Anda di halaman 1dari 10

PENGAMATAN PIO PASIEN TUBERKULOSIS DI

PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI


BULAN MEI TAHUN 2017

Observation of Tuberculosis Patient PIO in Clinics in Sukorame City of Kediri in


May Month Of May 2017
Novia Amrina Rosyada, Sri Mulyaningtyas1, Puji Lestari2
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Noviaamrina7@gmail.com

Info Artikel Abstract


Histori artikel: TB disease is spread across the world, in addition to
Diterima many new cases ± 8 million per year with mortality rising to 2-3
million people per year. Around the world every 18 seconds
Disetujui there is a person who died from this disease. TB is the single
most lethal infectious disease and is the second leading cause of
Key words :
death, after cardiovascular disease. The general purpose of this
PIO,
research is to know the implementation of PIO in Tuberculosis
Tuberculosis
patients at Sukorame Health Center of Kediri City in May of
Patients,
2017. The method used is descriptive. Population in this
Clinics In
research is Tuberculosis patient who got treatment at Sukorame
Sukorame
Health Center in May 2017. The instrument used is check list of
City Of Kediri
PIO of Tuberculosis patient. The results showed the number of
samples is 36 respondents. The percentage of PIO
administration is the name of the drug (100%), the dosage 100%
, the dosage 100%, the use of 100%, storage 100%, indication
(100%), contraindication (0%), stability (100%) , Side effects
(100%), interactions (0%).

Abstrak
Kata kunci : Penyakit TB tersebar di seluruh dunia, di samping
PIO, banyak kasus baru ± 8juta per tahun dengan angka kematian
Penderita meningkat sampai 2-3 juta manusia per tahun. Di seluruh dunia
Tuberkulosis, setiap 18 detik terdapat seorang yangmeninggal akibat penyakit
Puskesmas ini. TB adalah penyakit infeksi tunggal yang paling mematikan
Sukorame dan merupakan penyebab kematian nomor dua, setelah penyakit
Kota Kediri jantung.Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan PIO pada pasien Tuberkulosis di Puskesmas
Sukorame Kota Kediri Bulan Mei Tahun 2017. Metode yang
digunakan deskriptif.Populasi dalam penelitian ini adalah
penderita Tuberkulosis yang berobat di Puskesmas Sukorame

1
pada bulan mei 2017. Instrumen yang digunakan adalah cek list
PIO pasien Tuberkulosis. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
sampel yaitu 36 responden. Berdasarkan presentase pemberian
PIO adalah nama obat (100 ), sediaan (100 ), dosis (100 ),
cara pakai (100 ), penyimpanan (100 ), indikasi (100 ),
kontraindikasi (0 ), stabilitas (100 ), efek samping (100 ),
interaksi (0%).

PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi


manusia dan sekaligus merupakan

2
investasi sumber daya manusia serta Di negara-negara berkembang pada
memberi kontribusi yang besar untuk umumnya infeksi timbul pada masa
meningkatkan Indeks Pembangunan anak-anak dan sekarang ini masih
Manusia (IPM). Oleh karena itu, merupakan pembunuh utama, yaitu
menjadi suatu keharusan bagi semua antara lain diakibatkan oleh resistensi
pihak untuk memelihara, terhadap antibiotik (Tjay dan Kirana,
2014).
meningkatkan, melindungi kesehatan
dan kesejahteraan seluruh Keluarga dalam melakukan
masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai pemberantasan tuberkulosis
dengan paradigma sehat Indonesia diharapkan bukan hanya berperan
(Depkes RI, 2005). dalam pengawasan minum obat pada
penderita saja, tetapi juga berperan
Penyakit tuberkulosis sudah ada dalam mengajarkan hidup sehat dan
sejak ribuan tahun sebelum Masehi. menganjurkan ke pelayanan
Menurut hasil penelitian, penyakit kesehatan. Keluarga yang merupakan
tuberkulosis sudah ada sejak zaman elemen masyarakat mempunyai
Mesir kuno yang dibuktikan dengan peranan penting dalam
penemuan para mumi, dan penyakit penanggulangannya. Dukungan
ini juga sudah ada pada kitab lingkungan sosial dan keluarga
pengobatan Cina ‘pen tsao’ sekitar diharapkan mampu meningkatkan
5000 tahun yang lalu. Pada tahun temuan kasus dan membantu
1882, ilmuwan Robert Koch berhasil kesembuhan penderita dalam
menemukan kuman tuberkulosis, pengobatan (Lembaga Koalisi untuk
yang merupakan penyebab penyakit Indonesia Sehat, 2006).
ini. Kuman ini berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama Pemberian informasi obat
‘mycobacterium tuberculosis’ memiliki peranan penting dalam
(Widoyono, 2011). rangka memperbaiki kualitas hidup
Penyakit TB tersebar di seluruh pasien dan menyediakan pelayanan
dunia, di samping banyak kasus baru bermutu bagi pasien. Kualitas hidup
± 8juta per tahun dengan angka dan pelayanan bermutu dapat
kematian meningkat sampai 2-3 juta menurun akibat adanya
manusia per tahun. Di seluruh dunia ketidakpatuhan terhadap program
setiap 18 detik terdapat seorang yang pengobatan. Penyebab
meninggal akibat penyakit ini. TB ketidakpatuhan tersebut salah
adalah penyakit infeksi tunggal yang satunya disebabkan kurangnya
paling mematikan dan merupakan informasi tentang obat. Selain itu,
penyebab kematian nomor dua, regimen pengobatan yang kompleks
setelah penyakit jantung. dan kesulitan mengikuti regimen
Prevalensinya sangat tinggi di pengobatan yang diresepkan
negara-negara Asia danAfrika, yang merupakan masalah yang
60-80% dari anak-anak di bawah mengakibatkan ketidakpatuhan
usia 14 tahun sudah terinfeksi. terhadap pengobatan. Selain masalah
Misalnya Filipina dengan prevalensi kepatuhan, pasien juga dapat
TB positif 0,40% artinya 40 orang di mengalami efek yang tidak
antara 10.000 orang mengidap TB. diinginkan dari penggunaan obat.

3
Dengan diberikannya informasi oabt Tuberkulosis yang berobat di
kepada pasien maka masalah terkait Puskesmas Sukorame Kota Kediri
obat seperti penggunaan obat tanpa pada bulan Mei Tahun 2017.
indikasi, indikasi yang tidak terobati,
dosis obat terlalu tinggi, dosis Sampel dalam penelitian ini
subterapi, serta indikasi obat yang menggunakan pasien Tuberkulosis di
dapat dihindari (Rantucci, 2007). Puskesmas Sukorame pada bulan
Mei Tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan
METODE PENELITIAN analisa deskriptif yaitu suatu
prosedur pengolahan data dengan
Jenis Penelitian yang digunakan menggambarkan dan meringkas data
dalam penelitian ini adalah penelitian dengan cara ilmiah dalam bentuk
deskriptif terhadap variabel yang tabel atau grafik pada pasien
diteliti. Variabel penelitiannya adalah Tuberkulosis di Puskesmas
variabel tunggal yaitu PIO pasien Sukorame Kota Kediri pada bulan
Tuberkulosis. Metode ini merupakan Mei 2017.
suatu bentuk pengumpulan data yang
bertujuan untuk mendeskripsikan Untuk mendapatkan data yang
(memaparkan) dengan jelas kemudian disajikan dalam bentuk
peristiwa-peristiwa yang terjadi tabel distibusi persentase, dan untuk
secara sistemik dan lebih mengukurnya digunakan rumus
menekankan pada data faktual persentase sebagai berikut :
daripada penyimpulan (Nursalam, (Arikunto, 2010)
2009).
X
Penelitian ini menggambarkan P= Y
× 100%
tentang Pelayanan Informasi Obat
Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Keterangan : P = Persentase
Sukorame Kota Kediri pada bulan X = Jumlah jawaban
Mei 2017. responden
Populasi dalam penelitian ini Y = Jumlah total pasien
adalah keseluruhan penderita

HASIL DAN PEMBAHASAN

4
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data tentang PIO (Pelayanan
Informasi Obat) pasien Tuberkulosis di Puskesmas Sukorame Kota Kediri pada
bulan Mei 2017.
A. Jumlah pasien Tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin
Tabel V.1 Jumlah pasien Tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin di
Puskesmas Sukorame
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 P 24 67%
2 L 12 33%
Total 36 100%

Berdasarkan Tabel V.1 dapat diketahui bahwa pasien Tuberkulosis


pada bulan Mei di Puskesmas Sukorame sebanyak 36 pasien, sebagian
besar pasien berjenis kelamin perempuan (67%) dan laki-laki (33%).
Jumlah pasien Tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin juga dapat
dilihat pada gambar berikut:

Jumlah pasien Tuberkulosis


berdasarkan jenis kelamin

33%

34
67%

Gambar V.1Diagram Lingkaran Jumlah Pasien Tuberkulosis


berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Sukorame.

B. Pasien Tuberkulosis berdasarkan Umur

5
Tabel V.2 Jumlah Pasien Tuberkulosis berdasarkan usia di Puskesmas
Sukorame
No Usia Jumlah Persentase
1 1 - 10 th 0 0%
2 11 - 20 th 1 3%
3 21 - 30 th 14 39%
4 31 - 40 th 3 8%
5 41 - 50 th 7 19%
6 51 - 60 th 5 14%
7 61 - 70 th 5 14%
8 71 - 80 th 1 3%
Total 36 100%

Berdasarkan Tabel V.2 dapat diketahui bahwa dari 36 pasien


Tuberkulosis, sebagian besar pasien (39%) berumur 21 – 30 tahun,
kemudian pasien berumur 41 – 50 tahun (19%), pasien berumur 51 – 60
tahun (14%), pasien berumur 61 – 70 tahun (14%), pasien berumur 31 –
40 tahun (8%), pasien berumur 11 – 20 tahun (3%), pasien berumur 71 –
80 tahun (3%) dan tidak terdapat pasien yang berumur 1 – 10 tahun.
Jumlah pasien Tuberkulosis berdasarkan umur juga dapat dilihat

dengan gambar sebagai berikut:

Pasien Tuberkulosis berdasarkan Umur

3% 3%

14%

14% 39%

19%
8%

Gambar V.2 Diagram Lingkaran Jumlah Pasien Tuberkulosis


berdasarkan umur pasien di Puskesmas Sukorame.

C. Persentase Pelayanan Informasi Obat Pasien Tuberkulosis

6
Tabel V.3 Persentase Pelayanan Informasi Obat Pasien Tuberkulosis
No PIO Pasien Persentase
1 Nama Obat 36 100%
2 Sediaan 36 100%
3 Dosis 36 100%
4 Cara Pakai 36 100%
5 Penyimpanan 36 100%
6 Indikasi 36 100%
7 Kontra indikasi 0 0%
8 Stabilitas 36 100%
9 Efek samping 36 100%
10 Interaksi 0 0%

Berdasarkan Tabel V. 3 dapat diketahui bahwa Pelayanan


Informasi Obat tentang nama obat dilakukan 100%, sediaan 100%, dosis
100%, cara pakai 100%, penyimpanan 100%, indikasi 100%, stabilitas
100%, efek samping 100%, kontra indikasi 0% dan interaksi 0%.
Persentase Pelayanan Informasi Obat juga dapat dilihat dengan
gambar sebagai berikut :

Persentase Pelayanan Informasi Obat


pasien persentase
36 36 36 36 36 36 36 36

1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0

Gambar V.2 Diagram Batang Persentase Pelayanan Informasi Obat di


Puskesmas Sukorame.
Penelitian telah dilakukan di oleh bakteri Mycobacterium
Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tuberculosis yang penularannya dari
pada bulan Mei 2017 tentang orang ke orang, terutama melalui
Pengamatan PIO (Pelayanan saluran napas dengan menghisap atau
Informasi Obat) Pasien Tuberkulosis. menelan ludah/ dahak yang
Penyakit tuberkulosis disebabkan mengandung basil dan dibatukkan

7
oleh penderita TB terbuka. Dalam Apoteker di Puskesmas Sukorame.
percikan ludah ini kuman dapat Obat yang diberikan dalam bentuk
hidup beberapa jam dalam udara paket OAT. Untuk kategori I
panas lembab, dalam nanah bahkan menggunakan 4 FDC yang berisi
beberapa hari Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg dan Etambutol
Pengamatan PIO (Pelayanan 275 mg yang digunakan selama 2
Informasi Obat) meliputi nama obat, bulan. Tahap lanjutan pada kategori I
sediaan obat, dosis, cara pakai, menggunakan 2 FDC yang berisi
penyimpanan, indikasi, kontra Rifampisin 150 mg dan Isoniazid
indikasi, stabilitas, efek samping dan 150 mg yang digunakan 3 kali
interaksi yang dilihat dari Peraturan seminggu selama 4 bulan. Untuk
Menteri Kesehatan no 30 tahun 2014 kategori II menggunakan 4 FDC
tentang Standart Pelayanan yang berisi Rifampisin 150 mg,
Kefarmasian di Puskesmas. Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg
Hasil penelitian di Puskesmas Etambutol 275 mg yang digunakan
Sukorame Kota Kediri diperoleh data selama 3 bulan dengan Injeksi
pada bulan Mei terdapat 36 pasien Streptomisin dalam kemasan vial 1
Tuberkulosis. Data pasien gram yang digunakan selama 2
Tuberkulosis berdasarkan jenis bulan. Dalam penggunaan Injeksi
kelamin diperoleh pasien laki-laki Streptomisin perlu dilarutkan dengan
sebanyak 12 orang dan pasien air untuk injeksi (Water for
perempuan sebanyak 24 orang dari Injection). Tahap lanjutan pada
total pasien pada bulan Mei. kategori II menggunakan 2 FDC dan
E 400. Tiap tablet 2 FDC
Di negara berkembang mengandung Rifampisin 150 mg dan
perempuan dengan status sosial Isoniazid 150 mg. Sedangkan tiap
ekonomi rendah memiliki tablet E 400 mengandung Etambutol
keterbatasan dalam penghasilan, 400 mg yang digunakan selama 5
pendidikan serta akses ke sumber bulan.
daya kesehatan dibandingkan dengan
laki-laki. Sehingga, banyak wanita Penyimpanan OAT pada
tidak mampu untuk mencari dan tempat yang mudah dilihat agar tidak
mencapai fasilitas pelayanan lupa meminumnya, sebagai contoh di
kesehatan yang berkualitas. Selain dekat meja makan atau tempat tidur
itu stigma yang melekat pada pasien namun jangan disimpan di tempat
yang menderita TB menyebabkan yang lembab dan panas seperti dapur,
wanita di negara-negara dengan dekat kamar mandi atau jendela yang
penghasilan rendah memilih untuk terkena cahaya matahari langsung
berobat ke pengobatan non medis agar tidak rusak, karena OAT tidak
karena mereka takut mendapatkan tahan terhadap lembab dan panas.
stigma negatif dari masyarakat Pelayanan Informasi Obat
disekelilingnya (Sharma, 2004). tentang indikasi mencangkup tahap
Hasil pengamatan PIO tentang pengobatan pasien Tuberkulosis.
nama obat pada pengobatan Tahap intensif adalah pengobatan
Tuberkulosis selalu diberikan oleh yang diberikan setiap hari. Paduan

8
pengobatan pada tahap ini adalah nyeri ditempat suntikan, gangguan
dimaksudkan untuk secara efektif keseimbangan dan pendengaran,
menurunkan jumlah kuman yang ada renjatan anafilaktik, anemia,
dalam tubuh pasien dan agranulositosis, dan trombositopeni.
meminimalisir pengaruh dari Etambutol bersifat Bakteriostatik.
sebagian kecil kuman yang mungkin Efek samping dari Etambutol adalah
sudah resisten sejak sebelum pasien gangguan penglihatan, buta warna,
mendapatkan pengobatan. neuritis perifer (gangguan saraf tepi)
Pengobatan tahap awal pada semua (Permenkes, 2016).
pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan Kontra indikasi dari obat
pengobatan secara teratur dan tanpa Etambutol adalah neurotik optik.
adanya penyulit, daya penularan Pada Rifampisin adalah hipersensitif
sudah sangat menurun setelah dan ikterus. Pada obat Pirazinamida
pengobatan selama 2 minggu adalah kerusakan hati berat. Akan
pertama. Pengobatan tahap lanjutan tetapi informasi obat tentang kontra
bertujuan membunuh sisa sisa kuman indikasi belum diberikan di
yang masih ada dalam tubuh, Puskesmas (MIMS, 2016).
khususnya kuman persister sehingga Etambutol dapat menurunkan
pasien dapat sembuh dan mencegah khasiat urikosurik, terutama pada
terjadinya kekambuhan (Permenkes, pemakaian bersama Isoniazid dan
2016). Piridoksin serta Antasida. Rifampisin
Efek samping adalah efek dapat menurun dengan
yang tidak diinginkan atau tidak kortikosteroid, antikoagulan
ditujukan dari suatu obat yang timbul kumarin, digitoksin, metadon,
pada dosis lazim digunakan untuk kontrasepsi oral dan tolbutamid.
profilaksis, diagnosis atau terapi Probenesid dapat menghambat
suatu penyakit. Isoniazid bersifat ekskresi Pirazinamid. Isoniazid
Bakterisidal. Efek samping dari berinteraksi dengan karbamazepin,
Isoniazid adalah neuropati perifer etosuksimid, fenitoin, antasida yang
(gangguan saraf tepi), psikosis mengandung AL dan MG, sikloserin,
toksik, gangguan fungsi hati dan disulfiram (MIMS, 2016).
kejang. Rifampisin bersifat SARAN
Bakterisidal. Efek samping dari
Rifampisin adalah flu syndrome Saran yang dapat disampaikan
(gejala influenza berat), gangguan yaitu perlu disampaikan informasi
gastrointestinal, urine berwarna obat tentang kontraindikasi dan
merah, gangguan fungsi hati, interaksi obat pada pasien
trombositopeni, demam, skin rash, Tuberkulosis.
sesak nafas, anemia hemolitik.
Pirazinamid bersifat Bakterisidal.
Efek samping Pirazinamid adalah
gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati, gout arthritis.
Streptomisin bersifat Bakterisidal.
Efek samping Streptomisin adalah

9
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI. 2005.
Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Tuberkulosis.
Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Klinik. Ditjen Bina
Farmasi dan Alkes. Jakarta
Lembaga Koalisi untuk Indonesia
Sehat. 2006. Laporan Riset
Evaluasi Program Advokasi
Komunikasi dan Mobilisasi
Sosial Program Tuberkulosis.
Jakarta.
MIMS Indonesia 2016. Petunjuk
Konsultasi. Gramedia
Nursalam. 2008. Konsep dan
Perawatan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Pedoman Skripsi Tesis, dan
Instrumen Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.

Permenkes RI. 2016.


Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta
Tan Hoan Tjay dan Kirana
Rahardja, 2015. Obat-Obat
Penting Khasiat,
Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi
Ketujuh, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai