Anda di halaman 1dari 151

PERANCANGAN PUSAT KERAJINAN TANGAN

KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Arsitektur pada Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa
Cendana

Oleh,
MARGARETHA TAMARA TIARA LOPO
NIM : 1406090002

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNIK UNIVERSITAS NUSA
CENDANA KUPANG
2020
MOTTO
Aku tahu,bahwa Engkau sanggup melakukan

segala sesuatu, dan tidak ada rencanamu yang

gagal Ayub 42:2

Ku persembahkan Skripsi ini untuk :

Tuhan Yesus, Terima kasih selalu Anugerahkan segalanya jauh dari

apa yang saya bayangkan;

Orangtua tercinta :

Ayah Yohanes Lopo dan Ibu Tresia Wattimury-Lopo, Terima kasih

untuk Doa, Kasih sayang, Perjuangan, Pengertian, Kepercayaan dan

segalanya yang selalu diberikan. Pencapaian ini adalah persembahan

istimewa untuk Ayah dan Ibu;

Kakak dan Adik tercinta :

Kakak Boby, Marina, Wilson, Wimbo, Marisa, Novi, Adik Yermi

dan Heny terima kasih selalu mendukung dan mencukupkan setiap

apa yang dibutuhkan, Sukses untuk setiap apa yang dikerjakan;

Adik Mitha, Olivia, Gisel, Gio, Gesya, Marvin, Galang terima kasih

selalu menjadi penghibur dan penyemangat disaat lelah

menghampiri.

Keluarga besar yang selalu mendoakan,mendukung dan

mengkritik; Sahabat seperjuangan sependeritaan ANKER 14’ :

Terimakasih untuk setiap kisah perjuangan yang telah kita ukir

bersama yang akan menjadi cerita di masa depan. Sukses buat

kalian semua.

i
ABSTRAK

PERANCANGAN PUSAT KERAJINAN TANGAN


TIMOR TENGAH SELATAN

Oleh : MARGARETHA TAMARA TIARA LOPO


Nim : 1406090002

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan salah satu Kabupaten di


Nusa Tenggara Timur yang memiliki berbagai aktivitas kerajinan tangan.
Kerajinan tangan tersebut dijadikan sebagai hobi dan bisnis usaha bagi
masyarakat, tetapi tidak ada fasilitas yang disediakan untuk mewadahi seluruh
kegiatan tersebut. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menciptakan sebuah
Pusat Kerajinan Tangan yang dapat mendukung dan mewadahi seluruh aktivitas
tersebut guna meningkatkan perekonomian dan kualitas sumber daya manusia di
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Pendekatan yang digunakan dalam perancangan ini yaitu Arsitektur
Metafora tangibel (konkrit). Metafora tangibel merupakan metafora yang
berangkat dari hal-hal visual serta karakter tertentu dari sebuah objek. Pemilihan
objek Metafora yang akan diterapkan yaitu bentukan tangan yang sedang
memegang tempat sirih/okomama. Pemilihan objek ini disesuaikan dengan fungsi
bangunan yang dirancang. Penerapan objek yaitu pada Bentukan bangunan, Fasad
dan perletakan fasilitas.
Secara Garis besar bangunan ini terdiri dari atas 3 bagian yaitu Sayap kiri
dan kanan serta bagian tengah bangunan. Sayap kiri dan kanan diambil dari
bentukan tangan. Bagian dasar (Telapak tangan) ditempatkan fasilitas produksi
sedangkan pada lantai 2 bangunan (Ruas jari) ditempatkan fasilitas edukasi.
Bagian tengah bangunan diambil dari bentukan tempat sirih/okomama dengan
fasilitas berupa Fasilitas Promosi dan Pemasaran serta pengaplikasian secondary
skin dari salah satu motif yang terdapat pada tempat sirih/okomama.

Kata kunci: Pusat Kerajinan Tangan, Metafora Tangibel, Tangan dan Tempat Sirih

ii
ABSTRACT

DESIGN OF HANDICRAFT CENTER


SOUTH CENTRAL TIMOR

By : MARGARETHA TAMARA TIARA LOPO


Students ID : 1406090002

South Central Timor Regency is one of the Regencies in East Nusa


Tenggara which has variety of handicraft activities. The handicraft is used as a
hobby and business venture for the community, but there are no facilities
provided to accommodae all these activities. The Purpose of this design is to
create a handicraft center that can support an accommodate all these activities n
order to improve the economy and quality of human resources in South Central
Timor Regency.
The Approach use in this design is Tangible Methaphor Architectue.
Tangible methaphor are methaphor depart from visual things and certain
characteristics on an object. The selection of methaphor object to be applied is
the formation of the hand holding the sihn place / Okomama. The selection of this
object is adjusted to the function of the building that is designed. The aplication of
objects s in the form of buildings facades and facilitation.
Broadly speaking, this building consists of three parts, namely the left and
right wings and the center of the buiding. The left and right wings are taken fom
the hands. The base part ( the palm of the hand ) is places in the production
facility while on the second floor of the building ( finger point ) the educational
facility is placed. The middle part of the building is taken from the formation of
the sihn place/okomama with facilites in the form of promotion and marketing
facilities and the apication of secondary skin from one of the motives found in the
sihn place/okomama.

Keywords : Handicraft Center, Tangible Metaphor, Hand and The Sihn Place
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas berkat, penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul "Perancangan Pusat Kerajinan
Tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan" ini dengan baik.
Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur pada Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak
hambatan serta rintangan yang saya hadapi namun atas tuntunan Tuhan yang
Maha Esa serta bimbingan , bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang
senantiasa membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu, dengan
segenap hati saya mempersembahkan Tugas Akhir ini dengan ucapan terima kasih
kepada :

1. Bapak Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Arsitektur dan
juga sebagai Dosen Pembimbing I, yang banyak membantu dalam perkuliahan
dan meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi masukan dalam
penulisan ini.
2. Bapak Ariency K. A. Manu, ST., MT, sebagai Dosen Pembimbing II, yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi masukan dalam
penulisan ini.
3. Bapak, Ibu Dosen Jurusan Arsitektur yang sudah mengajari penulis dari awal
masuk kuliah hingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Kedua orangtua, Ayah tercinta Yohanes N. Lopo dan Ibu tersayang Tresia
Asnat Wattimury, yang dengan setulus hati mencurahkan segenap cinta dan
pengertian, perhatian dalam bentuk moril dan materil. Semoga Tuhan yang
Maha Esa selalu dan senantiasa menjaga dan melindungi ayah dan ibu atas
kebaikan yang telah diberikan.
5. Kakak Bobby Wattimury, Marina Lopo, Wilson Lopo, Adik Yermi Lopo,
Heni Lopo dan Keluarga besar, terima kasih untuk kasih sayang, doa dan
dukungan selama ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan Anker 14, Terima kasih untuk kebersamaan,
dukungan, bantuan, waktu dan motivasi selama ini. Sukses selalu.
7. Untuk yang selalu mencintai,menyayangi dan mendoakan saya,Terima Kasih.

Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Tugas Akhir ini bisa
memberikan manfaat khususnya dalam bidang Arsitektur.

Kupang, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR
PERSEMBAHAN..................................
ABSTRAK..............................................
ABSTRACT..............................................
KATA PENGANTAR...........................
DAFTAR ISI...........................................
DAFTAR TABEL...................................
DAFTAR GAMBAR..............................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................
1.2. Permasalahan..................................
1.2.1. Identifikasi
Masalah.............................
1.2.2. Rumusan
Masalah.............................
1.3. Tujuan dan Sasaran........................
1.3.1. Tujuan................................
1.3.2. Sasaran..............................
1.4. Batasan Masalah.............................
1.5. Manfaat..........................................
1.6. Keluaran.........................................
1.7. Metodelogi
Perancangan...................................
1.7.1. Jenis dan
sumber data........................
1.7.2. Teknik
pengumpulan
data.....................................
1.7.3. Teknik
Analisa Data
............................................
1.8. Kerangka Pikir...............................
1.9. Sistematika
Penulisan........................................
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Judul 9
2.1.1 Pengertian Perancangan 9
2.1.2 Pengertian Pusat 9
2.1.3 Kerajinan tangan 9

vii
2.2. Tinjauan Terhadap Kerajinan Tangan.............................................................10
2.2.1. Pengertian Kerajinan Tangan..............................................................10
2.2.2. Kerajinan Tangan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.....................11
2.3. Tinjauan Terhadap Tujuan..............................................................................23
2.3.1 Pengertian Produksi..............................................................................23
2.3.2 Pengertian Promosi...............................................................................23
2.3.3 Pengertian Pemasaran...........................................................................24
2.3.4 Pengertian Edukasi................................................................................24
2.4. Tinjauan Fungsi Sejenis..................................................................................25
2.4.1. Singapore handicraft center.................................................................25
2.4.2. Baan Khao Thao,Thailand...................................................................27
2.4.3. Pusat Kerajinan Tegallalang,Bali.........................................................28
2.4.4. Kompleks Kraft Kuala Lumpur...........................................................29
2.4.5. Pusat Kerajinan Dekranasda,Bogor.....................................................30
2.4.6. Kesimpulan Fungsi Sejenis..................................................................31
2.5. Tinjauan Pendekatan.......................................................................................33
2.5.1. Bank Sudan of Southern Sudan...........................................................34
2.5.2. Lotus Tample......................................................................................35
2.5.3. Perpustakaan Riau...............................................................................36
2.5.4. Kesimpulan studi kasus pendekatan....................................................37

BAB III GAMBARAN OBJEK PERANCANGAN


3.1 Gambaran Umum Lokasi................................................................................38
3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah.........................................................................39
3.3 Kriteria Pemilihan Lokasi...............................................................................40
3.4 Potensi kerajinan tangan di Timor Tengah Selatan.........................................40
3.5. Fasilitas yang diadakan...................................................................................40
3.6. Gambaran Pendekatan metafora arsitektur.....................................................41

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN


4.1 Jumlah Pengguna Bangunan...........................................................................42
4.1.1 Jumlah Pengunjung................................................................................42
4.1.2 Jumlah Pengrajin....................................................................................43
4.2 Programing.......................................................................................................43
4.2.1 Fungsi.....................................................................................................43
4.2.2 Pelaku Kegiatan.....................................................................................45
4.2.3 Aktifitas Pelaku Kegiatan......................................................................46
4.2.4 Fasilitas..................................................................................................47
4.2.5 KDB dan KLB.......................................................................................61
4.2.6 Hubungan Ruang....................................................................................62
4.3 Lokasi...............................................................................................................64
4.4 Kondisi Eksisting Tapak..................................................................................68
4.5 Analisis Tapak..................................................................................................71
4.5.1 Pencapaian.............................................................................................71
4.5.2 Sirkulasi.................................................................................................76
4.5.3 Vegetasi..................................................................................................78
4.5.4 Arah Edar Matahari................................................................................79
4.5.5 View.......................................................................................................82
4.5.6 Kebisingan.............................................................................................85
4.5.7 Penzoningan...........................................................................................87
4.6 Pendekatan.......................................................................................................88
4.6.1 Analisis Bentukan Bangunan..................................................................88
4.7 Analisis Utilitas................................................................................................90
4.7.1 Jaringan Air............................................................................................90
4.7.2 Jaringan Listrik......................................................................................92
4.7.3 Sistem Penghawaan................................................................................93
4.7.4 Sistem Pencahayaan...............................................................................94
4.7.5 Sistem Pengaman Kebakaran.................................................................96
4.7.6 Sistem Penangkal Petir...........................................................................96
4.7.7 Sistem Transportasi dalam Bangunan....................................................97
4.7.8 Sistem Persampahan..............................................................................99
4.8 Analisis Struktur Bangunan.............................................................................99
4.9 Analisis Material Bangunan...........................................................................102
BAB V KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan.......................................................105
5.2 Konsep Perancangan Tapak...........................................................................106
5.2.1 Konsep Pencapaian..............................................................................106
5.2.2 Konsep Sirkulasi..................................................................................107
5.2.3 Konsep Vegetasi..................................................................................109
5.2.4 Konsep Orientasi Bangunan berdasarkan arah edar matahari.............109
5.2.5 Konsep View........................................................................................110
5.2.6 Konsep Kebisingan..............................................................................110
5.2.7 Konsep Penzoningan............................................................................111
5.3 Konsep Utilitas...............................................................................................112
5.3.1 Jaringan Air..........................................................................................112
5.3.2 Jaringan Listrik....................................................................................113
5.3.3 Sistem Penghawaan..............................................................................113
5.3.4 Sistem Pencahayaan.............................................................................113
5.3.5 Sistem Penangkal Petir.........................................................................114
5.3.6 Sistem Transportasi dalam Bangunan..................................................114
5.3.7 Sistem Persampahan............................................................................114
5.4 Konsep Struktur.............................................................................................115
5.4.1 Sub Struktur.........................................................................................115
5.4.2 Super Struktur......................................................................................115
5.4.3 Upper Struktur......................................................................................115
5.5 Konsep Material.............................................................................................115
5.5.1 Material Bangunan................................................................................115
5.5.2 Material Tapak......................................................................................116

BAB VI HASIL PERANCANGAN


6.1 Deskripsi Perancangan...................................................................................117
6.2 Hasil Desain Tapak........................................................................................117
6.2.1 Site Plan...............................................................................................117
6.2.2 Pencapaian............................................................................................118
6.2.3 Sirkulasi................................................................................................118
6.2.4 Penataan parkiran.................................................................................119
6.3 Hasil Desain Bangunan..................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses pembuatan kain tenun khas TTS.............................................11


Tabel 2.2 Alat tenun.............................................................................................13
Tabel 2.3 Hasil kain tenun TTS...........................................................................14
Tabel 2.4 Hasil kerajinan tangan anyaman.........................................................19
Tabel 2.5 Hasil kerajinan tangan bahan bekas dan bahan alam........................21
Tabel 2.6 Hasil kerajinan tangan tanah liat........................................................22
Tabel 2.7 Kesimpulan Fungsi Sejenis.................................................................31
Tabel 4.1 Data Kunjungan tahun 2016...............................................................42
Tabel 4.2 Data Kunjungan tahun 2017...............................................................42
Tabel 4.3 Analisa kebutuhan ruang.....................................................................47
Tabel 4.4 Dimensi alat tenun...............................................................................50
Tabel 4.5 Besaran ruang workshop.....................................................................50
Tabel 4.6 Besaran ruang kelas.............................................................................52
Tabel 4.7 Besaran ruang craft boutique..............................................................53
Tabel 4.8 Besaran ruang pusat bahan baku.........................................................54
Tabel 4.9 Besaran kantor pengelola....................................................................55
Tabel 4.10 Besaran ruang Aula...........................................................................57
Tabel 4.11 Besaran tempat makan......................................................................58
Tabel 4.12 Besaran tempat lobby........................................................................59
Tabel 4.13 Besaran ruang pos jaga......................................................................59
Tabel 4.14 Besaran ruang parkir.........................................................................60
Tabel 4.15 Luasan Total......................................................................................61
Tabel 4.16 Analisis pemilihan lokasi..................................................................67
Tabel 4.17 Analisis Jenis Vegetasi.....................................................................78
Tabel 4.18 Analisis objek metafora....................................................................88
Tabel 4.19 Analisis jenis penangkal petir...........................................................97
Tabel 4.20 Analisis jenis Pondasi.....................................................................100
Tabel 4.21 Analisis material bangunan.............................................................102
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir.........................................................................7


Gambar 2.1 Singapore Handicraft center..............................................................25
Gambar 2.2 Site Plan Singapore Handicraft Center.............................................25
Gambar 2.3 Tampak depan Singapore Handicraft Center....................................26
Gambar 2.4 Interior lt. 1 dan 2 Singapore Handicraft Center...............................26
Gambar 2.5 Para Pengrajin sedang membuat Kerajinan Tangan...........................26
Gambar 2.6 Baan Khao Tao, Pusat Kerajinan tangan Thailand............................27
Gambar 2.7 Area Workshop...................................................................................27
Gambar 2.8 Toko...................................................................................................27
Gambar 2.9 Berbagai Kerajinan Yang dipajang di luar.........................................28
Gambar 2.10 Berbagi Kerajinan yang dipajang di dalam.....................................28
Gambar 2.11 Cafe dan Pemandangan sekitarnya...................................................28
Gambar 2.12 Papan Nama Kompleks Kraf pada bagian depan.............................29
Gambar 2.13 Site Plan Kompleks Kraf Kuala Lumpur.........................................29
Gambar 2.14 Gedung Pusat Rekaan dan Craft Boutique.......................................30
Gambar 2.15 Pusat Kerajinan Bogor.....................................................................30
Gambar 2.16 Macam-macam Kerajinan Tangan...................................................31
Gambar 2.17 Bank Of Southern Sudan..................................................................34
Gambar 2.18 Aplikasi Metafora pada Bank of Southern Sudan............................34
Gambar 2.19 Aplikasi metafora pada Bank of Southern Sudan............................34
Gambar 2.20 Lotus Tample....................................................................................35
Gambar 2.21 Lotus Tample....................................................................................36
Gambar 2.22 Perpustakaan Riau............................................................................36
Gambar 2.23 Objek Metafora dari penyangga Al’quran.......................................37
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Timor Tengah Selatan..............................................38
Gambar 3.2 Peta RTRW Kabupaten Timor Tengah Selatan.................................39
Gambar 4.1 Bagan Alur Aktivitas pengunjung......................................................46
Gambar 4.2 Bagan Alur Aktivitas pengelola.........................................................46
Gambar 4.3 Bagan Alur Aktivitas pengrajin..........................................................47
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Workshop...................................................62
Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Pusat Bahan Baku......................................62
Gambar 4.6 Bagan Hubungan Ruang Aula............................................................62
Gambar 4.7 Bagan Hubungan Ruang craft boutique.............................................63
Gambar 4.8 Bagan Hubungan Ruang kelas...........................................................63
Gambar 4.9 Bagan Hubungan Ruang Lobby..........................................................63
Gambar 4.10 Bagan Hubungan Ruang tempat makan...........................................64
Gambar 4.11 Bagan Hubungan Ruang kantor pengelola.......................................64
Gambar 4.12 Alternatif 1 lokasi.............................................................................65
Gambar 4.13 Alternatif 2 lokasi.............................................................................66
Gambar 4.14 Batas-Batas Tapak............................................................................67
Gambar 4.15 Jalan Lingkar Luar...........................................................................68
Gambar 4.16 Jalan ke arah Bu’at...........................................................................69
Gambar 4.17 letak vegetasi....................................................................................69
Gambar 4.18 Perletakan jaringan Utilitas..............................................................70
Gambar 4.19 Peta dan Potongan Kontur................................................................70
Gambar 4.20 Peta peruntukan Lahan.....................................................................71
Gambar 4.21 Pencapaian Langsung.......................................................................72
Gambar 4.22 Pencapaian tersamar.........................................................................73
Gambar 4.23 Pencapaian berputar.........................................................................73
Gambar 4.24 Jalur masuk dan keluar terpisah pada satu jalur...............................74
Gambar 4.25 Jalur masuk dan keluar disatukan pada satu jalur............................75
Gambar 4.26 Jalur main entrance dan site entrance..............................................75
Gambar 4.27 Pedestrian pada jalan lingkar luar....................................................76
Gambar 4.28 Penempatan parkiran dalam site.......................................................77
Gambar 4.29 Parkir dengan sudut 90 derajat.........................................................77
Gambar 4.30 Analisa Arah edar matahari..............................................................79
Gambar 4.31 Alternatif 1 orientasi bangunan........................................................80
Gambar 4.32 Alternatif 2 orientasi bangunan........................................................81
Gambar 4.33 Analisa View kedalam tapak............................................................82
Gambar 4.34 Analisa Pengelolahan tapak pada titik vocal point...........................83
Gambar 4.35 Kesimpulan analisa view dari luar kedalam tapak...........................84
Gambar 4.36 Analisa view keluar tapak................................................................84
Gambar 4.37 Analisa tingkat kebisingan...............................................................85
Gambar 4.38 Analisa Penzoningan........................................................................87
Gambar 4.39 Bagan Downfeet system....................................................................91
Gambar 4.40 Bagan Upfeet system........................................................................91
Gambar 4.41 Pendistribusian listrik dari PLN.......................................................92
Gambar 4.42 Sistem pengudaraan silang...............................................................93
Gambar 4.43 Sistem pencahayaan.........................................................................94
Gambar 4.44 Sistem pencahayaan alami dari atap.................................................95
Gambar 4.45 Ukuran Lebar Tangga.......................................................................98
Gambar 4.46 Eskalator dengan perletakan sejajar.................................................98
Gambar 4.47 Diagram Pengelolahan sampah........................................................99
Gambar 5.1 Konsep bentuk objek yang digunakan..........................................105
Gambar 5.2 Konsep bentukan dasar bangunan.................................................106
Gambar 5.3 Konsep pencapaian kedalam tapak...............................................107
Gambar 5.4 Konsep pedestrian..........................................................................107
Gambar 5.5 Konsep Perletakan Parkiran Kendaraan.......................................108
Gambar 5.6 Konsep Pola Parkir........................................................................108
Gambar 5.7 Konsep Orientasi Bangunan..........................................................109
Gambar 5.8 Konsep view...................................................................................110
Gambar 5.9 Konsep Kebisingan........................................................................111
Gambar 5.10 Konsep Penzoningan...................................................................111
Gambar 5.11 Bagan Konsep Jaringan Air Bersih..............................................112
Gambar 5.12 Bagan Konsep Jaringan Limbah Padat........................................112
Gambar 5.13 Bagan Konsep Limbah Cair.........................................................112
Gambar 5.14 Pendistribusian listrik PLN..........................................................113
Gambar 5.15 Konsep sistem pencahayaan buatan.............................................113
Gambar 5.16 Konsep tangga...............................................................................114
Gambar 5.17 Konsep lift barang.........................................................................114
Gambar 5.18 Konsep Pengelolahan Sampah......................................................114
Gambar 5.19 Konsep Substruktur.......................................................................115
Gambar 5.20 Konsep Material Tapak................................................................116
Gambar 6.1 Site plan..........................................................................................117
Gambar 6.2 Main Entrance dan Side Entrance................................................118
Gambar 6.3 Sirkulasi Kendaraan dalam Site....................................................118
Gambar 6.4 Sirkulasi Pejalan Kaki ke dalam site.............................................119
Gambar 6.5 Penataan Parkiran..........................................................................119
Gambar 6.6 Hasil Desain Bangunan.................................................................121
Gambar 6.7 Hasil Desain Bangunan..................................................................121
Gambar 6.8 Hasil Desain Bangunan..................................................................121
Gambar 6.9 Hasil Desain Bangunan..................................................................122
Gambar 6.10 Hasil Desain Bangunan...............................................................122
Gambar 6.11 Area Pameran................................................................................122
Gambar 6.12 Hasil Desain Bangunan...............................................................123
Gambar 6.13 Kolam Perendaman Bambu..........................................................123
Gambar 6.14 Kebun Kapas.................................................................................123
Gambar 6.15 Taman............................................................................................123
Gambar 6.16 Taman............................................................................................124
Gambar 6.17 Bagian depan area drop off..........................................................124
Gambar 6.18 Papan Nama Bangunan.................................................................124
Gambar 6.19 Interior...........................................................................................125
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keberagaman
budaya,kekayaan sumber tenaga seniman dan pengrajin. Salah satu
keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia adalah kerajinan. Kerajinan
merupakan usaha manusia untuk menghasilkan barang-barang yang dikerjakan
dengan keterampilan tangan secara kreatif untuk menghasilkan produk yang indah
dan mempunyai nilai seni (Suprapto,1985). Kerajinan khas Indonesia sudah
mendapatkan penghargaan Award of Excellence for Handicraft 2012 dari
UNESCO atas 18 produk kerajinan batik,anyaman,tenunan yang dihasilkan
dengan tingkat kualitas yang sempurna,nilai seni dan budaya yang otentik,kreatif
dan inovatif (https://en.unesco.org).
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu Kabupaten
di Provinsi Nusa Tengara Timur (NTT) yang memiliki berbagai aktivitas
kerajinan tangan. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten TTS tahun 2017, kerajinan tangan yang ditekuni oleh masyarakat TTS
antara lain tenunan, anyaman, kerajinan tangan dari tanah liat dan bahan bekas.
Kerajinan tangan ini cukup menarik perhatian masyarakat mulai dari anak kecil,
remaja, hingga dewasa. Banyak diantaranya yang menjadikan kerajinan tangan
sebagai hobi dan juga dijadikan sebagai bisnis usaha karena menghasilkan bentuk
yang unik dan ragam manfaat.
Selain Potensi kerajinan tangan, TTS memiliki potensi wisata dengan daya
tarik tersendiri. Potensi wisata ini dimanfaatkan untuk mendukung setiap hasil
kerajinan tangan. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata, tahun 2016 jumlah
WNI dan WNA sebanyak 33.676 orang dan tahun 2017 sebanyak 34.233.
Kunjungan dari wisatawan ini, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian dan juga kualitas sumber daya manusia. Namun,
ketersediaan wadah untuk mewadahi aktivitas kerajinan tangan khas Timor
Tengah Selatan menjadi masalah. Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa pusat
kerajinan tangan sangat dibutuhkan sebagai wadah untuk
produksi,promosi,pemasaran dan edukasi kerajinan tangan khas Timor Tengah
Selatan.

1
Perancangan Pusat Kerajinan Timor Tengah Selatan mengambil
pendekatan Metafora. Metafora arsitektur merupakan gaya arsitektur yang
mengambil bentuk dari kiasan atau perumpamaan dari sesuatu. Tipe Metafora
yang digunakan dalam perancangan yaitu metafora Konkrit (Tangible
methaphors). Metafora Konkret merupakan Metafora yang berangkat dari hal-hal
visual serta karakter tertentu dari sebuah benda.
Tangan dan Tempat sirih merupakan objek utama yang diandaikan untuk
menjadi objek desain utama bangunan pusat kerajinan tangan. Pemilihan objek ini
disesuaikan dengan fungsi bangunan. Tangan mewakili fungsi bangunan yaitu
pusat kerajinan tangan yang artinya semua hasil kerajinan tangan di buat oleh
kreatifitas tangan pengrajin. Sedangkan Okomama/Tempat sirih merupakan salah
satu hasil kerajinan tangan yang cukup terkenal yang sering difungsikan oleh
semua masyarakat Timor Tengah Selatan.

1.2. Permasalahan
1.2.1. Identifikasi Masalah
Kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat TTS merupakan salah
satu usaha untuk melestarikan nilai-nilai seni dan budaya, meningkat
perekonomian. Usaha tersebut belum efektif karena tidak adanya wadah sehingga
masyarakat pengrajin masih bernaung dalam kerajinan rumah tangga/homecraft
dengan keterbatasan modal,fasilitas kerja,dan lokasi masyarakat pengrajin
terpencar sehingga kurang efisien jika konsumen ingin lebih mengenal dan
mendapatkan hasil kerajinan secara cepat dan tepat.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sebuah pusat kerajinan tangan yang dapat
mewadahi kegiatan produksi, promosi, pemasaran dan edukasi di
Kabupaten Timor Tengah Selatan ?
2. Bagaimana menentukan lokasi untuk perancangan pusat kerajinan tangan
Timor Tengah Selatan ?
3. Bagaimana merancang pusat kerajinan tangan Tengah Selatan dengan
pendekatan Metafora arsitektur
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Merancang bangunan pusat kerajinan tangan yang dapat mewadahi
kegiatan produksi, promosi, pemasaran dan edukasi.
2. Mendapatkan lokasi yang tepat dari setiap kriteria yang didapatkan dari
studi kasus untuk perancangan pusat kerajinan tangan Timor Tengah
Selatan.
3. Merancang pusat kerajinan tangan dengan pendekatan Metafora Konkrit/
Tangible methaphors.

1.3.2. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai yaitu :
1. Merancang bangunan pusat kerajinan tangan yang dilengkapi dengan
fasilitas utama dan penunjang seperti tempat produksi, tempat apresiasi
hasil karya, tempat pemasaran, edukasi, kantor pengelola dan lain
sebagainya.
2. Penentuan lokasi perancangan pusat kerajinan tangan terletak di Ibukota
kabupaten Timor Tengah Selatan. Lokasi terpilih ditunjang dengan
kelengkapan infrastrusktur kota yang menunjang sistem operasional dalam
bangunan seperti air bersih dan listrik.
3. Merancang pusat kerajinan tangan dengan mengambil bentukan dari objek
yang berhubungan dengan fungsi bangunan sehingga dijadikan objek
utama dalam perancangan.

1.4. Batasan Masalah


Batasan-batasan pada perancangan pusat kerajinan tangan yaitu :
1. Perancangan kerajinan tangan dirancang dari segi struktural,fungsional
dan estetika.
2. Lokasi yang akan dijadikan sebagai alternatif pemilihan tapak hanya
diambil dari Kecamatan Kota Soe.
3. Perancangan yang menerapkan konsep Metafora arsitektur menurut
Anthony C. Antoniades dimana seorang perancang, merancang sebuah
bangunan dengan mengandalkan objek lain dan hasilnya melihat suatu
bangunan sebagai objek yang lain.

1.5. Manfaat
Secara objektif, penulisan ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
dalam bidang arsitektur serta dapat menjadi kajian bagi pihak pemerintah maupun
swasta untuk perancangan sebuah pusat kerajinan tangan Timor Tengah Selatan.
Secara subyektif, penulisan ini diharapkan dapat memberi pengalaman dan
memperluas wawasan ilmu arsitektur bagi penulis serta dapat memenuhi
persyaratan pra tugas akhir di Jurusan Arsitektur Universitas Nusa Cendana.

1.6. Keluaran
Adapun hasil dari tulisan ini adalah konsep perancangan pusat kerajinan
tangan dengan pendekatan Arsitektur Metafora Tangibel

1.7. Metodelogi Perancangan


1.7.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam proses perancangan yaitu :
1. Data primer adalah data sumber pertama yang diperoleh secara langsung
dari hasil survey atau pengamatan langsung kondisi dilapangan. Data
primer yang dibutuhkan dalam perancangan ini meliputi akses pencapaian
terhadap lokasi,sarana dan prasarana,utilitas,kondisi eksisting lokasi,batas-
batas lokasi,dan potensi dari tapak
2. Data sekunder adalah Data yang diperoleh dari sumber pustaka. Pada
umumnya data sekunder diperoleh tidak memerlukan wawancara,
melainkan cukup meminta bahan dari sumber data,atau mencari sendiri
melalui file-file dan sumber lain yang telah dipublikasikan.
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
memperoleh dan mengumpulkan data dengan suatu cara sehingga didapatkan
hasil penggunaannya melalui beberapa cara antara lain :
1. Interview atau Wawancara
Merupakan proses pengumpulan data dengan cara tanya jawab. Teknik ini
digunakan untuk memperdalam penelitian dan pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh sebelumnya. Wawancara
akan dilakukan pada pengrajin sehingga penulis dapat memperdalam
tentang kerajinan tangan.
2. Observasi atau Pengamatan
Observasi akan dilakukan pada lokasi pengrajin sehingga penulis
mengetahui dengan jelas jenis kerajinan yang dihasilkan oleh pengrajin
TTS dan melihat potensi mengenai perancangan pusat kerajinan tangan
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
3. Dokumentasi
Proses dokumentasi di lakukan sebagai bukti yang real atas setiap teknik
yang dilakukan.
4. Studi Literatur
Mengumpulkan data dari berbagai sumber referensi yang berkaitan dengan
objek perancangan .
5. Sistem pengelolahan data spasial/Sistem informasi geografis (SIG)
Sistem informasi khusus yang digunakan untuk mengelolah data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan), teknik ini digunakan
untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang tidak bisa didapatkan
secara langsung. Data tersebut berhubungan dengan Luasan dan jarak
tertentu, kondisi topografi,batasan geografis serta pembuatan peta atribut
(peta yang bersifat informatif).
1.7.3. Teknik Analisa Data
Teknik analisa yang digunakan yaitu :
1. Analisis deskriptif
Suatu cara dalam meneliti objek studi melalui uraian, pengertian ataupun
penjelasan-penjelasan baik yang bersifat terukur maupun tidak terukur.
Pada penulisan ini teknik analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan tentang potensi lokasi perancangan,kondisi eksisting dan
penjelasan tentang objek rancangan.
2. Analisis kualitatif
Suatu teknik untuk mengembangkan teori yang telah dibangun dari data
yang sudah didapatkan di lapangan. Analisis ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai proses perancangan pusat kerajinan
tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
3. Skoring
Suatu Teknik yang digunakan untuk memperoleh lokasi perancangan.
Teknik ini digunakan dengan memberikan pembobotan pada setiap syarat
lokasi. Nilai tertinggi dari hasil pembobotan akan digunakan sebagai tapak
perancangan.
4. Kuantitatif
Suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh dimensi ruang,jumlah
pengguna berdasarkan perhitungan perabotan dan referensi lainnya.
1.8. Kerangka Pikir
akan keberagaman budaya kerajinan. Kerajinan khas Indonesia telah mendapat penghargaan Award of Excellence for Handicraft 2012 dari UNESCO atas 18 produk k
provinsi di Indonesia yang mengekspor barang hasil kerajinan ke beberapa kota di Indonesia.
kabupaten di NTT yang memiliki berbagai aktivitas kerajinan tangan seperti tenunan (futus,lotis,buna),anyaman, ukiran dan pahatan, kerajinan tangan dari tanah liat
n masyarakat TTSAktivitas dan
mulai dari fasilitas
anak kecil, remaja, hingga dewasa. Banyak diantaranya yang menjadikan kerajinan tangan sebagai hobby karena menghasilkan bentuk
TTS hanya akan dipamerkan pada saat pameran tahunan.

Analisa Kuantitatif

Fasilitas Utama
Lokasi Perancangan
Fasilitas pendukung
Fasilitas Penunjang
KONSEP DASAR
aitan dengan kerajinan tangan dalam aspek produksi untuk edukasi, promosi maupun pemasaran dalam upaya melestarikan budaya, mengembangkan dan mewada
PERANCANGAN

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Perancangan Pusat Kerajinan Tangan Timor Tengah Selatan sebagai sarana produksi, promosi dan pemasaran

DATA TEORI

Datasekunder
Studi kasus fungsi sejenis (Observasi,studi
(Studi literature) : literature,wawan
DataPrimer (Observasi)
cara ) : : Metafora
Singapore handicraftPeta RTRW Kab. TTS
center Letak geografis dan admistratif
Pusat kerajinan tangan : Produksi, Promosi, edukasi, pemasara
Baan Khao Tao, PusatPeta citra satelit
Kerajinan Tangan Thailand Tapak
Pusat kerajinan tanganPeta topografi
Tegallalang,Bali Topografi
Kompleks Kraft KualaJurnal
Lumpur Keadaan tanah
Kerajinan
Pusat Kerajinan Dekranasda, tangan.
Bogor Klimatologi Prinsip-prinsip Metafora
Vegetasi
Utilitas

Analisa Deskriptif
Alternatif Lokasi :
Kelurahan karangsirih (Bagiantimur kantor bupati TTS)
Kelurahan Taubneno (Lokasi Kantor bupati TTS lama)
Makna dan wujud objek yang diandaikan
Penentuan jenis metafora
Kriteria lokasi Penerapan prinsip Metafora pada perancangan

Analisa scoring

7
1.9. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini terbagi atas beberapa
bagian, yaitu:
Bab I. Pendahuluan
Meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat,
batasan masalah, keluaran yang dihasilkan,metodelogi perancangan, kerangka
berpikir dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Menguraikan tentang judul dan kepustakaan tentang objek perancangan yaitu
Pusat Kerajinan Tangan.
Bab III. Gambaran Umum Objek Perancangan
Menjelaskan tentang objek perancangan secara umum
Bab IV. Analisis Perancangan
Berisi tentang analisa tapak dan programming ruang.
Bab V. Konsep Perancangan
Berisi tentang kesimpulan hasil analisa perancangan
Bab VI. Hasil Perancangan
Berisi tentang gambar hasil perancangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Judul


Judul yang di angkat pada penulisan ini adalah “Perancangan Pusat
Kerajinan Tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan” Berikut penjelasan
mengenai judul penulisan :
2.1.1. Pengertian Perancangan
Menurut Wade (1997), Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah
sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses:
mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan
masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah.
2.1.2. Pengertian Pusat
Menurut John Echols dalam kamus Indonesia Inggris Pusat yaitu Center
yang merupakan tumpuan atau tengah. Pusat merupakan bagian yang paling
penting dari sebuah kegiatan atau organisasi. Tempat aktifivas utama dari
kepentingan khusus yang dikonsentrasikan.
2.1.3. Kerajinan Tangan
Pada hakekatnya, Kerajinan tangan merupakan salah satu aktivitas seni
yang dapat dilakukan dengan menggunakan keterampilan tanagn untuk
menghasilkan sebuah barang yang terkadang tidak hanya indah dan bernilai seni
namun juga memilik fungsi-fungsi tertentu. Sedangkan menurut Kadjim (2011),
kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh
semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju
yang luas dalam melakukan suatu karya.
Mengacu pada pengertian diatas, maka perancangan Pusat Kerajinan
Tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan suatu rancangan pusat
kerajinan tangan Timor Tengah Selatan yang dapat mewadahi berbagai aktivitas
kerajinan dari seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
2.2. Tinjauan Terhadap Kerajinan Tangan
2.2.1. Pengertian Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan merupakan cabang seni rupa karena hasil karyanya dapat
dilihat maupun dirasakan secara langsung.
Berikut adalah pengertian Kerajinan menurut para ahli.
1. Kusnadi (1983)
Kerajinan merupakan seni yang lahir dari sifat terampil dan kepringgelan
tangan seseorang untuk menghasilkan suatu karya.
2. Kadjim (2011)
Kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan
penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan
berdaya maju yang luas untuk menghasilkan suatu karya.
3. Soeroto (1993)
Kerajinan tangan merupakan usaha produktif di sektor nonpertanian baik
untuk mata pencaharian utama maupun sampingan yang sering dijadikan
sebagai bisnis usaha ekonomi.
Hasil karya yang tercipta berasal dari pengrajin. Pengrajin pada dasarnya
merupakan pelaku yang menuangkan ide dan gagasan sehingga dapat
menghasilkan sebuah hasil kerajinan. Pengrajin menghasilkan karya diantaranya
dapat berupa karya seni atau berupa desain-desain yang akhirnya dikembangkan
menjadi produk kerajinan. Menurut Bastomi (1986) keterikatan pengrajin dengan
hasil kerajinan terdiri dari tiga unsur, yaitu:
a. Fungsi benda kerajinan
Pengrajin selama berkarya selalu memperhitungkan dan mempertimbangkan
desain agar hasilnya dapat digunakan menurut kebutuhan, sehingga layak
disebut sebagai benda seni fungsional.
b. Bahan
Pengrajin belum tentu bisa menggunakan segala jenis bahan untuk pembuatan
suatu kerajinan. Pengrajin terlebih dahulu harus mengolah bahan tersebut
menurut sifat yang dimiliki oleh masing-masing bahan.
c. Kerapian dan kehalusan kerajinan
Sebuah benda disebut sebagai hasil kerajinan apabila dikerjakan dengan rapi
dan halus. Untuk itu membutuhkan ketekunan dan penghayatan dari
pengrajin.
Pada zaman modern ini, aspek-aspek seni dalam suatu penciptaan benda-
benda kerajinan tidak dapat diabaikan begitu saja, karena manusia dalam
penciptaannya mengacu pada pemuasan fisik. Setiap kerajinan yang diminati oleh
pengrajin mempunyai tujuan tersendiri, karena itu pengrajin telah membuat
berbagai macam bentuk dan fungsi dari hasil produk kerajinan tangan. Secara
garis besar fungsi kerajinan dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Sebagai benda fungsional / terapan
b. Sebagai benda dekorasi / pajangan
c. Sebagai mainan
2.2.2. Kerajinan Tangan di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Beberapa contoh jenis kerajinan tangan yang ada di Timor Tengah Selatan:
1. Tenunan
Tenunan merupakan hasil kerajinan tangan manusia di atas kain
yang terbuat dari benang, serat kayu, kapas. Cara menenun yaitu dengan
memasukkan benang pakan secara melintang pada benang yang membujur
atau lungsi. Secara garis besar, kain tenun yang diciptakan dalam berbagai
macam warna, corak dan ragam hias, memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan, alam,
dan sistem organisasi sosial masyarakat.
Tabel 2.1 Proses pembuatan kain tenun Khas TTS
No Proses pembuatan Kain Tenun Gambar
1. Kapas diambil dan dipilih dari
pohonnya

2. Biji kapas di keluarkan menggunakan


Minis

3. Kapas dihaluskan menggunakan Sifo


4. Kapas digiling dengan lingkaran kayu
kecil

5. Kapas dibentangkan dan diubah


menjadi benang menggunakan
Ingke

6 Benang yang sudah jadi disusun di


dalam none untuk mempermudah
pewarnaan

7. Pewarnaan menggunakan bahan alami


seperti daun tarum, kulit pohon
mengkudu, dan bubur jagung

8. Bahan pewarnaan di tumbuk dan dimasak


kemudian celup benang yang telah
berbentuk memanjang.

9. Benang dijemur

10. Benang yang telah kering kemudian di


pintal hingga berbentuk lingkaran.

11. Benang yang sudah siap digunakan


akan disusun diantara Atis dan Nekan
sebagai rangkaian benang dasar kain
tenunan.
12. Proses tenun menenun dimulai

Sumber : Katalog Kain Tenun Tradisional TTS,2016


Proses pembuatan kain Tenunan Khas Timor Tengah Selatan masih
menggunakan peralatan tradisional mulai dari pengolahan benang hingga
proses pembuatan kain tenun.

Tabel 2.2 Alat Tenun


No Nama Gambar Fungsi
1. Atis Penyangga bagian bawah
alat tenun, posisinya ada di
bagian bawah kain
dan di depan penenun
2. Nekan Penyangga bagian atas alat
tenun sehingga kain dapat
direntangkan
3. Liup Bambu Kecil berjumlah 2
buah sebagai pemisah
tenunan agar benang dapat
dimasukkan di sela-sela
kain
4. Lidi Penanda kestabilan lebar
kain tenun
5. Ut Merapatkan sela-sela kain
tenun

6. Alas Alas untuk duduk yang


langsung berisi perengang
motif (Sia), dan penahan
pinggang (Niun)

7. Minis Alat untuk Mengeluarkan


biji kapas

8. Sifo Alat untuk menghaluskan


dan melembutkan kapas.
9. Ike dan Suti Pengulung (Ingke) dan
alasnya (Suti) berfungsi
untuk memintal kapas
menjadi benang

10. None Alat untuk Merentangkan


Benang agar bisa diberi
Pewarna (lolo)

Sumber : Katalog Kain Tenun Tradisional TTS,2016


Hasil kain tenun masyarakat Timor Tengah Selatan sangat beragam
dari setiap suku yang ada.

Tabel 2.3 Hasil Kain Tenun TTS


No Suku Nama Gambar
1. Amanuban Futus Kai Matalu

Kaif Panbuat

Tais Kaimnutu

Buna Biklusu Nok


sasak Manu

Kaif Mnutu
Buna Panbuat dipadukan
dengan Futus

Buan Panbuat

Lotis Atoni

Buna Teke

Lotis Bebnisi

2. Amanatun Buna Kolsasi

Lotis Mnutu

Futus Kaimnaek
Bun’Atoni

Buna Kaun Koi

Buna Naba

Buna Manu

Buna Atoni

Kaif Tenu

Futus Besimnasi

Buna Krawang Nunkolo


3. Mollo Pahat

Pauf Kabiti

Pauf Naek

Pauf dan Lulat

Lulat

Makpauf dan Lulat

Pauf Asnonif
Pauf Kolo

Lulsial

Asnobif

Pauf Makaif Naek

Pauf Afkun

Pauf Besimnasi

Pauf Solo

Sumber : Katalog Kain Tenun Tradisional TTS,2016


2. Anyaman
Anyaman adalah serat yang dirangkaikan hingga membentuk benda
yang kaku, biasanya untuk membuat keranjang atau perabot dan
sebagainya. Anyaman dibuat dengan cara : mengangkat dan menumpang-
tindihkan atau menyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya yang
indah dan menarik.
Tabel 2.4 Hasil Kerajinan tangan Anyaman
No Nama Gambar
1. Topi

2. Tampah

3. Dompet

4. Lidi

5. Kotak tisu
6. Kipas

7. Tudung saji

8. Tempat sirih

9. Tas

10. Tikar

11. Tirai
3. Kerajinan bahan bekas
Kerajinan tangan dari bahan bekas dan alam merupakan usaha
untuk menghasilkan barang yang dilakukan secara manual menggunakan
bahan- bahan yang diperoleh dari alam ataupun barang yang sudah tak
terpakai lagi. Contoh bahan dari barang bekas yang dipakai yaitu botol
minum (Plastik dan Kaca), Bungkusan minuman,tempurung kelapa,akar
pohon,ranting pohon dan koran bekas.
Tabel 2.5 Hasil Kerajinan bahan bekas dan alam
No Nama Gambar
1. Tas dari bungkusan
minuman

2. Bunga dari biji pohon


Mahoni

3. Bunga dari Botol Minum

4. Bunga dari Akar pohon

5. Kotak sampah dari koran


bekas

6. Celengan
4. Kerajinan tangan tanah liat
Tanah liat merupakan bahan alam yang dapat dengan mudah
ditemui disekitar lingkungan kita. Kerajinan ini banyak dibuat untuk
digunakan sebagai peralatan rumah tangga dengan ragam manfaat yang
dibentuk oleh tangan manusia dengan bantuan alat pemutar atau perbot.
Tabel 2.6 Hasil Kerajinan tangan tanah liat
No Nama Gambar
1. Kendi

2. Periuk

3. Guci

4. Pot bunga

5. Asbak rokok
2.3. Tinjauan Terhadap Tujuan
Merancang pusat kerajinan tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan
sebagai sarana produksi, promosi, pemasaran dan edukasi.
2.3.1. Pengertian Produksi
Secara umum, kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui proses
transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang
diinginkan (Herjanto, 2003: 3). Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia
barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang atau badan yang
melakukan kegiatan produksi disebut dengan produsen. Berdasarkan pengertian
tersebut maka produksi mengandung dua hal pokok, yaitu : Menciptakan nilai
guna dan menambah nilai guna.

Produksi pada pusat kerajinan tangan ini sifatnya makro dalam artian
bahwa produksi akan di lakukan dalam jumlah yang banyak dan terus menerus
dengan memanfaatkan potensi daerah sehingga persediaan barang selalu ada.
Produksi pada tempat tinggal pengrajin juga tetap diadakan dan hasilnya akan
disortir, dipamerkan dan dijual di pusat kerajinan tangan.

2.3.2. Pengertian promosi


Menurut Kotler (2010:496) promosi adalah sarana dimana perusahaan
berusaha untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen baik
secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual.
Menurut Stanton (2007:456) Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran
pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk,
dan mengingatkan tentang produk perusahaan, dengan harapan mempengaruhi
penerima, sehingga merasa percaya.
Promosi pada pusat kerajinan tangan berfungsi untuk menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk pengunjung sehingga dapat membeli hasil
kerajinan tangan. Promosi disini juga mempermudah masyarakat pengrajin untuk
memperkenalkan secara langsung produk yang dihasilkan kepada pengunjung.
Promosi yang diadakan yaitu promosi secara langsung dan juga promosi secara
online pada situs web yang disediakan.
2.3.3. Pengertian pemasaran
Pemasaran merupakan inti dari sebuah usaha. Penjualan merupakan bagian
dari bidang pemasaran, sekaligus merupakan bagian terpenting dari bidang
pemasaran itu sendiri. Menurut Kotler (1997:8), Pemasaran adalah Suatu proses
sosial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk dengan pihak lain.
Pemasaran pada pusat kerajinan tangan ini akan menjual semua produk
hasil kerajinan masyarakat TTS. Pengrajin dapat menjual dengan harga yang
terjangkau sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan. Barang-barang yang
akan dipasarkan oleh pengrajin tentunya memiliki kualitas yang baik sehingga
pengunjung/konsumen merasa puas apabila membeli dan mengguna produk
tersebut. Selain itu, pengunjung juga dengan mudah menemukan hasil kerajinan
tangan yang hendak dibeli karena tidak terpencar lagi di berbagai lokasi. Pembeli
juga dapat membeli setiap bahan baku yang di butuhkan seperti benang dan tanah
liat dan juga peralatan pembuatan setiap kerajinan yang diinginkan.

2.3.4. Pengertian Edukasi


Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan (Notoadmojo, 2003). Edukasi merupakan proses belajar dari tidak
tahu menjadi tahu.

Edukasi yang diadakan pada pusat kerajinan yaitu tersedianya kelas sesuai
dengan kerajinan yang diinginkan sehingga terjadi proses belajar dan mengajar
antara pengrajin dan pengunjung. Sebelum mengikuti edukasi, terlebih dahulu
pengunjung akan diarahkan untuk membeli bahan baku pembuatan kerajinan
sehingga hasil yang diperoleh dapat langsung di pamerkan di galeri edukasi untuk
dilihat dan dibeli oleh pengunjung lainnya.
2.4. Tinjauan Terhadap Fungsi Sejenis
2.4.1. Singapore Handicraft Centre

Gambar 2.1 Singapore handicraft center


Sumber : Beamish J,1985

Singapore handicraft center merupakan salah satu pusat kerajinan tangan


yang dibangun untuk melestarikan warisan seni dan kerajinan Singapura.
Bangunan ini menempati sebuah situs yang sebelumnya dikenal sebagai Pasar
Jalan Grange. Lokasinya di dekat taman-taman Botani yang mewah sehingga
memberikan lingkungan yang indah dan posisi tempat ini berada di ujung Orchard
Street Pedestrian Mall sehingga dapat dijangkau dengan mudah.

Gambar 2.2 Site plan Singapore handicraft center


Sumber : Beamish J,1985

Singapore handicraft center dibangun karena Singapore Tourist


Promotion Board (STPB) mengidentifikasi adanya kebutuhan akan industri
souvenir pelengkap dari para wisatawan yang berkunjung ke Singapura. Pada
tahun 1969, STPB melakukan kompotisi untuk menemukan para pengrajin yang
terampil. STPB kemudian memutuskan untuk menyertakan pengrajin dari daerah-
daerah tetangga, dalam upaya untuk menampilkan suatu bagian lintas budaya Asia
yang komprehensif. Akhirnya, sekelompok seniman dan pengrajin ternama
mengisi studio, termasuk Chen Wen Hsi, salah satu seniman perintis Singapura,
dan Aw Eng Kwang, pembuat patung Qin Shu Bao dan Wei Chi Jing De yang
terkenal di Hotel Hilton. Setelah itu, para pengrajin ternama dikontrak dengan
oleh aturan
ketat, untuk memastikan keberhasilan pusat kerajinan tangan dapat menjadi
sebagai daya tarik wisata, para pengrajin ini kemudian melakukan demonstrasi
dari apa yang mereka hasilkan dan merekrut pengrajin lokal.

Gambar 2.3 Tampak depan Singapore handicraft center


Sumber : Beamish J,1985

Bangunan pusat kerajinan tangan singapura terdiri dari 3 lantai, memiliki


plaza internal yang merupakan titik pusat dari kerajinan tangan, ruang yang
menyenangkan untuk pameran terbuka dan demonstrasi kerajinan, Taman bir,aula
bir cekung, tempat bagi para pengunjung beristirahat dan menyegarkan diri.
Terdapat pula unit-unit toko, ruang pamer, area demonstrasi,tempat tinggal bagi
pengrajin pada lantai 3. Pada lantai dasar terdapat ruang ruang pamer yang hidup,
di mana pengunjung dapat mengamati para pengrajin beraksi, sedangkan pada
lantai 2 terdapat galeri dan kantor penjualan.

Gambar 2.4 Interior lt 1 dan 2 Singapore handicraft center


Sumber : Dennis,2011

Gambar 2.5 Para pengrajin sedang membuat kerajinan tangan


Sumber : Singapore Press Holdings,1976
2.4.2. Baan Khao Tao, Pusat Kerajinan Tangan Thailand

Gambar 2.6 Baan Khao Tao


Sumber : Ngantung Daniel,2016
Baan Khao Tao merupakan Pusat kerajinan tangan kain tradisional khas
Negeri Gajah Putih. Baan Khao Tao dibangun pada tahun 1964 atas inisiasi
Ratu Sirikit untuk membantu penduduk lokal memperoleh pendapatan tambahan.
Bermata pencaharian utama sebagai nelayan, masyarakat tidak bisa mencari ikan
setiap saat khususnya ketika musim hujan dan pancaroba datang. Hal ini lantas
mengurangi penghasilan mereka. Prihatin dengan kondisi tersebut, Ratu
memanggil secara khusus para perajin profesional dari Provinsi Ratchaburi untuk
mengajari masyarakat lokal menenun dan menganyam. Dengan begitu,
masyarakat dapat menjual hasil karya mereka untuk menyambung hidup. Program
bimbingan tersebut masih berlangsung sampai sekarang.

Baan Khao Tao didirikan ditanah seluas 4046 meter2, tempat ini terdiri dari
dua area utama, yaitu area workshop dan toko. Di ruang workshop, pengunjung
dapat melihat kain tenun khas Thailand dibuat.

Gambar 2.7 Area workshop


Sumber : Ngantung Daniel,2016

Gambar 2.8 Toko


Sumber : Ngantung Daniel,2016
2.4.3. Pusat Kerajinan Tangan Tegallalang,Bali
Pusat kerajinan tangan ini terletak di daerah dataran tinggi kecamatan
tegalalang Ubud, Gianyar, Bali. Pusat kerajinan Tegallalang masih bernaung pada
industri rumahan tetapi produk yang dihasilkan telah diekspor ke seluruh dunia
dari berbagai macam barang kerajinan tangan dan furnitur. Tegallalang juga
merupakan salah satu deretan toko seni terpanjang di dunia yang membuat
perjalanan sepanjang rute utama menjadi penuh warna. Dideretan toko-toko
tersebut terdapat café dan berbagai jenis kerajinan tangan seperti: gerabah, ukiran
dan pahatan kayu, anyam-anyaman bambu dan rotan, dan sebagainya.
Selain kerajinan tangan, Udara yang sejuk dan dingin, khas daerah pedesaan
disertai dengan pemandangan daerah persawahan menjadi salah satu daya Tarik
bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke tempat ini.

Gambar 2.9 Berbagai kerajinan yang dipajang diluar


Sumber : Suzannita,2010

Gambar 2.10 berbagai kerajinan yang dipajang didalam


Sumber : Suzannita,2010

Gambar 2.11 Cafe dan pemandangan sekitarnya


Sumber : Bali Tours Club,2020
2.4.4. Kompleks Kraft Kuala Lumpur

Gambar 2.12 Papan nama Kompleks Kraf pada bagian depan


Sumber : Finn Stephen,2008
Kompleks Kraft ini adalah tempat yang terkenal untuk melihat kerajinan
tangan asli Malaysia. Terletak di sepanjang Jalan Conlay Kuala Lumpur dibawah
kepengurusan Development Corporation kerajinan Malaysia dan badan
konstitusional di bawah Departemen Kebudayaan, Seni dan Warisan. Gedung ini
menyajikan beberapa kerajinan Malaysia eksklusif seperti, sutra kaftan, jubah,
perak, produk mengkuang, gelas, tembikar, batik sutra lukisan, dan songket
(brokat materi). Bangunan ini juga menyajikan beberapa kegiatan dan dimana
semua orang dapat mengeksplorasi budaya malaysia. Kompeks ini di bagi menjadi
4 blog kawasan utama, yaitu Craft Museum, Craft Village, Galery-galery
kerajinan tangan, serta Boutique Craft.

Gambar 2.13 Site plan Kompleks Kraf Kuala Lumpur


Sumber : Dirun Latif,2013

Kegiatan demonstrasi kerajinan tangan dan sesi interaktif secara langsung


disediakan di Craft Village. Disini pengunjung dapat berinteraksi langsung
dengan para pengrajin. Sedangkan pada daerah galeri dipamerkan hasil- hasil
kreativitas para pengrajin yang ada. Sedangkan untuk mendapatkan produk
kerajinan tangan
para pengunjung dapat memperolehnya setelah mengunjungi Craft Boutique disana
terdapat bermacam-macam souvenir yang dapat di beli.

Gambar 2.14 Gedung pusat rekaan dan craft boutique


Sumber : Finn Stephen,2008

2.4.5. Pusat Kerajinan Dekranasda, Bogor


Kota Bogor memiliki berbagai macam kerajinan, salah satunya terdapat di
Jl.Binamarga Bogor untuk mendapat hasil kerajinan tangan,tidak perlu
mendatangi tempat para pengrajin satu-persatu. Cukup datang ke Dekranasda
(Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kota Bogor yang merupakan showroom
hasil karya para pengrajin dari kota hujan ini. Ternyata banyak sekali jenis-jenis
kerajinan yang dipamerkan. Mulai dari lukisan, patung, batik, wayang, bahkan
produk makanan dan minuman khas Bogor pun dapat diperoleh disini.

Gambar 2.15 Pusat kerajinan Bogor


Sumber : Riadi Pepi,2014

Pusat kerajinan tangan ini memiliki showroom yang dikelolah oleh bidang
promosi. Selain kegiatan administratif showroom, pengelolah juga bertugas untuk
menerima barang-barang kerajinan yang disampaikan oleh para pengrajin di Kota
Bogor untuk dipromosikan sekaligus dipasarkan kepada para pengunjung
showroom.
Pusat Kerajinan tangan ini sudah 30 tahun berdiri. Hasil kerajinan tangan
yang ada dipusat Dekranasda Kota Bogor ini murni hasil kerajinan warga bogor.
Selain sebagai Pusat Informasi dan Promosi Pusat Kerajinan Kota Bogor
merupakan Pusat produksi bagi para pengrajin Kota Bogor dalam melakukan
berbagai aktivitas dan sinergitas dalam usaha pengembangan kerajinan Kota
Bogor.

Gambar 2.16 macam-macam kerajinan tangan


Sumber : Adikrishna Andhika,2016

2.4.6. Kesimpulan Fungsi Sejenis


Kesimpulan yang diambil dari studi kasus dibuat dalam tabel untuk
mempermudah penulis dalam menentukan syarat alternative pemilihan tapak dan
fasilitas dari aktifitas yang dilakukan pada pusat kerajinan tangan.
Tabel 2.7 Kesimpulan fungsi sejenis
No Studi Kasus Kesimpulan
1. Lokasi Singapore handicraft  Lokasi mudah diakses
center  Infrastruktur kota tersedia
 Arus lalu lintas lancar
 Dekat dengan tempat wisata

Baan Khao Tao,  Lokasi mudah diakses


Pusat Kerajinan  Arus lalu lintas lancer
Tangan Thailand
Pusat kerajinan  Jauh dari Kota
tangan  Sulit dijangkau
Tegallalang,Bali  Berada di tempat wisata

Kompleks Kraft  Lokasi mudah diakses


Kuala Lumpur  Infrastruktur kota tersedia
 Arus lalu lintas lancer

Pusat Kerajinan  Lokasi mudah diakses


Dekranasda, Bogor  Infrastruktur kota tersedia
 Arus lalu lintas lancar

2. Aktivitas Singapore handicraft  Mengamati para pengrajin bekerja


 Menjual barang kerajinan
center
 Memamerkan hasil kerajinan tangan
 Beristirahat dan menyegarkan diri
 Demonstrasi Kerajinan
Baan Khao Tao,  Mengamati para pengrajin bekerja
 Belajar cara membuat kerajinan
Pusat Kerajinan
tangan yang diinginkan
Tangan Thailand  Memamerkan hasil kerajinan tangan
 Menjual barang kerajinan

Pusat kerajinan  Memamerkan hasil kerajinan tangan


 Menjual barang kerajinan
tangan
 Bersantai
Tegallalang,Bali  Menikmati makanan
 Menyimpan bahan untuk produk
kerajinan tangan
 Membuat produk kerajinan tangan.

Kompleks Kraft  Mengamati para pengrajin bekerja


Kuala Lumpur  Belajar cara membuat kerajinan
tangan yang diinginkan
 Memamerkan hasil kerajinan tangan
 Menjual barang kerajinan
 Bersantai

Pusat Kerajinan  Memamerkan hasil kerajinan tangan


Dekranasda, Bogor  Menjual barang kerajinan
 Bersantai
 Menikmati makanan
 Menyimpan bahan untuk produk
kerajinan tangan
 Membuat produk kerajinan tangan.

3. Fasilitas Singapore handicraft  R. workshop


center  Plaza internal
 taman bir
 Aula
 Tempat parkir
 Toilet
 Galeri
 toko souvenier
 penginapan bagi pengrajin
 kantor pengelola
 R.produksi, Pelataran,dan gudang

Baan Khao Tao,  R.workshop


 Toko souvenier dan galeri
Pusat Kerajinan
Tangan Thailand
Pusat kerajinan  Toko-toko souvenier
 Area terbuka
tangan
 Cafeteria dan gudang
Tegallalang,Bali
Kompleks Kraft  Craft Museum
 Craft Village
Kuala Lumpur
 Galery-galery kerajinan tangan
 Boutique Craft
 Area terbuka
 Gazebo
 Tempat untuk olahraga
 Plaza
 Tempat parkir
 Taman bermain untuk anak
 Toilet umum

Pusat Kerajinan  Galeri


Dekranasda, Bogor  Kantor pengelola
 Tempat makan
 Toko Souvenier
 Gudang

Tabel kesimpulan diatas menunjukan bahwa untuk perancangan pusat


kerajinan tangan syarat lokasinya harus mudah diakses,infrastruktur kota
tersedia,arus lalu lintas lancar dan dekat dengan tempat wisata. Sedangkan untuk
fasilitas yang disediakan berupa R. Edukasi, Taman, Aula, Tempat parkir, Toilet,
Galeri setiap kerajinan, Toko souvenier, Kantor pengelola, R.produksi, Pelataran,
Gudang, Tempat makan , Gazebo, R.penyimpanan bahan baku, Ruang finishing,
Ruang packing, Ruang penjualan bahan-bahan kerajinan, R.istirahat dan
sebagainya. Fasilitas yang di adakan atau disediakan didapatkan dari setiap jenis
aktivitas yang lakukan oleh pengguna ruang.

2.5. Tinjauan Terhadap Pendekatan


Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Pendekatan metafora, digunakan
untuk mengekspresikan makna dibalik suatu desain bangunan.

Metafora menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam bukunya ”Poetic of


Architecture” merupakan suatu cara untuk memahami suatu hal, seakan hal
tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat dipahami lebih baik dari suatu
topik dalam pembahasan. Yakni menjelaskan suatu subyek dengan subyek
berbeda lainnya, atau usaha untuk melihat suatu subyek sebagai suatu subyek
yang lain. pendekatan metafora merupakan metode kreatifitas seorang arsitek
dalam
menghubungkan benda-benda atau kiasan maupun ungkapan bentuk menjadi
wujud yang berbeda dari wujud aslinya (abstrak) namun masih memiliki
kemiripan yang masuk akal. Metafora digolongkan menjadi tiga jenis, yakni:
Metafora abstrak (intangible metaphor), metafora konkrit (tangible metaphor) dan
metafora kombinasi.

perencanaan pusat Kerajinan Tangan menggunakan tangible metaphor


yaitu metafora dalam bentuk konkrit dan dapat dirasakan karakter visualnya.
Metafora ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk bangunan yang
dapat merepresentasikan fungsi Pusat Kerajinan Tangan, dapat
mengkomunikasikan keberadaan Pusat Kerajinan tangan serta untuk mendapatkan
bentuk yang menarik sehingga dapat menarik pengunjung.

Contoh bangunan yang menerapkan pendekatan Metafora Konkrit yang


diambil sebagai acuan dalam perancangan sehingga mengetahui proses
terbentuknya bentuk metafora pada suatu bangunan yaitu :

2.5.1 Bank Of Southern Sudan

Gambar 2.17 Bank Of Southern Sudan


Sumber : Morphosis Architects,2016

Southern Sudan di Afrika yang dirancang oleh Morphosis Architect.


Dengan fungsi bangunan yang merupakan wadah untuk mengembangkan
perekonomian Afrika maka bentuk dari Bank of Southern Sudan diwakili oleh 3
unsur representatif yang mencerminkan kesejahteraan kehidupan masyarakat
afrika yaitu tanduk kepala sapi, susunan atap rumah dan sungai Nil. Bagian fasad
depan bangunan terdapat unsur bentuk tanduk kepala sapi, yang merupakan
simbol kemakmuran pada penduduk Afrika.
Gambar 2.18 Aplikasi Metafora pada Bank Of Southern Sudan
Sumber : Morphosis Architects,2016

Gambar 2.19 Aplikasi Metafora pada Bank Of Southern Sudan


Sumber : Morphosis Architects,2016

Bentuk kerucut dan tekstur berbentuk garis diambil dari bentuk atap dan
susunan penutup atap rumah tradisional penduduk asli Afrika atau suku Negro.
Selain itu pada sisi luar bangunan juga dikelilingi oleh kolam yang merupakan
simbol yang mewakili sungai Nil yaitu sungai yang menciptakan peradaban di
Afrika.
2.5.2 Lotus Temple

Gambar 2.20 Lotus Temple


Sumber : Banerjee Samayita,2019

Lotus Temple adalah salah satu bangunan kuil atau tempat ibadah umat
Hindu di India. Bangunan ini dirancang oleh Fariborz Sahba. Bunga lotus
dianggap suci dan memiliki konotasi religius dalam agama Hindu. Lotus dikaitkan
dengan dewa-dewa Hindu. Misalnya dewi Laksmi yang selalu digambarkan
duduk di atas lotus. Bunga lotus tetap tak tersentuh oleh air dan lumpur dari
kolam,sehingga
mempunyai makna bahwa lotus tidak akan tenggelam dalam pengaruh kesenangan
duniawi. Kuncup lotus memberikan arti sebagai jiwa yang mempunyai
kemampuan mekar, melambangkan perjalanan kegelapan menuju pencerahan.
Bunga Lotus melambangkan spiritual.

Gambar 2.21 Lotus Temple


Sumber : Vajpai Bolli,2015

Lotus temple dirancang menyerupai bentuk kuncup bunga Lotus yang akan
mekar merupakan simbol kesucian dari masyarakat india khususnya umat Hindu.
Kuil ini juga dikelilingi oleh kolam-kolam pada tiap sisi bangunan, yang mewakili
keberadaan Sungai Gangga, yaitu sungai yang dianggap suci oleh umat Hindu dan
simbol kemakmuran masyarakat India.

2.5.3 Perpustakaan Riau

Gambar 2.22 Perpustakaan Riau


Sumber : Tanjung Chaidir,2019

Perpustakaan Riau yang diberi nama perpustakaan Soeman HS merupakan


salah satu perpustakaan terbaik di ASEAN. Bentuk perpustakaan ini diambil dari
bentuk meja untuk mengaji atau sekilas seperti bentuk buku yang sedang dibuka
bentuk tersebut memberikan pesan bahwa perpustakaan adalah tempat untuk
membaca, memperbanyak referensi ilmu.
Gambar 2.23 Objek Metafora dari Penyangga Al-Quran
Sumber : Virtualasisten,2014

Bagian bawah bangunan disangga oleh tiang-tiang yang melambangkan unsur


rumah panggung yang merupakan tipologi dari rumah-rumah Melayu atau rumah
tradisional Sumatera.
2.5.4 Kesimpulan Studi Kasus Pendekatan
Kesimpulan studi kasus bangunan dengan konsep metafora konkret yaitu
ketiga studi kasus tersebut sama-sama mengambil unsur obyek yang dapat
mewakili fungsi dan tujuan bangunan yang kemudian dimasukkan ke dalam
konsep bentuk bangunan sehingga pengolahan bentuk sesuai dengan bangunan
yang direncanakan.
BAB III
GAMBARAN OBJEK PERANCANGAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi


Perancangan pusat kerajinan tangan terletak di Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS). Kabupaten TTS merupakan salah satu Kabupaten dari 22
Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah 3.995,56 Km².
Secara administratif, Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 Kecamatan,
12 Kelurahan dan 266 Desa dan secara geografis terletak pada koordinat 120° 4’
00”
BT - 124° 49’ 01” BT dan 9° 28’ 13” LS - 10° 10’ 26” LS.
Batas-batas wilayah administratif Kabupaten TTS adalah:
- Sebelah utara : Kabupaten Timor Tengah Utara
- Sebelah selatan : Laut Timor
- Sebelah timur : Kabupaten Malaka
- Sebelah barat : Kabupaten Kupang

Gambar 3.1 Peta Kab.Timor Tengah Selatan


Sumber : BAPPEDA Kab.TTS,2018
3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah
Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Timor Tengah Selatan
sebagaimana tertuang dalam Perda No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten
Timor Tengah Selatan periode 2012-2032 terbagi dalam tiga aspek yaitu
1. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
2. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
3. Kawasan strategis kabupaten adalah bagian wilayah kabupaten yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap
kepentingan ekonomi, sosial,budaya dan atau kelestarian lingkungan.

Gambar 3.2 Peta RTRW Kab. Timor Tengah Selatan


Sumber : BAPPEDA Kab. TTS, 2018

Berdasarkan peta RTRW Kabupaten TTS, Kota SoE merupakan pusat kota
yang terletak pada bagian peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Peruntukan
ruang untuk Kota SoE didominasi oleh permukiman dan perkantoran.
3.3. Kriteria Pemilihan Lokasi
Terdapat beberapa kriteria yang dapat menentukan lokasi menjadi tapak
perancangan pusat kerajinan tangan. Penentuan kriteria pemilihan lokasi di
dasarkan pada studi kasus, peraturan daerah yang berlaku, dan potensi-potensi
lokasi yang dapat di kembangkan untuk mendukung fungsi bangunan. Kriteria
tersebut adalah :
a. Lokasi strategis dan mudah dijangkau
b. Dekat dengan tempat wisata
c. Sesuai dengan peruntukan lahan
d. Luasan lokasi cukup untuk menampung semua fasilitas yang akan di rancang
yang diadakan.

3.4. Potensi Kerajinan di Timor Tengah Selatan


Beragam kerajinan yang ada di Kabupaten TTS merupakan potensi yang
perlu dikembangkan dan lestarikan keberadaannya melalui berbagai sentra
maupun melalui jalur pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten TTS pada tahun 2017, terdapat 28 sentra tenun ikat yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten TTS, 6 sentra anyaman, 4 sentra ukiran, 3
sentra tanah liat serta industri yang bergerak dibidang tekstil. Selain sentra-sentra
tersebut, terdapat juga potensi kerajinan dari barang bekas yang tidak terdaftar
pada Dinas Perindustrian.

3.5. Fasilitas yang akan diadakan


Fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pusat kerajinan tangan haruslah
dapat menampung berbagai kegiatan kerajinan tangan. Berdasarkan studi kasus
yang telah di pelajari di antaranya Singapore handicraft center, pusat kerajinan
Thailand, pusat kerajinan Tegallalang Bali, Dekranasda Bogor dan Kompleks
Kraft Kuala Lumpur, maka ada beberapa tipe fasilitas yang akan di terapkan yaitu
fasilitas utama, fasilitas pendukung dan fasilitas umum. Selain berdasarkan studi
kasus yang telah dilakukan, penambahan fasilitas juga disesuaikan dengan jenis
kerajinan yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
3.6. Gambaran Pendekatan Metafora Arsitektur
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Menurut Charles Jenks (1960),
dalam ”The Language of Post Modern Architecture” Metafora sebagai kode yang
ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan
obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena
adanya kemiripan. Terdapat 3 tipe metafora yaitu :
1. Intangible methaphors (metafora yang tidak dapat diraba). Metafora yang
berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti :
individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
2. Tangible methaphors (metafora yang nyata). Metafora yang berangkat dari hal
hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda
3. Combined methaphors (metafora kombinasi). metafora yang terdiri dari
penggabungan intangible metaphors dan tangible metaphors, yang keduanya
memiliki konsep dengan objek visualnya. Combined metaphor dapat dipakai
sebagai acuan kreativitas perancangan konsep sehingga visual objek saling
mengisi sebagai pernyataan untuk mendapatkan visualisasi yang menarik.
BAB IV
ANALISIS PERANCANGAN

4.1. Jumlah Pengguna Bangunan


4.1.1. Jumlah Pengunjung
Jumlah pengunjung diambil dari data kunjungan wisatawan domestik dan
mancanegara di Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2016 dan 2017.
Tabel 4.1 Data Kunjungan tahun 2016
No Jenis Wisatawan Lokasi Jumlah
1. Wisatawan Domestik Kec. Kota SoE 11.774
Taman Buat 11.003
Air terjun Oehala 10.650
Fatumnasi 249
2. Wisatawan Kec. Kota SoE 144
Mancanegara Taman Buat -
Air terjun Oehala -
Fatumnasi 161
Total 33.676
Sumber : Dinas Pariwisata Kab.Timor Tengah Selatan,2016
Tabel 4.2 Data Kunjungan tahun 2017
No Jenis Wisatawan Lokasi Jumlah
1. Wisatawan Domestik Kec. Kota SoE 11.785
Taman Buat 11.491
Air terjun Oehala 10.548
Fatumnasi 258
2. Wisatawan Kec. Kota SoE 82
Mancanegara Taman Buat -
Air terjun Oehala -
Fatumnasi 69
Total 34.233
Sumber : Dinas Pariwisata Kab.Timor Tengah Selatan,2017

Dari data diatas, akan dihitung proyeksi jumlah pengunjung 20 tahun


kedepan, terhitung mulai dari tahun 2018
Rumus : Px = Po + t(x)
Ket : Px = Kapasitas tahun proyeksi
Po = Jumlah pengunjung tahun dasar
t = Kenaikan rata-rata pertahun
x = Jumlah proyeksi dari tahun dasar
Perhitungan : P(2037) = 34.232 + 557(20) = 45.373 pengunjung
- Jumlah pengunjung per bulan : 45.373 = 3781 orang
12
- Jumlah pengunjung per minggu : 45.373 = 945 orang
4
- Jumlah pengunjung per hari : 945 = 135 orang
7

4.1.2. Jumlah Pengrajin


Jumlah pengrajin diambil dari data jumlah pekerja industri kecil dan rumah
tangga Kabupaten Tengah Selatan tahun 2014,2015 dan 2016.
Tahun 2014 : 5736 orang
Tahun 2015 : 5736 orang
Tahun 2016 : 3490 orang
Data ini bersumber dari dari Badan pusat statistik “Timor Tengah Selatan dalam
angka” tahun 2015,2016 dan 2017.
Rumus : Px = Po + t(x)
Ket : Px = Kapasitas tahun proyeksi
Po = Jumlah pengunjung tahun dasar
t = Kenaikan rata-rata pertahun
x = Jumlah proyeksi dari tahun dasar
Perhitungan : P(2036) = 3490 + 749 (20) = 18.470 pengrajin
- Jumlah pengrajin per bulan : 18.470 = 1539 orang
12
- Jumlah pengrajin per minggu : 1539 = 384 orang
4
- Jumlah pengrajin per hari : 384 = 54 orang
7

4.2. Programming
4.2.1. Fungsi
Fungsi dari perancangan Pusat Kerajinan Tangan Timor Tengah Selatan
adalah sebagai suatu wadah yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
tempat produksi,edukasi,promosi dan pemasaran kerajinan tangan yang dilengkapi
dengan fasilitas penunjang lain.
a. Sebagai tempat pembuatan kerajinan tangan
Pusat Kerajinan tangan ini berfungsi untuk memproduksi kerajinan
tangan dalam jumlah yang banyak secara terus menerus sehingga
permintaan yang dibutuhkan selalu terpenuhi dan fungsi bangunan terus
berjalan dengan baik. Selain itu, dilayani permintaan konsumen untuk
kebutuhan souvenier pernikahan,acara ulang tahun dan lain sebagainya
dalam jangka waktu tertentu. Fasilitas yang dibutuhkan yaitu ruang
produksi yang dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.
b. Sebagai tempat promosi dan pemasaran kerajinan tangan
Fungsi promosi merupakan salah satu tujuan memperkenalkan
produk khas kerajinan tangan kepada masyarakat Timor Tengah Selatan
ataupun kepada wisatawan yang berkunjung. Promosi pada pusat kerajinan
tangan ini sekaligus sebagai pemasaran dengan jenis promosi pemasaran
tetap. Promosi pemasaran tetap merupakan pameran penjualan yang
diadakan terus menerus tanpa ada batasan waktu, barang-barang yang
dipamerkan terus bertambah sesuai dengan banyaknya produk yang
dihasilkan. Fasilitas yang dibutuhkan berupa ruang penyajian untuk
promosi sekaligus pemasaran setiap kerajinan tangan yang dihasilkan yang
dilengkapi dengan ruang-ruang lainnya.
c. Sebagai tempat berkumpulnya para pengrajin
Pengrajin merupakan seseorang yang bekerja dalam menghasilkan
sebuah produk kerajinan. Pengrajin memiliki kemampuan yang berbeda-
beda untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan jenis kerajinan yang
ditekuni. Kemampuan tersebut dapat disalurkan kepada pengunjung
dengan tujuan untuk menambah kreatifitas,memperkenalkan dan juga
untuk melestarikan budaya Timor Tengah Selatan.
d. Sebagai tempat edukasi kerajinan tangan
Pembelajaran dapat di terima pada saat kegiatan seminar yang akan
dilanjutkan pada praktek nyata di setiap ruang kerajinan yang diinginkan.
Edukasi ini bertujuan untuk meghasilkan pengrajin yang lebih banyak dan
lebih berkompoten. Hasil dari setiap edukasi dapat di pamerkan pada
galeri yang disediakan dan hasil kerajinan yang di pamerkan juga dapat di
beli
oleh peminat. Masa edukasi untuk setiap kerajinan tangan berbeda-beda
sesuai dengan tingkat kesulitan produk yang dipelajari. Edukasi dapat
dilakukan dengan membeli bahan baku pada ruang penjualan.
Pembelajaran lainnya juga dapat diterima oleh pengunjung di
ruang produksi dan pada saat pameran bulanan. Pembelajaran diruang
produksi hanya sekedar teori dari pengrajin apabila ditanya oleh
pengunjung. Pengunjung tidak dapat melakukan praktek langsung karena
mempertimbangkan produk yang diproduksi akan promosi dan dipasarkan.

4.2.2. Pelaku Kegiatan


Pelaku kegiatan pada Pusat Kerajinan Tangan Timor Tengah Selatan
meliputi :
a. Pengunjung
Pengunjung merupakan kelompok atau seseorang yang datang berkunjung
untuk :
- Melihat dan membeli hasil kerajinan tangan atau bahan baku kerajinan
tangan
- Belajar membuat kerajinan tangan
b. Pengrajin
Pengrajin merupakan kelompok atau seseorang yang datang untuk :
- Menghasilkan produk kerajinan tangan
- Mengolah bahan baku pembuatan kerajinan
- Memasukan produk kerajinan tangan untuk dipasarkan
- Mengajarkan proses pembuatan suatu kerajinan tangan kepada
pengunjung.
c. Pengelola
- Karyawan : Pelaku kegiatan yang sehari-hari di kantor untuk
mengelola administrasi,keuangan,kepegawaian dan pelayanan kepada
pengunjung dan pengrajin.
- Servis : Pelaku kegiatan yang bertugas untuk mengelolah bangunan
baik kondisi fisik,estetika dan lain sebagainya.
4.2.3. Aktivitas Pelaku Kegiatan
a. Pengunjung

Belajar membuat kerajinan tangan

Gambar 4.1 Bagan alur aktivitas pengunjung

b. Pengelola

Melakukan pekerjaan di masing-masing bagian

Gambar 4.2 Bagan alur aktivitas pengelola


c. Pengrajin

Gambar 4.3 Bagan alur aktivitas pengrajin

4.2.4. Fasilitas
a. Kebutuhan Ruang
Berdasarkan fungsi dan studi kasus yang telah dibahas sebelumnya, maka
kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam Pusat Kerajinan tangan/
Handicraft Center yaitu :
Tabel 4.3 Analisa kebutuhan Ruang
No Fungsi Kerajinan Fasilitas Ruang
tangan
1. Produksi Semua jenis Workshop - R. Produksi
kerajinan tangan - R.Penyimpanan Alat
- R.Packing
- Toilet
- Gudang
- R.penyimpanan Bahan
baku
- R.Cleaning Servis
- R.Data produksi
- R.Istirahat
2. Edukasi Semua jenis Ruang kelas - Kelas Tenunan
kerajinan tangan - Kelas pembuatan
pakaian,tas,sepatu dari
motif tenunan
- Kelas anyaman
- Kelas tanah liat
- Kelas bahan bekas dan
alam
- R.Penyimpanan alat
3. Promosi Semua jenis Craft Boutique - Kasir
dan kerajinan tangan - R.Penitipan Barang
pemasaran - R.Pemesanan
- R.penyajian sekaligus
sebagai gallery untuk
semua kerajinan tangan
- R.Pemasukan dan
pemesanan barang
- R. Sortir
- R. Penyimpanan
- Toilet
- R.Tunggu
4. Pemasaran Semua jenis Pusat bahan - R.Penjualan
kerajinan tangan baku - Gudang Alat
- Penyimpanan bahan baku
yang telah diolah dan
R.Packing
- Kasir
- R.Olahan bahan baku
- Gudang utama bahan
baku
5. Kantor - R.Pimpinan
pengelola - R.Sekertaris
- R.Bendahara
- R.Wakil Pimpinan
- R.Staff
- R.Multimedia dan
Rekaan
- R.Arsip
- R.Rapat
- Toilet
- Gudang
6. Edukasi Aula - Panggung
- Area duduk
- R.Audio
- R.Proyektor
7. Cafe - Area makan
- Dapur Kering
- Dapur Basah
- Kasir dan R.Pemesanan
- Toilet
- Gudang
- R.peralatan
8 Promosi Semua jenis Pameran - Plaza
dan kerajinan tangan outdoor
pemasaran
9 Lobby - R.Informasi
- R.Resepsionis
- Toilet
- R.Cleaning Servis
10 Parkiran - Parkir pengelola
- Parkir Pengunjung
- Parkir Bongkar muat
barang
11 Area bersantai Taman

12 Perendaman R.Perendaman Bambu


Bambu
13 Pos Jaga R.Jaga

b. Besaran Ruang
Besaran ruang yang dibutuhkan dalam perancangan pusat kerajinan tangan
Timor Tengah Selatan diambil dari standar umum yang sering digunakan
dan dimensi beberapa produk kerajinan tangan Timor Tengah Selatan.
- NAD : Neufert Architect’s Data
- MHPDD : Metric Handbook Planning and Design Data
- Asumsi berdasarkan peralatan penghasil kerajinan tangan
1. Workshop
Bengkel kerja ini digunakan untuk pembuatan setiap kerajinan
sehingga persediaan selalu memenuhi permintaan dan juga melayani
pesanan souvenier pernikahan,ulang tahun,wisuda dan lain sebagainya
dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 4.4 Dimensi alat tenun
Alat tenun Ukuran
Alat tenun sarung dan selendang Panjang ±170 cm
Lebar ±85 cm
Tinggi ±50cm

13,65 m²

Berdasarkan perhitungan diatas, maka luasan ruang workshop


untuk menenun ditentukan dari luasan alat tenunan dan ruang gerak
sedangkan luasan untuk jenis kerajinan tangan lainnya diambil dari
standar ruang yang ada pada referensi.
Tabel 4.5 Besaran ruang Workshop
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Menenun 13,65 m² Asumsi Untuk 16 unit 218.4 m²
dari 16 x 13,65 = 218.4
ukuran m²
alat tenun
Anyaman Workshop MHPDD Untuk 20 orang 100 m²
5 m²/orang 20 x 5 = 100 m²
Kerajinan Workshop MHPDD Untuk 28 orang 140 m²
tanah liat 5 m²/orang 28 x 5 = 140 m²
Kerajinan Workshop MHPDD Untuk 20 orang 100 m²
bahan bekas 5 m²/orang 20 x 5 = 100 m²
dan alam
Pembuatan Workshop MHPDD Untuk 24 orang 120 m²
pakaian,sepa 5 m²/orang 24 x 5 = 120 m²
tu dan tas
dari motif
tenun
2. R.Packing 5 orang NAD - Meja 2 x 0,8 = 1,6 50 m²

- Meja 2.5 x 0.8 = 2

- R.Gerak 1,2 x 5 =
6 m²
- 10 x 5 = 50 m²
3. R.Penyimpa 2 orang NAD - Lemari 2 x 0,5 = 1 30 m²
nan bahan x 2 = 2 m2
baku - Lemari 2 x 0.8 =
1.6 m2
- R.Gerak 1,2 x 2 =
2,4 m²
- Total : 6 x 5 = 30
m2
4. R.Penyimpa 4 orang NAD - Lemari 2 x 0.8 = 32 m2
nan 1.6 m 2

peralatan - R.Gerak 1,2 x 4 =


4,8 m²
- Total : 6.4 x 5 = 32
m2
5. R.Istirahat 2 orang NAD - Meja 0,8 x 0,5 = 45.5 m2
2
0.4 m
- Sofa 2.5 x 0.6 =
1.5 m2
- R.Gerak 1.2x 6 =
7.2 m2
- Total : 9.1 x 5 =
45.5 m2

6. R. Data 2 orang NAD - Lemari 2 x 0,5 = 1 21 m2


Produksi m2
- Meja 1 x 0.5 = 0.5
m2
- Kursi 0.5 x 0.5 =
0.25 m2
- R.Gerak 1,2 x 2 =
2,4 m²
- Total : 4.15 x 5 =
21 m2
7. R. Cleaning 1 orang NAD - Lemari peralatan 7.8 m²
Servis 0,3 x 1 = 0.3 m2
- Kotak 0.25 x 0.25
0.06 m2
- R.Gerak 1,2 x 1 =
1,2 m²
- Total 1.56 x 5 =
7.8 m²
8. Toilet : 20 m²
a. Wanit WC = MHPDD 10 unit
a+pria 1,35m²/uni 10 x 1,35 =13,5m²
t
Wastafel = MHPDD 10 unit
0,62m²/uni 10 x 0,62 =6.2m²
t
9bv. Sirkulasi 30% x 30% x 885 = 266 266 m²
luasan total m²
TOTAL Luas Total + 1151 m²
Sirkulasi = 885 +
266 = m²
Sumber : MHPDD dan NAD,2020

2. Ruang Kelas
Ruang kelas difungsikan untuk kegiatan edukasi yang berhubungan
dengan kerajinan tangan yang ada.
Tabel 4.6 Ruang Kelas
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Kelas Tenunan 13,65 m² Asumsi Untuk 12 unit 164 m²
dari alat 12 x 13,65 = 164
tenun m²
2. Kelas Anyaman Ruang kelas NAD 1 ruangan = 70 m²
65 – 70 m² 70m²
3. Kelas Kerajinan Ruang kelas NAD 1 ruangan = 70 m²
tanah liat 65 – 70 m² 70m²
4. Kelas kerajinan Ruang kelas NAD 1 ruangan = 70 m²
bahan bekas dan 65 – 70 m² 70m²
alam
5. Kelas pembuatan Ruang kelas NAD 1 ruangan = 70 m²
pakaian,sepatu,tas 65 – 70 m² 70m²
dari motif tenun
6. R.Penyimpanan 3 org NAD lemari peralatan 11,25
1,5 x 0,5 = 2,25 m²
m2
Untuk 3 unit 5 x
2,25 = 11,25 m2
7. Toilet : 8 m²
a. Wanita+pria WC = MHPDD 4 unit
1,35m²/unit 4 x 1,35 = 5,4

Wastafel = MHPDD 2 unit
0,62m²/unit 2 x 0,62 =
1,24m²
Urinoir = MHPDD 2 unit
0,63m²/unit
2 x 0,63 =
1.26m²
9. Sirkulasi 30% x 30% x 648 = 195 m²
luasan total 195 m²
TOTAL Luas Total + 843 m²
Sirkulasi
648 + 195 =
Sumber : MHPDD dan NAD,2020

3. Craft Boutique
Merupakan suatu area yang difungsikan sebagai promosi dengan
tujuan memasarkan produk/barang-barang kerajinan dari setiap jenis
kerajinan tangan yang ada. Craft boutique juga menyediakan ruang
untuk para pengrajin dapat memasukan hasil kerajinan untuk
dipasarkan tetapi sebelumnya harus disortir.
Tabel 4.7 Besaran ruang craft boutique
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. R.Kasir 1 orang NAD - 1 kursi 0,5 x 6 m²
0,5 = 0,25 m2
- 1 meja kasir 1 x
0,5 = 0,5 m2
- Sirkulasi
manusia 1,2 m2
- 1,95 x 3 = 6 m2
2. R.Penyimpa 5 orang NAD - Lemari peralatan 28.5 m²
nan 1,5 x 0,5 = 2,25 x
2
= 4,5 m2
- Lemari peralatan
1,5 x 0,5 = 2,25 x
2
= 4,5 m2
- Lemari peralatan
1,5 x 0,5 = 2,25 x
2
= 4,5 m2
- Lemari peralatan
1,5 x 0,5 = 2,25 x
2
= 4,5 m2
- R.Gerak 1,2 x 5 =
6 m²
3. R.Penyajian 100 orang NAD - Lemari penyajian 152,5 m²
setiap 1,5 x 0,5 = 0,75 x
kerajinan 10 = 7,5 m2
tangan - Lemari penyajian
1,5 x 1 = 1,5 x 10
= 15 m2
- Lemari penyajian
2 x 0,5 = 1 x 10 =
10 m2
- R.Gerak 1,2 x 100
= 120 m²
4. R.Pemesana 10 orang NAD - 2 kursi 0,5 x 0,5 13 m²
n dan = 0,25 x 2 = 0,5
pemasukan m2
- 1 meja 1 x 0,5 =
0,5
Sirkulasi manusia
1,2 x 10 = 10 m2
5. R.Pemasuka 3 orang NAD - 3 kursi 0,5 x 0,5 5 m²
n = 0,25 x 3 = 0.75
m2
- 1 meja 1 x 0,5 =
0,5
- Sirkulasi manusia
1,2 x 3 = 3,6 m2
6. R.Sortir 8 orang NAD - Sirkulasi manusia 10 m2
1,2 x 8 = 10 m2
7. Sirkulasi 30% x 30% x 215 = 64.5 64.5m²
luasan total m²
TOTAL Luas Total + 280 m²
Sirkulasi
215 + 64.5 = 280

Sumber : NAD,2020

4. Pusat Bahan Baku


Merupakan area yang di fungsikan dalam penyediaan bahan baku
untuk pembuatan suatu kerajinan tangan. Bahan baku yang ada di
peroleh secara langsung dari masyarakat kemudian di proses untuk di
jual sebagai bahan baku kerajinan.
Tabel 4.8 Besaran ruang Pusat Bahan Baku
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. R.Kasir 1 orang NAD - 1 kursi 0,5 x 0,5 1,95 m²
= 0,25 m2
- 1 meja kasir 1 x
0,5 = 0,5 m2
Sirkulasi manusia
1,2 m2
2. R.Penjualan 50 orang NAD - Lemari bahan 10,5 m²
baku 1,5 x 0,5 =
2,25 x 6 = 13.5 m2
- R.Gerak 1,2 x 50 =
60 m²
3. Gudang 15 orang NAD - Lemari 1,5 x 0,5 = 24.28 m²
utama 2,25 x 2 = 4,5 m2
penyimpana - Meja 1 x 0,5 = 0,5
n bahan
baku m2
- Kotak
penyimpanan 0.4
x
0.4 = 0.16 x 8 =
1.28 m2
- R.Gerak 1,2 x 15 =
18 m²
4. R.Olahan 15 orang NAD - R.Gerak 1,2 x 15 = 18 m²
bahan baku 4,8 m²
5. Gudang Alat 5 orang NAD - Lemari peralatan 12,75 m2
1,5 x 0,5 = 2,25 x
3 = 6,75 m2
- R.Gerak 1,2 x 5 =
6 m²
6. R.Packing 7 orang NAD - R.Gerak 1,2 x 4 = 9 m²
4,8 m²
- Lemari peralatan
1.5 x 0.5 = 2.25 x
2
= 4.5 m²
7. Sirkulasi 30% x 30% x 76.4 = 23 m² 23 m²
luasan total
TOTAL Luas Total + 99.4 m²
Sirkulasi
23 + 76.4 = 99.4 m²
Sumber : NAD,2020

5. Kantor Pengelola
Tabel 4.9 Besaran Kantor Pengelola
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. R.Pimpinan 4 orang NAD - 1 orang + 3 orang 7,15 m²
tamu (4 x 1,2)=
4,8 m2
- 1 meja kerja
(1,20 x 0,80)=
0,46m2
- 4 kursi kerja /
tamu (4 x 0,50 x
0,45)= 0,9m2
- 1 meja tamu
(0,60 x 1,20) =
0,72m2
- 1 rak buku (0,60 x
0,45) = 0,27m2
2. R.Sekertaris 4 orang NAD - 1 orang + 3 orang 7,15 m²
tamu (4 x 1,2)=
4,8 m2
- 1 meja kerja
(1,20 x 0,80)=
0,46m2
- 4 kursi kerja /
tamu (4 x 0,50 x
0,45)= 0,9m2
- 1 meja tamu
(0,60 x 1,20) =
0,72m2
- 1 rak buku (0,60
x 0,45) = 0,27m2
3. R.Bendahara 4 orang NAD - 1 orang + 3 orang 7,15 m²
tamu (4 x 1,2)=
4,8 m2
- 1 meja kerja
(1,20 x 0,80)=
0,46m2
- 4 kursi kerja /
tamu (4 x 0,50 x
0,45)= 0,9m2
- 1 meja tamu
(0,60 x 1,20) =
0,72m2
- 1 rak buku (0,60
x 0,45) = 0,27m2
4. R.Wakil 4 orang NAD - 1 orang + 3 orang 7,15 m²
Pimpinan tamu (4 x 1,2)=
4,8 m2
- 1 meja kerja
(1,20 x 0,80)=
0,46m2
- 4 kursi kerja /
tamu (4 x 0,50 x
0,45)= 0,9m2
- 1 meja tamu
(0,60 x 1,20) =
0,72m2
- 1 rak buku (0,60
x 0,45) = 0,27m2
4. R.Staff 7 orang NAD - 1 meja kerja 2 x 1 34.4 m²
= 2 x 9 = 18m2
- 1 kursi kerja 0,8 x
0,8 = 0,64 x 7 =
4.48 m2
- 2 kursi tamu 0,6 x
0,6 = 0,72 m2
- 2 soffa 0,8 x 1,75
= 2,8 m2
- Sirkulasi manusia
(7 x 1,2) = 8.4 m2
5. R.Cleaning 2 orang NAD - Lemari peralatan 8 m²
Service 0,3 x 1 = 0.3 m2
- Kotak 0.25 x 0.25
0.06 m2
- R.Gerak 1,2 x 1 =
1,2 m²
- Total 1.56 x 5 = 8

7. R.Arsip 5 orang NAD - Lemari arsip 1,5 x 13 m²
0,5 = 2,25 x 3 =
6,75 m2
- Sirkulasi 1,2 x 5 =
6 m²
8. R.Rapat 16 orang NAD Kapasitas : 38,2 m²
16 orang ( 16 x 1,2
)= 19,2
Kebutuhan perabot
- Meja rapat + kursi
untuk maks 16
orang (6,10 x
3,10) = 19 m2
9. R.Multimedi 4 orang NAD - kursi 0,5 x 0,5 = 14 m²
a 0,75 x 4 = 3 m2
- meja 1 x 0,5 =
1,5 x 4 = 6 m2
- Sirkulasi manusia
1,2 x 4 = 5 m2
10. Toilet : 8 m²
a. Wanita+p WC = MHPDD Closed =
ria 1,35m²/uni 0,63m²/unit
t
Wastafel = MHPDD 1 unit
0,62m²/uni 1 x 0,62 =0,62m²
t
Urinoir = MHPDD 2 unit
0,63m²/uni 2 x 0,63 = 1.26m²
t
12. Sirkulasi 30% x 30% x 144,2 = 43,26 m²
luasan total 43,26 m²
TOTAL Luas 188 m²
Total+Sirkulasi
144,2 + 43,26 =
188.m²
Sumber : MHPDD dan NAD,2020

6. Aula
Tabel 4.10 Besaran ruang Aula
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Panggung 10x10m MHPDD 15x3= 100 m² 45 m²
2. Area duduk 0.65 NAD Asumsi untuk 210 136.5 m²
m²/orang orang
3. R. Audio 0,8 s/d 2 NAD Asumsi untuk 5 10m²
m²/orang orang 5 x 2 = 10m²
4. R.Proyektor 2 orang NAD Sirkulasi manusia 2.4 m²
1,2 m2 x 2 = 2.4 m²
7. Sirkulasi 30% x 30% x 194 = 58.17 58.17 m²
luasan total m²
TOTAL Luas 252.17
Total+Sirkulasi m²
194 + 58,17 =
252.17 m²
Sumber : MHPDD dan NAD,2020
7. Tempat Makan
Tabel 4.11 Besaran tempat makan
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Kasir 1 orang NAD - 1 kursi 0,5 x 0,5 1,95 m²
= 0,25 m2
- 1 meja kasir 1 x
0,5 = 0,5 m2
Sirkulasi manusia
1,2 m2
2. Area makan 2 m² NAD Untuk 30 orang 60 m²
= 30 x 2= 60 m²
3. Dapur 5 orang NAD Sirkulasi manusia 12 m²
kering dan 1,2 x 10 = 12 m2
dapur basah
4 R. Perabotan 3 orang NAD lemari peralatan 1,5 8.1 m²
x 0,5 = 2,25 x 2 =
4.5 m2
Sirkulasi manusia
1,2 x 3 = 3.6 m2
5. Gudang 3 orang NAD lemari peralatan 1,5 8.1 m²
x 0,5 = 2,25 x 2 =
4.5 m2
Sirkulasi manusia
1,2 x 3 = 3.6 m2
6. Toilet 4 m²
- Wanita WC = 1 unit
1,35m²/uni 1 x 1,35= 1,35m²
t 1 unit
Wastafel = 1 x 0,62 = 0,62 m²
0,62m²/uni
- Pria t 1 unit
1 x 1,35= 1,35m²
WC = 1 unit
1,35m²/uni 1 x 0,63= 0,63 m²
t
Urinoir =
0,63m²/uni
t
7. Sirkulasi 30% x 30% x 94.15 = 28,2 28.2 m²
luasan total m²
TOTAL Luas Total + 122.35
Sirkulasi m²
94.15 + 28.2 = m²
Sumber : NAD,2020
8. Lobby
Tabel 4.12 Besaran ruang Lobby
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Lobby 300 orang MHPDD Sirkulasi manusia 360 m²
1,2 m2 x 300 = 360

2. R.Informasi 6 orang NAD - kursi 0,5 x 0,5 = 16.2 m²
0,75 x 4 = 3 m2
- meja 1 x 0,5 =
1,5 x 4 = 6 m2
- Sirkulasi manusia
1,2 x 6 = 7.2 m2
3. Toilet : 5m²
a. Wanita+p WC = MHPDD 4 unit
ria 1,35m²/uni 4 x 1,35= 12.6m²
t
Wastafel = MHPDD 4 unit
0,62m²/uni 4 x 0,62 = 2,48 m²
t
Urinoir = MHPDD 4 unit
0,63m²/uni 4 x 0,63 = 2.52m²
t
7. Sirkulasi 30% x 30% x 381.2 = 114.36
luasan total 114.36 m² m²
TOTAL Luas 495.5 m²
Total+Sirkulasi
381,2 + 114.36 =
495.5 m²
Sumber : MHPDD dan NAD,2020

9. Pos Jaga
Tabel 4.13 Besaran ruang Pos Jaga
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Pos jaga 2 orang MHPDD - kursi 0,5 x 0,5 = 4.4m²
0,75 x 2 = 1.5 m2
- meja 1 x 0,5 =
0.5 m2
- Sirkulasi manusia
1,2 m2 x 2 = 2.4

2. Sirkulasi 30% x 30% x 4.4 = 1.32 1.32 m²
luasan total m²
TOTAL Luas 6 m²
Total+Sirkulasi
4.4 + 1.32 = 6 m²
Sumber : MHPDD,2020
10. Pameran Outdoor
Merupakan fasilitas musiman yang diadakan diwaktu tertentu yang
berada di luar ruangan. Area pameran outdoor membutuhkan ruang
luar sebesar ±5.000m² yang dapat digunakan untuk memamerkan
seluruh kerajinan tangan pada saat event terselenggara.

11. Parkiran
Asumsi untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan diambil dari:
Jumlah pengunjung dan pengrajin dalam satu minggu ke industri
kerajinan yaitu sebanyak 1329 orang. Dari 1329 dibagi menjadi 2
yaitu 664. Hasil 664 dibagi menjadi 2 lagi yaitu yang datang
menggunakan kendaraan dan yang tidak menggunakan kendaraan.
Diasumsikan 60% dengan kendaraan 60% x 664 = 398 orang dan 40%
tidak dengan kendaraan 40% x 664 = 265 orang . Jadi, Asumsi jumlah
pengunjung yang akan digunakan untuk perhitungan kebutuhan parkir
adalah 398 orang.
Tabel 4.14 Besaran ruang parkir
No Ruang Kapasitas Sumber Perhitungan Luasan
dan
standar
1. Parkir - Roda NAD - 23 unit mobil 437.05m²
pengunjung empat 23 x 10,35 =
10,35 m² 238.05 m²
- Roda - Sirkulasi 15m
dua 2 m² untuk 3 jalur
dalam parkiran
- 86 unit motor
86 x 2 = 172

- Sirkulasi 12m
untuk 6 jalur
dalam parkiran
2. Parkir - Roda NAD - 3 unit mobil 3 51.05 m²
pengelola empat x 10,35 = 31.05
10,35 m² m²
- Roda - 10 unit motor
dua 2 m² 10 x 2 = 20 m²
3. Parkir untuk - Roda NAD 4 kendaraan 41.4 m²
bongkar dan empat 4 x 10.35= 41.4 m²
muat barang 10,35 m²
4. Sirkulasi 30% x 30% x 529.5 = 159 159 m²
luasan m²
total
TOTAL Luas Total 688.5 m²
+Sirkulasi
529.5+159 = 688.5
Sumber : NAD,2020

12. Luasan Total


Tabel 4.15 Luasan Total
No Fasilitas Luasan
1. Workshop 1151 m²
2. R.Kelas 843 m²
3. Craft Boutique 280 m²
4. Pusat Bahan Baku 99.4 m²
5. Kantor Pengelola 188 m²
6. Aula 252 m²
7. Tempat makan 122.35 m²
8. Lobby 495.5 m²
9. Pos jaga 6 m²
10. Pameran outdoor 5000 m²
11. Parkiran 688,5m²
TOTAL 9.499,29 m²

5.2.5. KDB dan KLB


Luas tapak yang ditetapkan adalah 1.6 ha atau 16.000 m2. Koefisien dasar
bangunan pada lokasi adalah 60%. Jadi,maksimal luasan terencana pada tapak
perancangan adalah 9.600 m2. Luasan ini memenuhi persyaratan yang ada karena

jumlah luasan fasilitas terencana adalah 9.499,29 m².

Koefisien Lantai Bangunan pada lokasi perancangan adalah maksimal 3


lantai. Jumlah lantai bangunan ditentukan dari luasan fasilitas dan Koefisien
Dasar Bangunan. Luasan fasilitas terencana memenuhi persyaratan KDB yang
ada, namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun bangunan dengan
lantai 2 ataupun 3 karena masih memenuhi persyaratan KDB dan KLB yang ada.
5.2.6. Hubungan Ruang
Hubungan antar ruang ditampilkan dalam bagan. Bagan ini akan
menampilkan hubungan antar ruang dalam satu fasilitas dan hubungan antar
fasilitas.
1. Workshop

R.Data Produksi R.Istirahat

R.Cleaning Servis R.Penyimpanan bahan baku


R.Produksi

Toilet R.Packing

R.Alat R.Istirahat

Gambar 4.4 Bagan hubungan ruang Workshop

2. Pusat Bahan Baku


Gudang utama bahan baku

R.Peralatan Kasir

R.Penjualan

R.Penyimpanan bahan baku jadi dan ruang packing

R.Olahan bahan baku

Gambar 4.5 Bagan hubungan Pusat Bahan Baku

3. Aula
Panggung

R.Audio Aula R.Proyektor

Gambar 4.6 Bagan hubungan Aula


4. Craft Boutique

R.Penyimpanan Kasir

R.Penitipan
R.Sortir R.Penyajian

R.Pemesanan R.Penyimpanan

R.Tunggu Toilet

Gambar 4.7 Bagan hubungan ruang Craft Boutique

5. Ruang Kelas Kerajinan Tangan

R.Peralatan Kelas Tanah liat Kelas Bahan


bekas dan alam R.Peralatan

Toilet Gallery edukasi Kelas Anyaman R.Peralatan

R.Cleaning Servis Kelas Tenun Kelas pembuatan R.Peralatan


sepatu,tas,souven
ier dari motif
R.Peralatan

Gambar 4.8 Bagan hubungan ruang Kelas

6. Lobby
R.Informasi

Lobby Toilet

Resepsionis

Gambar 4.9 Bagan hubungan ruang Lobby


7. Tempat makan
Toilet

Area Makan

Kasir

Dapur basah Dapur Kering

Gudang R.Perabot

Gambar 4.10 Bagan hubungan ruang Caffe

8. Kantor Pengelola

R.Rapat R.Arsip R.Multimedia

R.Staff
R.Pimpinan R.Sekertaris

Kantor Gudang

R.Bendahara Toilet
R.Wak Pimpinan
R.Cleaning
service

Gambar 4.11 Bagan hubungan Kantor Pengelola

4.3. Lokasi
Pemilihan lokasi perancangan didasarkan pada kriteria atau persyaratan
yang harus dipernuhi. Adapun kriteria pemilihan lokasi terdiri dari :
1. Lokasi strategis dan mudah dijangkau
2. Sesuai dengan peruntukan lahan yang ada
3. Dekat dengan tempat wisata
4. Luasan lokasi yang cukup untuk menampung semua fasilitas
Kriteria diatas, Terdapat dua lokasi yang dijadikan alternatif dalam perancangan
pusat kerajinan tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Lokasi ini antara lain
sebagai berikut :
1. Alternatif 1
Lokasi yang merupakan alternatif pertama terletak di Kelurahan
Karang Sirih, Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan
(bagian timur kantor bupati TTS).

Gambar 4.12 Alternatif 1

Berdasarkan RPJMD, lokasi perancangan terletak pada peruntukan


ruang untuk fungsi budidaya, dengan peruntukan sebagai perkantoran dan
terletak pada pusat Kota Soe dan dekat dengan beberapa tempat wisata.
Lokasi perancangan memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
- Barat : Jalan lingkungan
- Timur : Lahan Kosong
- Selatan : Jalan lingkar luar
- Utara : Lahan Kosong
2. Alternatif 2
Lokasi yang merupakan alternatif kedua terletak di Kelurahan
Taubneno, Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan
(Kantor bupati lama).

Gambar 4.13 Alternatif 2

Berdasarkan RPJMD, lokasi perancangan terletak pada peruntukan


ruang untuk fungsi budidaya, dengan peruntukan sebagai perkantoran dan
terletak pada pusat Kota dan jauh dari tempat wisata. Lokasi perancangan
memiliki batasan wilayah sebagai berikut :
- Barat : Jalan
- Timur : Perkantoran
- Selatan : Jalan
- Utara : Perkantoran

Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi dan alternatif lokasi, maka


dilakukan analisa pemilihan lokasi perancangan, dengan pemberian bobot
berupa angka kisaran 1-5 sesuai dengan kriteria yang ada.
Tabel 4.16 Analisis Pemilihan Lokasi
No Syarat Alternatif 1 Alternatif 2
Tapak
1. Lokasi Lokasi terletak pada Lokasi terletak pada pusat kota
strategis dan daerah yang strategis sehingga dapat dijangkau oleh semua
mudah dimana langsung orang dan letaknya berada dekat
dijangkau berbatasan dengan jalan dengan kawasan
lingkar luar yang perkantoran,perdagangan,pendidikan.
merupakan jalan arteri (5)
dan jalan nasional. Lokasi
ini dapat di jangkau
melalui jalan rusa (depan
kantor
Bupati TTS). (5)
2. Sesuai Lokasi perancangan Lokasi perancangan terletak pada
dengan terletak pada peruntukan peruntukan lahan untuk fungsi
peruntukan lahan untuk fungsi budidaya sehingga dapat
lahan budidaya sehingga dapat dikembangkan dengan
dikembangkan dengan peruntukannya RTRW sebagai
peruntukannya RTRW kawasan perkantoran.
sebagai kawasan (5)
perkantoran. (5)
3. Dekat Lokasi terletak pada jalur Lokasi ini berada sangat jauh dari
dengan yang merupakan akses tempat-tempat wisata yang sering di
tempat langsung ke tempat wisata kunjungi oleh masyarakat. (2)
Wisata antara lain Wisata taman
Bu’at dengan jarak ±1km,
air terjun oehala jaraknya
±3 km dan beberapa
tempat wisata lainnya
yang ada di Kapan Mollo
Utara (5)
4. Luasan Lokasi yang tersedia Lokasi yang tersedia sangat terbatas
lokasi yang dapat menampung semua dimana pada sekitar lokasi
cukup untuk fasilitas yang akan di merupakan kawasan perkantoran. (3)
menampung rancang (5)
semua
fasilitas

Berdasarkan analisis skoring diatas, alternatif 1 mendapat bobot


nilai 20 dan alternatif 2 mendapat bobot nilai 15. Hasil rekapan tersebut
menunjukan bahwa alternatif 1 menjadi tapak terpilih sebagai tapak
perancangan pusat kerajinan tangan Timor Tengah Selatan.
4.4 Kondisi Eksisting Tapak
Lokasi perancangan terletak di Jalan Lingkar Luar, Kelurahan Karang Siri,
Kecamatan Kota Soe. Berikut adalah batasan lokasi perancangan Pusat Kerajinan
tangan/Handicraft Center.

Gambar 4.14 Batas-batas tapak

Lokasi perancangan berbatasan dengan Jalan Lingkar Luar pada bagian


timur tenggara, bagian barat daya berbatasan dengan jalan kearah bu’at, pada
bagian barat laut dan timur laut berbatasan dengan lahan kosong.

1. Pencapaian/Aksesibilitas
Lokasi perancangan terletak pada tempat yang dapat diakses melalui
dua jalan. Jalan yang pertama yaitu jalan lingkar luar berfungsi sebagai
jalan nasional yang di bagi menjadi dua jalur dengan lebar masing-masing
6 meter. Jalan ini sering dilewati oleh angkutan umum seperti bus dan juga
kendaraan bermuatan berat.

Gambar 4.15 Jalan lingkar luar


Jalan yang kedua merupakan jalan kearah bu’at dengan lebar 3 meter.
Jalan ini sering di lewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat untuk
berkunjung ke wisata taman bu’at.

Gambar 4.16 Jalan ke arah bu’at

2. Vegetasi
Jenis vegetasi yang terdapat pada lokasi perancangan antara lain
pohon kemiri, pohon mahoni,pohon duri dan pohon gamal.

Keterangan :
Pohon Duri Pohon Kemiri

Pohon Gamal Pohon Mahoni

Gambar 4.17 Letak Vegetasi

3. Utilitas
Lokasi perancangan terdapat beberapa jaringan utilitas antara lain :
Jaringan air, jaringan listrik,lampu jalan. Jaringan air yang terdapat pada
lokasi merupakan air yang berasal dari PDAM. Letak jaringan air yaitu
pada bagian depan lokasi perancangan. Jaringan Listrik pada lokasi berada
pada
bagian depan dan juga bagian lokasi sedangkan untuk lampu jalan letaknya
pada bagian tengah antara dua jalur lingkar luar. Perletakan utilitas dapat
dilihat pada gambar berikut :

Keterangan :
Jaringan Air
Jaringan Listrik
Jaringan Lampu jalan

Gambar 4.18 Perletakan jaringan utilitas

Lokasi perancangan terdapat jaringan air bersih, jaringan listrik


dan lampu jalan, namun tidak terdapat jaringan utilitas lain pada lokasi
seperti jaringan drainase dan sistem persampahan.

4. Topografi
Lokasi perancangan terdapat pada daerah dengan kontur yang rata.
Peta dan potongan kontur lokasi disajikan sebagai berikut :

B
A
Gambar 4.19 Peta dan Potongan Kontur

Potongan diatas menunjukan bahwa,Ketinggian kontur pada lokasi


perancangan berkisar dari 860 mdpl – 870 mdpl dengan kemiringan 3-4%.
Menurut Subaruddin (2002), Keadaan kontur dengan kemiringan 3-4%
dapat dibangun semua tipe jenis bangunan dengan sistem drainase yang
sederhana tanpa diperlukan perlakuan khusus.

4.5 Analisis Tapak


Tapak perancangan terletak di Jalan Lingkar luar, Kelurahan Karang Siri,
Kecamatan Kota SoE. Berdasarkan RTRW, tapak perancangan terletak pada
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya dengan peruntukan ruang sebagai
perkantoran.

Gambar 4.20 Peta Peruntukan Lahan


Sumber : BAPPEDA Kab.TTS,2018
Sebagai kawasan perkantoran, terdapat peraturan berkaitan dengan
Koefisien Dasar Bangunan atau Koefisien Lantai Bangunan (KDB/KLB), Ruang
Terbuka dan Garis Sempadan Bangunan. Koefisien Dasar Bangunan untuk
kawasan perkantoran maksimal 60%, Koefisien Lantai Bangunan adalah 3, Ruang
Terbuka hijau 40% dan Garis Sempadan Bangunan 5,5m.
Selain berdasarkan peruntukan lahan, penetapan lokasi perancangan juga
mempertimbangkan jangkauan serta potensi tapak yang sesuai dengan fungsi
bangunan. Setelah lokasi terpilih sesuai dengan persyaratan, maka selanjutnya
dicari alternatif-alternatif perancangan yang sesuai dengan kondisi eksisting tapak
melalui analisis tapak. Analisis tersebut, antara lain :

4.5.1 Pencapaian
Ching (1996) dalam bukunya Arsitektur Bentuk Ruang dan Susunannya,
membagi pencapaian ke bangunan menjadi tiga jenis, yaitu pencapaian langsung,
pencapaian tersamar dan pencapaian berputar. Pencapaian tersebut dapat
diterapkan kedalam perancangan dengan menganalisa ketiga jenis pencapaian
tersebut.

1. Pencapaian langsung
Pencapaian langsung merupakan pencapaian yang mengarah langsung ke
bangunan, melalui sebuah garis jalan yang sejajar dengan sumbu
bangunan. Pencapaian ini menibulkan kesan yang tegas dan jelas. Jenis
pencapaian ini cocok diterapkan pada perancangan dengan satu massa
bangunan.

Gambar 4.21 Pencapaian Langsung


Sumber : Ching,1996

2. Pencapaian tersamar
Pencapaian tersamar merupakan jalur-jalur yang dapat diubah arahnya
untuk menghambat atau membuat urut-urutan pencapaian. Pencapaian ini
dapat digunakan pada perancangan dengan banyak massa bangunan,
sehingga dapat menciptakan urut-urutan pencapaian.

Gambar 4.22 Pencapaian Tersamar


Sumber : Ching,1996

3. Pencapaian berputar
Pencapaian berputar merupakan pencapaian dengan memperpanjang
urutan untuk sampai kebangunan dengan cara membuatnya melingkar
mengelilingi tepi bangunan.

Gambar 4.23 Pencapaian berputar


Sumber : Ching,1996
Pencapaian menuju tapak perlu dipertimbangkan terhadap :
1. Kelancaran dan keamanan sirkulasi kendaraan yang ada disekitar tapak.
2. Pencapaian lebih mengutamakan kenyamanan bagi pengunjung
sehingga pencapaiannya lebih jelas.
3. Tinjauan terhadap aktivitas kendaraan servis yang berpengaruh pada
kegiatan didalam tapak.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Pencapaian langsung dan
pencapaian tersamar merupakan alternatif yang akan digunakan dalam
perancangan sehingga dapat menciptakan kesan langsung yang tegas dari
pencapaian langsung dan pencapaian tersamar untuk menciptakan kesan terurut.
Pencapaian ke tapak dapat ditempuh melalui jalan lingkar luar dan jalan
menuju ke arah taman wisata Bu’at. Beberapa alternative yang dapat ditawarkan
pada perancangan ini,yaitu :

1. Alternatif 1 : Jalur masuk dan keluar terpisah pada jalan lingkar luar
Alternatif ini memiliki keuntungan karena Jalan lingkar Luar merupakan
jalan dua jalur dengan lebar jalan masing-masing 6 meter. Perletakan pintu
masuk dan keluar dapat dijangkau oleh semua kendaraan.

Gambar 4.24 Jalur masuk dan keluar terpisah pada satu jalur

2. Alternatif 2 : Jalur masuk dan keluar disatukan pada jalan lingkar luar
Alternatif ini membuat akses kedalam tapak menjadi mudah, namun dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan kendaraan pada jalur masuk-keluar.
Lokasi yang terletak pada perempatan jalan akan terjadi kemacetan karena
terjadi penumpukan kendaraan pada salah satu badan jalan.
Gambar 4.25 Jalur masuk dan keluar disatukan pada satu jalur

3. Alternatif 3 : Jalur masuk dan keluar terpisah pada kedua jalan


Alternatif ini memiliki keuntungan karena tidak terjadi penumpukan
kendaraan pada jalan lingkar luar. Main entrance berada pada jalan lingkar
luar dan jalan lingkungan sedangkan Site entrance terletak dijalan
lingkungan . Alternatif ini dipisahkan antara jalur masuk keluar utama dan
jalur masuk keluar alternative disatukan. Jalur alternatif hanya di
khususkan untuk kendaraan servis seperti untuk bongkar dan muat barang
dengan keuntungan tidak menganggu aktivitas yang sedang berlangsung
dalam tapak.

Site entrance

Main entrance

Gambar 4.26 Jalur Jalur Main dan Site entrance


Berdasarkan alternatif-alternatif diatas, maka disimpulkan alternatif
keempat untuk menjadi pemecahan masalah mengenai jalur keluar masuk
kedalam site. Alternatif ini memiliki keuntungan jika dibandingkan alternatif yang
lain dikerenakan terdapat pemisahan antara jalur masuk dan keluar utama
sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan dan juga lebar jalan pada jalan
lingkar luar memungkinkan. Selain itu, terdapat jalur alternatif yang hanya
dikhususkan untuk kendaraan bongkar muat barang sehingga tidak menggangu
aktivitas lain yang sedang berlangsung.

4.5.2 Sirkulasi
Ching (1996), menyatakan bahwa sirkulasi dapat diartikan sebagai tali
yang terlihat sehingga dapat menghubungkan ruang - ruang suatu bangunan atau
suatu deretan dalam dan ruang luar secara bersama. Fungsi dari sirkulasi adalah
untuk menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Perancangan
ini merupakan sarana publik dimana penggunanya tidak terbatas. Secara
umum,sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi dalam dan luar bangunan
(sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan).
1. Sirkulasi Pejalan Kaki
Tapak perancangan belum terdapat pedestrian sebagai jalur
sirkulasi bagi pejalan. Sirkulasi sangat di butuhkan karena sarana yang
akan dihadirkan merupakan sarana publik yang tidak hanya dapat diakses
dengan kendaraan bermotor namun juga dapat diakses oleh pejalan kaki.
Oleh sebab itu perlu ditambahkan pedestrian di Jalan Lingkar Luar.
Pedestrian haruslah didesain dengan memperhatikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki.

Pedestrian pada jalan kearah taman


wisata Bu’at dibuat dengan lebar 1,8 m

Pedestrian pada jalan lingkar


luar dengan lebar 1,8 m

Gambar 4.27 Pedestrian pada jalan lingkar luar


2. Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan dalam tapak dibatasi hanya pada area parkir,
sehingga sirkulasi kendaraan tidak menggangu aktivitas yang sedang
berlangsung. Berdasarkan hasil analisa pencapaian, maka dilakukan analisa
penempatan tempat parkir untuk kendaraan sebagai berikut :

Parkir Bongkar muat barang

Parkiran Mobil

Parkiran Motor

Gambar 4.28 Penempatan parkiran didalam site

Sirkulasi masuk dan keluar utama kendaraan terpisah pada jalan


lingkar luar dan jalan lingkungan. Lebar jalan untuk jalur masuk dan keluar
tapak yaitu 3 meter dengan mempertimbangkan ukuran kendaraan
pengunjung beroda empat. Selain itu, sirkulasi masuk dan keluar alternative
untuk kendaraan bongkar muat barang terletak pada bagian samping tapak
dengan lebar jalan untuk masuk dan keluar 4 meter mempertimbangkan
lebar kendaraan bongkar muat barang.
Selain itu, untuk membuat sistem pola parkir sehingga kendaraan
terorganisir dengan baik maka pola parkir kendaraan yang digunakan
dipertimbangkan dengan luasan site.

Gambar 4.29 Parkir dengan sudut 90°


Sumber : Neufert,1996
4.5.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan salah satu elemen tapak yang memiliki banyak
fungsi, diantaranya sebagai pengendali iklim (meredam panas, pengehalang angin,
dll), peredam polusi baik itu polusi suara maupun lingkungan, pengontrol
pandangan atau pengarah, serta sebagai elemen estetika.
Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum no 03/PJR/M/2008 tentang
cara perencanaan landscape jalan, Terdapat beberapa jenis vegetasi yang dapat
digunakan dalam perancangan, antara lain :
Tabel 4.17 Analisis Jenis Vegetasi
No Jenis Vegetasi Keterangan
1. Vegetasi Peneduh Vegetasi peneduh merupakan jenis tanaman
berbentuk pohon dengan percabangan yang
tingginya lebih dari 2 meter dan dapat
memberikan keteduhan, dan menahan silau
matahari bagi pejalan kaki. Syarat tanaman
peneduh: Ditempatkan pada jalur tanaman,
Percabangan 2 meter diatas tanah, Bentuk
percabangan batang tidak merunduk, Bermassa
daun lebat, Ditanam secara berbaris. Contoh jenis
tanaman peneduh
yaitu Kiara payung dan tanjung
2. Vegetasi Pengarah Vegetasi pengarah berfungsi sebagai pengendali
penglihatan dan juga memiliki nilai estetis yang
tinggi. Vegetasi ini dapat ditanam terpisah
ataupun menerus sehingga juga dapat
menciptakan pembatas ruang. Vegetasi ini terdiri
dari tanaman yang tinggi, sedang maupun rendah.
3. Vegetasi penutup tanah dan Tanaman juga dapat berfungsi sebagai penutup
penambah estetika permukaan tanah, sehingga mencegah terjadinya
pengikisan permukaan tanah. Selain itu dapat
berfungsi untuk meredam panas pada permukaan,
memiliki daya serap yang tinggi serta menyerap
debu dan juga sebagai penambah estetika
Berdasarkan referensi vegetasi, dimana untuk merancang sebuah tapak
dibutuhkan vegetasi pelindung,pengarah dan penambah estetika sehingga tapak
terlihat menarik dan perletakan vegetasi sesuai dengan fungsi. Data yang
berkaitan dengan vegetasi pada tapak yaitu vegetasi yang ada sangat minum,
Letak vegetasi belum tentu sesuai dengan keberadaan bangunan dan vegetasi yang
ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
Kesimpulan yang diambil dari Referensi dan data yaitu vegetasi yang ada
pada tapak akan diganti dengan vegetasi peneduh,pengarah dan vegetasi
penambah estetika. Vegetasi peneduh berupa Pohon tanjung dan kiara payung,
Vegetasi Pengarah berupa pohon cemara dan palem raja dan untuk vegetasi
penambah estetika berupa bonsai,berbagai macam bunga dan vegetasi penambah
estetika lainnya.
4.5.4 Arah Edar Matahari
Kondisi tapak yang berada pada sekitar lahan yang masih kosong
menyebabkan intensitas dari cahaya dan panas matahari pada tapak maksimal.

Seluruh tapak mendapat intensitas panas


matahari yang tinggi

Gambar 4.30 Analisa arah edar matahari

Berdasarkan gambar diatas, dimana seluruh tapak mendapat intensitas


panas matahari yang maksimal sehingga perancangan harus mempertimbangkan
kenyamanan dalam bangunan melalui bukaan dan orientasi bangunan :
1. Alternatif 1
Orientasi bangunan memanjang ke arah timur barat dengan bukaan 60%
pada bagian timur dan pada bagian barat 60% dengan penambahan
sunscreen/pelindung lainnya.

Bukaan 60% dengan dengan penambahan


sunscreen/pelindung lainnya pada bagian
barat

Bukaan 60% dengan dengan


penambahan sunscreen/pelindung
lainnya pada bagian timur

Gambar 4.31 Alternatif 1 orientasi bangunan

Kelebihan dari alternatif ini yaitu :


- Penggunaan sunscreen/pelindung lainnya dapat mencegah panas
matahari masuk ke dalam bangunan
- Mengurangi penggunaan AC
- Posisi bangunan dapat menjadi vocal point dari posisi perempatan
jalan Kekurangan dari alternatif ini yaitu :
- Bentukan memanjang pada bangunan tidak sesuai dengan bentukan
tapak
2. Alternatif 2
Orientasi bangunan mengikuti bentukan tapak dengan bukaan 70% pada
bagian timur dan barat yang ditambah sunscreen/pelindung lain dan
vegetasi peneduh.
Vegetasi peneduh pada bagian barat
Bukaan 70% dengan dengan penambahan
sunscreen/pelindung lainnya pada bagian barat

Vegetasi peneduh pada bagian timur


Bukaan 70% dengan dengan penambahan
sunscreen/pelindung lainnya pada bagian
timur

Gambar 4.32 Alternatif 2 orientasi bangunan

Kelebihan dari alternatif ini yaitu :


- Penggunaan sunscreen/pelindung lainnya dan juga vegetasi peneduh
dapat mencegah panas matahari masuk ke dalam bangunan
- Mengurangi penggunaan AC
- View dari dalam keluar bangunan
luas Kekurangan dari alternatif ini yaitu :
- Membutuhkan banyak biaya
- Posisi bangunan terlihat kaku
Berdasarkan alternatif-alternatif diatas, maka disimpulkan alternatif
pertama untuk menjadi pemecahan masalah mengenai arah edar matahari yang
berpengaruh pada kenyamanan di dalam bangunan. Alternatif ini memiliki banyak
kelebihan dibanding alternatif yang lain karena cahaya matahari hanya mengenai
sudut terpendek bangunan.
4.5.5 View
View berhubungan dengan pengamatan atau penglihatan mata dalam
mengamati sebuah objek berupa bangunan ataupun pemandangan. View dalam
perancangan pusat kerajinan tangan sangat penting karena bangunan ini
merupakan bangunan publik. Bangunan yang bersifat publik haruslah memiliki
view yang menarik, sehingga keberadaan bangunan mendapat perhatian dari
masyarakat. View terdiri dari dua jenis, yaitu view kedalam tapak dan view keluar
tapak.
1. View ke dalam tapak
Lokasi perancangan yang terletak pada perempatan jalan juga
menjadi titik pandang bagi masyarakat yang melewati Jalan Lingkar
Luar,Jalan Rusa dan jalan kearah Bu’at. Keberadaan bangunan pada titik
ini haruslah menarik sehingga eksistensi dari bangunan ini kedepannya
dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Daerah yang menjadi vocal point


dari luar tapak

Gambar 4.33 Analisa view ke dalam tapak

Gambar diatas menunjukkan letak vocal point berada pada tapak


bagian depan sehingga dapat dirancang menjadi sesuatu yang menarik
misalnya ditambahkan sculpture,penempatan papan nama bangunan dan
posisi bangunan bagian depan dapat dirancang semenarik mungkin
sehingga dapat menjadi pusat perhatian dari pengunjung.
Bagian depan bangunan di
orientasikan langsung kearah
yang menjadi titik pandang
dari semua sisi jalan kedalam
tapak.

Penempatan sclupture/papan
nama/Akses jalur pejalan
kaki pada bagian yang
menjadi titik vocal point

Gambar 4.34 Analisa pengelolahan tapak pada titik vocal point

Gambar diatas menunjukan bahwa titik yang menjadi vocal point


akan dirancang semenarik mungkin sehingga dapat menjadi pusat
perhatian dari semua arah. Kelebihan dari pengelolahan tapak pada titik
vocal point ini yaitu :
- Posisi bangunan dapat menjadi pusat perhatian pengunjung dan juga
masyarakat.
- Memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat menarik pengunjung
- Posisi bangunan memanjang maka sinar matahari hanya akan
menembus sisi terpendek dari bangunan
Berdasarkan pertimbangan dari setiap kelebihan dan kekurangan dari
pengelolahan tapak pada titik vocal point dan pertimbangan dari kesimpulan
analisa arah edar matahari, maka di buat kesimpulan untuk view dari luar tapak ke
dalam tapak sebagai berikut :
Bagian depan bangunan
di orientasikan langsung
kearah perempatan jalan
sehingga dapat dilihat
oleh semua orang

Bagian ini akan dibuat jalur


pejalan kaki dan penempatan
papan nama bangunan sehingga
adanya keterikatan antara Akses
dan Bangunan dan juga dapat
menarik para pengunjung.

Gambar 4.35 Kesimpulan analisa view dari luar ke dalam tapak

2. View ke luar tapak


View dari dalam keluar tapak juga merupakan aspek penting yang
perlu diperhatikan sehingga keseluruhan antara tapak dan sekitarnya saling
menujang.

(-) View kearah lahan kosong

(-) View kearah lahan kosong

(+) View ke arah jalan dan


bangunan perkantoran

(+) View ke arah jalan dan


bangunan perkantoran

Gambar 4.36 Analisa view ke luar tapak


Gambar diatas menunjukan bahwa pada daerah yang yang diberi
tanda (-) merupakan daerah dengan view yang menghadap ke arah lahan
kosong sehingga pada bagian-bagian ini bukaan yang diterapkan hanya
seperlunya saja. Sedangkan pada daerah yang diberi tanda (+) merupakan
daerah dengan view yang menghadap ke arah jalan dan bangunan
perkantoran sehingga pada bagian-bagian ini akan di aplikasikan kaca-
kaca transparan.

4.5.6 Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu faktor penyebab ketidaknyamanan
didalam beraktivitas. Lokasi perancangan merupakan daerah dengan tingkat
kebisingan yang tidak menentu tergantung dari aktivitas yang terjadi pada jalan
lingkar luar. Faktor kebisingan tersebut akan berpengaruh pada penempatan
fasilitas dengan melakukan penzoningan. Berikut adalah gambaran tingkat
kebisingan dari tapak :

Kebisingan tinggi (60-70db)


Kebisingan sedang (40-50db)
Kebisingan rendah (20-30db)

Gambar 4.37 Analisa tingkat Kebisingan

Berdasarkan gambar diatas, tingkat kebisingan tertinggi terdapat pada


jalan lingkar luar, kebisingan sedang terdapat pada jalan menuju kearah bu’at dan
kebisingan rendah terdapat pada area lahan kosong sekitar tapak.
Tingkat kebisingan yang ada sekitar tapak dapat di kurangi sehingga tidak
menganggu aktivitas di dalam tapak dengan cara :

- Menempatkan fasilitas umum berupa tempat parkir pada area tapak yang
dekat dengan jalan lingkar luar dan jalan menuju kearah taman Bu’at.
- Mengoptimalkan vegetasi peredam kebisingan pada area yang memiliki
tingkat kebisingan tinggi dan rendah
- Mempertimbangkan kenyamanan didalam tapak dengan memperhatikan
bahwa tapak yang memiliki tingkat kebisingan rendah merupakan lahan
kosong yang sering difungsikan oleh masyarakat sebagai ladang maka pada
posisi tapak tersebut di beri pagar.
- Menempatkan bangunan jauh dari titik

kebisingan Kelebihan :

- Kebisingan yang ada disekitar tapak dapat di kurangi dengan


mengoptimalkan vegetasi peredam kebisingan
- Penggunaan pagar pada daerah dengan tingkat kebisingan rendah merupakan
salah satu cara untuk menciptakan kenyamanan didalam tapak yang
berhubungan pula dengan view dari dalam ke luar tapak.

Kekurangan :

- Apabila penggunaan pagar diterapkan pada seluruh area disekitar tapak maka
akan menimbulkan kesan tertutup.
- Vocal point dari tapak yang ada pada analisis view dari luar ke dalam
bangunan tidak dapat dilihat oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis kebisingan diatas, disimpulkan bahwa untuk


mencegah kebisingan masuk kedalam tapak, maka penempatan bangunan dibuat
jauh dari titik kebisingan sehingga aktivitas yang berlangsung dalam site tidak
terganggu.
4.5.7 Penzoningan
Penzoningan adalah pengelompokan jenis-jenis dari suatu ruang/aktivitas
yang mempunyai sifat yang sama. Berdasarkan analisa fungsi, sifat
fasilitas,analisa pencapaian,analisa kebisingan maka dibuat analisa penzoningan
menurut tipe fasilitas sebagai berikut :

Fasilitas Utama
Fasilitas Penunjang

Fasilitas Umum

Gambar 4.38 Analisa Penzoningan

Daerah yang berwarna merah merupakan daerah yang di khususkan untuk


tipe fasilitas umum yang merupakan fasilitas yang dapat dijangkau oleh semua
orang. Pertimbangan perletakan zona ini berdasarkan analisa pencapaian,analisa
kebisingan dan analisa fungsi dari perancangan.
Daerah yang berwarna orange merupakan daerah yang di khususkan untuk
tipe fasilitas Utama yang merupakan fasilitas yang paling penting dan paling
dibutuhkan di Pusat Kerajinan Tangan. Pertimbangan perletakan zona ini
berdasarkan fungsi perancangan yaitu menjadi pusat kerajinan tangan. Jadi
penempatannya berada ditengah-tengah tapak.
Daerah yang berwarna hijau merupakan daerah yang dikhususkan untuk
tipe fasilitas Penunjang yang merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menunjang
fungsi utama. Pertimbangan perletakan zona ini didasarkan pada jenis fasilitas
penunjang yaitu fasilitas pameran musiman yang memerlukan ruang outdoor
sehingga penempatannya berada dibagian belakang. Penempatannya berdasarkan
analisa pencapaian yaitu pencapaian tersamar.
4.6 Pendekatan
4.6.1 Analisis Bentukan Bangunan
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari
orang yang menikmati atau memakai karyanya. Menurut Charles Jenks, dalam
”The Language of Post Modern Architecture” Metafora sebagai kode yang
ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan
obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena
adanya kemiripan.
Tipe Metafora yang digunakan dalam perancangan yaitu metafora Konkrit
(Tangible methaphors). Metafora Konkret merupakan Metafora yang berangkat
dari hal-hal visual serta karakter tertentu dari sebuah benda. Benda yang diambil
sebagai objek desain utama bangunan adalah tangan dan tempat sirih. Pemilihan
objek ini disesuaikan dengan fungsi bangunan.
Tabel 4.18 Analisis Objek Metafora
Objek Utama

Jenis Metafora Penerapan Arti dari bentukan


Metafora Konkrit/ - Bentukan Tangan dengan posisi mengenggam
Tangible methaphors tempat sirih memiliki arti yaitu
- Fasade
- Mengangkat dengan tujuan untuk
- Penempatan Fasilitas memperkenalkan kerajinan tangan
Timor Tengah Selatan
- Semua hasil kerajinan dihasilkan
dari tangan-tangan pengrajin
- Antara pengrajin dan kerajinan
tangan tidak dapat dipisahkan.

Objek tangan dan tempat sirih akan diuraikan melalui proses substraktif dan aditif sehingga
menimbulkan interprestasi dari para pengamat
No Objek Metafora Proses Perubahan Objek Hasil

1. Tangan Substraktif
Bentukan Dasar Bangunan

Aditif

Tangan mewakili fungsi Objek mengalami proses


Denah yang terbentuk
bangunan yaitu pusat Aditif dan Subtraktif.
yaitu dua buah persegi
kerajinan tangan yang
panjang
artinya semua hasil
kerajinan tangan di buat
oleh kreatifitas tangan
pengrajin (Penghasil Bidang dasar yang dihasilkan
Kerajinan)

Bidang di Push
2. Tempat sirih/Okomama
Substraktif
Bentukan dasar bangunan

Tempat sirih/okomama Objek disederhanakan melalui Denah yang terbentuk


merupakan salah satu hasil proses substraktif yaitu persegi panjang
kerajinan tangan yang
cukup terkenal yang sering
difungsikan oleh semua
masyarakat Timor Tengah
Selatan (Hasil Kerajinan)
Objek tangan dan tempat sirih yang telah diurai dan mengalami perubahan akan digabungkan
kembali sehingga menjadi satu kesatuan, dimana antara penghasil dan hasil kerajinan tidak
dapat dipisahkan. Penggabungan ini yang akan menjadi bentukan utama bangunan Pusat
Kerajinan
Tangan.
Gabungan Hasil Objek Metafora
Bentukan Dasar Akhir Bentukan Denah Dasar

Bentukan dasar akhir yang dihasilkan Bentukan denah yang dihasilkan

Perletakan Fasilitas
Penempatan Fasilitas didasarkan pada fungsi tangan dan okomama/tempat sirih. Pada bagian
Tangan (samping kiri dan kanan bangunan) : Ruang-Ruang Produksi/Penghasil kerajinan
tangan.
- Lantai 1 : Ruang Produksi kerajinan tangan
- Lantai 2 : Ruang edukasi kerajinan tangan
Pada bagian okomama (bagian tengah bangunan) : Ruang-Ruang untuk promosi dan pemasaran
kerajinan tangan.
- Lantai 1 : Ruang Pemasaran Kerajinan Tangan
- Lantai 2 : Ruang Promosi Edukasi Kerajinan Tangan

Fasilitas Edukasi
Fasilitas Edukasi

Fasilitas Produksi
Fasilitas Produksi
Fasilitas Promosi dan Pemasaran
Fasilitas Promosi & Kantor
pengelola

4.7 Analisis Utilitas


4.7.1 Jaringan Air
1. Jaringan air bersih
Air bersih dibutuhkan pada perancangan ini. Lokasi perancangan telah
terdapat jaringan air bersih dari PDAM yang terletak pada bagian depan
lokasi perancangan. Ketersediaan jaringan air yang ada pada lokasi
kemudian dirancangkan suatu sistem untuk mengalirkan air bersih
ketempat-tempat yang membutuhkan dalam bangunan. Menurut Endy
Marlina, Secara umum sistem distribusi air bersih dalam bangunan
bertingkat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Downfeed system
Merupakan sistem distribusi ke bawah dimana aliran air bersih diarahkan
kebawah, dengan menggunakan bantuan gravitasi.

Unit bangunan yang membutuhkan

Reservoir atas

Reservoir bawah Pompa

PDAM

Gambar 4.39 Bagan downfeed system


b. Upfeed system
Merupakan sistem distribusi ke atas, sistem ini arah aliran airnya
menuju keatas dengan penempatan sumber atau tampungan air berada
pada daerah yang lebih rendah. Sistem ini memerrlukan asupan energi
listrik yang relatif besar, untuk mengoprasionalkannya karena distribusi
air memerlukan pompa yang bertenaga listrik.

Unit bangunan yang membutuhkan

Reservoir bawah Pompa

PDAM

Gambar 4.40 Bagan Upfeed system

Berdasarkan penjelasan dari setiap sistem pendistribusian air


besih kedalam bangunan maka disimpulkan bahwa downfeed system
dapat diterapkan kedalam bangunan dengan mempertimbangkan
penghematan energi listrik.
2. Jaringan air Kotor
Jaringan air kotor meliputi limbah yang dibagi menjadi tiga, yaitu
air hujan,limbah padat dan limbah cair dan juga air hujan. Berikut adalah
analisa sistem jaringan air kotor tersebut :
a. Air Hujan
Air hujan berhubungan dengan sistem drainase yang berfungsi sebagai
jalur air hujan. Perancangan sistem drainase terdapat pada sekeliling
bangunan dengan sistem drainase tertutup (Grill besi) sehingga tidak
menganggu view/tampilan bangunan. Aliran air hujan akan diteruskan
pada suatu bak khusus yang bertujuan untuk menampung air hujan,
yang kemudian dapat digunakan untuk menyiram tanaman pada
taman.
b. Limbah padat
Saluran limbah padat terletak didalam tanah dialirkan dengan jarak
yang sependek mungkin dan tidak diperbolehkan membuat sudut
belokan yang tegak lurus kedalam bak penampungan atau septictank.
c. Limbah cair
Linbah cair berasal dari toilet, wastafel, dapur dan ruang lainnya.
Limbah cair yang dihasilkan akan berujung pada lubang peresapan
sehingga tidak menimbulkan bau dan sebagainya yang dapat
menganggu kenyamanan aktivitas didalam tapak.
4.7.2 Jaringan Listrik
Data tentang utilitas (Jaringan Listrik) terlihat bahwa pada jalan lingkar
luar dan jalan menuju kearah taman Wisata Bu’at terdapat jaringan listrik.
Jaringan listrik ini bersumber dari PLN sehingga dapat difungsikan pada
bangunan yang hendak dirancang.
Gambar 4.41 Pendistribusian listrik dari PLN
Sumber : Andi Renaldi,2013
4.7.3 Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan berfungsi untuk menciptakan kenyamanan dan
kesehatan bagi pengguna ruang. Sistem penghawaan terbagi menjadi dua macam,
yaitu sistem penghawaan alami dan buatan.

1. Penghawaan Alami
Sistem pengudaraan alami sangat erat kaitannya dengan cross ventilation.
Cross ventilation/sistem pengudaraan silang dapat dicapai dengan adanya
bukaan antar ruang sehingga pergerakan udara dapat terjadi, namun hal ini
juga terpengaruh oleh beberapa faktor penting lain, seperti kecepatan
angin, peletakkan bukaan yang tepat, lebar bentang bangunan/ruangan.

Gambar 4.42 Sistem pengudaraan silang


Sumber : Ching,1979
Sistem penghawaan alami dalam bangunan dioptimalkan semaksimal
mungkin, sesuai dengan kondisi iklim Kabupaten Timor Tengah Selatan,
sehingga penghawaan buatan menempati porsi yang lebih sedikit bahkan
diupayakan agar penggunaannya hanya sebagai cadangan jika
memungkinkan.

2. Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan dengan menggunakan mesin yaitu aircondition
(AC) atau kipas angin. Sistem penghawaan buatan dapat menciptakan
kondisi yang nyaman bagi penggunanya, dengan cara mengatur sesuai
dengan kondisi yang diinginkan.
Kelebihan :
- Ruang yang terdapat penghawaan buatan menjadi sejuk
- Suhu didalam ruang dapat diatur oleh pengguna
- Menciptakan kenyamanan bagi pengguna
ruang. Kekurangan :
- Pemborosan arus listrik
- Pencemaran lingkungan
- Menyebabkan kulit kering pada pengguna ruang
- Membutuhkan banyak tambahan biaya
Berdasarkan analisa diatas, maka dapat dipertimbangkan penggunaan
sistem penghawaan buatan hanya sebagai sistem penggunaan tambahan
yang diletakan pada ruang-ruang tertentu dengan penggunaan yang tidak
secara terus menerus mengingat lokasi perancangan memiliki penghawaan
yang baik.
4.7.4 Sistem Pencahayaan
Pencahayaan matahari mengandung gejala sampingan yaitu sinar dan
panas matahari, dengan demikian manusia sering menganggap ruang yang gelap
lebih sejuk dan nyaman. Pencahayaan (alami,buatan) yang baik sangat
mempengaruhi kenyamanan seseorang didalam ruangan. Sehingga dalam
merancang sebaiknya sinar matahari (pencahayaan alami) tidak diterima secara
langsung dan pencahayaan buatan tidak menghasilkan silau yang menganggu
penglihatan.

Gambar 4.43 Sistem pencahayaan


Sumber : Zurich,1996

1. Pencahayaan Alami
Sistem pancahayaan alami memaksimalkan bukaan pada bangunan
sehingga cahaya pada siang hari yang bersumber dari matahari dapat
dioptimal. Ada beberapa cara untuk memasukan cahaya alami kedalam
bangunan melalui dinding ataupun atap bangunan.
Gambar 4.44 Sistem pencahayaan alami dari atap
Sumber : Lechner,2007
Kesimpulan dari sistem pencahayaan alami yang akan diterapkan pada
rancangan yaitu :
- Penerapan material kaca pada bagian depan bangunan dan belakang
bangunan yang akan diaplikasikan dengan penggunaan secondary skin
pada bagian depan Kaca. secondary skin selain berfungsi untuk
estetika juga berfungsi meminimalisir panas matahari kedalam
bangunan
- Penerapan Skylight dan Sawtooth pada atap bangunan yang berfungsi
sebagai pencahayaan alami pada siang hari.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan lain selain yang bersumber
dari cahaya matahari. Pencahayaan buatan diperoleh dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) sebagai sumber utama pencahayaan buatan.
Beberapa aspek yang mesti diperhatikan dalam perencanaan sistem
pencahayaan buatan adalah :
- Jenis lampu : Pemilihan jenis lampu yang akan digunakan disesuaikan
dengan fungsi ruang dari bangunan.
- Jumlah dan titik lampu : Titik lampu pada sebuah ruangan disesuaikan
dengan kebutuhan intensitas cahaya serta aktifitas dalam sebuah
ruangan.
Kesimpulan dari sistem pencahayaan buatan yang akan diterapkan pada
rancangan yaitu :
- Sistem pencahayaan buatan diletakkan di dalam bangunan dan luar
bangunan yang berfungsi sebagai pencahayaan pada malam hari.
- Pencahayaan buatan hanya digunakan pada malam hari pada ruang
yang mendapatkan sinar matahari secara maksimal pada siang hari.
4.7.5 Sistem Pengaman Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran dalam bangunan, maka
diperlukan suatu sistem pengamanan kebakaran. Bangunan haruslah dilengkapi
dengan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi bahaya dari
kebakaran. Sistem- sistem tersebut terdiri berbagai peralatan yang dapat
diterapkan dalam perancangan, yaitu :
- Head Detector merupakan sebuah alat yang berfungsi sebagai pendeteksi
kenaikan suhu panas.
- Smoke Detector merupakan suatu alat pendeteksi asap apabila terjadi
kebakaran maupun yang dihasilkan dari asap rokok dan asap yang
dihasilkan dari pembakaran lainnya.
- Flame Detector merupakan Suatu alat untuk mendeteksi api yang
menggunakan sensor optik untuk mendeteksinya.
- Sprinkler merupakan alat untuk memadamkan api dengan cara
menyemprotkan air. Radius yang dapat dijangkau oleh alat ini adalah
25m².
- Hydrant merupakan Alat dengan menggunakan air sebagai pemadam api
dan terdiri dari pilar hydrant (diluar bangunan) dan boks hydrant (didalam
bangunan).

4.7.6 Sistem Penangkal Petir


Menurut Hartono Puerbo dalam buku Utilitas bangunan, Penangkal petir
adalah suatu sistem dengan komponen-komponen dan peralatan yang secara
keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke
tanah,sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang
dilingdunginya terhindar dari bahaya sambaran petir. Prinsip dasar dari suatu
sistem penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari logam yang
menyalurkan petir ketanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan.
Terdapat 3 jenis penangkal petir menurut yaitu :
Tabel 4.19 Analisis Jenis Penangkal Petir
No Jenis penangkal petir Keterangan
1. Franklin Rod penangkal petir sistem konvensional
dimana instalasinya sederhana yang
difungsikan untuk membuat saluran
elektris dari atas bangunan ke grounding.
Perlindungan proteksi sebesar 45o. Biaya
realtif murah dan dapat diterapkan pada
daerah yang padat bangunan.

2. Sangkar Faraday Penangkal petir ini dibuat untuk


melengkapi kelemahan dari penangkal
petir Franklin. Daerah perlindungannya
melemah apabila jarak semakin jauh.Sifat
dan sistem kerjanya sama tetapi faraday
dipasang pada seluruh atap dengan tinggi
tiang lebih rendah.

3. Flash Vectron FlashVectron merupakan penangkal petir


modern yang berbasis kerja ESE (Early
Streamer Emission). Sistem ini merupakan
teknologi terkini, sering juga dikenal
dengan sistem payung. Untuk pemasangan
penangkal petir ini tidak terlalu rumit,
cukup 1 kabel penghantar untuk setiap 1
penangkal petir.Untuk sistem
groundingnya dapat menggunakan sistem
integrasi.

Sum4be. r : Sistem proteksi petir pada bangunan,SNI 03-7015-2004

Berdasarkan analisis diatas maka disimpulkan pengaplikasian penangkal


petir dalam perancangan yang dapat digunakan adalah Penangkal petir Franklin
rod yang menggunakan sistem konvensional.

4.7.7 Sistem Transportasi dalam Bangunan


Suatu bangunan memerlukan suatu tranportasi dalam bangunan yang
bertujuan untuk memberikan kenyaman dalam akses dan sirkulasi. Sistem
transportasi didalam bangunan berupa tangga,escalator dan elevator/lift.
1. Tangga
Tangga merupakan alat transportasi vertikal yang menghubungkan antar
lantai. Secara umum, terdapat beberapa persyaratan mengenai tangga,
yaitu:
- Kemiringan sudut tangga tidak lebih dari 38 derajat.
- Jika jumlah anak tangga lebih dari dua belas anak tangga, maka harus
digunakan bordes.
- Ukuran pijakan kaki dan tinggi setiap anak tangga harus diperhatikan
sehingga pengguna merasa nyaman.
- Lebar anak tangga harus sesuai dengan pertimbangan berapa jumlah
orang yang akan menaiki anak tangga dalam waktu yang bersamaan.

Gambar 4.45 Ukuran Lebar Tangga


Sumber :Neufert,1996
2. Escalator
Escalator atau tangga berjalan merupakan alat transportasi antar lantai yang
menggunakan tenaga mesin. berikut adaah syarat escalator:
- Dilengkapi dengan railing
- Tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga pada escalator
- Didesain secara otomatis

Gambar 4.46 Escalator dengan perletakan sejajar


Sumber :Neufert,1996
3. Elevator/lift
Elevator/Lift merupakan alat transportasi vertikal antar lantai dalam
bangunan bertingkat. Berdasarkan fungsinya, lift dibagi menjadi 5 yaitu
lift barang, lift penumpang, lift rumah sakit, lift observasi dan lift servis.
Lift umumnya digunakan pada bangunan dengan lantai lebih dari 3.
Penggunaan lift sebenarnya hanya untuk mempermudah dan mempercepat
pengguna sampai ke tujuan.
Berdasarkan analisis diatas maka disimpulkan pengaplikasian sistem
transportasi dalam perancangan bangunan yang dapat digunakan adalah sistem
transportasi vertical berupa tangga dan lift yang dikhususkan untuk barang.

4.7.8 Sistem Persampahan


Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Sampah anorganik/kering : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan
lain-lain yang tidak dapat mengalami pembususan secara alami.
2. Sampah organik/basah : Sampah dapur, sisa sayuran, rempah-rempah atau
sisa buah, daun,kulit kayu dan lain sebagainya yang dapat mengalami
pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya : Baterai, jarum suntik bekas, dan sebagainya.
Sampah dari Handicraft Center dibuang ditempat sampah kemudian
disalurkan melalui tempat sampah menuju bak penampungan. Sampah dipisahkan
berdasarkan jenisnya, jenis sampah organik dan anorganik akan dipertimbangkan
untuk diolah dan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dan barang daur ulang
untuk kebutuhan produksi kerajinan tangan, sedangkan jenis sampah berbahaya
akan ditampung pada TPS dan kemudian akan diangkut oleh mobil sampah.

Gambar 4.47 Diagram sistem pengelolahan sampah

4.8 Analisis Struktur Bangunan


Struktur bangunan adalah komponen yang merupakan satu-kesatuan yang
dirancang dan diperhitungkan saling berhubungan secara struktural dalam usaha
meneruskan beban statis dan dinamis yang terjadi pada bangunan kedalam tanah.
Berdasarkan perletakannya, sistem struktur terbagi atas 3, yaitu :
1. Sub Structure
Kondisi dan daya dukung tanah sangat menentukan dalam pemilihan jenis
pondasi yang digunakan pada bangunan, berikut beberapa pondasi yang
dapat dijadikan sebagai alternatif :

Tabel 4.20 Analisis Jenis Pondasi


No Jenis Pondasi Keterangan
1. Tiang Pancang Pondasi tiang pancang mempunyai fungsi
sebagai penyalur gaya atau pemikul beban dari
kolom-kolom bangunan (kolom struktur) ke
tiang pancang beton yang di pancang sampai
pada kedalaman tanah keras. Pondasi ini dapat
digunakan pada struktur bangunan bentang
lebar.
2. Foot plat Pondasi ini merupakan pondasi yang terbuat
dari beton bertulang dan terletak dibawah
kolom dengan kedalam sampai pada tanah
keras. Pondasi ini dapat dikombinasikan
dengan pondasi tiang pancang dan tanpa tiang
pancang.

Berdasarkan pertimbangan jenis tanah, dan pembebanan pada bangunan,


maka digunakan kedua alternatif jenis pondasi diatas. Kedua pondasi ini akan
dikombinasikan sehingga beban dapat disalurkan dengan baik kedalam tanah.

2. Supper Structure
Merupakan struktur yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur
atas atau upper structure ke pondasi dan kemudian disalurkan ke tanah.
Struktur ini terdiri dari kolom, balok, plat dan juga dinding yang berfungsi
sebagai struktur.
- Kolom
Merupakan Konstruksi pada bangunan bertingkat untuk memikul
beban secara vertikal ataupun horisontal. Besaran kolom yang
digunakan yaitu 1.5mx1.2m dengan mempertimbangkan
pengaplikasian struktur waffle pada bangunan dengan jarak maksimal
antar kolom yaitu 15m.
- Balok
Balok terdiri dari balok induk dan balok anak. Balok Induk merupakan
semua balok yang melintang tanpa topang pada seluruh lebar
bangunan dan pada kedua ujungnya bertumpu pada kolom. (biasanya
mempunyai bentang ± 4 meter). Sedangkan, Balok anak diletakan
sesuai sesuai lebar/jarak antara kedua balok induk. Perhitungan
dimensi balok anak dengan rumus ¾ balok induk.
- Pelat Lantai
Struktur untuk lantai menggunakan waffle slab.
3. Upper Structure
Merupakan struktur yang terletak pada bagian atas bangunan yang terdiri
dari struktur atap. Terdapat berbagai jenis struktur atas yang dapat
diaplikasikan dalam perancangan, antara lain :
- Struktur Kabel dan Pelengkung
Struktur kabel merupakan salah satu bentuk struktur funikular yang
bekerja hanya pada gaya tarik. Struktur pelengkung merupakan sebuah
struktur yang dibentuk dari elemen garis yang melengkung dan
membentang pada dua titik.
- Struktur Cangkang
Menurut Schodeck (1998), shell atau cangkang adalah bentuk
struktural tiga dimensional yang kaku dan tipis yang mempunyai
permukaan lengkung. Permukaan cangkang dapat mempunyai bentuk
sembarang.
- Struktur Rangka Hollow kotak & Pembungkus atap menggunakan
Titanium. Kelebihan struktur ini yaitu : Material kuat dan tahan lama,
pemasangan dan pengerjaan mudah dan efisien. Sedangkan
kekurangan dari struktur ini yaitu rangka yang dibutuhkan banyak dan
harga materialnya mahal.
- Struktur Space Frame
Merupakan suatu bentuk struktur yang dibuat dengan merakit batang-
batang lurus, pendek dengan pola segi tiga dalam bentuk tiga dimensi
Kelebihan struktur ini yaitu : Semua komponen dibuat di pabrik
sehingga kualitasnya dapat dikontrol dengan baik, mampu mencakup
daerah-daerah yag luas tanpa bantuan penumpu dan seluruh batang
penghubung saling bekerja sama oleh sebab itu berat sendiri struktur
rangka ruang, bisa lebih kecil dibandingkan dengan struktur
konvensional. Sedangkan kekurangan dari struktur ini yaitu : Biaya
kerja relative mahal, Teknik pekerjaan membutuhkan keahlian yang
tinggi.
- Struktur Waffle slab
Struktur ini dipakai dengan mempertimbangan perancangan tidak
membutuh ruang dengan banyak kolom atau ruang bebas kolom.
Berdasarkan analisis diatas, kesimpulan untuk Upper structure yang
digunakan dalam perancangan yaitu : Struktur waffle slab dengan
mempertimbangkan kemampuan penyaluran beban dan bentukan bangunan
dengan ruang bebas kolom.
4.9 Analisis Material Bangunan
Material yang digunakan dalam perancangan Handicraft Center
berdasarkan jenis struktur dan finishing tampilan bangunan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemudahan dalam pemasangan dan perawatan
2. Dapat menambah keindahan dan daya Tarik bangunan
3. Dapat memberikan kenyamanan terhadap pengguna bangunan
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka material yang dapat di
aplikasikan ke perancangan Handicraft Center yaitu :

Tabel 4.21 Analisis Material Bangunan


No Nama Material Gambar Keterangan
Material Lantai
1. Keramik - Memilikibanyak varian
warna, corak dan ukuran
- Mudah dikerjakan karena
sering digunakan pada
bangunan
- Tidak tahan terhadap gores
- mudah retak
Material Dinding
2. ACP - Aluminium Composite Panel
(Alumunium mudah diaplikasikan, tahan
lama, terlihat rapi, elegant
Composite Panel) dan lebih modern,
- Pengaplikasian aluminium
ini sangat mudah sehingga
pengerjaannya tidak
memakan waktu yang lama
hasilnya juga terlihat rapi,
- Aluminium composite panel
tahan terhadap cuaca panas
maupun hujan sangat cocok
dengan iklim Indonesia,
- Memiliki banyak varian
warna
3. Kaca - Memberikan kesan elegan
(Tempered Glass pada tampilan bangunan
- Penggunaan kaca dalam
& V-cool) pekerjaan konstruksi untuk
menambah keindahan
bangunan
- Mudah dibersihkan
- Penggunaannya memenuhi
pandangan arsitektur untuk
dekorasi eksternal
4. Kalsiboard - Proses pemasangannya cepat
Partisi dan rapi
(dikhususkan - Tidak gampang terbakar dan
untuk ruang-ruang dimakan oleh rayap
pada kantor - Dapat dipasang dengan
pengelola)
memakai rangka kayu dan
besi hollow
5. Partisi Kaca Sebagai penyekat ruangan
(Tempered Glass) yang digunakan pada ruang
promosi dan pemasaran
kerajinan tangan.

Material Plafon
6. Gypsumboard - Proses pemasangannya
cepat dan rapi
- Tidak gampang terbakar dan
dimakan oleh rayap
- Dapat dibuat beragam
bentuk
- Perawatan dan perbaikannya
gampang.
Material Penutup Atap
7. Panel Titanium Panel titanium digunakan
sebagai penutup atap pada
bangunan dengan rangka
baja WF

Material Upper structure


8. Material beton
bertulang untuk
struktur waffle
slab

Material Penutup tanah


9. Paving Block - Memiliki banyak
ukuran,varian warna, dan
teksture.
- Mudah dalam pengerjaan
- Terdiri dari segmen-segmen
paving sehingga
memudahkan saat perbaikan
bagian-bagian yang rusak
10. Grass block - Mudah dalam pengerjaan
- Pemasangannya memiliki
jarak antara 5-10cm yang
difungsikan untuk
penanaman rumput.
11. Aspal - Material Kuat dan tahan
lama
- Aman untuk kendaraan
- Permukaan mudah dibentuk

12. Gravel - Memiliki berbagai jenis


warna dan ukuran
- Menambah estetika pada
pedestrian
- Memiliki gradasi
- Kualitas sangat baik
13. Batu lempeng - Memiliki 3 jenis warna yaitu
hitam,abu-abu dan coklat
- Kualitas sangat baik dengan
bentuk lempengan
- Ukuran bervariasi
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan


Perancangan Pusat Kerajinan Tangan Kabupaten Timor Tengah Selatan
menggunakan tipe pendekatan Metafora Konkret/Tangibel Methapors. Metafora
konkret merupakan metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta karakter
tertentu dari sebuah benda. Benda yang diambil sebagai objek perancangan utama
bangunan disesuaikan dengan fungsi bangunan yaitu tangan dan tempat
sirih/okomama.

Gambar 5.1 Konsep Bentukan Objek yang digunakan

Tangan merupakan lambang dari tangan-tangan pengrajin penghasil


kerajinan tangan sedangkan Tempat sirih/okomama merupakan salah satu hasil
kerajinan tangan yang cukup terkenal yang sering difungsikan oleh semua
masyarakat Timor Tengah Selatan.
Penerapan objek utama dalam perancangan Pusat Kerajinan Tangan yaitu
Bentukan bangunan, Fasade dan perletakan fasilitas. Perletakan fasilitas penghasil
kerajinan tangan seperti fasilitas produksi dan edukasi ditempatkan pada bagian
bangunan yang diambil dari bentukan tangan sedangkan perletakan fasilitas untuk
promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan ditempatkan pada bagian bangunan
yang diambil dari bentukan tempat sirih/okomama.
Tangan dengan posisi mengenggam tempat sirih memiliki arti yaitu
- Mengangkat dengan tujuan memperkenalkan kerajinan tangan Timor Tengah
Selatan;
- Semua hasil kerajinan dihasilkan dari tangan-tangan pengrajin; dan
- Antara pengrajin dan kerajinan tangan tidak dapat dipisahkan.
Tangan dan Okomama yang menjadi objek utama perancangan harus dapat
menimbulkan berbagai interperstasi dari para pengamat sehingga objek tersebut
kemudian di transformasikan melalui proses aditif dan substraktif. Kesan
okomama/tempat sirih dihadirkan melalui penggunaan secondary skin bermotif
pada bagian tengah bangunan.

Gambar 5.2 Konsep Bentukan Dasar Bangunan

5.2. Konsep Perancangan Tapak


Konsep parancangan tapak diperoleh dari hasil analisa tapak dengan
mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari alternatif-alternatif
dalam perancangan.

5.2.1. Konsep Pencapaian


Pencapaian kedalam tapak dibagi menjadi pencapaian utama dan
alternative. Pencapaian utama digunakan oleh kendaraan pengunjung sedangkan
pencapaian alternative digunakan oleh kendaraan servis dan bongkar muat.
Pencapaian kedalam tapak ditempuh melalui jalan lingkar luar dan jalan menuju
kearah taman wisata Bu’at. Jalur masuk kedalam tapak berada pada jalan lingkar
luar sedangkan jalur keluar terdapat pada jalan lingkungan. Jalur masuk dan
keluar kendaraan dipisahkan sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan yang
menyebabkan kemacetan. Sedangkan jalur masuk dan keluar alternative disatukan
sehingga dapat terkontrol dengan baik. Jalur masuk dan keluar berada pada jalan
lingkungan.
Site entrance

Main entrance

Gambar 5.3 Konsep Pencapaian kedalam tapak

Pencapaian dalam tapak menggunakan pencapaian langsung dan


pencapaian melingkar. Pencapaian langsung diterapkan untuk menciptakan kesan
langsung yang tegas, sedangkan pencapaian melingkar diterapkan sehingga
keseluruhan rancangan yang ada didalam tapak dapat diekspos.

5.2.2. Konsep Sirkulasi


Sirkulasi pejalan kaki berupa pedestrian yang terdapat pada bagian luar
dan dalam tapak. Pedestrian yang ada pada luar tapak terletak pada bagian depan
dan juga bagian kanan tapak. Pedestrian tersebut dirancang dengan lebar 1,8 meter
yang dapat dilalui oleh 2 orang dengan ruang gerak masing-masing orang yaitu
80cm. Material pedestrian yang digunakan yaitu paving block.

Pedestrian pada jalan kearah


taman wisata Bu’at dibuat
dengan lebar 1,8 m

Pedestrian pada jalan lingkar


luar dengan lebar 1,8 m

Gambar 5.4 Konsep Pedestrian


Sirkulasi kendaraan dalam tapak difungsikan oleh pengunjung,pengrajin
dan juga pengelola yang menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda
empat. Material untuk jalur sirkulasi kendaraan yaitu Aspal. Sirkulasi kendaraan
akan berhubungan dengan parkiran sehingga letak parkiran dipertimbangkan dari
kemudahan dan kenyamanan pengunjung,pengelola dan pengrajin untuk
memarkir kendaraan.

Gambar 5.5 Konsep Perletakan Parkiran Kendaraan

Pola parkir yang digunakan yaitu parkiran dengan sudut 90° untuk
kendaraan roda empat dan juga roda dua.

Gambar 5.6 Konsep pola parkir

Sirkulasi di dalam bangunan menggunakan pola sirkulasi linear dan pola


radial didasarkan pada kemudahan pengguna untuk mencapai fungsi-fungsi yang
diinginkan.
5.2.3. Konsep Vegetasi
Vegetasi digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan kebisingan dan intensitas panas matahari ke dalam tapak.
Vegetasi dalam elemen tapak berfungsi sebagai peneduh, pengarah, dan penutup
permukaan tanah yang memiliki nilai estetika. Penempatan setiap vegetasi
disesuaikan dengan kebutuhan dalam perancangan. Vegetasi yang digunakan
dalam perancangan berupa vegetasi peneduh,pengarah,penambah estetika dan
vegetasi peredam kebisingan.

- Vegetasi peneduh : Kiara payung


- Vegetasi pengarah dan peredam kebisingan dapat berupa pohon
palem,cemara,bamboo hias,dan bonsai
- Vegetasi penambah estetika berupa rumput jepang dan berbagai jenis bunga.

5.2.4. Konsep Orientasi Bangunan Berdasarkan Arah Edar Matahari


Orientasi dari massa bangunan berdasarkan arah edar matahari dimana sisi
terpendek bangunan yang akan mendapatkan sinar matahari pagi dan sore.
Orientasi bangunan juga akan berpengaruh pada banyaknya bukaan untuk
penghawaan dan juga pencahayaan pada siang hari. Selain mempertimbangkan
arah edar matahari, orientasi bangunan juga dipertimbangkan dari analisis View
dimana titik view terdapat pada bagian tengah tapak.

Bukaan 60% dengan dengan


penambahan sunscreen/pelindung
lainnya pada bagian barat

Bukaan 60% dengan dengan


penambahan sunscreen/pelindung
lainnya pada bagian timur

Gambar 5.7 Konsep Orientasi Bangunan


5.2.5. Konsep View
Potensi view yang ada baik dari luar maupun dalam tapak dapat di
manfaatkan untuk menjadi daya tarik dalam perancangan. View dari dalam tapak
keluar tapak dengan daerah yang diberi tanda (-merupakan daerah dengan view
yang menghadap ke arah lahan kosong sehingga pada bagian-bagian ini bukaan
yang diterapkan hanya seperlunya saja. Sedangkan pada daerah yang diberi tanda
(+) merupakan daerah dengan view yang menghadap ke arah jalan dan bangunan
perkantoran, sehingga pada bagian-bagian ini akan diaplikasikan kaca-kaca
tranparan. Sedangkan, View dari luar tapak kedalam bangunan akan dirancang
sehingga dapat menjadi titik vocal point dan menjadi daya tarik bagi pengunjung.

Bagian ini akan dibuat jalur


pejalan kaki dan perletakan
papan nama bangunan
sehingga adanya keterikatan
antara Akses dan Bangunan
dan juga dapat menarik para
pengunjung.

Bagian depan bangunan di


orientasikan langsung kearah
perempatan jalan sehingga dapat
dilihat oleh semua orang

Gambar 5.8 Konsep View

5.2.6. Konsep Kebisingan


Kebisingan yang ada dapat dikurangi dengan penempatan vegetasi
peredam kebisingan di titik sumber kebisingan dan juga penempatan bangunan
jauh dari sumber kebisingan.
Perletakan bangunan jauh dari
sumber kebisingan

Vegetasi peneduh sekaligus


sebagai peredam kebisingan yang
ditempatkan dibagian depan dan
samping tapak

Gambar 5.9 Konsep Kebisingan

5.2.7. Konsep Penzoningan


Pembagian zona pada tapak berdasarkan berbagai pertimbangan-
pertimbangan yang ada pada bab IV. Sehingga diperoleh konsep penzoningan
sebagai berikut:

Zona Fasilitas Penunjang

Zona Fasilitas Utama Zona Fasilitas Umum

Gambar 5.10 Konsep Penzoningan


5.3. Konsep Utilitas
5.3.1. Jaringan Air
1. Jaringan Air Bersih
Sistem yang digunakan untuk mendistriusikan air bersih adalah sistem
downfeed, dikarenakan sistem ini memiliki keunggulan lebih ekonomis
karena memanfaatkan gaya grafitasi bumi sehingga penggunaan energy
listrik dapat dikurangi.

Gambar 5.11 Bagan Konsep Jaringan air bersih

2. Jaringan Air Kotor


a. Limbah Padat
Konsep distribusi limbah padat sebagai berikut :

Gambar 5.12 Bagan Konsep Jaringan Limbah Padat

b. Limbah Cair
Konsep distribusi limbah cair sebagai berikut :

Gambar 5.13 Bagan Konsep Jaringan Limbah Cair


5.3.2. Jaringan Listrik
Jaringan listrik yang digunakan bersumber dari PLN.

Gambar 5.14 Pendistribusian listrik dari PLN


Sumber : Andi Renaldi,2013

5.3.3. Sistem Penghawaan


Ada dua jenis sistem penghawaan yang digunakan, yaitu :
1. Sistem penghawaan alami yaitu dengan cara memasukan aliran udara
kedalam bangunan dengan bukaan. Sistem ini digunakan pada setiap
ruangan yang membutuhkan dengan mengoptimalkan kondisi iklim yang
ada di Timor Tengah Selatan.
2. Sistem penghawaan buatan yaitu dengan menggunakan AC. AC
ditempatkan pada ruangan-ruangan besar sehingga kenyamanan pengguna
ruang tetap terjaga.

5.3.4. Sistem Pencahayaan


Ada dua jenis sistem pencahayaan yang digunakan, yaitu:
1. Sistem pencahayaan alami. Sistem ini diterapkan pada semua ruangan
yang ada dengan penggunaan skylight dan juga penggunaan kaca
transparan. -
2. Sistem pencahayaan buatan. Sistem ini digunakan pada ruang dalam dan
juga ruang luar sehingga setiap aktivitas yang dilakukan dapat berjalan
dengan baik. Sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem
pencahayaan terarah, merata dan sistem pencahayaan setempat.

Gambar 5.15 Konsep sistem pencahayaan buatan


Sumber :Arsitag,2015
5.3.5. Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan dalam perancangan adalah sistem
penangkal petir Franklin rod. Penggunaan penangkal petir ini berdasarkan
kelebihan yang ada pada bab IV.

5.3.6. Sistem Transportasi dalam Bangunan


Sistem transportasi yang digunakan dalam perancangan ini adalah sistem
transportasi manual berupa tangga dan Lift barang untuk mempermudah
pengangkutan barang.

Gambar 5.16 Konsep tangga


Sumber : Wahyu Rizky,2016

Gambar 5.17 Konsep Lift barang


Sumber : PT.Triniti Bangunindo Perkasa

5.3.7. Sistem Persampahan

Gambar 5.18 Konsep pengelolahan sampah


5.4. Konsep Struktur
5.4.1. Sub Stucture
Pondasi yang digunakan pada struktur utama bangunan yaitu pondasi foot
plat dan pondasi tiang pancang. Sedangkan untuk pondasi batu kali digunakan
pada pos jaga dan juga beberapa ruangan misalnya kamar mandi/WC.

Gambar 5.19 Konsep Sub structure

5.4.2. Supper Structure


Struktur ini berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas atau
upper structure ke pondasi dan kemudian disalurkan ke tanah. Struktur ini terdiri
dari kolom, balok, plat dan juga dinding yang berfungsi sebagai struktur. Stuktur
pada perancangan bangunan ini yaitu struktur bentang lebar yang lebih dari 30
meter. Struktur ini terdiri dari kolom yang menopang lantai bangunan (waffle
slab) dengan jarak maksimal antar kolom yaitu 15 meter.

5.4.3. Upper Stucture


Jenis struktur yang digunakan yaitu Waffle slab, sehingga dapat menaungi
bentukan bangunan dari tempat sirih. sedangkan untuk bentukan bangunan pada
bagian samping menggunakan struktur rangka baja WF dengan penutup atap
berupa Panel Titanium.

5.5. Konsep Material


5.5.1. Material Bangunan
Material eksterior bangunan terdiri dari ACP (Alumunium Composite
Panel), Kaca (Tempered Glass) dan beton. Sedangkan untuk interior bangunan
material yang akan digunakan dipertimbangkan dari aspek estetika, kemudahan
dalam pemakaian dan perawatan.
5.5.2. Material Tapak
Material yang digunakan dikombinasikan sehingga tidak terkesan monoton
dan dapat menimbulkan kesan tersendiri.

Gambar 5.20 Konsep Material Tapak


Sumber : Skecthup 2016
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1 Deskripsi Perancangan

Perancangan Pusat Kerajinan Tangan Timor Tengah selatan merupakan


sebuah rancangan yang dapat mewadahi berbagai aktivitas kerajinan tangan
masyarakat mulai produksi,edukasi,promosi dan pemasaran. Perancangan Pusat
Kerajinan Timor Tengah Selatan mengambil pendekatan Metafora. Metafora
arsitektur merupakan gaya arsitektur yang mengambil bentuk dari kiasan atau
perumpamaan dari sesuatu. Tipe Metafora yang digunakan dalam perancangan
yaitu metafora Konkrit (Tangible methaphors). Metafora Konkret merupakan
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta karakter tertentu dari sebuah
objek.
Tangan dan Tempat sirih merupakan objek utama yang diandaikan untuk
menjadi objek desain utama bangunan pusat kerajinan tangan. Pemilihan objek ini
disesuaikan dengan fungsi bangunan. Tangan mewakili fungsi bangunan yaitu
pusat kerajinan tangan yang artinya semua hasil kerajinan tangan di buat oleh
kreatifitas tangan pengrajin. Sedangkan Okomama/Tempat sirih merupakan salah
satu hasil kerajinan tangan yang cukup terkenal yang sering difungsikan oleh
semua masyarakat Timor Tengah Selatan.

6.2 Hasil Desain Tapak


6.2.1 Site Plan

KETERANGAN :
- Main Entrance (Jalur Masuk)
- Main Entrance (Jalur Keluar)
- Pos Jaga
- Parkiran Motor
- Parkiran Mobil
- Papan Nama
- Akses pejalan Kaki
- Drop off
- Bangunan
- Kebun Kapas 11 - Site Entrance 12 - Bak Sampah
13 - Parkir bongkar muat barang 14 - Area Pameran
15 - Kolam Perendaman Bambu 16 - Taman

Gambar 6.1 Site Plan


6.2.2 Pencapaian
Pencapaian utama kedalam site perancangan berada pada Jalan Lingkar
Luar, sedangkan pencapaian alternatif berada pada Lingkungan.

Site Entrance
(Jalur Masuk dan Keluar)

Main Entrance
(Jalur Masuk)

Main Entrance
(Jalur Keluar)

Gambar 6.2 Main Entrance dan Site Entrance

6.2.3 Sirkulasi
a. Sirkulasi Kendaraan
Penataan sirkulasi Kendaraan hanya dibatasi pada area parkiran saja.

Sirkulasi untuk kendaraan Servis

Sirkulasi untuk kendaraan pengunjung dan pengelola

Gambar 6.3 Sirkulasi Kendaraan dalam site


b. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki dalam site berupa pedestrian sebagai penghubung
antara fasilitas-fasilitas dalam site dan tersedia akses pejalan kaki disekitar site
berupa Trotoar.

Sirkulasi pejalan kaki disekitar site

Sirkulasi pejalan kaki didalam site

Sirkulasi pejalan kaki kedalam site

Gambar 6.4 Sirkulasi Pejalan kaki ke dalam site

6.2.4 Penataan Parkiran

Parkiran utama terdapat pada main entrance yang diperuntukan bagi


kendaraan roda empat dan juga roda dua.

Parkiran mobil dengan sudut 90o

Parkiran motor dengan sudut 90o

Gambar 6.5 Penataan Parkiran


6.3 Hasil Desain Bangunan
Massa bangunan utama menerapkan konsep Metafora Konkrit dengan
objek yang diandaikan adalah tangan dan tempat sirih.

Gubahan massa
bangunan yang
1. diandaikan dari tangan
dan tempat sirih

Tangan dan okomama


yang telah

2. ditransformasikan
melalui proses aditif dan
substraktif

posisi tempat sirih


diangkat lebih kebagian
atas dengan
3. ditambahkan
pengaplikasian
secondary skin

Tangan dan Tempat sirih merupakan objek utama yang diandaikan untuk
menjadi objek desain utama bangunan pusat kerajinan tangan. Pemilihan objek ini
disesuaikan dengan fungsi bangunan. Tangan mewakili fungsi bangunan yaitu
pusat kerajinan tangan yang artinya semua hasil kerajinan tangan di buat oleh
kreatifitas tangan pengrajin. Sedangkan Okomama/Tempat sirih merupakan salah
satu hasil kerajinan tangan yang cukup terkenal yang sering difungsikan oleh
semua masyarakat Timor Tengah Selatan.
Gambar 6.6 Hasil Desain Bangunan

Gambar 6.7 Hasil Desain Bangunan

Gambar 6.8 Hasil Desain Bangunan


Gambar 6.9 Hasil Desain Bangunan

Gambar 6.10 Area Pameran

Gambar 6.11 Hasil Desain Bangunan


Gambar 6.12 Kolam perendaman Bambu

Gambar 6.13 Kebun Kapas

Gambar 6.14 Taman


Gambar 6.15 Taman

Gambar 6.16 Bagian depan Area Drop Off

Gambar 6.17 Papan nama bangunan


Gambar 6.18 Interior
DAFTAR PUSTAKA

Adler, David. 1998. Metric Handbook, Planning & Design Data. Oxford:
Architectural Press.
Akbar, Soli. 2009. Studi tentang penangkal petir pada base transcelver station.
Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
A.K Singh dan S.Fatima, Role of handicraft sector in the economic development of
Uttar Pradesh, International journal of research, 3(1):58-64,2015
Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi 2010. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bapeda, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2014
Barry, R. 1996. The Construction of Building Volume 4. Boston: Blackwell
Science. Bastomi, Suwaji. 1988. ApresiasiKesenianTradisional. Semarang: IKIP
Semarang.

Beamish, J dan Ferguson, J. 1985. A History of Singapore Architecture (The


Making of a City). Singapore: Graham Brash.
Broadbent, Geoffrey. 1980. Design in Architecture. New York: The Gresham
Press. Ching, D. K. Francis. 1979. Form, Space and Order. New York: Van
Nostrand
Reinhold Company.
Dadan, Asep. 2010. Optimalisasi penangkal petir eksternal menggunakan jenis
early. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Fitria, Af’idatul. 2016. Perancangan Sekolah Tinggi Tata Boga Spesialis
Vegetarian di Kota Malang Dengan Tema Ecologi Architecture (Skripsi).
Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Frick, Heinz. 1998. Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Dasar-dasar Konstruksi
dalam Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius.

Garniwa, Iwa. 2009. Dasar perencanaan instalasi penangkal petir. Depok:


Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Geoffrey, H. 1989, Design Strategies in Architecture. New York: Van Nostrand
Reinhold Company.
Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Cetakan Ketiga, Jakarta:
PT. Grasindo.
Jencks, Charles. 1960. The Language of Post-Modern Architecture. London:
Academy Editions.
Kotler, Philip. 2010. Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Bahasa Indonesia Jilid 1 dan
2. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia jilid satu.
Jakarta: Prentice Hall.
Kusnadi. 1983. Peranan Seni Kerajinan (Tradisional dan Baru) dalam
Pembangunan. Yogyakarta: Kanisius.
Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek jilid 1. Jakarta: Erlangga.
. 2002. Data Arsitek jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Poerbo, Hartono. 2002. Utilitas Bangunan. Jakarta: Djambatan.
Poerwadarminta. W.J.S, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 10 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan Tahun 2012-2032.
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kabupaten Timor
Tengah Selatan Tahun 2014-2019.
R. Wahdah dan H. S. Amalia, pengembangan daya saing produk sentra kerajinan
purun di kabupaten hulu sungai utara Kalimantan selatan, Jurnal spread,
6(2):89-99,2016
S.Andayani, I.Murti, dan Sajiyo, peningkatan kualitas dan kuantitas produk
perajin handicraft perca dan bordir kesra kelurahan kedurus, Jurnal
pengabdian LPPM Untag Surabaya, 1(2):153-162,2015
Schodek, Daniel. 1991. Struktur. Bandung: PT Eresco.
Snyder, James C dan Catanese, Anthony J. 1989. Pengantar Arsitektur. Jakarta:
Erlangga.
Soeprapto, S. 1985. Teknologi Tekstil. Jakarta: PT. Pradnya Pranita.
Soeroto, Noto. 1993. Wayang Lideran; Biografi Politik Budaya Noto Soeroto.
Jakarta: Komunitas Bambu.
Stanton, William J. 2012. Prinsip pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Tangoro, Dwi. 2006. Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Taruna Oki, dkk. Fisika Bangunan I. Penerbit Gunadarma.
T.P Rahayu, S.Yuliani, T.J Daryanto, Pendekatan arsitektur ekologis pada pusat
pengelolaan sampah, Arsitektura, 15(2):483-490,2017
Wade, John W. 1997. Architectural, Problems and Purposes. New York: John
Willey & Sons.
Wiyadi. 1991. Manajemen Pemasaran I. Surakarta: Fakultas Ekonomi UMS.
Zuhri, Syaifuddin. 2011. Sistem Struktur pada Bangunan Bertingkat Tinggi.
Klaten: Yayasan Humaniora.
WEBSITE :
Adikrisnha. Andhika. Mau Oleh-oleh dari Bogor,Mampir ke Bogor souvenier di
jalan Otista saja. Tribun News Bogor, 6 Mei 2016
(https://bogor.tribunnews.com/2016/05/06/mau-oleh-oleh-dari-bogor-
mampir-ke-bogor-souvenir-di-jalan-otista-saja, diakses 30 maret 2018)
Aldi. Rinaldi. Sistem distribusi Tenaga Listrik. , 14 November 2013
(http://distribusitenaga.blogspot.com/2013/11/, diakses 5 November 2019)
Bahagian. Teknikal. Kerja-Kerja Pembinaan Tapak Untuk Sistem Rawatan Batik
Bersepadu di Perkampungan Kraf Kuala Lumpur. . 26 November 2013
(http://teknikalkraf.blogspot.com/2013/11/kerja-kerja-pembinaan-tapak-
untuk.html, diakses 29 maret 2018)
Banerjee. Samayita. Lotus Temple and the number nine. The Indian Express, 28
Juni 2019
(https://indianexpress.com/article/parenting/events-things-to-do/know-your-
monument-lotus-temple-number-nine-5803987/, diakses 5 November 2019)
Club. Bali tour. Objek Wisata Tegalalang.
(https://www.balitoursclub.net/tegalalang/, diakses 16 maret 2020)
Dennis. Interior View of Singapore Handicraft Center. Guidegecko,2011
(http://www.guidegecko.com/chinatown-financial-district/interior-view-of-
singapore-handicraft-centre/pp,2910, diakses 28 maret 2018).
Finn. Stephen. Malaysia Craft Center Komplek Kraf Kuala Lumpur Malaysia.
Alamy, April 2008
(https://www.alamy.com/stock-photo-malaysian-craft-center-komplek-
kraf- kuala-lumpur-malaysia-april-2008-20903838.html, diakses 30 maret
2018)
Kota. Dion. Ini alasan pengalihan jalur Bus antar kabupaten ke lingkar luar TTS.
Pos Kupang, 4 Oktober 2018
(https://kupang.tribunnews.com/2018/10/04/ini-alasan-pengalihan-jalur-
bus- antar-kabupaten-ke-lingkar-luar-tts, diakses 24 maret 2020)
L. Novemy. Gubernur NTT makan putak bersama ribuan masyarakat di Soe,Pos
Kupang, 10 april 2017
(http://kupang.tribunnews.com.2017/10/10/gubernur-ntt-frans-leburaya
makan-putak-bersama-ribuan-masyarakat-di-soe, diakses 28 maret 2018).
L. Novemy. Pria tua ini sulap tempurung kelapa menjadi kerajinan yang
indah.Tribun Kupang,10 oktober 2017
(http://kupang.tribunnews.com/2017/10/11/pria-tua-ini-sulap-tempurung
kelapa-jadi-hasil-kerajinan-yang-indah, diakses 28 maret 2018).
Ngantung. Daniel. Berburu Kain Murah di Baan Khao Tao Pusat Kerajinan Tangan
Thailand.Detikcom, 6 Agustus 2016
(https://wolipop.detik.com/travel/d-3269797/berburu-kain-murah-di-baan-
khao-tao-pusat-kerajinan-tangan-thailand, diakses 28 maret 2018)
Riadi. Pepi. Daftar Kerajinan dan Pengrajin di Kota Bogor. Indonesia craft, 31
Januari 2014
(http://indonesiacraftproduct.blogspot.com/2014/01/daftar-kerajinan-dan-
pengrajin-di-kota.html, diakses 28 maret 2018)
Suzannita. Wisata Belanja di Tegallalang. , 9 November 2010
(https://suzannita.com/wisata-belanja-di-tegalalang/, diakeses 30 maret 2018)
Tanjung. Chaidir Anwar. Perpustaakan Riau yang termegah di Indonesia Nunggak
Listrik. Detik News. 4 Januari 2019
(https://news.detik.com/berita/d-4370755/perpustakaan-riau-yang-termegah-
di-indonesia-nunggak-listrik, diakses 29 Maret 2018)
Vajpai. Bolli. Lotus tample (Bahai temple). , 31 Oktober 2015
(https://hindusthanfamoustemples.blogspot.com/2015/10/lotus-temple-bahai-
temple.html, diakses 5 November 2019)
Virtual. Asisten. Rekal alqur’an berkualitas tinggi handmade buatan tangan dengan
harga murah. Rekaldemak, 8 April 2014
(https://rekaldemak.wordpress.com/2014/04/08/rekal-alquran-berkualitas
tinggi-handmade-buatan-tangan-ukiran-murah/, diakses 30 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai