PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang sebagian besar dapat
digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan oleh masyarakat
secara turun temurum untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah kesehatan. Obat
tradisional tersebut perlu diteliti dan dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara
pengobatan bahkan limbah tanaman buah juga berpotensi sebagai bahan pengobatan
alternatif. Saat ini masih banyaknya limbah tanaman buah yang tidak termanfaatkan secara
maksimal. Salah satu contoh limbah tanaman buah yang sering kita temukan namun tidak
berduri di bagian kulit luar dan di atas buah terdapat daun-daun pendek yang tersusun. Saat
ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia salah satunya Indonesia (Sunarjono, 2008). Di
Indonesia, nanas sangat populer dan sering dijumpai di pasar-pasar. Buah ini mengandung
nutrisi yang baik untuk kesehatan manusia seperti mineral, glukosa, fruktosa, vitamin C,
Nanas merupakan makanan penting yang dapat dimakan langsung atau dimakan
dalam bentuk olahan. Adapun olahan nanas yang sudah sering dijumpai di masyarakat yaitu
dodol nanas (Abadi dan Handayani, 2007). Berbagai produk yang dihasilkan dari olahan buah
nanas, tentunya akan menyisakan limbah yaitu berupa kulit nanas. Seringkali kita jumpai di
pasar-pasar limbah kulit nanas ini kurang dimanfaatkan bahkan dibuang begitu saja di tempat
sampah. Semakin lama kulit nanas dibiarkan menumpuk tentunya akan mencemari
lingkungan terutama baunya yang tidak enak. Sangat disayangkan bila kulit nanas hanya
menjadi pencemar lingkungan, padahal kulit nanas mengandung flavonoid, alkaloid, steroid,
dan tanin (Kalaiselvi et al, 2002). Akan lebih baik bila limbah kulit nanas ini dapat
dimanfaatkan dengan baik melihat kandungan senyawa aktif dalam kulit nanas.
Salah satu kandungan kulit nanas adalah senyawa tanin. Tanin merupakan zat organic
yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-
macam tumbuhan. Umumnya tanin tersebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan seperti
pada bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah (Sajaratud, 2013). Istilah tanin pertama sekali
diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguin. Tanin merupakan senyawa akitf meabolit
sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat diantaranya yaitu sebagai astringent¸
antidiare¸ antibakteri dan antioksidan (Desmiaty et al¸. 2008). Tanin berbentuk serpihan
mengkilat berwarna kekuningan sampai coklat muda atau serbuk amorf¸ tidak berbau¸ atau
sedikit berbau khas (Depkes RI¸ 1995). Tanin biasanya disebut juga asam tanat atau
galotanat. Tanin memiliki sifat kelarutan sangat mudah larut dalam air¸ larut alcohol¸ larut
aseton¸ larut 1;1 dalam gliserol hangat¸ praktis tidak larut dalam petrolatum¸ kloroform dan
menghambat enzim seperti reserse transkripase dan DNA topoisomerase. Kegunaan lain
tanin dalam bidang industry adalah untuk penyamak kulit (Sharma et al¸. 2014).
Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi empat golongan yaitu tanin terhidrolisis¸
tanin terkondensasi¸ tanin kompleks¸ dan tanin pseudotanin. Tanin memiliki peranan biologis
yang kompleks mulai dari pengendapan protein hingga pengkilat logam. Tanin juga berfungsi
(Ananas comosus L.) secara kualitatif dan penetapan jenis kadar tanin total secara kuantitatif
senyawa- senyawa golongan fenolik yang nantinya diharapankan akan menunjukkan jenis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah apakah kulit
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya jenis tanin dan kadar tanin
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
kefarmasian.
adanya jenis tanin dan kadar tanin pada kulit buah nanas.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi tentang kandungan kulit buah nanas yang biasanya terbuang
3. Bagi Institusi
Menambah pustaka ilmiah di Institusi Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
khususnya Fakultas Farmasi tentang kandungan adanya jenis tanin dan kadar tanin
E. Batasan Masalah
1. Praktikum ini dilakukan dengan mengambil sampel buah nanas di kebun nanas yang