalifah Mu'tadhid Al'Abbasi. Dia-lah yang memasukkan gedung bersejarah (Darun
Nadwah) ke dalam Masjidil Haram.
Khalifah Al'Muktadir Billah yang memperluas bagian sebelah barat Masjidil Haram, dan pintu Ibrahim
pada 376 Hijriah.

An'Nasir Hasan bin Nasir Muhammad bin Khalawun pada 760 Hijriah, dialah yang membuat tempat air
minum.

Ali bin Umar, melakukan perbaikan pintu besar yang bernama : As-Salam, dan ia pulalah yang
mewakafkan kitab-kitab untuk perpustakaan Masjidil Haram, pada 781 Hijriah.

Amir Zainal Abidin Al'Utsmani, mengadakan pembuatan pintu masjid dan perhiasannya, pancuran air
dan perbaikan atap Ka'bah. Pada tanggal 28 Syawal 802 Hijriah (malam Sabtu) Masjidil Haram terbakar
api (terjadi kebakaran), api berasal dari Rubat Nazir Al'Khas, letaknya dekat pintu Azurah di sebelah
barat Masjidil Haram. Api membakar seluruh bagian barat masjid, kemudian pada 803 Hijriah diperbaiki
oleh Amir Bessak Az-zahiri sampai 804 Hijriah.

Salim Khan, pada 979 Hijriah memperbaharui loteng dan kubah-kubah yang bundar dan indah seperti
sekarang ini. kemudian dilanjutkan oleh Ahmad Bey, Muallim Muhammad Al'Mis'ri dan Sultan Murad.

Pada 1072 Hijriah dilanjutkan oleh Sulaiman Bey, yang saat itu menjabat sebagai Wali Jeddah dengan
dana yang diberikan oleh Sultan Mesir, yakni Muhammad Kizlar Agha.

Setelah itu secara terus menerus, Masjidil Haram mengalami perbaikan dan penyempurnaan dari
hampir semua penguasa Muslim dunia. Hingga akhirnya ketika keluarga Ibnu Saud berkuasa di Arab
Saudi, tradisi menyempurnakan masjid ini pun ditangani langsung keluarga kerajaan tersebut.

Keutamaannya

Salah satu bentuk keutamaan dari Masjidil Haram terungkap lewat sabda Rasulullah saw: Shalat di
masjidku ini lebih baik dari pada seribu kali shalat yang dilakukan di tempat lain, yang selain Masjidil
Haram (HR Bukhari-Muslim). Maka seorang muslim yang melakukan shalat di Masjidil Haram ini di
ibaratkan seperti pantulan sinar matahari di permukaan air.

Masjid menjadi penting bukan sekadar karena menjadi tempat berdoa orang-orang yang beriman, tetapi
masjid juga merupakan lantai tempat mereka menundukan diri. Dengan demikian juga menyucikan
lantai masjid dan mengembalikan lantai ini ke kesucian yang murni sebagaimana bunyi semula pada
permulaan penciptaanya. Nabi Muhammad saw pertama kali menunaikan di depan Singgasana Tuhan
(Al-Arsy) sebelum beliau mengerjakan shalat di atas tanah (farsy). Maka dengan penyucian kembali farsy
sebagai refleksi arsy mengembalikan bumi ke kondisi primordialnya sebagai cermin dan pantulan surga.

http://archiskandar.blogspot.co.id/2010/09/tokoh-tokoh-arsitektur-islam.html

ARSITEKTUR ISLAM Dari Masa ke Masa

Agama Islam telah berkembang sejak 14 abad silam. Dan, selama itu pula, Islam turut mewarnai sejarah
kehidupan umat manusia, baik dalam bidang akidah, akhlak, ilmu pengetahuan, teknologi, sosial,
budaya, politik maupun seni.

Dalam bidang seni arsitektur, Islam mewariskannya kepada generasi sekarang sejumlah karya
fenomenal. Karya-karya seni dari arsitektur Islam terus bertahan hingga kini. Jejak kejayaan Islam dapat
dirunut dari peninggalan arsitektur Islam di berbagai belahan di dunia. Misalnya, Istana Al-Hambra dan
Masjid Cordoba di Spanyol, Istana Topkapi di Istanbul (Turki), Kota Firouzabad di Iran Selatan yang
dibangun dengan memadukan arsitektur Islam dan Persia, serta yang lainnya.

Warisan peradaban Islamsebagian tampak dalam seni arsitektur bangunannya. Kejayaan peradaban
Islam tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan dalam wujud bangunan, baik berupa masjid, istana,
makam, madrasah (sekolah), pasar, tempat pemandian umum (hammam), maupun bangunan lainnya,
pada peninggalan masa kejayaan Khilafah Islamiyah.

Peninggalan arsitektur Islam ini tidak hanya terpusat di jazirah Arab sebagai tempat lahirnya kebudayaan
Islam, tetapi juga menyebar ke arah timur melalui Mesopotamia, Persia, dan Turki. Sedangkan, ke arah
barat masuk ke Syria, Mesir Spanyol, Maroko, hingga merambah ke berbagai benua. Kemudian, masuk
ke Cina, Indonesia, dan daratan di Eropa. Masing-masing bangunan itu memiliki ciri khas tersendiri yang
melambangkan tradisi, budaya, dan kesenian yang bercorak Islam setempat.

Cikal bakal arsitektur Islam


Menilik sejarahnya, banyak pihak berbeda pendapat tentang asal muasal arsitektur Islam. Ada yang
menyebutkan, sejarah arsitektur Islam pertama kali dimulai ketika Rasulullah SAW beserta para
sahabatnya membangun Masjid Quba, Madinah, pada permulaan tahun hijriyah atau sekitar tahun 622
Masehi. Bentuknya adalah denah persegi empat dan dinding sederhana yang menjadi pembatasnya. Di
bagian depannya, dibuat mihrab untuk Rasul berkhutbah. Sedangkan, pada bagian pintu dibuat gapura.
Bahan-bahan yang digunakan bermacam-macam. Ada batu alam (batu gunung), pohon, dan pelepah
kurma serta daun-daunnya. Meski arsitekturnya sangat sederhana, bangunan masjid pertama ini
menjadi prototipe dari arsitekturmasjid pada masa kemudian.
Ada pula yang menyatakan, cikal bakal arsitektur Islam itu adalah kiblat umat Islam di seluruh dunia,
yaitu Kabah. Ini bisa dilihat pada bangunan Kabah di Makkah yang berbentuk kubus yang unik. Kabah
merupakan bangunan terpenting dalam Islam karena merupakan rumah Allah (Baitullah) yang suci dan
kiblat umat Islam.

Secara historis, Kabah bukanlah bangunan baru yang dibangun pada masa Islam, tetapi merupakan
warisan Nabi Ibrahim AS. Rasulullah SAW bersama sahabatnya pernah mengoristruksi bangunan Kabah
pada tahun 630 M atau dua tahun setelah Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah) dari kafir Quraisy.
Walau masih sederhana, hal itu dianggap sebagai cikal bakal dimulainya arsitektur Islam.

Rekonstruksi bangunan Kabah dilaksanakan pada tahun 632 M oleh tukang kayu dari Abyssina dengan
gayanya sendiri. Dinding Kabah dihiasi oleh beragam gambar, seperti gambar Nabi Isa, Maryam, Nabi
Ibrhim, Rasulullah SAW, malaikat, dan beberapa pepohonan. Namun, ajaran yang muncul belakangan
terutama berasal dan hadisakhirnya melarang penggunaan symbol-simbol yang menggambarkan
makhluk hidup, terutama manusia dan binatang.

Pada abad ke-7 M, umat Islam terus melakukan ekspansi dan memperluas wilayah kekuasaannya. Tiap
kali umat Islam mendapatkan wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk
beribadah, yaitu masjid. Bangunan masjid pada masa awal perkembangan Islam sangat sederhana.
Bangunannya tidak lain berupa tiruan dari rumah Nabi Muhammad SAW atau terkadang beberapa
bangunan yang diadaptasikan dari bangunan sebelumnya.

Di masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidun, seni arsitektur Islam hanya dipengaruhi oleh satu
unsur, yakni kebudayaan Arab. Namun, seiring dengan makin luasnya wilayah kekuasaan Islam, unsur
kebudayaan asing mulai memberikan pengaruh terhadap ragam dan corak arsitektur pada setiap
bangunan di mana peradaban Islam tumbuh dan berkembang.

Pengaruh unsur aing ini tampak jelas dalam bangunan Masjid Cordoba yang memadukan arsitektur
Islam dengan arsitektur Kristen Eropa. Begitu juga bangunan masjid di wilayah Asia Tengah yang
dipengaruhi oleh budaya lokal. Misalnya, kubah besar, menara tinggi, serta bagian muka masjid yang
merupakan penjelmaan kejayaan bangsa Mongol.

Kini, arsitektur Islam berkembang begitu luas, baik di bangunan sekuler (gedung, rumah, atau
perkantoran) maupun bangunan keamaan. Seiring perkembangan zaman, arsitektur Islam yang turut
mewarnai hampir seluruh pendirian bangunan kini makin kaya khazanah dengan memadukan arsitektur
Islam dengan lainnya, seperti Roma, Persia, Cina, dan lainnya. Sehingga, konsep arsitektur Islam
terkadang malah tak tampak dari luar.

Ernst J Grube dalam tulisannya yang berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk
dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya,
arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam.
Martin menambahkan, arsitektur Islam sangat kuat dalam memahami harmonisasi antara manusia dan
lingkungan serta Sang Pencipta. Sayangnya, kata dia, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan
dalam pembangunan industri yang begitu cepat. Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam,
Martin menyarankan umat Islam agar benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan
semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional. Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi
arsitektur Islam dan memasukkan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan
esensi ini.

Apalagi, arsitektur Islam pernah mengalami masa keemasannya di era Usmamyah, masa Abbasiyah, dan
Seljuk. Misalnya, masjid jami di Isfahan, Spanyol; Masjid Cordoba; atau Istana Granada. Menurut Prof
Jonathan Bloom dan Sheila Blair dan Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, ide
seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan
seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat untuk
mengembangkan seni dan arsitektur Islam. Hingga abad ke-19 dan 20, jelas Blair dan Bloom, seni dan
arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi Negara-negara di Eropa dan Amerika.

Arsitektur Islam dan Pengaruh Budaya Lokal


Secara spesifik, tidak ada yang menonjol dalam arsitektur Islam, kecuali pada bangunan tempat ibadah
(masjid). Di sini, nuansa arsitektur Islam yang terlihat pada masjid sangat jelas dan menonjol. Namun
demikian, secara keseluruhan, arsitektur Islam juga dipengaruhi oleh budaya dan seni arsitektur tempat
berkembangnya agama Islam. Masing-masing wilayah itu memiliki seni arsitektur tersendiri yang
menggambarkan ciri khusus dari wilayah bersangkutan..

Arsitektur Islam di Spanyol


Kekuasaan dinasti Umayyah di Damaskus yang berakhir pada tahun 750 M berlanjut di Andalusia
(Spanyol). Andalusia melahirkan arsitektur yang merupakan gabungan tradisi lama (Barat) dan tradisi
baru (Islam). Arsitektur Andalusia sering kali dianggap sebagai asimilasi sempurna arsitektur Islam dan
Kristen.

Rumah di Andalusia modern berarsitektur seperti rumah di Suriah dan Yordania. lstilah-istilah bangunan
yang ada di kawasan ini menggunakan istilah Arab. Istana dan masjid merupakan dua peninggalan Islam
yang hingga kini masih ada di Spanyol. Perkembangan arsitektur Islam pada masa ini dapat dilihat,
terutama pada arsitektur Masjid Cordoba dan Istana Alhambra di Granada.

Masjid yang didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 786 M ini mempunyai pola dasar bentuk
masjid Arab asli dengan gaya Masjid Umayyah. Pada masa selanjutnya, masjid ini telah mengalami
penyempurnaan selama tiga kali berturut-turut, yakni pada tahun 822, 976, dan 990 M.

Di antara penyempurnaannya adalah penambahan tiang-tiang yang membentuk lorong sebagai cara
untuk memperluas masjid. Mula-mula ditambah dengan lima deret, kemudian 17 deret yang
memanjang, dan delapan tiang ke samping. Tiang-tiang membentuk lorong ini dipercaya sebagai kreasi
arsitek Muslim pada masa itu untuk memungkinkan suara khatib terdengar dari mimbar sampai ke
barisan belakang jamaah shalat. Dengan kata lain, arsitektur masjid ini mencoba menerapkan teknologi
pengeras suara yang belum ada pada saat itu.

Penonjolan lain yang terdapat pada bangunan masjid yang kini telah beralih fungsi menjadi katedral
adalah terdapatnya marmer monolit sebagai kubah penutup mihrab yang dihiasi dengan ukiran bermotif
renda yang dikerawang pada batu. Kekhususan lain adalah pilar-pilar dengan lengkungan khasnya serta
kaligrafi ayat Alquran yang masih tampak pada bangunan pilar tersebut.

Istana Al-Hambra yang didirikan di Granada menjadi pusat dinasti Islam terakhir (Usmani) di Spanyol.
Bangunan Al-Hambra yang dalam bahasa Arab berarti merah ini memang didominasi oleh warna
merah. AlHambra menjadi monumen Islam terbesar di Spanyol, selain Masjid Agung Cordoba.

Sejak dibangun pertama kali pada abad ke-13 oleh Sultan Muhammad bin al-Ahmar (1257-1323), istana
ini beberapa kali dipugar. Bangunan yang mengelilingi istana, seperti benteng dan rumah pegawai
istana, paling sering mengalami perubahan. Al-Hambra dalam bentuknya yang sekarang dibangun oleh
Sultan Muhammad V (1909-1918).

Penampilan istana ini dimulai dengan pintu gerbang yang megah, disusul pelataran yang dilengkapi
dengan berbagai elemen, seperti kolam persegi panjang dengan taman dan air mancur yang dikelilingi
oleh patung-patung singa yang keseluruhannya berjumlah dua belas patung. Pelataran tersebut terkenal
dengan sebutan Serambi Singa (Court of The Lions).

Dua belas patung singa dri marmer ini mendukung air mancur tadi yang mencangkung berkeliling dan
mengeluarkan air dari mulutnya. Air mancur dengan 12 singa tersebut merupakan pelataran sebagai
titik orientasi terhadap ruang-ruang fasilitas lain, seperti ruang harem yang dilengkapi dengan kamar-
kamar pribadi. Sementara itu, tembok serta pilar yang mengeilingi bangunan ini bergaya gotik
(arsitektur abed ke12 hingga ke-16 yang berkembang luas di kawasan Eropa) dengan sentuhan Arab-
Islam yang kental.

Arsitektur Persia
Kebudayaan Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk
pertama kalinya. Kekaisaran Persia berkuasa di wilayah dataran tinggi Iran pada sekitar abad ke-7 SM.
Karena kedekatannya dengan kekaisaran Persia, Islam cenderung bukan saja meminjam budaya dari
Persia, namun juga mengadopsinya.

Arsitektur Islam mengadopsi banyak sekali kebudayaan dari Persia. Bahkan, bisa dikatakan, arsitektur
Islam merupakan evolusi dari arsitektur Persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia
mulai pudar. Banyak kota di wilayah kekuasaan Islam yang dibangun itu mencontoh kota-kota Persia
kuno, seperti Kota Firouzabad di Iran Selatan.

Masjid bergaya Persia bisa dilihat dari ciri khasnya, yaitu pilar batu bata, taman yang luas, dan
lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi,
namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan Persia yang ketika itu dalam masa jayanya.

Arsitektur Umayyah
Sejarah mencatat bahwa kemajuan umat Islam dalam bidang ilmu dan seni arsitektur Islam telah dimulai
semenjak Dinasti Umayyah memegang tampuk kekuasaan dalam kekhalifahan Islam. Perkembangan
seni arsitektur Islam pada masa ini bermula ketika Muawiyah bin Abu Sufyan (602-680 M)pendiri
Dinasti Umayyahmengumumkan sistem pemerintahannya sebagai kerajaan. Keputusan perubahan
sistem pemerintahan ini ikut mengubah sendi kehidupan lain, dari cara berpakaian hingga tempat
tinggal (istana).

Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada bangunan dan tempat penting
yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana,
masjid, dan benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan
corak Romawi (Bizantium).

Pada masa ini, mulail diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Untuk pembangunan
tempat ini, pemerintah saat itu menyiapkan anggaran khusus. Para Khalifah Umayyah di Damaskus
dikenal sangat royal dalam mengusahakan tempat seperti ini.

Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga membangun tempat peristirahatan bagi
para pemburu di padang pasir yang dikenal dengan sebutan Karavanserai.

Pada saat Khalifah Umayyah yang paling berpengaruh berkuasa, Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-
705 M) mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu, ia membangun
kubah Masjid Al-Aqsha. Konsep kubah ini merupakan adopsi dari bangunan katedral Kristen Ortodoks
pada masa Bizantium.

Perpaduan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa tidak jarang pula dilakukan dengan
mengadaptasi dari bangunan yang telah ada sebelumnya. Misalnya, mengubah Gereja Santo Johannes
sebagai peninggalan Bizantium menjadi Masjid Agung Damaskus yang dilakukan pada masa Umayyah.
Meski terjadi peralihan fungsi bangunan, corak katedral, seperti mosaik pada bagian muka bangunan ini,
tetap dipertahankan hingga kini.

Arsitektur Abbasiyah
perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah bermula sekitar abad ke-II. Dinasti yang berkuasa
di Baghdad selama 500 tahun ini meninggalkan warisan budaya, terutama dalam bidang arsitektur Islam
yang mengagumkan. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh
budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedangkan bangunan Abbasiyah bercorak
Persia dan Asia Tengah.

Pada era itu, perkembangan arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada penggunaan teknik bahan
batu bata dan seni arsitektur Persia yang diterapkan pada bentuk lengkung iwan, yakni ruang beratap
atau berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya. Selain itu, perkembangannya juga tampak pada
cara pengembangan bangunan lain yang menjadi bangunan fasilitas, seperti istana dan bangunan untuk
kepentingan sosial.

Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah masjid jami di Isfahan. Pola
perencanaannya terdiri atas penampilan pemakaian lengkung-lengkung iwan sebagai bentuk
keseluruhan. Kelengkapan bangunan yang sangat menonjol adalah menara.

Selain itu, bangunan masjid pada masa ini berbentuk oval dengan tiang besar dan dindingnya penuh
dengan warna serta kaligrafi. Ini berbeda sekali dengan arsitektur masjid di masa Umayyah yang
mengedepankan corak katedral (renovasi dari katedral ataupun bangunan baru) dan persegi mirip
Kabah.

Bangunan lain yang menunjukkan perkembangan arsitektur Islam pada masa itu adalah Istana Baghdad.
Keunikan dan kekhususan dari arsitektur bangunan istana itu tampak pada penerapan hiasan muqamas
atau stalaktit seperti yang diterapkan pada bangunan-bangunan kuburan. Susunan hiasan stalaktit ini
digabungkan menjadi lengkung stalaktit yang lebih besar.

Arsitektur Usmaniyah
Kerajaan Usmani (1300-1922) meninggalkan khazanah arsitektur yang kaya, mulai dan istana, benteng,
masjid, hingga makam. Pada masa ini, bangunan-bangunan yang berdiri umumnya menampilkan corak
yang sedikit berbeda dan arsitektur sebelumnya.

Istanbul (Turki) sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya
hampir seragam. Ciri khas masjid di Turki terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara
tinggi. Selain tipe masjid-kubah, umat islam pada zaman Usmani menampilkan tipe masjid lapangan dan
masjid madrasah.

Istana yang menjadi tempat kediaman resmi raja-raja Usmani disebut Topkapi yang digunakan hanya
dari tahun 1465 hingga 1835 M. Bangunan ini sangat megah. Dinding pada ruang tertentu dilapisi emas
dengan ukiran arabesk (motif daun, cabang, dan pohon) dan gaya Eropa yang kental. Di samping istana,
terdapat rumah sederhana, namun apik bagi harem sang khalifah. Pada tahun 1835, raja Usmani tidak
lagi mendiami Topkapi, tetapi pindah ke Dolmabache yang berarsitektur lebih modern dan mewah.

Hal baru dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah munculnya perencanaan
bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu Sinan. Ia dipercaya telah merancang
sekitar 300 gedung penting selama hidupnya. Selain masjid, Sinan juga merancang bangunan istana,
kantor kerajaan, dan makam tokoh-tokoh penting. Dia adalah arsitek resmi Kerajaan Usmani dan
posisinya sejajar dengan menteri.

Karya terbesar Sinan adalah Masjid Agung Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama tujuh tahun
(1550-1557). Masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia itu memiliki interior yang megah,
ratusan jendela yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah. Masjid itujuga menampilkan
pertautan simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya dan
keagungan masjid sebagai sarana keagamaan. Perpaduan itu ditampilkan lewat menara yang langsing
dan tinggi seolah-olah muncul dari lengkung-lengkung kubah dan melesat lepas ke ketinggian.

Selain Masjid Suaiman yang dibangun oleh Sinan, Istanbul memiliki satu masjid lagi yang arsitektur
bangunannya dikagumi banyak orang yakni Masjid Biru. Masjid yang interiornya didominasi warna biru
itu dibangun oleh MehmetAga, murid Sinan, atas perintah Sultan Ahmad I (1603-1617).
Pembangunannya berlangsung selama tujuh tahun (1609-1616). Arsitektur masjid ini dibuat
berdasarkan penggabungan dua prototipe rumah ibadah, yakni Katedral Aya Sofia dan Masjid Sulaiman.

Katedral Aya Sofia yang sempat dialihfungsikan sebagai masjid dilarang digunakan sebagai tempat shalat
pada tahun 1930 oleh Mustafa Kemal Ataturk(penguasan Turki saat itu). Sejak saat itu, fungsinya diubah
menjadi museum.

Ragam Bangunan Berarsitektur Islam


Arsitektur Islam tidak hanya terdapat pada bangunan yang melayani fungsi keagamaan, seperti masjid,
madrasah, dan makam, tetapi juga pada setiap rancang bangunan yang diciptakan untuk melayani fungsi
sekuler, seperti istana, benteng pasar, dan karavanserai. Arsitektur Islam juga bukan hanya seni rancang
bangun pada bangunan skala besar, melainkan juga pada bagian dan pernik ruangan, seperti kubah,
mihrab, mimbar, koridor, iang, pintu, jendela, dan anak tangga.

Pada kenyataannya, bangunan-bangunan keagamaan dan sekuler sering melayani fungsi-fungsi


keagamaan dan sekuler sekaligus. Pada umumnya, kedua jenis bangunan ini terletak dalam satu area
atau satu kompleks. Secara normative, Islam tidak memisahkan antara kehidupan keagamaan dan
kehidupan sekuler.

Masjid
Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah dan pusat kehidupan keagamaan, tetapi
juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan politik, social, dan budaya, terutama pada masa-masa awal Islam
berkembang. Sebagai sebuah symbol Islam, masjid adalah wakil paling menonjol dari arsitektur Islam.
Oleh karena itu, masjid adalah arsitektur Islam par excellence (tiada bandingannya dan yang terbaik di
antara yang sejeni).

Arsitektur Islam bermula dari masjid. Masjid di zaman Nabi Muhammad SAW adalah sebuah bangunan
sederhana yang belum mempunyai cirri-ciri khusus arsitektural, seperti menara, mihrab, kubah, atau
maqsurah (area yang dipagar dekat mihrab dalam masjid pada zaman dulu dan digunakan untuk
melindungi dari pembunuhan).

Seluruh bangunan masjid, misalnya mimbar, mihrab, kubah, gapura, dan menara, merupakan cirri khas
arsitektur Islam.
Pasar
Tradisi perdagangan di dunia Islam sebagaimana di tempat-tempat lain, mengekspresikan dirinya pada
sarana-sarana yang dibutuhkan, dan salah satunya adalah pasar. Namun, di dunia Islam, pasar juga
memiliki fungsi selain sebagai pusat kegiatan perdagangan.

Eleanor Sims, seorang peneliti dari Research Associate di Roma, mengungkapkan, di kota-kota dunia
Islam pasar menjadi area bersama untuk tempat berteduh, keamanan, sumber air, dan pusat
perdagangan. Pasar biasanya terletak di jantung kita Islam. Pasar juga menjadi pusat penghasil segala
jenis barang.

Madrasah
Madrasah adalah bangunan yang berfungsi sebagai institusi pendidikan dan pengajaran, terutama ilmu-
ilmu keislaman. Sebagai sebuah bangunan terpisah dari masjid, madrasah focus pada kegiatan
pendidikan dan pengajaran termasuk Bangunan madrasah di lengkapi dengan iwan (ruang beratap atau
berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya), yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajaran.
Sementara mahasiswa-mahasiswa, tinggal di kamar-kamar yang terletak sepanjang dinding-dinding
terdekat.

Karavanserai
Bila pasar adalah ekspresi perdagangan, karavanserai adalah ekspresi perjalanan. Karavanserai adalah
bengunan di tepi jalan yang menyediakan tempat penginapan dan tempat berteduh bagi orang-orang
yang bepergian. Istilah karavanserai pertama kali digunakan pada kekuasaan Dinasti Seljuk.

Makam
Pada dasarnya, Islam melarang keras medirikan bangunan, apalagi yang mewah dan megah untuk
makam atau kubur. Namun, larangan tersebut seringkali dilanggar di berbagai tempat di dunia Islam.
Bangunan makam yang mewah dan megah ini diimplementasikan dalam wujud mausoleum.

Menurut Ricahard Ettinghausen, seorang sar4jana Barat yang tekun melakukan penelitian tentang seni
Islam, pada dasarnya ada dua tipe mausoleum, yakni tipe bundar, seperti menara dan tipe empat
persegi atau polygonal (banyak segi). Kedua tipe ini biasanya ditutup oleh kubah bundar atau atap
berbentuk kerucut dan piramida. Ciri lain mausoleum-mauseleum yang sangat indah dan mewah adalah
adanya bangunan-bangunan tambahan yang didirikan kemudian di kompleks yang sama.

Istana
Bila masjid adalah ekspresi penyembahan dan penyerahan diri kepada Tuhan, madrasah adalah ekspresi
kecintaan kepada ilmu, khususnya ilmu keagamaan, dan istana adalah ekspresi kekuasaan kerajaan.
Dalam sejarah arsitektur Islam, khlaifah-khalifah Umayyah adalah yang pertama membangunan istana.
Istana-istana mereka yang disebut istana-istana padang pasir terletak di pedalaman Suriah, Palestina,
dan Trans-Yordania. Istana-istana itu pada awalnya adalah warisan benteng-benteng Romawi dan
Bizantium yang menjaga perbatansan bagian timur.
Istana-istana Umayyah di Damaskus dan Rusafah terkenal karena kubah hjaunya. Pada masa-masa awal,
di Baghdad dan Merv, terdapat sebuah kupola (kubah kecil) di atas tempat singgasana yang
mengesankan dan mungkin sekali kamar berkubah itu didahului oleh sebuah ruang panjang dan
halaman dalam tempat berkumpul para tamu dan orang-orang yang dtang.

Corak Islam Mulai Memudar?


Sekarang ini, banyak perubahan yang terjadi dalam arsitektur bangunan di Timur Tengah ataupun dunia
Islam lainnya. Seperti dikatakan arsitektur kondang. Garry Martin. jangankan di negara lain,
perkembangan arsitektur Islam di Timur Tengah pun sangat momprihatinkan. Karena itu, Ia pun
memberikan peringatan kepada umat Islam akan hilangnya budaya dan tradisi Islam dalam bidang
arsitektur ini.

Kekayaan minyak yang melimpah serta perubahan sosial dan politik telah mengancam tradisi dan
kebudayaan Islam. Krisis identitas itu telah tampak pada dosain arsitekturalnya. papar Martin.

Kini. Ianjutnya. pembangunan besar-besaran yang terjadi di Timur Tengah tak lagi menerapkan
arsitektur Islam yang agung. luhur, dan mengagumkan. Kebanyakan gedung di Tirmur Tengah telah
meniru model-model arsitektur Barat. Akibatnya, papar Martin, kini umat Islam di Timur Tengah tengah
menciptakan lingkungan asing dalam komunitas Islam.

Dunia arsitektur Islam telah melalui sejarah dengan mengadaptasi dan merospons berbagai budaya dan
bangunan-bangunan tradisi yang ada tanpa adanya pelemahan esensi spiritual yang menjadi sumber
inspirasi, ungkapnya. Jadi, bila kini terjadi krisis identitas dalam bidang arsitektur Islam, kemungkinan
besar terjadi karena esensi spiritual yang telah rmelemah dan tak lagi menjadi sumber inspirasi.

Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam dari


Masa ke Masa
Penasaran dengan sejarah perkembangan arsitektur islam dari masa ke masa? Arsitektur islam
adalah suatu arsitektur atau hasil usaha manusia yang memiliki wujud kongkrit sebagai pemenuh
atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Perkembangan arsitektur islam sangatlah luas
meliputi bangunan tempat tinggal dan bangunan keagamaan. Di antaranya istana, benteng,
masjid, kuburan, bak pemandian umum, air mancur, dan lain-lain.

Konsep pemikiran arsitektur islam bersumber dari Al Quran, Hadits, Keluarga Nabi, Khalifah,
Ulama, dan Cendikiawan Muslim. Dalam pembangunannya, arsitektur ini memegang faktor fisik
dan faktor metafisik. Maksud faktor fisik yaitu wujud fisik arsitektur harus sesuai dengan ajaran
agama islam. Sedangkan, faktor metafisik berarti arsitektur mampu membuat penghuninya untuk
bertakwa kepada Allah SWT, menjamin penghuninya merasa aman dan nyaman, serta
mendorong pemiliknya untuk senantiasa bersyukur.

Adapun ciri-ciri dari arsitektur islam yaitu :

1. Arsitektur mempunyai ornamen yang senantiasa mengingatkan penghuninya kepada


Allah SWT
2. Arsitektur tidak mengandung ornamen yang bergambar makhluk hidup utuh
3. Interior arsitektur ditata untuk menjaga perilaku dan akhlak yang baik
4. Arsitektur biasanya dihiasi warna-warni alami yang mendekatkan kepada Allah SWT
5. Pembangunan arsitektur bukan bertujuan untuk riya atau sombong
6. Toilet tidak boleh menghadap dan atau membelakangi kiblat
7. Keberadaan arsitektur bangunan tidak berdampak negatif bagi orang lain
8. Pendirian arsitektur tidak merusak lingkungan alam

Masjid Istiqlal, Jakarta

Perkembangan Arsitektur Islam

Perkembangan arsitektur islam pertamakali ditandai dengan berdirinya Masjid Juatha di Arab
Saudi. Tokoh yang mempopulerkannya adalah Khilafah Rashidun yang memerintah pada tahun
632-661. Berikutnya pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah di tahun 661-750, arsitektur
islam merupakan perpaduan dari arsitektur bergaya barat dan arsitektur bergaya timur. Yang
paling populer yaitu kombinasi arsitektur byzantium dan arsitektur sassanid. Arsitektur Umayyah
ini banyak memainkan cat dinding, mosaik, relief, termasuk ditambahkannya mihrab ke dalam
masjid yang seolah-olah kini menjadi standar desain masjid di dunia.

Ketika Khalifah Abbasiyah berkuasa pada (750-1513), pengaruh arsitektur sassanid dan
arsitektur khas asia tengah kental sekali dalam arsitektur islam. Masjid-masjid pun diperluas dan
dilengkapi dengan courty yard. Beberapa arsitektur peninggalan Khalifah Abbasiyah antara lain
Masjid Al-Mansur di Baghdad, Masjid Samarra di Irak, dan Masjid Balkh di Afganistan.

Masuknya agama islam di Afrika Utara, salah satunya ditandai dengan berdirinya Masjid Agung
Cordoba yang dipengaruhi arsitektur moorish. Kekhasan arsitektur moorish terletak pada
penggunaan pola-pola geometris yang tegas. Pengaruh arsitektur ini juga menyebar luas sampai
ke Spanyol dengan dibangunnya istana dan benteng Alhambra bergaya moorish. Warna-warna
yang tren meliputi emas, merah, dan biru dengan ornamen berbentuk dedaunan. Bangunan-
bangunan peninggalan islam di masa ini di antaranya bangunan Bab Merdum di Toledo dan
Gerbang Lengkung Media Azahara.

Arsitektur islam juga banyak dipengaruhi oleh kebudayaan persia. Hal ini disebabkan kedekatan
hubungan antara khalifah islam dengan kekaisaran persia terutama pada abad ke-7. Bahkan bisa
dikatakan bahwa desain arsitektur islam merupakan perkembangan dari arsitektur persia. Ciri
khas dari masjid yang bergaya persia yakni adanya lengkungan bangunan yang ditopang oleh
pilar-pilar, pilar menggunakan batu bata, dan taman yang luas di sekeliling masjid. Kebudayaan
hindu sempat mempengaruhi arsitektur islam di Asia Timur dan Asia Tenggara, namun akhirnya
pengaruh arsitektur persia ini mendominasi hampir semua bangunan yang berarsitektur islam.

Anda mungkin juga menyukai