Anda di halaman 1dari 152

DESAIN KAWASAN WISATA PANTAI UILHEANANA

DI KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG


DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR EKOLOGI

TUGAS AKHIR

Oleh :
RIZKA PUTRI KUSUMO
NIM : 1606090080

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi alam yang menarik untuk
industri parawisata. Potensi parawisata yang ada di Indonesia memiliki daya tarik
tersendiri sehingga menarik banyak pengunjung lokal maupun non lokal. (Isa Wahyudi,
2015). Pengunjung yang datang dan menikmati wisata di Indonesia karena keindahan
wisata alam yang cocok untuk dinikmati. Indonesia memiliki beberapa kawasan wisata
diantaranya Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok) dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
(Tempo, 2014)
Di Provinsi NTT, terdapat beberapa tempat wisata yang dikembangan oleh
pemerintah. (Harian Nasional, 2015). Namun, di provinsi NTT juga, masih membutuhkan
pengelolaan untuk parawisata, karena masih ada tempat wisata yang belum dikelola
secara baik. Contohnya di pulau Timor seperti di pulau Semau.
Pulau Semau merupakan sebuah pulau kecil yang berada di sebelah barat dari Pulau
Timor. Secara administratif pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Semau, Kabupaten
Kupang. Pengunjung yang ingin berkunjung ke pulau ini dapat menggunakan perahu
ataupun kapal Ferri. Pulau Semau menjadi pilihan perancangan karena objek alam yang
sangat indah dan diminati banyak pengunjung lokal maupun non lokal. Selain itu,
wilayahnya yang dekat dengan Kota Kupang. Salah satu pantai yang sering dikunjungi
pengunjung yaitu Pantai Uilheanana. Pantai ini terletak di Desa Uinian, Kecamatan
Semau, Kabupaten Kupang.
Pantai Uilheanana terletak pada garis pantai yang sama dengan beberapa pantai
lainnya. Pada umumnya pantai ini sama dengan pantai lainnya namun, yang membedakan
pantai Uilheanana dengan pantai lainnya yaitu memiliki batuan karang yang berkelok-
kelok di sepanjang kawasan pantai dan terdapat pohon kelapa yang berjejer sehingga
menjadi ciri khas pantai tersebut. Dilihat dari kondisi sekitar kawasan pantai Uilheanana
yang memiliki lingkungan yang masih asri, namun belum adanya fasilitas yang memadai
sehingga kurang mendukung aktivitas pengunjung, maka sangat perlu
mempertimbangkan aspek lingkungan dengan tetap mengoptimalkan kebutuhan dari
pengunjung. Menurut team Alfa Omega yang berkunjung ke Pantai Uilheanana, tempat
penginapan dan tempat berjualan sangat perlu untuk dirancang karena, ketika pengunjung

1
yang datang mereka hanya menginap di rumah warga dan harus membawah perlengkapan
sendiri. Selain itu aspek perilaku, juga perlu menjadi pertimbangan utama dalam
perancangan ini, karena melihat dari kondisi pantai Uilheanana yang masih alami
sehingga perlu melihat secara garis besar perilaku pengunjung yang pergi ke tempat
tersebut. Untuk mewujudkannya, maka perancangan kawasan pantai ini dilakukan dengan
pendekatan Arsitektur Ekologi.
Arsitektur Ekologi merupakan pembangunan dengan memperhatikan keseimbangan
lingkungan alam. Wujud dari penerapan arsitektur ekologi ini adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan. (Ekologi Arsitektur, 2018). Perwujudan tersebut tidak hanya
dari material, bentuk massa bangunan, ataupun nilai kearifan lokal yang ada, namun juga
kepedulian terhadap pembangunan tersebut, bagaimana mengartikan fungsi, mengelola
dan merawatnya. Dengan demikian, pendekatan arsitektur ekologi dipandang sesuai dan
selaras dengan perancangan pada kawasan pantai tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana merencanakan sebuah kawasan wisata dengan mengakomodasi


kegiatan wisata, juga meningkatkan kunjungan wisata ke Pantai Uilheanana di
Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang ?

1.2.2 Bagaimana penerapan arsitektur ekologi dalam perancangan kawasan wisata


Pantai Uilheanana di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang ?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan

1. Merancang kawasan wisata yang dapat mengakomodasi kegiatan wisata dan


dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Pantai Uilheanana di Kecamatan
Semau, Kabupaten Kupang.

2. Memperoleh pemahaman mengenai “Arsitektur Ekologi” sehingga dapat


diterapkan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Uilheanana di
Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang.

2
1.3.2 Sasaran

1. Menyediakan fasilitas/ sarana prasarana (tempat penginapan, berbelanja dan


sebaginya) yang ada pada Pantai Uilheanana di Kecamatan Semau,
Kabupaten Kupang sehingga mengakomodasi kegiatan wisata dan
meningkatkan kunjungan wisata.

2. Menyediakan kawasan wisata dengan pendekatan arsitektur ekologi (material


yang mudah diperoleh dan disesuaikan dengan ekonomi) agar mampu
mengoptimalkan segala kondisi dan potensi pada Pantai Uilheanana.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat yang diperoleh dari perancangan yaitu menghasilkan sebuah desain yang
mendukung kegiatan dan kebutuhan di Pantai Uilheanana, Kecamatan Semau,
Kabupaten Kupang. Selain itu juga manfaat bagi pemerintah yaitu dapat
mendukung pendapatan ekonomi khususnya di Pulau Semau.
1.5 Batasan Studi
1.5.1 Lokasi perancangan hanya pada wilayah Pantai Uilheanana di Kecamatan Semau,
Kabupaten Kupang.

1.5.2 Prasarana yang dirancangan yaitu yang mengakomodasi kawasan wisata pada
Pantai Uilheanana di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang (Aksesibilitas,
Litrik, Persampahan, dan lain-lain).

1.5.3 Fasilitas yang dirancang mendukung perencanaan kawasan wisata seperti tempat
berteduh, tempat makan, tempat berbelanja dan lain-lain.

1.5.4 Teori yang diterapkan menurut Pendekatan Arsitektur Ekologi khususnya pada
kawasan pantai.

1.6 Keluaran

Adapun hasil dari tulisan ini adalah konsep perancangan kawasan wisata pantai
Uilheanana di Kecamatan Semau Kabupaten Kupang dengan pendekatan arsitektur
ekologi.

3
1.7 Metode Perancangan

1.7.1 Jenis dan Sumber Data

1. Desain Kawasan Wisata Pantai Uilheanana Di Kecamatan Semau, Kabupaten


Kupang menggunakan data primer. Data primer merupakan sebuah jenis data
yang bersumber dari :

a. Survei Lapangan

Survei lapangan yang dilakukan yaitu mengambil data mengenai karakteristisk


eksisting berupa lahan perancangan. Proses survei dilakukan dengan rekaman
berupa dokumentasi. Data yang diperoleh yaitu potensi tapak, batas lahan,
ukuran tapak, kondisi topografi, kondisi iklim, curah hujan, angin, suhu,
material yang cocok digunakan dalam perancangan sesuai dengan kondisi,
aksesibilitas terkait dan kondisi umum masyarakat sekitar.

b. Dokumentasi

Pada tahap dokumentasi berupa foto atau gambar dan juga rekaman. Pada
metode perancangan mengenai desain kawasan wisata Pantai Uilheanana yang
dibutuhkan yaitu foto tapak (kondisi tanah, vegetasi, dan bentuk kontur),
batas-batas tapak dan catatan iklim pada lokasi desain.

2. Desain Kawasan Wisata Pantai Uilheanana Di Kecamatan Semau, Kabupaten


Kupang menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sebuah jenis data
yang bersumber dari :

a. Studi Literatur

Studi literatur yaitu informasi yang didapat secara tidak langsung baik
bersumber dari teori, pendapat para ahli, peraturan dan ketentuan pemerintah.
Studi literatur berupa aspek arsitektural (data-data kebutuhan ruang, sirkulasi,
utilitas, struktur, dll), aspek non arsitektural (definisi objek rancangan, kriteria
objek rancangan, dll) dan berhubungan dengan tema atau pendekatan
(penerapan tema/pendekatan terhadap objek rancangan).

4
b. Studi Banding

Studi banding merupakan sebuah studi yang digunakan sebagai tolak ukur
mengenai objek dan tema/pendekatan dalam perancangan sehingga dapat
dipahami dan diterapkan dalam desain.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan suatu cara sehingga didapatkan hasil penggunaannya
melalui beberapa cara antara lain :

1. Wawancara

Merupakan proses tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal dan pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh sebelumnya, dalam hal ini
pemerintah Kepala Camat atau Kepala Desa dan masyarakat setempat sebagai
narasumber sehingga penulis dapat memperdalam tentang objek perancangan.

2. Observasi atau Pengamatan

Observasi merupakan peninjauan atau pengamatan terhadap suatu objek.


Observasi di lakukan dengan cara melakukan survei berupa pengamatan dan
pengambilan foto kondisi eksisting, potensi dan masalah yang ada pada lokasi
sehingga diperoleh data eksisting lokasi.

3. Dokumentasi

Proses dokumentasi di lakukan sebagai bukti real atas setiap teknik yang
dilakukan.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Analisis merupakan salah satu tahap dalam desain yang dilakukan untuk mengolah
data-data yang telah didapat dengan ide dasar perancangan. Analisis yang digunakan
dalam perancangan yaitu :

5
1. Teknik Analisa Fisik, yaitu :

a) Analisis Topografi

Analisis topografi diperlukan karena kondisi tapak memiliki kontur yang


cukup ekstrim. Selain itu, kondisi tanah juga mempengaruhi jenis dan bentuk
dari struktur yang digunakan.

b) Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi terkait dengan pengolahan vegetasi, bentuk dan kestabilan


tanah. Vegetasi sangat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan tapak
terhadap pengguna.

c) Analisis Iklim

Dilihat dari tapak yang berada pada kawasan pantai, cuaca dan iklim sangat
mempengaruhi kondisi perancangan. Material bangunan yang digunakan
dalam perancangan juga disesuaikan dengan kondisi tapak pada lokasi
perancangan.

2. Analisis Non Fisik

Analisis non fisik berupa analisis pelaku kegiatan dan jenis kegiatan. Analisis
pelaku dan jenis kegiatan merupakan analisis yang dihasilkan sesuai dengan
fungsi primer, fungsi sekunder, dan fungsi penunjang.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap tulisan ini maka penulis menyusun sistematika
penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat,
batasan masalah, keluaran yang dihasilkan, metode perancangan, sistematika
penulisan dan kerangka berpikir.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi data umum yang digunakan untuk menganalisa dan
mengidentifikasi rancangan yang direncanakan, seperti pengertian judul,
6
tinjauan tentang kawasan wisata pantai, tinjauan terhadap pendekatan Arsitektur
Ekologi serta tinjauan hasil studi banding terhadap objek kajian sejenis.

BAB III. GAMBARAN UMUM OBJEK PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan tentang objek perancangan secara umum.

BAB IV. ANALISIS PERANCANGAN

Bab ini meliputi berbagai macam analisa perencanaan dan perancangan tapak
yang meliputi analisis tapak, analisis fungsi, analisis aktivitas, analisis
pengguna, analisis ruang, analisis obyek, analisis struktur, dan analisis utilitas.

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Bab ini meliputi tema, konsep dasar, konsep site, konsep pengolahan tapak,
konsep bangunan, konsep struktur bangunan, dan juga konsep utilitas.

BAB VI. HASIL PERANCANGAN

Bab ini meliputi hasil desain berdasarkan kajian analisa dan konsep yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya.

7
1.9 Kerangka Perencanaan

“Desain Kawasan Wisata Pantai Uilheanana Di Kecamatan Semau Kabupaten Kupang”

1. Kawasan wisata Pantai Uilheanana merupakan sebuah objek


wisata yang memiliki potensi, namun belum maksimal.
2. Fasilitas di pantai Uilheanana belum memadai dan mendukung
aktivitas pengunjung.

Kawasan Wisata Pantai Uilheanana, Arsitektur


Kecamatan Semau, Ekologi
Kabupaten Kupang

Fasilitas Penunjang
Material
Kawasan Wisata Memiliki pasir
yang halus, alam Kondisi
yang asri, karang Lokasi
yang berkelok,
Potensi
memiliki pohon Studi
kelapa yang Literatur
menciri khas pantai
tersebut, dan
menghasilkan hasil
laut (ikan, cumi,
teripang).

Metode
Studi Kasus Perancangan

Analisis

Konsep Dasar
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Sumber : Analisis, 2020

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur

Judul yang diangkat dalam penulisan ini adalah : “Desain Kawasan Wisata
Pantai Uilheanana di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Dengan Pendekatan
Arsitektur Ekologi”. Untuk dapat memahami judul secara keseluruhan maka berikut
ini dijelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul.
Desain merupakan suatu proses kreatif dalam memecahkan suatu
permasalahan dalam hal yang menyangkut perancangan suatu objek yang bersifat
fungsional dan estetis. Yang pada prinsipnya melihat aspek teknis, fungsi, material,
tanpa melepaskan unsur warna, garis, tekstur, keseimbangan komposisi dan bentuk.
(Beta, 2008). Desain menurut International Council Societies Of Industrial Design
adalah suatu kegiatan kreatif yang bertujuan untuk membangun kualitas objek, proses,
layanan dan sistem di seluruh siklus hidup, desain memberikan pemikiran panjang
tentang strategi-strategi. Menurut Archer (1965), desain adalah suatu kreasi seniman
untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara tertentu pula. Desain juga
merupakan pemecahan masalah dengan suatu target yang jelas. (Sinta, 2016).
Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan
budidaya. (UU NO. 26 Tahun 2007). Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang
dilakukan manusia baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi destinasi
tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan daerah wisata, pengembangan
diri dan sebagainya dalam kurun waktu yang singkat atau sementara waktu. (UU RI
NO. 10 Tahun 2009). Berdasarkan UU No.9 Tahun 1990, kawasan wisata merupakan
suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang sengaja dibangun dan disediakan
untuk kegiatan parawisata atau jasa wisata. Pantai menurut Yuwono (2005), pantai
merupakan suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih
dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas kelautan. (Ramadhani,
2013). Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan
manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan
arsitektur ekologi.

9
Jadi pengertian dari “Desain Kawasan Wisata Pantai Uilheanana di
Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi” yaitu
sebagai sebuah kawasan yang dapat menunjang kegiatan parawisata daerah yang
dipengaruhi oleh aktivitas pengunjung dengan memperhatikan hubungan antara
manusia dan lingkungan alam.
2.1.1 Kawasan Wisata Pantai
Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan
budidaya. (UU NO. 26 Tahun 2007). Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang
dilakukan manusia baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi destinasi
tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan daerah wisata, pengembangan
diri dan sebagainya dalam kurun waktu yang singkat atau sementara waktu. (UU RI
NO. 10 Tahun 2009). Menurut Lisa Herdiana, kawasan wisata merupakan suatu
kawasan yang mempunyai luas tertentu yang sengaja dibangun dan disediakan untuk
kegiatan parawisata atau jasa wisata. Pantai menurut Yuwono (2005), merupakan
suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih dipengaruhi
baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas kelautan. Wisata pantai yang
dimaksudkan yaitu wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam pantai
beserta komponen pendukungnya. Mengakomodasi kawasan wisata pantai perlu
memperhatikan beberapa hal seperti :
1. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan motivasi utama bagi wisatawan untuk


melakukan kunjungan wisata. Daya tarik yang dimaksudkan dalam
perancangan yaitu daya tarik wisata alam yang meliputi pemandangan
alam, lautan, pantai dan sebagainya. Untuk meningkatkan kunjungan dari
wisatawan maka perlu adanya :

A. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,


nyaman, dan bersih.

B. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

C. Sarana atau prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang


berkunjung.

10
D. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan
alamnya.

2. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan merupakan orang-orang yang datang berkunjung di


kawasan wisata tersebut. Pelaku kegiatan dibagi menjadi 3 yaitu :

A. Pengunjung

a) Pengunjung umum yaitu pengunjung yang datang ke kawasan


wisata semata-mata untuk tujuan wisata, seperti bersantai,
menikmati objek wisata dan fasilitas yang ada, tanpa tujuan
yang lain yang bersifat khusus.

b) Pengunjung khusus, yaitu pengunjung yang maksud


kedatangannya bukan untuk tujuan wisata dimana tujuan wisata
bukanlah merupakan prioritas utama kunjungannya. Seperti
para peneliti, perlombaan olah raga dan budaya, dll.

B. Pengelola

Peneglola merupakan orang atau badan hukum yang bertanggung


jawab terhadap penyelenggaraan dan pelaksanaan kawasan wisata serta
melaksanakan kegiatan tata laksana operasionalisasi kawasan wisata.

B. Masyarakat Setempat

Peran serta masyarakat setempat sangat diperlukan dalam suatu


kawasan wisata, untuk membuka peluang bagi masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan hidupnya serta menerapkan prinsip
menguntungkan masyarakat tuan rumah.

3. Fasilitas Wisata

Suwantoro (2000: 57) menyatakan bahwa fasilitas pariwisata terdiri dari


akomodasi, restauran, usaha rekreasi hiburan, transportasi serta sarana lain
seperti souvenir shop, penyedia air dan sarana toilet. Akomodasi adalah
sarana untuk menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi

11
dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya. Fasilitas wisata
seperti:

A. Fasilitas atraksi dan kegiatan, sebagai fasilitas bagi wisatawan untuk


melakukan kegiatan-kegiatan rekreasi.

B. Fasilitas akomodasi untuk wisatawan dari berbagai jenis seperti


cottege, hotel, homestay, camping ground, dan sebagainya.

C. Fasilitas pelayanan wisata, seperti restourant, toko pengecer barang


sehari-hari, souvenir shop, bank, travel biro perjalanan, kantor
informasi promosi wisata, dan sebagainya.

D. Fasilitas pelayanan sosial, seperti pos pelayanan kesehatan.

E. Fasilitas transportasi dan hal-hal yang terkait seperti jaringan jalan,


angkutan wisata, penyewaan kendaraan, fasilitas parkir, fasilitas
pedestrian dan sebagainya.

F. Fasilitas utilitas publik, seperti sistem penyediaan air bersih, tenaga


listrik, jalur-jalur lalu lintas, sistem pembuangan limbah, sistem
telekomunikasi, dan sebagainya.

4. Aturan/Kebijakan Kawasan Pantai

Persyaratan kawasan wisata pantai yaitu dilihat dari rancangan yang


dilakukan di bibir pantai dimana pengunjung yang datang untuk berlibur
dan rekreasi, maka rancangan pantai ini menyediakan fasilitas yang
lengkap terutama yang berhubungan dengan wisata pantai. Selain itu
kriteria untuk perancangan kawasan pantai yaitu perlu diperhatikannya :

A. Garis Sempadan Pantai

Pada keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolan


Kawasan Lindung, umumnya, garis sempadan pantai minimum 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Hal ini dilakukan agar
ketika air laut pasang dipastikan tidak akan sampai pada bangunan
yang terbangun nantinya.

12
Gambar 2. Garis Sempadan Pantai
Sumber : Kepres RI No. 32 Tahun 1990
B. Pencapaian Pada Kawasan

Menurut Ditjen Cipta Karya (2000), jarak antara akses masuk utama
untuk kendaraan menuju ruang publik atau tepi pantai dari jalan raya
sekunder atau tersier memiliki minimun 300 meter, sedangkan lebar
minimum untuk jalur pejalan kaki di sepanjang tepi pantai adalah 3
meter.

C. Bangunan Yang Terbangun

Menurut Ditjen Cipta Karya (2000), ada syarat-syarat untuk


membangun bangunan di tepi pantai antara lain :

a) Area lahan yang terbangun untuk pengembangan fasilitas


umum utama dengan fasilitas umum lainnya maksimum 2 km.

b) Tinggi bangunan maksimum 15 meter dari permukaan tanah


rata-rata pada area terbangun.

c) Orientasi bangunan dominan menghadap ke pantai dengan


mempertimbangkan tata massa bangunan terhadap matahari
dan arah angin.

d) Bangunan di area sempadan tepi pantai diusahakan hanya


berupa tempat ibadah, bangunan penjaga pantai, bangunan
fasilitas umum (MCK), dan bangunan tanpa dinding dengan
luas maksimum 50 meter2/unit.

e) Dilakukan pemagaran pada area terbangun jika diinginkan,


dengan tinggi maksimum pemagaran 1 meter.

13
f) Jenis bahan yang digunakan pada bangunan tepi pantai ada 3
antara lain : kayu, beton, dan baja.

2.1.2 Arsitektur Ekologi

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu
hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan
lingkungannya. Arti kata bahasa Yunani yaitu oikos adalah rumah tangga atau cara
bertempat tinggal, dan logos bersifat ilmu atau ilmiah. Jadi, ekologi berarti ilmu
tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup. Ekologi juga didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Arsitektur Ekologi adalah pembangunan rumah atau tempat tinggal
sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan
lingkungan alamnya. Arsitektur ekologi juga mengandung dimensi lain seperti waktu,
lingkungan alam, sosial budaya, ruang serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan
bahwa arsitektur ekologi bersifat lebih kompleks, padat dan vital dibandingkan
arsitektur lainnya.

1. Dasar-Dasar Ekologi Arsitekur

A. Material Ramah Lingkungan

Penggunaan material-material yang ramah lingkungan akan sangat


bermanfaat bagi alam dan manusia. Membuat keseimbangan yang sangat
baik. Seorang arsitek tidak bisa mengesampingkan bahan atau material
yang akan digunakan karena sangat berpengaruh terhadap alam, mulai dari
dampak yang akan terjadi jika menggunakan bahan yang akan merusak
alam di masa depan. Prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan
bangunan yaitu :

a) Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.

b) Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi,


semakin kecil pula limbah yang dihasilkan.

c) Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya


diabaikan.

14
d) Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga
dapat dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur ulang).

e) Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan


bahan yang berbahaya (logam berat, chlor).

f) Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.

g) Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan


diganti.

B. Hemat energi

Penggunaan bahan energi yang semakin mengkhawatirkan. Manusia


cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui.
Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan 3×1014 MW per
tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak pada
kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan
mengakibatkan kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat
efek rumah kaca dan pemanasan global.

C. Peka Terhadap Iklim

Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka


dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara
terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan
angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat,
dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya
berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi
silang.

Tabel 1. Studi Literatur


No. Uraian Literatur
1. Kawasan merupakan wilayah yang memiliki UU NO. 26
fungsi utama lindung dan budidaya. Tahun 2007

2. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang UU RI NO. 10


dilakukan manusia baik perorangan maupun Tahun 2009

15
kelompok untuk mengunjungi destinasi tertentu
dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan
daerah wisata, pengembangan diri dan
sebagainya dalam kurun waktu yang singkat atau
sementara waktu.

3. Pantai merupakan suatu daratan beserta Yuwono, 2005


perairannya dimana pada daerah tersebut masih
dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun
oleh aktivitas kelautan.

4. Beberapa hal yang diperhatikan dalam Suprapto, 2009


mengakomodasi kawasan pantai yaitu daya tarik,
pelaku aktivitas dan fasilitas wisata.

5. Kriteria untuk perancangan kawasan pantai yaitu -Kepres RI No.


32 Tahun 1990
garis sempadan pantai, pencapaian pada kawasan
-Ditjen Cipta
dan bangunan yang terbangun. Karya, 2000

6. Arsitektur Ekologi adalah pembangunan rumah Heinz Frick &


atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan Bambang
manusia dalam hubungan timbal balik dengan Suskiyanto, 2007
lingkungan alamnya.

7. Dasar-dasar arsitektur ekologi yaitu material Sari, 2012


ramah lingkungan, hemat energi dan peka
terhadap iklim.

16
2.2 Studi Banding

2.2.1 Pantai Karma Kandara, Bali

Gambar 3. Pantai Karma Kandara, Bali


Sumber : Anonim, 2016
Pantai Karma Kandara merupakan sebuah pantai yang terletak di Jl. Villa
Kandara Banjar Wijaya Kusuma Ungasan Benoa Kuta Selatan, Ungasan, Kecamatan
Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini juga merupakan “Privat Beach”.
Daya tarik utama pantai Karma Kandara yaitu terdapat pasir putih, air laut yang
jernih, tebing yang menjulang tinggi dan menjadi pembatas kawasan pantai. Selain
itu, di tepi pantai Karma terdapat klub pantai yang sangat special dan bersifat privat.
Pantai Karma Kandara Beach Club memiliki penataan sangat unik. Seperti atap
menggunakan jerami dan dengan struktur bambu.

A. Pelaku Aktivitas

Pelaku aktivitas pada kawasan pantai Karma Kandara yaitu


pengunjung yang menginap di kawasan ini dan pengelola kawasan
pantai. Aktivitas yang dilakukan seperti berenang, snorkeling, bermain
dan bersantai.

B. Fasilitas Wisata

Fasilitas yang tersedia di Pantai Karma Kandara seperti Karma Spa &
Sea Spa, Karma Kandara Beach Club, restaurant, hotel dan lift untuk
turun ke pantai tersebut.

17
2.2.2 Pantai Nihiwatu, Sumba Barat

Gambar 4. Pantai Nihiwatu, Sumba Barat


Sumber : Zekkei, 2018
Pantai Nihiwatu merupakan sebuah pantai yang terletak di Desa Hobawawi,
Kecamatan Sumba Barat. Pantai ini menjadi pantai privat bagi kalangan tertentu.
Daya tarik dari pantai ini yaitu memiliki pemandangan yang menakjubkan, pantai ini
memiliki ombak yang sangat cepat dan difungsikan bagi pengunjung untuk
melakukan aktivitas selancar. Pantai ini juga memiliki pasir putih sepanjang 2,5
meter. Pantai Nihiwatu mendapat julukan Left God Waves karena kesempurnaan
ombaknya. Arsitektur dan ornamen bangunan yang ada di pantai ini merupakan
gabungan dari tradisional dan modern.

A. Pelaku Aktivitas

Pelaku aktivitas yang berada di kawasan Pantai Nihiwatu yaitu


pengunjung yang telah memesan kamar dan pengelola kawasan ini.
Aktivitas yang berlangsung di pantai ini seperti memancing,
snorkeling, scuba diving atau berperahu ke daerah teluk Pantai Konda
Maloba, mengamati burung, bersepeda gunung hingga trekking ke air
terjun.

B. Fasilitas

Fasilitas yang ada di pantai Nihiwatu yaitu penginapan berupa villa


dan restaurant dengan view mengarah ke laut , kolam renang, toilet,
lahan parkir serta tempat bersantai.

18
2.2.3 Pantai Klayar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

Gambar 5. Pantai Klayar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

Sumber : Suparman, 2018

Pantai Klayar merupakan sebuah pantai yang terletak di Desa Kalak,


Kecamatan Donorejo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Pantai ini memiliki
daya tarik seperti pada perpaduan warna laut yang biru menawan. Sementara pada
tepi pantai terdapat deretan perbukitan karang berwarna coklat muda hingga coklat
tua dan rapi di tepian dengan tinggi rendah yang dinamis sehingga membentuk
pemandangan yang menarik. Deretan karang tersebut berpadu dengan bentangan pasir
putih yang lapang dan mempesona, sehingga tersedia ruang yang luas untuk dapat
bermain-main di pinggiran pantai. Pada umumnya, sama seperti sebuah kawasan
pantai, terdapat pohon kelapa dan pandan laut yang tumbuh liar di sekitarnya. Pantai
Klayar juga sangat indah ketika matahari mulai tenggelam karena terlihat garis batas
barat pantai. Tebing-tebing yang ada pada pantai Klayar, merupakan struktur bumi
hasil pelarutan batuan gamping, granit, atau batuan pasir lainnya. Batuan tersebut
menjulang tinggi puluhan meter menyerupai Sphinx, dan terdapat air mancur alami
yang menjadi ciri khas pantai ini. Ombak yang datang dengan cukup deras, akan
masuk ke bawah batu dan menyembur ke atas seperti air mancur raksasa yang kurang
lebih mencapai ketinggian 10 meter. Air mancur ini juga disertai dengan suara mirip
siulan sehingga sering disebut sebagai Seruling Laut.

A. Pelaku Aktivitas

Pelaku aktivitas pada pantai Klayar yaitu pengunjung, pengelola dan


masyarakat yang berada di sekitar lokasi. Aktivitas yang ada di Pantai
Klayar yaitu menikmati keindahan alam, dan bersantai.
19
B. Fasilitas Wisata

Fasilitas yang ada pada kawasan Pantai Klayar yaitu musholla, warung
makanan dan minuman, toilet dan lahan parkir, disekitar pantai ini juga
ada beberapa penginapan berupa homestay. Disini juga ada persewaan
ATV dan beberapa wahana lainnya.

C. Penerapan Arsitektur Ekologi Dalam Perancangan Kawasan Pantai

Penerapan arsitektur ekologi dalam perancangan kawasan Pantai


Klayar yaitu menerapkan sebuah strategi penataan kawasan pantai
sebagai destinasi pariwisata alam melalui pengelompokan zona
pariwisata dan desain bangunan penunjang yang bercirikhas daerah
setempat. Bangunan pariwisata di Pantai Klayar dipertimbangkan
untuk menggunakan material lokal seperti kayu glugu dari pohon
kelapa sebagai ciri pantai, juga bahan lokal dan alami lainnya sehingga
kesan alamiah lebih menonjol. Bentukan bangunan menyesuaikan
kontur yang ada, sebaiknya dihindari sistem cut and fill agar karakter
tanah berkapur karst yang keras lebih diekspos. Pertimbangan rawan
bencana yang menjadi kendala spesifik lokasi merupakan batasan yang
penting agar terbangun penataan pariwisata yang aman dan tanggap
bencana sehingga nyaman untuk dikunjungi oleh para wisatawan.
Penataan diprioritaskan pada prinsip-prinsip arsitektur ekologis yang
ramah lingkungan. Prinsip arsitektur ekologis yang diterapkan untuk
menentukan strategi meliputi pembagian zona pariwisata dan
konservasi kawasan, penataan fitur pariwisata yang aman dan ramah
lingkungan serta konservasi alam pesisir pantai untuk upaya
pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Prinsip arsitektur ekologis
pada desain ruang melalui bentuk lokal yang harmoni dengan alam,
penggunaan bahan lokal dan paduan pepohonan lokal untuk menambah
nilai estetika. Selain itu, prinsip arsitektur ekologis juga
mengakomodasi peran aktif masyarakat pemangku kepentingan,
sejalan dengan model pengembangan desa pariwisata hijau.

20
Tabel 2. Tinjauan Perancangan
No. Rencana Perancangan Studi Banding
1. Fasilitas yang mengakomodasi Pantai Karma Kandara
kawasan pantai yang bersifat privat (Bali) dan Pantai Nihiwatu
yaitu tempat penginapan, tempat (Sumba Barat)
makan, kolam renang, toilet, lahan
parkir serta tempat bersantai.

2. Penerapan pendekatan arsitektur Pantai Klayar, Jawa Timur


ekologi pada perancangan yaitu
strategi penataan kawasan pantai
sebagai destinasi pariwisata alam
melalui pengelompokan zona
pariwisata dan desain bangunan
penunjang yang bercirikhas daerah
setempat, menggunakan material
lokal sebagai ciri khas pantai untuk
menambah nilai estetika dan kesan
alamiah lebih menonjol, bentukan
bangunan menyesuaikan kontur yang
ada, sebaiknya dihindari sistem cut
and fill agar karakter tanah yang
keras lebih diekspos.

2.3 Rangkuman Hasil Studi Literatur dan Studi Banding

1. Pelaku Kegiatan

Dari studi literatur dan studi banding, pelaku kegiatan yang berada pada kawasan
wisata yaitu :

A.Pengunjung

B. Penglola

C. Masyarakat Setempat
21
2. Fasilitas Wisata Pantai

Dari studi literatur dan studi banding (Pantai Karma Kandara, Bali dan Nihiwatu
Resort, Sumba Barat), fasilitas wisata pantai yaitu :

A. Fasilitas atraksi dan kegiatan, sebagai fasilitas bagi wisatawan untuk


melakukan kegiatan-kegiatan rekreasi.

B. Fasilitas akomodasi untuk wisatawan yaitu cottage/hotel.

C. Fasilitas pelayanan wisata, seperti restaurant, souvenir shop, ATM center.

D. Fasilitas pelayanan sosial, seperti pos pelayanan kesehatan.

E. Fasilitas beribadah, seperti musholla.

F. Fasilitas transportasi dan hal-hal yang terkait seperti aksesibilitas, fasilitas


sirkulasi dan fasilitas parkir.

G. Fasilitas utilitas publik, seperti sistem penyediaan air bersih, listrik dan
pembuangan limbah.

3. Penerapan Pendekatan Arsitektur Ekologi

Dari studi literatur, penerapan arsitektur ekologi memperhatikan dasar-dasar


(material ramah lingkungan, hemat energi dan peka terhadap iklim). Dari studi
banding 2 (Pantai Klayar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur) penerapan arsitektur
ekologi yaitu :

A. Menerapkan sebuah penataan kawasan pantai sebagai destinasi pariwisata


alam melalui pengelompokan zona pariwisata dan desain bangunan penunjang
yang bercirikhas daerah setempat dengan penataan fitur pariwisata yang aman
dan ramah lingkungan.

B. Penerapannya pada material yang digunakan dari bahan lokal lingkungan


setempat dan pada desain ruang melalui bentuk lokal yang harmoni dengan
alam sehingga kesan alamiah lebih menonjol dan menambah nilai estetika
pada perancangan.

C. Mengurangi sistem cut dan fill agar karakter tanah yang keras lebih diekspos.

22
BAB III

GAMBARAN OBJEK PERANCANGAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi


Perancangan kawasan wisata pantai Uilheanana terletak di Desa Uiboa,
Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang. Kecamatan Semau merupakan
salah satu dari 24 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Kupang. Luas
wilayah Pulau Semau sebesar 246.66 km². Pulau Semau sendiri, terletak di bagian
barat pulau Timor. Pulau ini terdiri atas dua pemerintahan kecamatan, yaitu
kecamatan Semau Utara dan Kecamatan Semau Selatan. Semau Utara terdiri dari
8 desa yaitu Desa Batuinan, Desa Bokonusan, Desa Hansisi, Desa Huilelot, Desa
Letbaun, Desa Otan, Desa Uiasa dan Desa Uitao. Sedangkan Semau Selatan
terdiri dari 6 desa yaitu Desa Onansila, Desa Uitiuhana (Oetefu Kecil), Desa
Akle, Desa Uitiuhtuan (Oetefu Besar), Desa Naikean dan Desa Uiboa.
Batas-batas wilayah Kabupaten Kupang yaitu :
A. Sebelah Utara : Laut Sawu, Selat Ombai
B. Sebelah Selatan : Samudra Hindia
C. Sebelah Timur : Kabupaten TTS dan Ambeno/Timor Leste
D. Sebelah Barat : Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua dan
Laut Sawu

Gambar 6. Peta Pulau Semau


Sumber : Riwu Kaho, 2019

23
Gambar 7. Ukuran Site
Sumber : Analisis, 2020
Lokasi pantai Uilheanana merupakan sebuah tempat wisata yang sering
dikunjungi dengan luas area sebesar 70.000 m² atau 7 ha.

3.2 Potensi Kawasan Wisata Pantai Uilheanana


Pemandangan yang masih sangat bersih dan alami, merupakan potensi yang

ada pada kawasan pantai tersebut. Seperti hamparan batu karang di sepanjang

pinggir pantai dan memiliki banyak pohon yang menyejukkan. Pohon kelapa dan

asam hutan merupakan pohon yang menciri khas kawasan pantai tersebut. Selain

itu juga memiliki air jernih yang bisa dijadikan sebagai tempat berenang.

3.3 Fasilitas Yang Akan Diadakan


3.3.1 Fasilitas Rancangan
Perancangan kawasan wisata pantai Uilheanana merupakan sebuah
perancangan dengan konsep privat. Target wisatawan menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan fasilitas. Sehingga, dalam perancangan
kawasan wisata Pantai Uilheanana memiliki target wisatawan yaitu domestik
dan juga mancanegara.

24
Tabel 3. Target Wisatawan
Target Wisatawan

Menurut Menurut Menurut Menurut Usianya


Kondisi Fisik Asalnya Jumlahnya

Normal Domestik Perorangan Anak-anak (0-9 tahun)

Disabilitas Mancanegara Kelompok Remaja ( 9-16 tahun)

Anak muda (17-24


tahun)

Dewasa (25-50)

Setengah baya (51-60)

Berdasarkan hasil tinjauan studi literatur dan studi pustaka serta target
wisatawan, maka fasilitas-fasilitas yang akan dirancang dalam perancangan
yaitu sebagai berikut :
3.3.2 Fasilitas Utama

Fasilitas utama pada rancangan yaitu penginapan berupa cottage, karena


rancangan bersifat privat sehingga perlu adanya fasilitas yang menunjang
aktivitas dari pengunjung untuk menikmati kawasan wisata tersebut lebih
lama.

3.3.3 Fasilitas Penunjang

1. Restaurant

2. Caffe

3. Privat Bar

4. Ballroom

5. Lounge

6. Souvenir Shop

7. Fitness Center
25
8. Kolam Renang

9. Fasilitas Pengelola (receptionist)

10. Pos Pelayanan Kesehatan

11. Fasilitas Berjemur (Area Pasir Dipinggir Pantai Dilengkapi Dengan


Perabot Pendukung

12. Libarary Beach

13. Spa Center

14. Atraksi Wisata

15. Fasilitas Beribadah (Musholla)

16. Ruang Suplai

3.3.4 Fasilitas Pelengkap

1. ATM Center

2. Tempat Parkir

3. Sistem Penyediaan Air Bersih, Listrik Dan Pembuangan Limbah.

3.4 Gambaran Pendekatan Arsitetur Ekologi


Menurut Mettallinou (2006), pendekatan ekologi merupakan konsep rancangan
bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk
memutuskan konsep rancangan bangunan yang menghargai pentingnya
keberlangsungan ekosistem di alam. Pendekatan ini diharapkan mampu
melindungi alam dan ekosistem didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan
juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan
ekonomi. Menurut Heinz Frick (1998), bahwa eko arsitektur tidak menentukan
apa yang seharusnya terjadi di dalam arsitektur, karena tidak ada standar atau
ukuran baku yang mengikat, namun mencakup keselarasan antara manusia dan
alam. Eko arsitektur mengandung dimensi waktu, alam, sosial, kultural, ruang dan
teknik bangunan. Oleh karena itu, perancangan arsitektur dengan pendekatan
ekologi menekankan pada keselarasan bangunan dengan perilaku alam. Pada
pendekatan ekologi, ada beberapa penekanan, yaitu :
26
a. Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam.

b. Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan ekosistem di


dalamnya.

c. Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi


melalui sistem dalam bangunan yang selaras dengan alam dan lingkungan
sekitar.

d. Penggunaan sistem bangunan yang hemat energi, diutamakan yang selaras


dengan iklim dan potensi setempat.

e. Penggunaan material yang ekologis, sesuai dengan iklim setempat dan mudah
didapat di lingkungan tersebut.

f. Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dari limbah maupun kegiatan
penghuni bangunan.

g. Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan


vegetasi.

27
BAB IV
ANALISIS PERANCANGAN

4.1 Jumlah Pengguna Bangunan


Target wisatawan merupakan suatu kajian yang dilakukan untuk dapat memproduksi
kecenderungan perkembangan kunjungan wisatawan secara menyeluruh dalam target
wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Maksud dari analisa ini agar fasilitas
yang disediakan lebih fungsional. Dengan demikian untuk mencapai hasil rancangan
yang dapat menguntungkan berbagai pihak, maka perlu diketahui presentase
kunjungan wisatawan yang berkunjung 5 tahun terakhir dan diproyeksikan 10 tahun
mendatang.
Tabel 4. Jumlah Wisatawan Lokal dan Non Lokal di Kabupaten Kupang
No. Tahun Kunjungan Wisatawan
1. 2014 53.876
2. 2015 55.400
3. 2016 76.446
4. 2017 54.479
5. 2018 36.766
Total 276.967
Sumber : Diskominfo Kabupaten Kupang, 2019
Dari perhitungan kunjungan diatas dapat dihitung rata – rata persentase pertumbuhan
kunjungan setiap tahun yaitu:

Rumus ini di kutip dari Tae W. (2018).


Dimana:
∆wis Tahun A ke Tahun T = Pertumbuhan kunjungan wisatawan/tahun
∑w tahun T = Jumlah wisatawan tahun terakhir
∑w tahun A = Jumlah wisatawan tahun sebelumnya
n = Interval (2018-2014) = 4

28
Jika disubsitusikan:

1. ∆wis 2014-2015=

=
= (mengalami peningkatan)

2. ∆wis 2015-2016=

=
= (mengalami peningkatan)

3. ∆wis 2016-2017=

=
= (mengalami penurunan)

4. ∆wis 2017-2018 =

=
= (mengalami penurunan)
Rata –rata persentase tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten Kupang tiap
tahun, di lihat dari tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut :

=
=
Jadi rata-rata peningkatan pengunjung/ wisatawan yang berkunjung di Kabupaten
Kupang tahun 2014-2018 adalah sebesar -5,10% tahun.
Dari angka pertumbuhan kunjungan wisatawan pertahunnya dapat diprediksikan
persentase jumlah kunjungan wisatawan untuk 10 tahun mendatang (dari tahun 2018-
2028) dengan menggunakan rumus Geometrik sebagai berikut:

Pn = Po (1 +r) n

29
Dimana:
Pn = persentase Jumlah pengunjung pada tahun rencana (2028)
Po = persentase Jumlah pengunjung pada tahun dasar (2018)
r = persentase rata-rata tingkat perkembangan pengunjung dalam setahun
(-5,10%)
n = persentase Tahun proyeksi (10 tahun)

Jika disubsitusikan:
P2028 = P2018 (1 + -5,10%) n
= 36.766 (1 + -5,10%) 10
= 33.766 (1 + -0,051) 10
= 33.766 (0,949) 10
= 33.766 x 0,59
= 19.921 dibulatkan menjadu 19.922
= 19.922 pengunjung (pada tahun 2028)
Jadi pengunjung/ wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Kupang 10 tahun ke depan
atau pada tahun 2028 adalah 19.922 orang.
Dari perhitungan di atas, maka dapat ditentukan jumlah wisatawan yang akan memakai
jasa cottage di Kabupaten Kupang per hari untuk proyeksi 10 tahun ke depan (tahun
2028) adalah:
Rata-rata kunjungan wisatawan perhari pada tahun n (tahun 2028):
X = jumlah wisatawan tahun n
Jumlah hari dalam setahun
X = 19.922 = 55 orang/hari
365
Berdasarkan data statistik jasa akomodasi Kabupaten Kupang tahun (2016) mencapai
14,40 % (penginapan non bintang). Penginapan yang tersedia di Kabupaten Kupang
hanya sebanyak 3 unit dengan jumlah keseluruhan kamar yaitu 44 unit. Dengan demikian
penulis berasumsi bahwa 50% dari jumlah kunjungan wisatawan adalah yang
menggunakan cottage terencana, dan 50% lagi yang menggunakan penginapan yang
telah tersedia. dengan dasar asumsi bahwa semua penginapan di Kabupaten Kupang
bukan berbentuk cottage. Sehingga 50% x 55 = 28 orang.
Jadi, yang menggunakan cottage terencana hingga tahun 2028 adalah sebanyak 28
orang/hari.
Dari hasil perhitungan di atas dapat dicari jumlah kamar/tingkat hunian pada cottage di
Kabupaten Kupang

30
Diketahui : jumlah kunjungan wisatawan adalah 28 orang/hari
Asumsi: 70% tamu menginap
30% tamu tidak menginap

Dasar asumsi :
1. Sebagai tempat pengunjung menghabiskan waktu berlibur dan
menikmati Pantai Uilheanana
2. Bertamu di kawasan wisata hanya pada siang hari khususnya bagi
pengunjung yang tidak menginap.

1. Asumsi pengunjung menginap :


X = 70 % x jumlah tamu/hari
= 70% x 28
= 20 orang (tamu Menginap)
Jadi pengunjung/wisatawan yang menggunakan jasa menginap pada cottage ini
adalah 20 orang/hari.
2. Asumsi pengunjung tidak menginap
X = 30% x jumlah tamu/hari
= 30% x 28
= 8 orang (tamu tidak menginap)
Jadi pengunjung/wisatawan yang tidak menginap pada cottage ini adalah 8
orang/hari.
3. Kategori pengunjung/tamu menginap :
a. Individu
Jenis ruang : standar
b. Kelompok (keluarga, suami + istri + anak)
Jenis ruang: suite
3. Asumsi kamar cottage :
a. Standar Cottage = 60% x jumlah tamu yang menginap
= 60 % x 20
= 12 kamar
Untuk standar cottage berjumlah 12 kamar dengan pertimbangan 1 kamar
ditempati oleh 1 orang.

31
b. Suite cottage = 40% x jumlah tamu yang menginap
= 40% x 20
= 8 : 2 orang/ 1 pasangan
= 4 kamar
Untuk suite cottage berjumlah 4 kamar dengan asumsi 1 kamar ditempati oleh 2
orang atau 1 pasangan
Jadi, jumlah kamar cottage keseluruhan yaitu 16 buah.
4.2 Programming
4.2.1 Fungsi
Fungsi dari desain “Kawasan Wisata Pantai Uilheanana Di Kecamatan Semau
Kabupaten Kupang Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi” yaitu sebagai sebuah
kawasan untuk menunjang kegiatan parawisata dengan memanfaatkan potensi alam
dan memperhatikan hubungan antara manuasia dan lingkungan alam sekitar. Fungsi
lain dari desain kawasan ini juga menekanan pada sebuah kawasan yang bersifat
privat, sehingga pelaku dan fasilitas juga disesuaikan.

4.2.2 Pelaku Kegiatan

a. Pengunjung

Pengunjung merupakan sekelompok orang atau individu yang datang dan


menikmati kawasan wisata pantai tersebut dengan menginap dalam beberapa hari
bahkan lebih. Selain itu juga hanya datang bertamu atau untuk menemui
pengunjung lainnya. Pengunjung dibagi menjadi 3 yaitu, pengunjung yang
menginap, pengunjung yang tidak menginap dan pengunjung disabilitas.

b. Pengelola

Pengelola dibagi menjadi 2 yaitu pengelola servis dan karyawan. Pengelola servis
bertugas untuk mengelola kawasan wisata secara keseluruhan sedangkan
karyawan bertugas untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan langsung
dengan pengunjung kawasan wisata pantai.

c. Masyarakat Setempat

Masyarakat setempat bertugas untuk turut bekerja di kawasan wisata pantai


tersebut sehingga dapat menunjang kebutuhan ekonomi mereka.

32
4.2.3 Aktivitas Pelaku Kegiatan

a. Pengunjung/Wisatawan
Tabel 5. Pengunjung/Wisatawan
Fasilitas Kebutuhan
No. Pelaku Aktivitas Kegiatan Kebutuhan Ruang
Perabot
1. Pengunjung/Wisatawan Datang (parkir Area Parkir -
Tempat Parkir
yang menginap kendaraan)
Check-in/ Area Resepsionis Meja
Check out Resepsionis,
kursi
Beristirahat Kamar Tidur Tempat tidur,
(Tidur) Kursi, Meja,
Cottage
Televisi
MCK Toilet Closet, bak
mandi, wastafel
Masak Pantry Kompor
Bersantai Teras Tempat duduk
Restauran Makan dan Ruang Makan Meja dan kursi
minum
Lounge Bertemu Tamu Ruang Bertamu Meja dan kursi

Fitness Center Berolahraga Fasilitas Olahraga Perlengkapan


GYM
Kolam Renang Berenang Area Kolam Renang Kolam dan
pantai
- Berjalan-jalan Ruang Sirkulasi Tangga dan
ramp
Taman Berfoto Area Spot Foto Gazebo, ayunan
dan hammock
Fasilitas Berjemur Area berjemur Kursi pantai dan
Berjemur (pinggir pantai) bean bag
Beach Library Membaca Area membaca Lemari buku,
kursi dan meja

33
Spa Center Spa Ruang Spa Tempat Tidur
Snorkling -
Mengelilingi -
Ruang penyewaan alat
pantai dengan
perahu dan
banana boat
Fliying Fox Ruang alat-alat untuk -
Atraksi Wisata Outbond keperluan Flying Fox
dan outbond
Panjat Tebing -
Lapangan
Ruang alat-alat untuk
Futsal
keperluan olahraga
Lapangan
Basket
ATM Center Menarik Uang Area ATM center Mesin ATM

Musholla Beribadah Tempat Ibadah Tempat wudhu


Ballroom Gathering Ruang pertemuan Kursi dan meja
2. Pengunjung yang tidak Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
menginap kendaraan)
Lounge Bertemu Ruang Bertamu Resepsionis
Orang
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
3. Pengunjung disabilitas Tempat Parkir Datang (parkir Tempat parkir Parkiran,
kendaraan) sirkulasi khusus
disabilitas
(ramp)
Check-in/ Area Resepsionis Resepsionis
Check out
Cottage Beristirahat Kamar Tidur Tempat tidur,
(Tidur) Kursi, Meja,
Televisi

34
Mandi (MCK) Toilet Closet, bak
mandi, wastafel
Bersantai Teras Tempat duduk
Restauran Makan dan Ruang Makan Meja dan kursi
minum
Lounge Bertemu Tamu Area Bertamu Meja dan kursi
ATM Center Menarik Uang Area ATM center Mesin ATM
Musholla Beribadah Tempat Ibadah Tempat wudhu
Ballroom Gathering Ruang Pertemuan Kursi dan meja

b. Pengelola
Tabel 6. Pengelola
No. Pelaku Fasilitas Kebutuhan Kebutuhan
Kegiatan
Aktivitas Ruang Perabot
1. Pimpinan Tempat Datang (parkir Area Parkir -
Parkir kendaraan)
Ke ruang kerja Ruang Meja, kursi,
pimpinan TV, lemari
Memberikan Ruang Meja dan
arahan/Brieffing brieffing kursi
Fasilitas
Beristirahat Ruang Meja dan
Pengelola
Istirahat Kursi
MCK Toilet Closet, bak
mandi,
wastafel
2. Staff Tempat Datang (parkir Area Parkir -
Parkir kendaraan)
Ke ruang kerja Ruang staff Meja, kursi,
lemari
Fasilitas
Mengikuti Ruang Meja dan
Pengelola
Brieffing brieffing kursi
Beristirahat Ruang Meja dan

35
Istirahat kursi
MCK Toilet Closet, bak
mandi,
wastafel
3. Pegawai Tempat Datang (parkir Area Parkir -
Administasi Parkir kendaraan)
Ke ruang kerja Ruang Meja, kursi,
administrasi lemari
Mengikuti Ruang Meja dan
Brieffing brieffing kursi
Fasilitas
Beristirahat Ruang Meja dan
Pengelola
Istirahat kursi
MCK Toilet Closet, bak
mandi,
wastafel

c. Pekerja/Karyawan
Tabel 7. Pekerja/Karyawan
No. Pelaku Kebutuhan Kebutuhan
Fasilitas Kegiatan
Aktivitas Ruang Perabot
1. Pekerja Tempat Parkir Datang (parkir Tempat Parkiran
cottage kendaraan) Parkir
Cottage Mengontrol dan Setiap area -
membersihkan di cottage
cottage
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Mengikuti Ruang Meja dan kursi
Fasilitas brieffing brieffing
Pengelola Beristirahat Ruang Meja dan Kursi
Istirahat
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak

36
mandi, wastafel
2. Pekerja di Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
Fitness kendaraan)
Center Fitness Center Mengontrol, Setiap area -
membersihkan kerja
dan melayani
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Mengikuti Ruang Meja dan kursi
Fasilitas Brieffing brieffing
Pengelola Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
3. Pekerja Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
restauran, kendaraan)
caffe dan Mengontrol dan Setiap area -
privat bar membersihkan kerja
Restauran,
area kerja
caffe dan
Mengolah Dapur Meja, kursi,
privat bar
makanan dan kulkas, lemari
minuman
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Mengikuti Ruang Meja dan kursi
Fasilitas Brieffing brieffing
Pengelola Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
4. Pekerja spa Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
center kendaraan)

37
Mengontrol dan Setiap area -
membersihkan kerja
area kerja dan
Spa Center melayani
pengunjung
Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Toilet MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
5. Pekerja di Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
Area kendaraan)
Atraksi Mengontrol dan Setiap area -
Wisata membersihkan kerja
area kerja dan
Atraksi
melayani
Wisata
pengunjung
Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Toilet MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
6. Pekerja di Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
Beach kendaraan)
Library Mengontrol dan Setiap area -
membersihkan kerja
area kerja dan
Beach Library
melayani
pengunjung
Beristirahat Ruang Meja dan kursi

38
Istirahat
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
Toilet MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
7. Security Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
kendaraan)
Sistem Mengontrol Pos Security Meja dan kursi
penyediaan air kawasan wisata
bersih, listrik pantai, menjaga
dan pintu gerbang
pembuangan masuk-keluar
limbah.

Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah


Limbah sampah sampah
Mengikuti Ruang Meja dan kursi
Fasilitas Brieffing brieffing
Pengelola Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
8. Pedagang Tempat Parkir Datang (parkir AreaParkir -
souvenier kendaraan)
shop Berjualan Retail Lemari/Etalase,
kursi, meja
Menyimpan Gudang Lemari
Souvenier
barang
Shop
dagangan yang
belum dipajang
Beristirahat Ruang Meja dan kursi
Istirahat

39
MCK Lavatory Closet, bak
mandi, wastafel
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
9. Pekerja Tempat Parkir Datang (parkir Area Parkir -
layanan kendaraan)
jasa Memberikan Ruang Meja, kursi,
kesehatan pelayanan bagi Periksa tempat tidur
pengunjung
yang menginap
Pos Pelayanan Memberikan Ruang Lemari obat
Kesehatan obat Obat-
Obatan
Beristirahat Ruang Kerja Meja, kursi
MCK Toilet Closet, bak
mandi, wastafel
Pembuangan Membuang Area tempat Tempat sampah
Limbah sampah sampah
10. Pekerja Tempat Parkir Datang (parkir Area parkir -
kebersihan kendaraan)
area Sistem Membersihan Gudang, -
kawasan penyediaan air dan mengontrol lavatory,
wisata bersih, listrik keseluruhan ruang
pantai dan kawasan pantai tenaga
pembuangan kebersihan,
limbah. ruang
elektrikal

Fasilitas Mengikuti Ruang Meja dan kursi


Pengelola Brieffing briefing
Beristirahat Ruang Meja, kursi
istirahat
Toilet Umum MCK Lavatory Closet, bak

40
mandi, wastafel

4.2.4 Fasilitas

Berdasarkan analisis pelaku, kegiatan, dan kebutuhan ruang di atas maka jenis ruang
dapat dikelompokan berdasarkan zona ruang, sebagai berikut :
a. Pengunjung
Tabel 8. Pemograman Ruang Pengunjung

Nama Ruang Publik Semi Privat Privat


Cottage (Standar) Teras Kamar Tidur
Toilet
Dapur
Cottage (Suite) Teras Kamar tidur
Ruang Keluarga
Privat Pool
Mini Bar
Dapur
Toilet

b. Pengelola
Tabel 9. Pemograman Ruang Pengelola

Nama Ruang Publik Semi Privat Privat


Ruang Pimpinan Ruang Brieffing Ruang Kerja
Ruang Istirahat Toilet
Ruang Staff Ruang Brieffing Ruang Kerja
Ruang Istirahat Toilet
Ruang Administrasi Ruang Brieffing Ruang Kerja
Ruang Istirahat Toilet

41
c. Servis
Tabel 10. Pemograman Ruang Servis

Nama Fasilitas Publik Semi Privat Privat


Enterence Tempat Parkir Resepsionis Toilet Pekerja/Karyawan
Ballroom
Toilet Umum
Lounge
Restauran Area Makan Dan Minum Dapur
Caffe Area Makan Dan Minum Dapur
Privat Bar Area Makan Dan Minum Dapur
Fitness Center Area GYM Toilet
Kolam Renang Area Kolam
Taman Ruang Terbuka

Fasilitas berjemur Area Berjemur

Beach Library Area Membaca

Spa Center Ruang tunggu Ruang Spa

Atraksi Wisata Semua area atraksi wisata

Musholla Tempat wudhu Ruang Ibadah


Souvenier Shop Area Pemajangan Barang Ruang Pekerja
Ruang Layanan Jasa Kesehatan Ruang Periksa Ruang pekerja
Ruang Obat-Obatan Toilet
Atm Center Ruang Penarikan Uang -
Pos Security Ruang Jaga Keamanan Toilet
Kawasan Wisata Pantai Ruang Elektrikal (genset, Ruang Tenaga Kebersihan
tandon, panel, pompa)
Gudang

42
4.2.5 Besaran Ruang

Luasan ruang dibuat agar penulis dapat menghadirkan luasan ruang yang cukup dan
nyaman bagi pelaku aktivitas dalam perancangan Kawasan Wisata di Pantai Uilheanana.
Pertimbangan dalam menentukan luasan ruang adalah sebagai berikut:
a. Jenis kegiatan
b. Kapasitas pengguna
c. Kebutuhan sirkulasi ruang
Untuk menganalisa luasan ruang yang telah ditentukan dalam kebutuhan ruang
perancangan Kawasan Wisata di Pantai Uilheanana penulis menggunakan sumber acuan
sebagai berikut :
a. Neufert, Architect’s Data (NAD)
b. Perhitungan asumsi untuk menentukan ruang yang belum di tetapkan
standarnya. (A)
Keterangan :
NAD = Neufert, Architect’s Data
A = Asumsi Penulis

43
a. Besaran Ruang Fasilitas
1. Cottage

Tabel 11. Besaran Ruang Cottage


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Standar Room Kamar Tidur Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 12 161,04 m2
manusia (1.20 m x manusia = 2.88 11.18 m2
1.20m) =1.44m2 m2 + 8.3 m2 = =2.24)
(NAD). Asusmui 2 11.18 m2. 11.18 m2 +
orang 1.44 x 2= 2.24 = 13.42
2.88 m2. 1 tempat m2
tidur + 1 buah sofa
+ 1 buah meja rias
+ 1 buah lemari
dengan luasan 8.3
m2

Toilet Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 12 84,36 m2


manusia (1.20 m x manusia = 2.88 5.86 = 1.17)
5.86 + 1.17=
1.20m) =1.44m2 m2 + 2.98 m2 = 7.03 m2
(NAD). Asumsi 2 5.86 m2
orang 1.44 x 2 =
44
2.88 m2. 1 closet +
1 wastafel +
bathtup + 1 ruang
shower dengan
luasan 2.98 m2

Teras Ruang gerak Ruang


gerak (20 % dari 12 53,76 m2
manusia (1.20 m x manusia = 3.73 = 0.75)
3.73 + 0.75=
1.20m) =1.44m2 2.88m2 + 0.85 4.48 m2
(NAD). Asumsi 2 m2 = 3.73 m2
orang 1.44 x 2 =
2.88 m2. 2 kursi +
1 meja dengan
luasan 0.85 m2

Dapur Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 12 242,76 m2


manusia (1.20 m x manusia = 5.76 16.86 = 3,37)
16.86 +3.37=
1.20m) =1.44m2 m2 + 11.1 m2 = 20.23 m2
(NAD). asumsi 4 16.86 m2
orang 1.44 x 4 =
5.76 m2 . 1 meja
masak, 1 buah meja

45
bahan makanan dan
1 buah lemari
peralatan + toilet
dengan luasan 11.1
m2

Total Luasan 541.92 m2

Suite Room Kamar Tidur Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4 67.48 m2
manusia (1.20 m x manusia = 14.06 m2 =
1.20m) =1.44m2 5.76m2 + 8.3 2.81)
(NAD). Asumsi 4 m2 = 14.06 m2. 14.06 m2 +
orang 1.44 x 4= 2.81= 16.87 m2
5.76m2. 2 tempat
tidur + 1 buah sofa
+ 1 buah meja rias
+ 1 buah lemari
dengan luasan 8,3
m2 .

Ruang Keluarga Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4 84.76 m2


manusia (1.20 m x manusia = 17.66 m2 =
1.20m) =1.44m2 5.76m2 + 11.9 3.53)
46
(NAD). Asumsi 4 m2 = 17.66 m2. 17.66 m2 +
orang 1.44 x 4 = 3.53= 21.19 m2
5.76 m2. 1 set sofa
+ 1 meja + 1 meja
TV dengan luasan
11.9 m2

Privat Pool Ruang gerak 3 m2 x 4 = 12 (60 % dari 12 4 76.8 m2


manusia 3 =7.2)

m2/orang (NAD) 12+7.2=19.2


m2
asumsi 4 orang.

Mini Bar Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4 29.6 m2


manusia (1.20 m x manusia = 2.88 5.78 = 1.16)
5.78 + 1.16=
1.20m) =1.44m2 m2 + 2.9 m2 = 7.4 m2
(NAD). Asumsi 2 5.78 m2
orang 1.44 x 2 =
2.88 m2. 1 set
meja bar + 2 kursi
bar dengan luasan
2.9 m2

47
Toilet Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 4 28.12 m2
manusia (1.20 m x manusia = 2.88 5.86 = 1.17)
5.86 + 1.17=
1.20m) =1.44m2 m2 + 2.98 m2 = 7.03 m2
(NAD). Asumsi 2 5.86 m2
orang 1.44 x 2 =
2.88 m2. 1 closet +
1 wastafel +
bathtup + 1 ruang
shower dengan
luasan 2.98 m2

Teras Ruang gerak Ruang


gerak (20 % dari 4 17.92 m2
manusia (1.20 m x manusia = 3.73 = 0.75)
3.73 + 0.75=
1.20m) =1.44m2 2.88m2 + 0.85 4.48 m2
(NAD). Asumsi 2 m2 = 3.73 m2
orang 1.44 x 2 =
2.88 m2. 2 kursi +
1 meja dengan
luasan 0.85 m2

Dapur Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 4 80.92 m2


manusia (1.20 m x manusia = 5.76 16.86 = 3,37)
16.86 +3.37=
48
1.20m) =1.44m2 m2 + 11.1 m2 = 20.23 m2
(NAD). asumsi 4 16.86 m2
orang 1.44 x 4 =
5.76 m2 . 1 meja
masak, 1 buah meja
bahan makanan dan
1 buah lemari
peralatan + toilet
dengan luasan 11.1
m2

Total Luasan 385.6 m2

2. Restauran

Tabel 12. Besaran Ruang Restauran


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Restauran Area Makan Dan Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 195= 1 234 m2
Minum manusia (1.20 m manusia = 39)
2
195+39= 234
m
x 1.20m) 115m2 + 80 m2
=1.44m2 (NAD).

49
asumsi 80 orang = 195 m2
1.44 x 120= 115
m2 luasan 1 meja
dan 4 tempat
duduk adalah 4
m2 asumsi 20
meja 4 x 20 = 80
m2

Dapur Ruang gerak Ruang


gerak (30 % dari 16.86 1 29.1 m2
manusia (1.20 m manusia = 5.76 = 5.05) 16.86 2
+5.05= 29.1 m
x 1.20m) m2 + 11.1 m2 =
=1.44m2 (NAD). 16.86 m2
asumsi 4 orang
1.44 x 4 = 5.76
m2 . 1 meja
masak, 1 buah
meja bahan
makanan dan 1
buah lemari
peralatan + toilet

50
dengan luasan
11.1 m2

Ruang Pekerja Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.74 1 4.5 m2
manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.75) 3.74 2+
0.75 = 4.5 m
x 1.20m) m2 + 0.86 m2 =
=1.44m2 (NAD). 3.74 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 2 buah meja
0.86 m2

Toilet Restauran Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 10.56 1 12.67 m2
manusia (1.20m manusia = 8.64 = 2.11) 10.56 +2
2.11= 12.67 m
x 1.20m) m2 + 1.92 m2 =
=1.44m2 (NAD) 10.56 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 6 = 8,64
m2 3 buah kloset
+ 3 wastafel.
dengan luasan

51
1.92 m2

Total Luasan 280.27 m2

3. Caffe

Tabel 13. Besaran Ruang Caffe


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Caffe Area Makan Dan Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 43.84 1 52.6 m2
Minum manusia (1.20 m manusia = 23.04 = 8.76)
43.84+8.76=
x 1.20m) m2 + 20.8 m2 = 52.6 m2
=1.44m2 (NAD). 43.84 m2
asumsi 16 orang
1.44 x 16 =
23.04 m2 . luasan
1 meja dan 4
tempat duduk
adalah 5.2 m2
asumsi 4 meja
5.2 x 4 = 20.8 m2

52
Toilet Caffe Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 10.56 1 12.67 m2
manusia (1.20m manusia = 8.64 = 2.11) 10.56 +2
2.11= 12.67 m
x 1.20m) m2 + 1.92 m2 =
=1.44m2 (NAD) 10.56 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 6 = 8,64
m2 3 buah kloset
+ 3 wastafel.
dengan luasan
1.92 m2

Dapur Ruang gerak Ruang gerak (30 % dari 12.5 1 16.25 m2


manusia (1.20 m manusia = 8.64 = 3.75) 12.5
+3.75= 16.25 m2
2 2
x 1.20m) m + 3.86 m =
=1.44m2 (NAD). 12.5 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 4 = 8.64
m2 . 1 meja
masak, 1 buah
meja bahan
makanan dan 1

53
buah lemari
peralatan + 2
buah kulkas
dengan luasan
3.86 m2

Ruang Pekerja Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.74 1 4.5 m2
manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.75) 3.74 2+
0.75 = 4.5 m
x 1.20m) m2 + 0.86 m2 =
=1.44m2 (NAD). 3.74 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 2 buah meja
0.86 m2

Total Luasan 86.02 m2

54
4. Privat Bar

Tabel 14. Besaran Ruang Privat Bar


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Privat Bar Area Makan Dan Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 14.85 1 17.82 m2
Minum manusia (1.20 m manusia = 8.64 = 2.97) 14.85 2
+2.97= 17.82 m
x 1.20m) m2 + 6.21 m2 =
=1.44m2 (NAD). 14.85 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 6= 8.64
m2 . 1 buah
meja+1 buah
lemari dan 9
buah kursi
dengan luasan
6.21 m2

Dapur Ruang gerak Ruanggerak (20% dari 11.91 1 14.29 m2


manusia (1.20 m manusia = 7.2 = 2.38) 11.91
+2.38 = 14.29
x 1.20m) m2 + 4.71 m2 = m2
=1.44m2 (NAD). 11.91 m2
asumsi 5 orang
55
1.44 x 5= 7.2 m2.
3 buah kursi + 1
buah meja + 1
buah kulkas + 1
buah meja
makan dan 1
buah meja
peralatan dengan
luasan 4.71 m2

Ruang Pekerja Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.74 1 4.5 m2
manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.75) 3.74 2+
0.75 = 4.5 m
x 1.20m) m2 + 0.86 m2 =
=1.44m2 (NAD). 3.74 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 2 buah meja
0.86 m2

Toilet Privat Bar Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 10.56 1 12.67 m2
manusia (1.20m manusia = 8.64 = 2.11) 10.56 +

56
x 1.20m) m2 + 1.92 m2 = 2.11= 12.67 m2
=1.44m2 (NAD) 10.56 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 6 = 8,64
m2 3 buah kloset
+ 3 wastafel.
dengan luasan
1.92 m2

Total Luasan 49.28 m2

5. Ballroom

Tabel 15. Besaran Ruang Ballroom


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Ballroom Hall Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 1 157.71 m2


manusia (1.20 m manusia = 89.12 131.42 = 26.29)
x 1.20m) m2 + 42.3 m2 = 131.42+26.29=
157.71 m2
=1.44m2 (NAD). 131.42 m2
asumsi 72
orang 1.44 x 72

57
= 89.12m2 . 72
buah kursi + 18
buah meja
dengan luasan
42.3 m2

Total Luasan 157.71 m2

6. Lounge

Tabel 16. Besaran Ruang Lounge


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Lounge Ruang Bertamu Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 20.76 1 24.91 m2
manusia (1.20 m manusia = 17.28 = 4.15) 20.76 +2
4.15= 24.91 m
x 1.20m) m2 + 3.48 m2 =
=1.44m2 (NAD). 20.76 m2
asumsi 12 orang
1.44 x 12= 17.28
m2 . 12 buah
kursi +2 buah
meja dengan

58
luasan 3.48 m2

Total Luasan 24.91 m2

7. Souvenir Shop

Tabel 17. Besaran Ruang Souvenier Shop


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Souvenier Shop Area Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4.57 6 32.88 m2
Pemajangan manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.91) 4.57 +2
0.91= 5.48 m
Barang x 1.20m) m2 + 1.69 m2 =
=1.44m2 (NAD). 4.57 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 1 buah kursi
+2 rak souvenir
dengan luasan
1.69 m2

Ruang Pekerja Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.74 3 13.5 m2
manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.75) 3.74 2+
0.75 = 4.5 m

59
x 1.20m) m2 + 0.86 m2 =
=1.44m2 (NAD). 3.74 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 2 buah meja
0.86 m2

Gudang Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4.93 6 35.52 m2


manusia (1.20 m manusia = = 0.99) 4.93
+0.99 = 5.92 m2
x 1.20m)
2.88 m2 + 2.05
2
=1.44m (NAD).
m2 = 4.93 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 2 buah
lemari + 1 kursi
2.05 m2

Toilet Ruang gerak Ruang


gerak (20 % dari 3.48 1 4.18 m2
manusia (1.20 m manusia = = 0.69) 3.48 2
+0.69= 4.18 m
x 1.20m) 2.88m2 + 0.6m2
=1.44m2 (NAD). 3.48= m2

60
Asumsi 2 orang
1.44 x 2=
2.88m2. 1 closet
+ 1 wastafel
dengan luasan
0.6 m2.

Total Luasan 86.08 m2

8. Fitness Center

Tabel 18. Besaran Ruang Fitness Center


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Fitness Center Area GYM Ruang gerak Ruang


gerak (40 % dari 58.8 1 82.2 m2
manusia (1.20 m manusia = 28.8 = 23.4) 58.8 2
+23.4= 82.2 m
x 1.20m) m2 + 30m2 =
=1.44m2 (NAD). 58.8 m2
asumsi 20 orang
1.44 x 20 = 28.8
m2 . 20 buah
peralatan fitness

61
dengan luasan 30
m2 .

Toilet Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 10.56 2 25.34 m2


manusia (1.20m manusia = 8.64 = 2.11) 10.56 +2
2.11= 12.67 m
x 1.20m) m2 + 1.92 m2 =
=1.44m2 (NAD) 10.56 m2
asumsi 6 orang
1.44 x 6 = 8,64
m2 3 buah kloset
+ 3 wastafel.
dengan luasan
1.92 m2

Ruang Pekerja Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.74 1 4.5 m2
manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 0.75) 3.74 2+
0.75 = 4.5 m
x 1.20m) m2 + 0.86 m2 =
=1.44m2 (NAD). 3.74 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 2 buah meja

62
0.86 m2

Total Luasan 112.04 m2

9. Kolam Renang

Tabel 19. Besaran Ruang Kolam Renang


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Kolam Renang Kolam Dewasa Ruang gerak 3 m2 x 10 = 30 (60 % dari 30 = 2 96 m2


manusia 3 18)

m2/orang (NAD) 30+18= 48 m2

asumsi 10
orang.

Kolam Anak Ruang gerak 3 m2 x 8 = 24 (60 % dari 24 = 2 88,32 m2


manusia 3 20,16)

m2/orang (NAD) 24+20,16= 44,16


m2
asumsi 8 orang.

Toilet Pria Ruang gerak Ruanggerak (20 % dari 3.02 1 3.62 m2


manusia (1.20m manusia = 2.88 = 0.60)
3.02 + 0.60=
63
x 1.20m) m2 + 0.14 m2 = 3.62 m2
=1.44m2 (NAD) 3.02 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2 = 2.88
m2

2 buah kloset + 1
wastafel dengan
luasan 0.14m2

Toilet Wanita Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 3.02 1 3.62 m2
manusia (1.20m manusia = 2.88 = 0.60)
x 1.20m) m2 + 0.14 m2 = 3.02 + 0.60=
3.62 m2
=1.44m2 (NAD) 3.02 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2 = 2.88
m2

2 buah kloset + 1
wastafel dengan
luasan 0.14m2

Total Luasan 191.56 m2

64
10. Spa Center

Tabel 20. Besaran Ruang Spa Center


Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan

Spa Center Ruang Tunggu Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 21.9 1 26.28 m2
manusia (1.20 m manusia = 14.4 = 4.38)
x 1.20m) m2 + 7.5 m2 = 21.9 + 4.38 =
26.28 m2
=1.44m2 (NAD). 21.9 m2
asumsi 10 orang
1.44 x 10 = 14.4
m2 . 5 buah kursi
+ 5 buah meja
7.5 m2

Ruang Konsultasi Ruang gerak Ruang gerak (30 % dari 3.98 2 10.36 m2
dan Pemeriksaan manusia (1.20 m manusia = 2.88 = 1.2)
x 1.20m) m2 + 1.1 m2 = 3.98 + 1.2 = 5.18
2 2
m2
=1.44m (NAD). 3.98 m
asumsi 2 orang
1.44 x 2 = 2.88
m2 . 2 buah kursi
+ 1 buah meja
65
1.1m2

Kolam Terapi Standar satuan 1.86 m2 x 10 = (60 % dari 18.6 2 59.52 m2


1.86 m2/orang 18.6 m2 = 11.16)
18.6+11.16=
Asumsi 10 orang 29.76 m2

Wirlpool Standar satuan 1.86 m2 x 10 = (60 % dari 18.6 2 59.52 m2


1.86 m2/orang 18.6 m2 = 11.16)
18.6+11.16=
Asumsi 10 orang 29.76 m2

Ruang Mandi Standar ruang 3 m2 x 6 = 18m2 (20 % dari 18= 2 43.2 m2


Berendam mandi dengan 3.6)

bath tup 3 m2 18+3.6= 21.6 m2

Asumsi 6 orang

Ruang Spa Standar satuan 1.86 m2 x 10 = (60 % dari 18.6 2 59.52 m2


1.86 m2/orang 18.6 m2 = 11.16)
18.6+11.16=
Asumsi 10 orang 29.76 m2

Ruang Sauna Standar satuan 2 2 m2 x 10 = 20 (20 % dari 20 = 2 48 m2


m2/orang m2 4)
20+4= 24 m2

66
Asumsi 10 orang

Ruang Body Steam Standar luas 3 m2 x 10 = 30m2 (20 % dari 30= 2 72 m2


yaitu 3 m2 6)
30+6= 36 m2
Asumsi 10 orang

Ruang Bilas Standar luas 1.20 m2 x 10 = (20 % dari 12= 2 28.8 m2


yaitu 1,20 m2 12 m2 2.4)
12+2.4= 14.4 m2
Asumsi 10 orang

Ruang Ganti Standar luas 1.5 m2 x 10 = 15 (20 % dari 15= 1 18 m2


yaitu 1,5 m2 m2 3)
15+3= 18 m2
Asumsi 10 orang

Locker Karyawan Standar luas 1.5 m2 x 10 = 15 (20 % dari 15= 1 18 m2


yaitu 1,5 m2 m2 3)
15+3= 18 m2
Asumsi 10 orang

Lavatory Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 10.56 1 12.67 m2


manusia (1.20m manusia = 8.64 = 2.11) 10.56 +2
2.11= 12.67 m
x 1.20m) m2 + 1.92 m2 =
=1.44m2 (NAD) 10.56 m2

67
asumsi 6 orang
1.44 x 6 = 8,64
m2 3 buah kloset
+ 3 wastafel.
dengan luasan
1.92 m2

Gudang Ruang gerak Ruang gerak (20 % dari 4.68 2 11.23 m2


manusia (1.20m manusia = = 0.936) 4.682+
0.936= 5.6 m
x 1.20m) 2.88m2 +1.8m2 =
=1.44m2 (NAD) 4.68 m2
asumsi 2 orang
1.44 x 2= 2.88 m

2 buah lemari
dengan luasan
1.8 m2

Total Luasan 467.1 m2

68
11. Atraksi Wisata (Snorkling, Mengelilingi Pantai Dengan Perahu Dan Banana Boat, Panjat Tebing Dan Flying Fox)

Tabel 21. Besaran Ruang Area Penyewaan Atraksi Wisata

Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan
Area Penyewaan Snorkling Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 5.6 m2
Atraksi Wisata (1.20m x 1.20m) manusia = 4.63 = 0.926)
4.63 + 0.926=
=1.44m2 (NAD) asumsi 2.88m2 +1.75m2 5.6 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88 m = 4.63 m2
1 buah lemari + 1 kursi
+ 1 meja dengan luasan
1.75 m2
Mengelilingi pantai Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 5.6 m2
dengan perahu dan (1.20m x 1.20m) manusia = 4.63 = 0.926)
4.63 + 0.926=
banana boat =1.44m2 (NAD) asumsi 2.88m2 +1.75m2 5.6 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88 m = 4.63 m2
1 buah lemari + 1 kursi
+ 1 meja dengan luasan
1.75 m2
Total Luasan 22.4 m2

69
12. Fasilitas Beribadah (Musholla)

Tabel 22. Besaran Ruang Fasilitas Beribadah (Musholla)

Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan
Musholla Tempat wudhu Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 5.18 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 4.32 = 0.86)
4.32 + 0.86=
=1.44m2 (NAD). 1.44 m2 + 3 = 5.18 m2
Asumsi 3 orang. 4.32 m2

Ruang Shalat Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 7.37 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 6.44 = 1.29)
6.44 + 1.29=
=1.44m2 (NAD). 1.44 m2 + 5 = 7.37 m2
Asumsi 5 orang. 6.44 m2

Total Luasan 12.55 m2

13. Fasilitas Pengelola dan Servis

Tabel 23. Besaran Ruang Fasilitas Pengelola dan Servis

Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan
Area Pengelola Resepsionis Ruang gerak manusia Ruang gerak (30 % dari 8.6 1 10.32 m2
Pos Security (1.20 m x 1.20m) manusia = 5.76 = 1.72)

70
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 2.3 m2 = 8.6 +1.72=
4 orang 1.44 x 4 = 5.76 8.6 m2 10.32 m2

m2 . 1 buah meja dan 2


buah kursi dengan
luasan 2.3 m2
Ruang Brieffing Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 55.68 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 28.8 46.4 = 9.28)
46.4 +9.28=
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 17.6 m2 = 55.68 m2
20 orang 1.44 x 20 = 46.4m2
28.8m2 . 20 buah kursi +
2 buah meja pertemuan
dengan luasan 17.6 m2
Toilet Umum Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 12.67 m2
(1.20m x 1.20m) manusia = 8.64 10.56 = 2.11)
10.56 + 2.11=
=1.44m2 (NAD) asumsi m2 + 1.92 m2 = 12.67 m2
6 orang 1.44 x 6 = 8,64 10.56 m2
m2 3 buah kloset + 3
wastafel. dengan luasan
1.92 m2
Ruang Pimpinan Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 8.6 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 4.32 7.17 = 1.43)
7.17 +1.43=
71
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 2.85 m2 = 8.6 m2
3 orang 1.44 x 3= 4.32 7.17 m2
m2. 3 buah kursi + 1buah
meja + 1 buah lemari
dengan luasan 2.85 m2
Toilet di Ruang Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.18 m2
Pimpinan (1.20 m x 1.20m) manusia = 3.48 = 0.69)
3.48 +0.69=
=1.44m2 (NAD). 2.88m2 + 0.6m2 4.18 m2
Asumsi 2 orang 1.44 x 3.48= m2
2= 2.88m2. 1 closet + 1
wastafel dengan luasan
0.6 m2.
Ruang Staff Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 11.29 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 7.2 9.41 = 1.88)
9.41 +1.88=
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 2.21 m2 = 11.29 m2
5 orang 1.44 x 5= 7.2 9.41 m2
m2. 5 buah kursi + 1buah
meja + 1 buah lemari
dan 2 buah loker dengan
luasan 2.21 m2
Toilet di Ruang Staff Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.18 m2

72
(1.20 m x 1.20m) manusia = 3.48 = 0.69)
=1.44m2 (NAD). 2.88m2 + 0.6m2 3.48 +0.69=
4.18 m2
Asumsi 2 orang 1.44 x 3.48= m2
2= 2.88m2. 1 closet + 1
wastafel dengan luasan
0.6 m2.
Ruang Administrasi Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 16.83 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 4.32 14.03 = 2.80)
14.03 + 2.80=
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 3.95 m2 = 16.83 m2
3 orang 1.44 x 3= 4.32 14.03 m2
m2 . 5 buah kursi 2
lemari dan 1 buah meja
dengan luasan 3.95 m2
Toilet di Ruang Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.18 m2
Administrasi (1.20 m x 1.20m) manusia = 3.48 = 0.69)
3.48 +0.69=
=1.44m2 (NAD). 2.88m2 + 0.6m2 4.18 m2
Asumsi 2 orang 1.44 x 3.48= m2
2= 2.88m2. 1 closet + 1
wastafel dengan luasan
0.6 m2.
Ruang Tenaga Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 28.03 m2

73
Kebersihan (1.20 m x 1.20m) manusia = 1.44 23.36 = 4.67)
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 8.96 m2 = 23.36 + 4.67=
28.03 m2
10 orang 1.44 x 10= 14.4 23.36 m2
m2 . 10 buah kursi + 1
meja tv +4 ruang ganti
dan 2 loker dengan
luasan 8.96 m2
Ruang Genset Luas ruang genset - (20 % dari 18 1 21.6 m2
adalah 18 m2. = 3.6) 18
+3.6= 21.6 m2
Ruang Tandon Ruang gerak manusia Ruang gerak (30 % dari 1 26.36 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 5.76 20.28 = 6.08)
20.28+6.08=
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 14.52 m2 = 26.36 m2
4 orang 1.44 x 4 = 5.76 20.28 m2
m2. asumsi 6 buah
tendon ukuran 1.85m x
1.85 m = 2.42 m2.
dengan kapasitas 5.100
liter.
Ruang Panel Luas ruang panel adalah - (20 % dari 1 7.5 m2
6.25 m2. 6.25= 1.25)
6.25+1.25= 7.5

74
m2
Ruang Pompa Luas ruang pompa - (20 % dari 16 1 19.2 m2
adalah 16 m2. = 3.2) 16+3.2=
19.2 m2
Gudang Luas ruang peralatan - (30 % dari 27= 1 35.1 m2
adalah 27 m2. Ruang 8.1) 27+8.1=
35.1 m2
gerak manusia (1.20 m x
1.20m) =1.44m2 (NAD).
asumsi 3 orang 1.44 x 3=
4.32 m2.
Ruang Jaga Keamanan Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 4.1 1 4.92 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 2.88 =0.82)

=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 1.22 m2 = 4.1 + 0.82 =


4.92 m2
2 orang 1.44 x 2 = 4.1 m2
2.88m2. 2 buah kursi+ 1
meja dengan luasan 1.22
m2
Toilet Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.18 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 3.48 = 0.69)
3.48 +0.69=
=1.44m2 (NAD). 2.88m2 + 0.6m2 4.18 m2
Asumsi 2 orang 1.44 x 3.48= m2

75
2= 2.88m2. 1 closet + 1
wastafel dengan luasan
0.6 m2.
Total Luasan 275.81 m2

14. ATM Center

Tabel 24. Besaran Ruang ATM Center

Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan
ATM Center Ruang Penarikan Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 2 12.08 m2
Uang (1.20 m x 1.20m) manusia = 4.32 5.04 = 1) 5.04
+ 1= 6.04 m2
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 0.72 m2 =
3 orang 1.44 x 3 = 4.32 5.04 m2
m2 . 3 buah mesin atm
dengan luasan 0.72 m2
Total Luasan 12.08 m2

76
15. Pos Pelayanan Kesehatan

Tabel 25. Besaran Ruang Pos Pelayanan Kesehatan

Peruntukan Fasilitas Ruang Asumsi Besaran Ruang Sirkulasi Jumlah Unit Luasan
Pos Pelayanan Ruang Periksa Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 7.24 m2
Kesehatan (1.20 m x 1.20m) manusia = 2.88 6.03 = 1.21)
6.03 + 1.21 =
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 3.15 m2 = 7.24 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88 6.03 m2
m2 . 3 buah kursi + 1
buah meja + 1 tempat
tidur 3.15 m2
Ruang pekerja Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.5 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 2.88 3.74 = 0.75)
3.74 + 0.75 =
=1.44m2 (NAD). asumsi m2 + 0.86 m2 = 4.5 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88 3.74 m2
m2 . 2 buah kursi + 2
buah meja 0.86 m2
Ruang Obat-Obatan Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 5.92 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 4.93 = 0.99)
4.93 +0.99 =
=1.44m2 (NAD). asumsi 2.88 m2 + 2.05 5.92 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88 m2 = 4.93 m2

77
m2 2 buah lemari obat +
1 kursi 2.05 m2
Toilet Ruang gerak manusia Ruang gerak (20 % dari 1 4.18 m2
(1.20 m x 1.20m) manusia = 3.48 = 0.69)
3.48 +0.69=
=1.44m2 (NAD). Asumsi 2.88m2 + 0.6m2 4.18 m2
2 orang 1.44 x 2= 2.88m2. 3.48= m2
1 closet + 1 wastafel
dengan luasan 0.6 m2.
Total Luasan 21.84 m2

b. Besaran Ruang Area Parkir Kawasan


Tabel 26.Besaran Ruang Area Parkir
Kebutuhan Kapasitas Standar Sumber Luas Flow Total (m²)
Ruang (m²)

Parkiran Pengunjung (375 orang)

Mobil 30% 5 orang/mobil 30% dari 375 = 112,5 NAD 287,5 30% 373,75

112,5/5 = 22,05 dibulatkan (23)


23 mobil.

Parkiran 90° (2,50m x 5m)

78
12,5m²/mobil. Sirkulasi putar
2 arah lebar 5,5m

Motor 50% 2 orang/motor 50% dari 375 = 187,5 NAD 352,5 30% 458,25

187,5/2 = 93,75 dibulatkan 94 (94)


motor.

Parkiran 90° (1,5m x 2,5m)


3,75m²/motor. Sirkulasi putar
2 arah lebar 3 m

Bus 20 % 28 seat/bus 20% dari 375 = 75 NAD 72 30% 74,16

75/28 = 2,67 dibulatkan 3 bus (3)

90° (3m x 8m) 24m²/bus

Total Luasan Parkir 906,16 m2

79
c. Rekapitulasi Besaran Ruang

Tabel 27. Rekapitulasi Besaran Ruang


No. Jenis Ruang Luasan
1. Cottage 927.52 m2
2. Restaurant 280.27 m2
3. Caffe 86.02 m2
4. Privat Bar 49.28 m2
5. Ballroom 157.71 m2
6. Lounge 24.91 m2
7. Souvenier Shop 86.08 m2
8. Fitness Center 112.04 m2
9. Kolam Renang 191.56 m2
10. Spa Center 467.1 m2
11. Area Penyewaan Atraksi Wisata 22.4 m2
12. Library Beach Area Pinggir Pantai
13. Area Berjemur Area Pinggir Pantai
14. Musholla 12.55 m2
15. Fasilitas Pengelola dan Servis 275.81 m2
16. ATM Center 12.08 m2
17. Pos Pelayanan Kesehatan 21.84 m2
18. Tempat Parkir 906.16 m2
Total Luasan 3.633 m2

80
Dari hasil rekapitulasi besaran ruang diatas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

- Luasan lokasi : ± 70.000 m² atau 7 ha

- Ketentuan kepadatan bangunan pada kawasan tepi air menurut Dirjen Cipta Karya
(2000) maksimal 25%

70.000 x 25% = 17,500

- Luasan terbangun : ± 3.633 m²

- Luasan tidak terbangun : ± 13.867 m²

Sisa dari area tidak terbangun akan digunakan untuk ruang terbuka hijau dan pedestarian.

4.2.6 Organisasi Ruang

a. Organisasi Ruang Makro

Gambar 8. Organisasi Ruang Makro Kawasan Wisata Pantai Uilheanana


Sumber : Analisis, 2020

81
b. Organisasi Ruang Mikro
1. Area Resepsionis

Gambar 9. Organisasi Ruang Mikro (Area Resepsionis)


Sumber : Analisis, 2020
c. Cottage

Gambar 10. Organisasi Ruang Mikro (Cottage)


Sumber : Analisis, 2020
d. Restaurant, Caffe dan Privat Bar

Gambar 11. Organisasi Ruang Mikro (Area Restauran/Caffe/Privat Bar)


Sumber : Analisis, 2020
82
e. Souvenier Shop

Gambar 12. Organisasi Ruang Mikro (Area Souvenier Shop)


Sumber : Analisis, 2020
f. Spa Center

Gambar 13. Organisasi Ruang Mikro (Spa Center)


Sumber : Analisis, 2020
g. Pos Pelayanan Kesehatan

Gambar 14. Organisasi Ruang Mikro (Area Pelayanan Kesehatan)


Sumber : Analisis, 2020

83
h. Fitness Center

Gambar 15. Organisasi Ruang Mikro (Area GYM)


Sumber : Analisis, 2020
i. Pos Security

Gambar 16. Organisasi Ruang Mikro (Pos Security)


Sumber : Analisis, 2020
4.3 Lokasi

4.3.1 Kondisi Eksisting Tapak

Lokasi perancangan terletak di desa Uiboa, Kecamatan Semau Selatan,


Kabupaten Kupang. Luas lokasi perancangan yaitu 120.885 m2 dan
garis kelilingnya yaitu 1.634 meter. Batas lokasi perancangan kawasan
wisata pantai yaitu :

a. Utara : Berbatasan dengan laut

b. Selatan : Berbatasan dengan lahan kosong

c. Timur : Berbatasan dengan lahan kosong

d. Barat : Berbatasan dengan lahan Pantai Uinian

84
Gambar 17. Lokasi Perancangan
Sumber : Analisis, 2020

Gambar 18. Batas-Batas Site


Sumber : Analisis, 2020
85
Lokasi perancangan memiliki beberapa potensi, yaitu :

a. Memiliki hamparan pasir putih dan laut yang masih bersih.

b. Memiliki keunikan yaitu terdapat batu karang dan pohon kelapa di


pinggir pantai yang menciri khas pantai Uilheanana dan berbeda
dengan pantai lain yang ada di sekitar lokasi.

Gambar 19. Potensi Site


Sumber : Analisis, 2020
4.3.2 Topografi

Tanah yang berada di lokasi perancangan merupakan jenis tanah litosol


yang berarti tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Ciri-ciri jenis tanah ini yaitu berbatu dan berwarna merah.
Batuan yang ada pada lokasi perancangan termasuk dalam kategori
batuan karang di tepi pantai. Batu karang tersebut memiliki ciri yang
tajam, berwarna hitam dan berkelok-kelok sepanjang bibir pantai.
Topografi yang ada pada lokasi perancangan tergolong berkontur atau
memiliki kemiringan.

86
Gambar 20. Topografi Pada Site
Sumber : Analisis, 2020
4.3.3 Klimatologi

Pantai Uilheanana terletak Menurut hasil analisis klasifikasi iklim


berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson yang menggunakan quotient
(Q), iklim yang ada di Pulau Semau yaitu dikategorikan iklim E atau
daerah agak kering. Intensitas dan distribusi hujan di Pulau Semau
tidak merata sepanjang tahun. Rata-rata curah hujan tahunan di Pulau
Semau yaitu 5 bulan basah (November-Maret) dan 6 bulan kering
(Mei-Oktober) dan rerata suhu udara tahunan adalah 27,2 °C dengan
suhu maksimum terjadi pada bulan November (29°C) dan suhu
terendah pada bulan Juli dan Agustus (26°C).

4.3.4 Vegetasi

Vegetasi yang berada di lokasi perancangan cukup beragam, seperti


pohon asam hutan, pohon kaktus, pohon kelapa dan tanaman liar.

87
Gambar 21. Vegetasi Pada Lokasi
Sumber : Analisis, 2020
4.3.5 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju ke lokasi perancangan dari Kota Kupang


berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 6 Februari 2020 yaitu
melewati jalur laut dengan menggunakan perahu atau kapal Ferry.
Sekitar 15 menit berlabuh, akan tiba di pelabuhan Hansisi, Semau.
Selanjutnya, menggunakan mobil pickup atau kendaraan pribadi
menuju lokasi perancangan dengan waktu sekitar 1 jam.

Gambar 22. Aksesibilitas Menuju Site


Sumber : Analisis, 2020

88
4.4 Analisis Pendekatan Arsitektur Ekologi

Perancangan arsitektur dengan konsep ekologi, berarti ditujukan pada pengelolaan tanah,
air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi penggunaan sumber daya alam
tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi alternatif (solar, angin, air, bio).
Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan konsep hemat energi mulai
pengambilan dari alam dan penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosial
budaya, dan ekonomi. Keselarasan dengan perilaku alam, dapat dicapai dengan konsep
perancangan arsitektur yang kontekstual, yaitu pengolahan perancangan tapak dan
bangunan yang sesuai potensi setempat, termasuk topografi, vegetasi dan kondisi alam
lainnya. Dalam perancangan kawasan wisata pantai Uilheanana, ada beberapa penekanan
untuk merancang objek dengan pendekatan ekologi, yaitu :

4.4.1 Organisasi Massa Bangunan

Organisasi bangunan yang dibahas meliputi orientasi dan tata massa bangunan
berdasarkan arah edar matahari dan angin yang disesuaikan dengan kondisi
eksisting tapak. Menurut Lippsmeir (1997) orientasi bangunan yang baik
dipengaruhi oleh edar matahari yaitu utara selatan dengan posisi bangunan
memanjang ke arah timur barat, sedangkan orientasi bangunan berdasarkan
arah angin yaitu tegak lurus terhadap arah datangnya angin. Sedangkan
berdasarkan kondisi eksisting orientasi yang tepat untuk memanfaatkan view
potensial pantai berlawanan dengan orientasi sinar matahari. Karena desain
merupakan bangunan komersial yang memberikan kenyamanan dan
memanjakan mata penghuni maka view pantai dijadikan view utama sebagai
daya tarik yang ditawarkan maka orientasi yang dipilih yaitu orientasi yang
menghadap view potensial pantai untuk bangunan unit cottage sedangkan
bangunan penunjang yang tidak perlu mempertimbangkan view diletakkan
sesuai dengan arah edar matahari.

89
Gambar 23. Organisasi Massa Bangunan
Sumber : Analisis, 2020
Untuk mengatasi permasalahan terhadap arah sinar matahari dan
kelebihan angin karena lokasi perancangan berada di pantai maka:

1. Diberikan tirai yang terbuat dari bambu/kayu dengan sifatnya yang


fleksibel dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

2. Sedangkan untuk mengatasi arah angin diberikan alternatif berupa


vegetasi dan bukaan (jendela) untuk mengarahkan angin agar
maksimal masuk ke dalam bangunan. Vegetasi mempunyai banyak
fungsi dalam menunjang desain. Menurut Hakim (2003) vegetasi
mempunyai fungsi secara ekologis yaitu:

a. Mampu menyerap CO2 dan menghasilkan O2 (oksigen) dan


meningkatkan kadar uap air yang mendinginkan udara pada
siang hari bagi makhluk hidup.

b. Memperbaiki kondisi iklim setempat, permukaan tanah yang


ditutupi oleh penghijauan akan berdampak pada suhu lebih
sejuk, pergerakan udara lebih baik, dan debu berkurang. Efek
90
bayangan dari vegetasi bisa menahan 70% panas matahari serta
mampu menurunkan suhu udara sebesar 5,5-11ºC. Permukaan
berumput lebih dingin 33% dibandingkan dengan paving,
karena rumput dapat menjaga agar suhu tetap konstan
sedangkan paving lebih banyak memantulkan panas.

c. Pengontrol radiasi sinar matahari, tipe vegetasi yang digunakan


akan mempengaruhi derajat pengontrolan radiasi sinar matahari
diantaranya: tanaman hijau mampu mereduksi 80% penetrasi
cahaya, pohon yang berdaun lebar dapat mereduksi cahaya 51-
54% sedangkan untuk semak dan groundcover (penutup tanah
rerumputan/ soft material) mereduksi suhu 5,5-7,8º C pada
siang hari. Misalnya pohon angsana berfungsi sebagai
penyaring udara dan mengurangi polusi udara, cemara pantai
berfungsi sebagai konservasi tanah dan rehabilitasi lahan serta
penahan angin di area sempadan pantai, ketapang berfungsi
sebagai pemecah angin dan peneduh. Pohon mahoni dengan
kekuatan akarnya dapat menahan erosi tanah yang diletakkan di
area kontur dan lain sebagainya. Pemilihan jenis vegetasi dan
tata letaknya di rancang untuk mendukung konsep ekologi
sehingga rancangan vegetasi tersebut dapat menghemat
penggunaan operasional AC, energi listrik

Gambar 24. Tipe Vegetasi Untuk Mereduksi Panas


Sumber : Analisis, 2020

91
4.4.2 Tata Massa Bangunan

Penataan massa yang tepat dapat memaksimalkan aliran angin antar


massa bangunan. Menurut Bromberek (2009), memberikan alternatif
tata massa yang dapat memaksimalkan aliran angin dalam tapak
maupun bangunan. Pola tata massa tersebut adalah tatanan massa
secara linear dan cluster. Untuk tata massa secara linear banyak sisi-
sisi bangunan yang tidak mendapatkan aliran angin sehingga sirkulasi
silang tidak berjalan dengan baik karena sirkulasi angin terhalang
antar satu bangunan dengan bangunan yang lain serta pola tata massa
linear terkesan monoton.

Gambar 25. Pola Linear


Sumber : Analisis, 2020
Tata massa secara cluster akan banyak sisi bangunan yang
mendapatkan aliran angin dan sirkulasi angin silang akan berjalan
dengan baik. Pola tata massa cluster terkesan tidak monoton. Akan
tetapi dengan penyusunan secara cluster massa bangunan yang
tersusun lebih sedikit daripada susunan secara linear.

92
Gambar 26. Pola Cluster
Sumber : Analisis, 2020
Oleh karena itu, pada perancangan kawasan wisata pantai Uilheanana
menggunakan konsep ekologi sehingga pola tata massa yang dipilih
adalah pola tata massa secara cluster. Dengan penataan massa cluster
akan banyak sisi bangunan yang terkena aliran angin dibandingkan
dengan penataan linear. Selain itu penataan cluster, tata bangunan
tidak akan terlihat monoton. Dengan begitu bangunan akan dapat
memaksimalkan penggunaan aliran angin. Namun penataan secara
linear juga diterapkan sesuai dengan kondisi fisik lokasi.

4.4.3 Sistem Penghawaan

Konsep ekologi pada bangunan terhadap sistem penghawaan untuk


menghasilkan cross ventilation dan kecepatan angin di dalam
bangunan dapat ditempuh melalui ukuran, bentuk dan posisi serta jenis
bukaan yang diterapkan pada desain untuk dapat memaksimalkan
penghawaan alami. Sehingga mampu memberikan kenyamanan pada
penghuni yang berada di dalam bangunan. Sehingga meminimalisir
operasional AC dan menghemat penggunaan energi.

93
a. Ukuran

Kecepatan udara yang terdapat dalam suatu ruang akan tercapai


dengan ukuran lubang inlet yang lebih kecil dibandingkan outlet.
Ukuran inlet yang lebih kecil dari outlet akan meningkatkan
kecepatan aliran udara di dalam ruang sebesar 30% dan begitu pula
sebaliknya.

Gambar 27. Ukuran Cross Ventilation


Sumber : Analisis, 2020
b. Bentuk dan Posisi Bukaan

Peletakan bukaan pada dinding akan memberikan pengaruh


terhadap alur aliran udara di dalam ruang. Jika lubang inlet
diletakkan lebih rendah daripada lubang outlet, udara akan
bergerak sepanjang ruang pada ketinggian tubuh manusia sehingga
tubuh manusia dapat merasakan kesejukan dari udara tersebut.
Sebaliknya jika lubang inlet diletakkan lebih tinggi daripada lubang
outlet, justru akan membuat udara hanya menjangkau sebagian
kecil tubuh manusia bagian atas sehingga kesegaran udara tidak
dapat dirasakan penghuni di dalam bangunan. Posisi inlet
sebaiknya pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5 m-
0,8 m, sementara bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tinggi
karena udara yang akan dikeluarkan dari ruangan itu adalah udara
yang panas dan udara yang panas selalu berada di bagian atas
ruangan. Sedangkan desain bukaan yang tepat dapat
memaksimalkan pergerakan angin di dalam bangunan sehingga

94
dapat memaksimalkan penghawaan alami yang masuk ke dalam
bangunan. Letak bukaan di desain agar dapat terjadi cross
ventilation. Sehingga angin dapat menjangkau seluruh bangunan.

Gambar 28. Bentuk dan Posisi Bukaan Cross Ventilation

Sumber : Analisis, 2020


c. Jenis Bukaan

Jenis bukaan yang dipilih haruslah yang mampu mengalirkan angin


ke dalam bangunan secara maksimal. Bromberek (2009),
memberikan alternatif jenis bukaan untuk dapat memaksimalkan
aliran angin.

Tabel 28. Jenis Bukaan

Jenis Bukaan Karakter Bukaan Visualisasi Gambar

Jendela gantung Jendela gantung


atas (awning) atas (awning)

Jendela gantung Bukaan ke arah


bawah (hooper) luar atau dalam
bangunan dapat
memaksimalkan

angin 70%

95
Jendela geser Jenis jendela ini
vertikal (vertical hanya dapat
terbuka setengah
siding)
bagian, sehingga
volume udara yang
masuk akan lebih
kecil dibanding
pada penggunaan
jendela dorong
atau jendela putar.
Dapat
memaksimalkan
angin 50%

Jendela geser Bukaan kearah


horizontal samping. Dapat

(horizontal memaksimalkan
sliding) angin 50%

Jendela dorong Jenis bukaan ini


(casement) memberikan
ventilasi yang baik
karena kedua daun
jendela dapat
terbuka lebar.
Dapat
memaksimalkan
angin 90%

Jendela Terbuka dengan


putar/pivot poros berada di
tengah, terbuka
vertikal/horisontal
secara vertikal.
Dapat

96
memaksimalkan
angin 50%

Jalusi Memiliki daun


jendela yang
(glass lourves)
banyak dan arah
bukaan horizontal.
Dapat

memaksimalkan
angin 90%

4.4.4 Sistem Pencahayaan

Desain ekologi adalah desain yang mampu menghemat seminimal


mungkin penggunaan energi dalam setiap operasionalnya. Sehingga
dalam desain semaksimal mungkin menggunakan pencahayaan alami
dan sistem terbarukan dalam pengelolaannya. Untuk dapat
memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan
dapat dilakukan dengan memberikan bukaan yang cukup lebar dan
banyak agar sinar matahari dapat masuk ke dalam bangunan.
Sedangkan untuk pencahayaan buatan menggunakan lampu hemat
energi seperti lampu LED sehingga dapat digunakan sebagai cadangan
sumber energi listrik.

Gambar 29. Sistem Pencahayaan

Sumber : Analisis, 2020


97
4.4.5 Pemilihan Material

Penggunaan material pada suatu bangunan memegang peranan penting


terkait dengan tujuan hemat energi dan ramah lingkungan. Pemilihan
material bangunan yang tepat untuk bangunan ekologi adalah material
ramah lingkungan sehingga menghasilkan bangunan yang berkualitas
sekaligus ramah lingkungan, khususnya pemanfaatan material ekologis
atau material yang ramah lingkungan. Klasifikasi bahan bangunan
yang ramah lingkungan yaitu :

Tabel 29. Pemilihan Material Ekologis

Penggolongan Ekologis Bahan Bangunan

Bahan bangunan yang dapat Kayu, bambu, rotan, rumbia,


dibudidayakan kembali atau alang-alang, serabut kelapa, kulit
regeneratif kayu, kapas, kapuk, kulit
binatang, wol.

Bahan bangunan alam yang dapat Tanah, tanah liat, lempung, tras,
digunakan kembali kapur, batu kali, batu alam.

Bahan bangunan alam yang dapat Limbah, potongan, sampah,


digunakan kembali (recycling) ampas, bahan kemasan, mobil
bekas, serbuk kayu, potongam
kaca.

Bahan bangunan alam yang Batu merah, genteng tanah liat,


mengalami perubahan transformasi batako, conblock, logam, kaca,
sederhana semen

Bahan bangunan yang mengalami Plastik, bahan sintetis, epoksi


tingkat perubahan transformasi

Bahan bangunan komposit Beton bertulang, pelat serat


semen, beton komposit, cat
kimia, perekat

Sumber : Frick dan Suskiyatno (2007)

98
Jika ditinjau dari teori tersebut, maka material yang digunakan dalam
desain adalah material kayu olahan atau kayu yang berasal dari daerah
setempatDan dikombinasikan dengan material lain berupa paving
block, grass block, dengan penerapan sesuai dengan fungsi bangunan.

Gambar 30. Material Dalam Rancangan

Sumber : Analisis, 2020


4.4.6 Sistem Sanitasi

Pengolahan sanitasi pada kawasan pesisir harus memperhatikan aspek


ekologi dimana ramah terhadap lingkungan. Pengolahan tersebut
sebisa mungkin tidak merusak ekosistim dan dapat dimanfaatkan
kembali. Sehingga konsep yang dapat digunakan pada desain
menggunakan konsep rain water harvesting. Dimana air limbah
buangan dan air hujan ditampung di atap dan diolah untuk dapat
digunakan kembali sebagai pemenuhan kebutuhan air sekunder seperti
penyiraman lansekap.

Gambar 31. Sistem Penampungan Rain Water Harvesting

Sumber : Analisis, 2020


99
4.5 Analisis Tapak

4.5.1 Penzoningan

Penzoningan pada kawasan wisata memiliki 3 bagian yaitu primer,


sekunder dan tersier. Dengan fungsi sebagai berikut :

Tabel 30. Jenis Penzoningan

Zona Deskribsi

Primer Zona ini merupakan zona yang berfungsi


sebagai fasilitas utama dalam
perancangan seperti penginapan cottage.

Sekunder Zona ini merupakan zona yang berfungsi


sebagai fasilitas untuk mendukung
fasilitas utama seperti restaurant, caffe,
lounge, dan sebagainya.

Tersier Zona ini merupakan zona yang berfungsi


sebagai fasilitas pelengkap seperti
pelayanan service.

1. Analisis Penzoningan bersadarkan Tapak

Analisis penzoningan dilakukan berdasarkan potensi yang ada pada


kawasan pantai Uilheanana sehingga dapat difungsikan sebagai suatu
kawasan perancangan dengan memanfaatkan keindahan alam di
pantai tersebut. Contohnya, dapat difungsikan sebagai, tempat atraksi
wisata, tempat bersantai, kolam renang, dan lain sebagainya.

100
Gambar 32. Penzoningan Berdasarkan Tapak

Sumber : Analisis, 2020


2. Analisis Penzoningan Berdasarkan Fungsi

Penzoningan berdasarkan fungsi sesuai dengan potensi yang ada pada


lokasi perancangan. Ada beberapa aspek yang perlu di pertimbangkan
dalam penzoningan, yaitu :

a. Potensi dalam tapak

b. Organisasi ruang

c. Aktivitas dan fasilitas

d. Mudah dalam pencapaian

e. Orientasi yang jelas

f. Prinsip perancangan arsitektur ekologi

101
Gambar 33. Penzoningan Berdasarkan Fungsi

Sumber : Analisis, 2020


4.5.2 Topografi

Kondisi topografi pada lokasi perancangan akan menentukan


bagaimana penataan massa bangunan dan fasilitas. Perancangan pada
kawasan wisata pantai di Pantai Uilheanana berkaitan dengan kondisi
topografi yang ada karena berpengaruh terhadap hal-hal berikut:

a. Penataan fasilitas dan massa bangunan dalam orientasi membangun


sehingga memiliki hubungan dengan kondisi kontur pada site
eksisting

b. Penerapan dalam struktur bangunan yang akan di gunakan pada


lokasi perancangan

c. Material yang akan di gunakan pada setiap fasilitas pada site


perancangan
102
d. Penentuan view terbaik dari dalam site keluar.

Gambar 34. Topografi Pada Tapak

Sumber : Analisis, 2021


Sehingga dari beberapa pertimbangan di atas, maka terdapat
beberapa alternatif yaitu :

1. Mempertahankan kontur yang ada pada lokasi

Keuntungan :

a. Tidak membutuhkan biaya yang banyak dalam proses


penataan

b. Tapak perancangan lebih terbentuk alami

c. Tidak membutuhkan tenaga tambahan dalam proses


penataan

d. Tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses


pengerjaan

Kerugian :

Dalam penataan massa bangunan dan fasilitas harus


disesuaikan dengan keadaan kontur yang ada.

103
2. Menerapkan cut and fill pada lokasi

Gambar 35. Sistem Cut And Fill

Sumber : Anonim, 2018


Keuntungan :

a. Pengolahan tapak menjadi semakin lebih mudah

b. Adanya kesesuaian dalam merencanakan dan


menempatkan bangunan

Kerugian :

a. Membutuhkan biaya dalam proses pengerjaannya

b. Membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya

c. Memerlukan tenaga tambahan dalam pengerjaannya

Pemilihan Alternatif :

Berdasararkan alternatif diatas maka, yang diterapkan dalam


perancangan adalah alternatif pertama dan kedua yaitu
mempertahankan kontur dan juga menerapkan sistem cut and
fill. Mempertahankan kontur, dengan pertimbangan pada
lokasi perancangan dimana kontur bisa dijadikan sebagai
potensi dalam perancangan, sedangkan sistem cut and fill,
dengan pertimbangan disesuaikan dengan kebutuhan dalam
perancangan.

104
4.5.3 Klimatologi

1. Arah Edar Matahari

Cahaya matahari pada lokasi perancangan dapat dimanfaatkan


sebagai pencahayaan alami di pagi dan siang hari. Namun,
cahaya matahari secara langsung harus dikurangi, sehingga
massa bangunan yang mengarah ke arah timur dan barat harus
dimilimalisir bukaannya.

Gambar 36. Arah Edar Matahari

Sumber : Analisis, 2020


Beberapa alternatif yang digunakan untuk arah edar matahari
adalah :

a. Meminimalisir bukaan dan orientasi pada bangunan

Bukaan pada bangunan akan di minimalisir pada arah barat


dan timur bertujuan untuk menghindari penyinaran
langsung dari sinar matahari. Orientasi bangunan juga
menyesuaikan dengan cara, bentangan terlebar pada
bangunan diarahkan pada bagian utara atau selatan site.
Sementara bentangan tersempit pada bangunan mengarah
pada bagian barat atau timur site.

105
Gambar 37. Orientasi Pada Bangunan

Sumber : Analisis, 2020


b. Memberikan vegetasi

Vegetasi ditempatkan pada bagian barat dan timur agar


dapat membantu memfilter sinar matahari yang masuk ke
dalam bangunan, dan juga bayangan vegetasi bisa menahan
70% panas matahari serta mampu menurunkan suhu udara.

106
Gambar 38. Penempatan Vegetasi

Sumber : Analisis, 2020

c. Memberikan sunscreen

Sunscreen digunakan untuk membantu mengatur besarnya


cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Suncreen yang
digunakan terbuat dari material bambu.

Gambar 39. Penggunaan Sunscreen

Sumber : Analisis, 2020

107
Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, yang diterapkan dalam


perancangan adalah menggabungkan ketiga alternatif dan
disesuaikan dengan fungsi dan kondisi dari massa bangunan
yang ada dalam perancangan.

2. Arah Angin

Angin yang berada pada lokasi perancangan sangat


berpengaruh karena tapak tepat di pinggir pantai, dan angin
berhembus cukup kencang. Beberapa alternatif yang digunakan
untuk arah angin adalah :

a. Memberikan Vegetasi

Vegetasi ditempatkan pada perancangan sehingga bertujuan


untuk membantu memfilter angin yang masuk kedalam
bangunan .

Gambar 40. Penggunaan Vegetasi

Sumber : Analisis, 2020


b. Menerapkan Sistem Cross Ventilation

Menerapkan sistem cross ventilation bertujuan untuk dapat


memaksimalkan penghawaan alami, sehingga mampu
memberikan kenyamanan pada penghuni yang berada di
dalam bangunan dan juga dapat meminimalisir operasional
AC dan menghemat penggunaan energi.

108
Gambar 41. Penerapan Sistem Cross Ventilation

Sumber : Anonim, 2015


Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, yang diterapkan dalam


perancangan adalah menggabungkan kedua alternatif dan
disesuaikan dengan fungsi dan kondisi dari massa bangunan
yang ada pada perancangan.

3. Curah Hujan

Berdasarkan data statistik dari Kabupaten Kupang Dalam


Angka 2016, curah hujan pada lokasi memiliki interval hujan
yang terjadi mulai November-April dengan rata-rata curah
hujan 403.3/13.6 mm/HH.

Gambar 42. Tabel Curah Hujan Kabupaten Kupang

Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka 2016

109
Beberapa alternatif yang digunakan untuk curah hujan adalah :

a. Menggunakan sistem rain water harvesting

Sistem ini merupakan penampungan air limbah buangan


dan air hujan yang ditampung di atap dan diolah untuk
dapat digunakan kembali sebagai pemenuhan kebutuhan air
sekunder seperti penyiraman lansekap.

Gambar 43. Sistem Rain Water Harvesting

Sumber: Anonim, 2016

b. Drainase

Dibuatnya drainase bertujuan untuk mengurangi adanya


genangan air yang mengganggu aktifitas pada lokasi.

Air yang mengalir

Drainase

Gambar 44. Penerapan Drainase

Sumber: Analisis, 2020


110
Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, yang diterapkan dalam


perancangan adalah menggabungkan kedua alternatif agar
dapat mengurangi genangan air yang berlebihan dalam
perancangan dan disesuaikan dengan fungsi dan kondisi
dari kawasan pantai yang akan dirancang.

4. View

View atau pandangan merupakan aspek yang cukup penting


pada bangunan, karena mempengaruhi kenyamanan bagi para
pengunjung, sehingga dibutuhkan view atau pandangan yang
bagus untuk kenyamanan para pengunjung.

a. View dari dalam site

a) Data

Lokasi site berada pada pinggir pantai merupakan


sebuah potensi, sehingga view bangunan harus
mengarah ke pantai. Pada beberapa titik view juga
dimaanfaatkan untuk melihat sunset dan juga sunrise.

Gambar 45. Data View Dari Dalam Site

Sumber: Analisis, 2020

111
b) Analisis

Gambar 46. Analisis View Dari Dalam Site

Sumber: Analisis, 2020

Berdasarkan analisis pemanfaatan view dari dalam site,


maka view yang berpotensi, seperti memiliki
pemandangan yang menarik di berikan tanaman
penghias untuk menambah estetikanya. Potensi yang
berada pada bibir pantai di berikan vegetasi serta bukaan
dari bangunan untuk memperindah pandangan ke view
utama. View yang mengarah ke lahan kosong akan di
diberikan vegetasi sehingga terlihat lebih tertata dan
menarik dan juga dapat difungsikan dengan baik.

112
b. View dari luar site

a) Data

Potensi dari lokasi yaitu berada di pinggir pantai,


sehingga view utama dari bangunan harus
mengarah ke pantai.

Gambar 47. Data View Dari Luar Site

Sumber: Analisis, 2020

113
b) Analisis

Gambar 48. Analisis View Dari Luar Site

Sumber: Analisis, 2020

Berdasarkan analisis view, maka di bagian timur, ditempatkan fasilitas


yang berhubungan dengan privasi sehingga matahari pagi dapat
difungsikan oleh pengunjung dalam melakukan aktivitas, sedangkan
pada bagian barat, ditempatkan sebagai tempat parkir dan titik tengah
dari kawasan difungsikan sebagai penunjang yang berhubungan
dengan food dan bersantai sehingga dapat menikmati matahari
terbenam di sore hari. Pada beberapa titik view juga berikan vegetasi
sehingga terlihat lebih tertata dan menarik.

114
4.5.4 Vegetasi

Analisis ini bertujuan untuk menentukan penggunaan atau pemilihan


vegetasi dalam mendukung pengolahan tapak yang ada pada lokasi
perancangan. Vegetasi tersebut berupa vegetasi peneduh, vegetasi
pengarah, dan vegetasi penghias. Berdasarkan data vegetasi yang
ditemukan pada lokasi perancangan, vegetasi yang dominan pada
lokasi perancangan yaitu pohon asam hutan dan pohon perdu.

Gambar 49. Analisis Vegetasi

Sumber: Analisis, 2020

Ada beberapa alternatif yang digunakan dalam pemilihan dan


pemakaian vegetasi, antara lain :

1. Mempertahankan vegetasi yang ada pada lokasi perancangan

Keuntungan :

Tidak membutuhkan banyak biaya tambahan.

115
Kerugian :

a. Tidak adanya estetika dalam penataan vegetasi di dalam site

b. Tidak sesuainya peletakan vegetasi dengan yang direncanakan


dalam perancangan.

c. Kondisi tapak terlihat tidak teratur.

2. Mengganti semua vegetasi dan menata ulang

Keuntungan :

a. Menambah keasrian pada tapak

b. Memberi kesejukan pada tapak

c. Menciptakan tapak dengan orientasi yang jelas

Kerugian :

a. Membutuhkan biaya tambahan dalam proses pengerjaannya

b. Membutuhkan perawatan khusus

c. Membutuhkan tenaga yang banyak dalam proses pengerjaan

3. Mempertahankan beberapa vegetasi seperti pohon asam hutan dan


pohon kelapa yang menjadi ciri khas tapak dan mengganti dengan
vegetasi baru sesuai dengan fungsinya

Keuntungan :

a. Tetap terlihat vegetasi yang menciri khas lokasi perancangan

b. Memberi kesejukan pada tapak dan menambah kesan estetika

c. Tapak terlihat lebih rapi dengan penataan baru

d. Orientasinya pada tapak lebih terlihat jelas

Kerugian :

a. Membutuhkan biaya tambahan dalam proses pengerjaannya

b. Membutuhkan perawatan khusus

116
c. Membutuhkan tenaga yang banyak dalam proses pengerjaan

Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, yang diterapkan dalam


perancangan adalah alternatif ketiga yaitu mempertahankan
beberapa vegetasi seperti pohon asam hutan dan pohon kelapa
dan mengganti dengan beberapa vegetasi baru sesuai dengan
fungsinya. Dengan pertimbangan site dimana memiliki vegetasi
yang tidak tertata secara baik, namun terdapat beberapa
vegetasi yang menjadi ciri khas. Sehingga, vegetasi yang
menjadi ciri khas tersebut tetap dipertahankan sedangkan
vegetasi yang tumbuh secara liar dihilangkan.

4.5.5 Analisis Entrance

Akses jalan menuju ke lokasi perancangan hanya dapat dilewati


dengan dua arah dengan kondisi jalan yang kurang baik dan memiliki
lebar jalan kurang lebih 3 meter. Berdasarkan pencapaian menuju site,
maka entrance diletakkan pada entrance tercepat dan aman pada site
guna memberikan kemudahan bagi pengunjung dalam mencapai site.
Terdapat beberapa alternatif entrance yaitu :

1. Alternatif 1

ME dan SE disatukkan dan diletakkan berbatasan dengan pantai


Uinian

117
Gambar 50. ME Dan SE Disatukkan

Sumber: Analisis, 2020

2. Alternatif 2

ME dan SE dipisahkan

Gambar 51. ME Dan SE Dipisahkan

Sumber: Analisis, 2020

118
Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, alternatif yang diterapkan


dalam perancangan adalah alternatif kedua yaitu Main Entrance
dan Side Entrance dipisahkan dengan pertimbangan kondisi site
yang berdekatan dengan jalan utama sehingga dengan
dipisahkannya ME dan SE maka lebih memudahkan akses masuk
dan keluar untuk pengunjung/wisatawan yang menginap dan untuk
pelayanan service .

4.5.6 Sirkulasi

Sirkulasi memiliki hubungan yang erat dengan fasilitas-failitas di


dalam perancangan kawasan pantai. Sistem sirkulasi dapat
menghubungakan setiap zona dalam perancangan dan dapat menjadi
arah dalam pencapaian satu fasilitas ke fasilitas lainnya. Sirkulasi yang
kurang baik dapat mengganggu aktivitas yang ada pada lokasi
perancangan.

1. Pedestrian

Merupakan salah satu elemen penting dalam perancangan yang


berperan untuk mempermudah aktivitas manusia dalam
melakukan aktivitas dari satu fasilitas ke fasilitas yang lainnya.

Tabel 31. Pola Pedestrian

ALTERNATIF BENTUK POLA KEUNTUNGAN KERUGIAN

1. Organik Bersifat fleksibel Lebih


berkelok-
kelok karena
disesuaikan
dengan
kontur

119
2. Linear (Linier) Lebih sederhana Jalur
sehingga sirkulasi
memudahkan yang panjang
wisatawan dalam dan lurus
melakukan akan
aktivitas. menimbulkan
kebosanan

Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, sirkulasi pedestrian yang


diterapkan dalam perancangan adalah alternatif pertama yaitu
organik dengan pertimbangan disesuaikan dengan kontur yang
ada pada site.

2. Kendaraan dan parkir

Kendaraan yang terdapat pada perancangan kawasan pantai ini


berupa mobil, sepeda motor, bus dan tangki yang berasal dari
kendaraan pengunjung, pengelola, dan juga servis. Untuk
kendaraan dari pengunjung dibatasi dari main entrance yang
akan dilanjutkan menuju lahan parkir yang telah di sediakan.
Sedangkan untuk pengelola dan service akan di batasi dari Side
Entrance menuju lahan parkir yang telah disediakan dan
menuju ke tempatnya masing-masing. Adapun beberapa
alternatif pola parkir pada perancangan yaitu :

A. Pola Parkir 30°

Gambar 52. Pola Parkir 30°

Sumber: Anonim, 2015

120
Keuntungan :

a. Memudahkan akses masuk kendaraan

Kerugian :

b. Keluar kendaraan susah

c. Jumlah parkir lebih sedikit

B. Pola Parkir 60°

Gambar 53. Pola Parkir 60°

Sumber: Anonim, 2015

Keuntungan :

a. Memudahkan akses masuk kendaraan

b. Memudahkan akses keluar kendaraan

Kerugian:

Jumlah parkir tidak sebanyak pola parkir 90°

C. Pola Parkir 90°

Gambar 54. Pola Parkir 90°

Sumber: Anonim, 2015

121
Keuntungan :

a. Jumlah parkir yang banyak

b. Dapat di capai dua arah

Kerugian :

Membutuhkan space yang lebih besar di tengah-tengah


untuk keluar masuk kendaraan.

Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, pola parkir yang


diterapkan dalam perancangan yaitu pola parkir 90° atau
parkir tegak lurus dengan pertimbangan sistem untuk
parkiran dapat terorganisir secara baik dan efesien.

4.5.7 Material Pekerasan Pedestrian

Tabel 32. Material Pekerasan Pedestrian

No. Alternatif Keuntungan Kerugian

1. ➢ lebih terkesan ➢ Perawatan


sejuk, karena yang mahal
adanya rumput
➢ Gampang rusak
di cela paving
saat terkena
Grass Block block
benturan keras
➢ Mudah dalam
pemasangan

➢ Tidak
menggenang
saat hujan

122
2. ➢ Jalur pedestarian ➢ Biaya
lebih menarik perawatan yang
mahal
➢ Tekstur dan
warna batu alam ➢ Materialnya
yang menarik cenderung
Batu Alam
memberikan berat sehingga
kesan nyaman saat distribusi
pada dan
pengunjung pemasangan
kawasan cukup repot

Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, material perkerasan yang


diterapkan dalam perancangan adalah kedua alternatif.
Dengan pertimbangan, disesuaikan dengan kondisi dan
fungsi dari kawasan pantai dalam perancangan.

4.5.8 Utilitas

1. Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih yang digunakan adalah sumur bor. Dengan sistem
distribusi air down feed. Air ditampung pada tangki bawah kemudian
dipompa ke tangki atas yang ada pada bagian atas kemudian air
didistribusikan ke seluruh ruangan yang ada.

Gambar 55. Distribusi Jaringan Air Bersih

Sumber : Zakkiyah, 2017

123
2. Jaringan Air Kotor

Sistem distribusi air kotor yang diterapkan pada perancangan kawasan


wisata di pantai Uilheanana adalah :
a. Air kotor yang berasal dari toilet, limbah dapur dan cucian akan
disalurkan ke septictank lalu diteruskan ke area resapan.

Gambar 56. Distribusi Jaringan Air Kotor

Sumber : Arsitek, 2010

b. Untuk air hujan akan disalurkan keliling bangunan kemudian


disalurkan ke saluran induk dalam tapak.

Gambar 57. Distribusi Jaringan Air Hujan

Sumber : Analisis, 2020

3. Listrik

Sistem penerangan/pencahayaan pada awasan wisata pantai


Uilheanana, lebih memanfaatkan sistem penerangan alami dan
mengurangi sistem penerangan buatan.

124
a. Sistem Penerangan Alami
Pada lokasi perancangan penerangan alami sangat dibutuhkan
untuk pencahayaan dalam setiap bangunan yang ada. Dengan
pertimbangan pendekatan yang digunakan yaitu ekologi dan
sesuai dengan prinsip hemat energi.
b. Sistem Penerangan Buatan
Kebutuhan tenaga listrik di dalam tapak dan bangunan
sepenuhnya disuplai oleh Perusahaan Listrik Nasional (PLN) di
Semau, sedangkan untuk menyiapkan tenaga listrik cadangan
diperlukan genset yang dapat dimanfaatkan bila tenaga listrik
dari PLN padam. Persiapan genset ini sangat diperlukan karena
kebutuhan tenaga listrik sangat penting. Selain untuk sumber
penerangan dimalam hari juga berfungsi untuk mengoperasikan
barang elektronik dalam gedung.

Gambar 58. Skema Penyaluran Listrik

Sumber : Analisis, 2020

Pemilihan Alternatif :

Berdasarkan alternatif diatas maka, jaringan listrik


(pencahayaan) yang diterapkan dalam perancangan adalah
menerapkan kedua alternatif. Dengan pertimbangkan, konsep
ekologi dimana dapat meminimalisir jaringan listrik dalam
perancangan, sehingga pencahayaan alami digunakan untuk
kebutuhan dipagi hari dan pencahayaan buatan digunakan
untuk kebutuhan dimalam hari.

4. Persampahan

Sampah dalam kawasan perencanaan meruapakan sampah organik,


non-organik, sampah basah dan sampah kering. Sampah-sampah ini

125
akan ditampung terpusat sesuai dengan jenisnya pada tempat sampah,
yang kemudian akan di salurkan pada tempat pembuangan sampah
sementara dan akan didistribusikan ke tempat pembuangan sampah
akhir.

Gambar 59. Skema Persampahan

Sumber : Analisis, 2020

5. Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran yang diterapkan dalam perancangan adalah


menggunakan sistem pole hydrant/Siamese dengan jarak ideal antar
titik pole hydran maximal 200m dengan kemampuan mengalirkan air
1.000 liter/menit. Hydrant pole disambungkan dengan pipa induk Ø
6”/15cm. Hydran terhubung dengan ground tank yang didukung
dengan boster pump untuk menambah tekanan air sehingga
memberikan daya semburan air yang jauh dan dapat menjangkau sisi
bangunan yang sulit dicapai.

Gambar 60. Alat Pemadam Kebakaran

Sumber : Fire, 2018

126
6. Pelengkap

a. Lavatory/Toilet
Perlengkapan yang di sediakan pada lavatory meliputi: wastafel,
water closet, urinoir, (khusus pria) jet spray, tempat tisu, tempat
sabun cair, hand driver dan tempat sampah.
b. Keamanan (cctv)
Perlengkapan yang ada pada keamananan meliputi: satu set cctv,
yang telah di lengkapi dengan alat monitoring, beserta tv pemantau.
4.5.9 Analisis Struktur

1. Sub Structure

a. Digunakan pada fasilitas yang terletak di area sempadan pantai

Tabel 33. Sub Structure Untuk Area Sempadan Pantai

b. Digunakan pada fasilitas yang terletak di area luar sempadan


pantai

Tabel 34. Sub Structure Untuk Area Diluar Sempadan Pantai

127
2. Supper Structure

Tabel 35. Supper Structure

3. Upper Structure

Tabel 36. Upper Strukture

128
BAB V
KONSEP DASAR PERANCANGAN

5.1 Konsep Penzoningan

Berdasarkan analisis penzoningan, maka konsep penzoningan pada perancangan


kawasan wisata Pantai Uilheanana adalah sebagai berikut :

Gambar 61. Konsep Penzoningan

Sumber : Analisis, 2020

129
5.2 Konsep Sirkulasi dan Parkir

Berdasarkan bentuk site dan zonasi yang dibuat maka pola sirkulasi yang sesuai untuk
diterapkan dalam perancangan yaitu dengan mengunakan pola sirkulasi

1. Pedestrian

Berdasarkan analisis diatas maka, sirkulasi pedestrian yang diterapkan dalam


perancangan adalah alternatif pertama yaitu organik dengan pertimbangan disesuaikan
dengan kontur yanag ada pada site.

Gambar 62. Konsep Pedestrian

Sumber : Analisis, 2021

2. Kendaraan dan parkir

Berdasarkan analisis diatas maka, pola parkir yang diterapkan dalam perancangan
yaitu pola parkir 90° atau parkir tegak lurus dengan pertimbangan sistem untuk
parkiran dapat terorganisir secara baik dan efesien.

Gambar 63. Konsep Kendaraan dan Parkir

Sumber: Analisis, 2021

130
5.3 Konsep Vegetasi

Berdasarkan analisis, vegetasi yang akan digunakan dalam perancangan kawasan


wisata Pantai Uilheanana, yaitu dengan mempertahankan beberapa pohon asam dan
pohon kelapa serta menambah vegetasi lain sesuai dengan fungsinya. Vegetasi lain
diantaranya yaitu :

Gambar 64. Konsep Vegetasi

Sumber: Anonim, 2015

131
Tabel 37. Konsep Vegetasi

5.4 Konsep Penghawaan dan Pencahayaan

1. Penghawaan

Penghawaan yang digunakan dalam perancangan terdiri dari 2 yaitu penghawaan secara
alami dan buatan. Penghawaan alami yaitu dengan meminimalisir bukaan pada bangunan
sehingga sirkulasi dapat masuk maupun keluar secara baik dengan menggunakan sistem
cross ventilation, sedangkan penghawaan buatan dalam bangunan menggunakan bantuan
air conditioner (AC).

Gambar 65. Konsep Penghawaan

Sumber : Analisis, 2020

132
2. Pencahayaan

Pencahayaan yang digunakan dalam perancangan terdiri dari 2 yaitu pencahayaan alami
dan buatan. Berdasarkan analisis diatas maka, untuk dapat memaksimalkan pencahayaan
alami yang masuk ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan memberikan bukaan yang
cukup lebar dan banyak agar sinar matahari dapat masuk ke dalam bangunan, difungsikan
dari pagi hingga sore hari. Sedangkan untuk pencahayaan buatan menggunakan lampu
hemat energi sehingga dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi listrik,
difungsikan pada malam hari hingga dini hari.

Gambar 66. Konsep Pencahayaan

Sumber: Analisis, 2020

5.5 Konsep Massa Bangunan

Untuk bentukan atap bangunan utama yaitu cottage mengadopsi bentukan dari lumbung
padi. Yakni bentuk dasarnya yaitu segitiga namun dibuat lengkungan dengan
menggunakan material alami. Bentuk cottage tersebut, juga berbentuk panggung, dengan
tujuan agar mengurangi perkerasan pada tanah sehingga memperluas daerah resapan air.
Hal ini didasarkan dengan prinsip perancangan arsitektur ekologi yaitu menggunakan
material alami di daerah setempat sehingga tidak adanya dampak penggunaan material
yang berbahaya bagi lingkungan dalam prinsip mengelola tanah, air, dan udara sehingga
adanya ruang untuk merembeskan air dengan baik. Sedangkan untuk bangunan penunjang
lainnya di dalam site mengadopsi bentukan dari geometri yaitu persegi panjang dan
persegi yang disesuaikan dengan ukuran bangunan serta kondisi pada site. Material yang

133
digunakan sama dengan cottage karena tetap menekankan pada konsep ekologi yang
digunakan dalam perancangan.

Tabel 38. Konsep Massa Bangunan

Bentuk Dasar Diterapkan Pada Fasilitas

BANGUNAN PENUNJANG

Terdiri dari bentuk geometri persegi yang


disusun berdasarkan ruang-ruang sehingga
berbentuk persegi panjang dan membentuk
bangunan

BANGUNAN UTAMA
(COTTAGE)
Terdiri dari bentuk geometri segitiga yang
diolah menjadi sedikit lengkung di bagian
tengahnya sehingga membentuk atap lumbung
padi

134
Gambar 67. Konsep Bentuk Cottage

Sumber: Analisis, 2020

5.6 Konsep Struktur

Sistem struktur yang digunakan adalah perpaduan kayu dan beton. Peruntukkan
sistem strukturnya disesuaikan dengan fungsi bangunan dan kondisi site.

1. Sub Structure

a. Digunakan pada fasilitas yang terletak di area sempadan pantai

Gambar 68. Pondasi Menerus

Sumber: Analisis, 2020

135
b. Digunakan pada fasilitas yang terletak di area luar sempadan pantai

Gambar 69. Pondasi Footplat

Sumber: RHDesain, 2020

2. Supper Structure

a. Kolom Kayu

Gambar 70. Kolom Kayu

Sumber: JAZ, 2019

b. Kolom Beton

Gambar 71. Kolom Beton

Sumber: Konstruksi Kolom, 2020

136
3. Upper Structure

a. Konstruksi Atap

Gambar 72. Atap Rangka Kayu

Sumber: Rumah Kayu, 2016

b. Penutup Atap

Gambar 73. Penutup Atap (Alang-Alang & Cor)

Sumber: Analisis, 2021

137
BAB VI
HASIL PERANCANGAN

6.1 Deskripsi Perancangan

Desain kawasan pantai Uilheanana yang terletak di Desa Uiboa, kecamatan Semau
Selatan, Kabupaten Kupang merupakan sebuah perancangan yang bertujuan untuk
menunjang kebutuhan aktivitas dari para pengunjung di kawasan tersebut. Dengan
mempertahankan keasrian dari lokasi maka perancangan kawasan ini memperhatikan
aspek lingkungan oleh karena itu, prinsip ekologi digunakan.

Penerapan prisnip ekologi yang diterapkan dalam perancangan yaitu memanfaatkan


material lokal (kayu, alang-alang dan batu alam), meminimalisir bukaan, mereduksi
panas dengan vegetasi sesuai fungsi ekologi, mengurangi pekerasan dan juga cut and fill.

6.2 Hasil Desain

1. Site Plan

Gambar 74. Site Plan

Sumber: Analisis, 2021

138
2. Penzoningan Tapak

Gambar 75. Pembagian Zona

Sumber: Analisis, 2021

3. Pencapaian

Gambar 76. Pencapaian Dalam Site

Sumber: Analisis, 2021

139
4. Perletakan Vegetasi

Gambar 77. Perletakan Vegetasi

Sumber: Analisis, 2021

5. Area Parkir

Gambar 78. Area Parkir

Sumber: Analisis, 2021

140
6. Sirkulasi

Gambar 79. Sirkulasi

Sumber: Analisis, 2021

6.3 Bentukan dan Tampilan

1. Suite Cottage

Gambar 80. Suite Cottage

Sumber: Analisis, 2021

141
2. Standar Cottage

Gambar 81. Standar Cottage

Sumber: Analisis, 2021

3. Bangunan Pengelola

Gambar 82. Bangunan Pengelola

Sumber: Analisis, 2021

142
4. Restaurant

Gambar 83. Restaurant

Sumber: Analisis, 2021

5. Lounge dan Privat Bar

Gambar 84. Lounge dan Privat Bar

Sumber: Analisis, 2021

143
6. Caffe

Gambar 85. Caffe

Sumber: Analisis, 2021

7. Spot Foto

Gambar 86. Spot Foto

Sumber: Analisis, 2021

144
8. Library Beach

Gambar 87. Library Beach

Sumber: Analisis, 2021

9. Area Pasir

Gambar 88. Area Pasir

Sumber: Analisis, 2021

145
10. Ruang Suplai dan Tempat Penyewaan Alat

Gambar 89. Ruang Suplai dan Tempat Penyewaan Alat

Sumber: Analisis, 2021

11. Spa Outdoor

Gambar 90. Spa Outdoor

Sumber: Analisis, 2021

146
12. Spa Center

Gambar 91. Spa Center

Sumber: Analisis, 2021

13. Fitness Center

Gambar 92. Fitness Center

Sumber: Analisis, 2021

147
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rustam. (2013). Kamus Infrastruktur Ini Pengertian Kawasan dan Jenisnya.

https://ekonomi.bisnis.com/ diakses 12 Februari 2020

Antara. (2019). Tujuh Objek Wisata Baru akan Dibangun di NTT.

http://www.harnas.co/ diakses 27 Februari 2020

Dejan, Abdussalam Ali. (2018). Pengembangan Objek Wisata Pantai Parangtritis Dalam
Perspektif Sustainable Development.

https://www.researchgate.net/publication/ diakses 22 Februari 2020

Fire System Official Site. 2018. Peran Fungsi Hydrant.

https://firesystem.id/wajib-tahu-peran-fungsi-hydrant/ diakses 17 Mei 2020

Herdiana, Lisa. (2012). Daya Tarik dan Kawasan Wisata.

http://lisaherdiana.blogspot.com/ diakses 14 Februari 2020

-Indo Zone. 2019. Sering Dikira Sama, Ini Beda Bar, Club, Lounge, Pub dan Diskotik
https://www.indozone.id/amp/ diakses 25 April 2020
Kurniawan Sugiarto. 2018. Konsep Perencanaan dan Perancangan Kawasan Wisata Pantai
Pasir Kencana.

https://dspace.uii.ac.id diakses 17 Mei 2020

Kompas. 2018. "Hammock" Hotel dengan Pemandangan Terbaik di Dunia.

https://nasional.kompas.com/diakses 17 Mei 2020

Lindom. 2018. Ayunan asli Garden Swing Metal.


https://lin4dom.ru/id/ diakses 17 Mei 2020
Lusiawati Devi, dkk. 2010. Utilitas dan Tangga.
https://www.slideshare.net/arsitekmaya/utilitas-dan-tangga diakses 17 Mei 2020
Nafis Darun. 2016. Analisis Pendekatan Dan Konsep Perancangan.
http://eprints.ums.ac.id diakses 17 Mei 2020
148
Nurasih, S., Finika. (2013). Prinsip-Prinsip Ilmu Ekologi Dalam Perancangan Arsitektur.

https://finifio.wordpress.com/ diakses 20 Februari 2020

Riwu Kaho, Norman. (2019). Kajian Bentang Alam Semau.

https://www.researchgate.net/publication/ diakses 3 Februari 2020

Ramadhani. (2013). Pengertian Pantai.

http://eprints.undip.ac.id/ diakses 7 Februari 2020

Sari, Seira Malda. (2015). Prinsip-prinsip Ilmu Ekologi Dalam Perancangan Arsitektur.

https://thatprettylittleliar.wordpress.com/ diakses 27 Februari 2020

S. Drajat Witri. 2008. Perencanaan Dan Perancangan Interior Natural Day Spa Di Solo.
https://www.google.com/ diakses 17 Mei 2020
Zakiyyah Iffah. 2011. Human Settlement .
https://iffahzzhaffi.blogspot.com/ diakses 15 Mei 2020

Aseli. 2019. Dimensi Parkir Mobil.


https://aselimalang.com/
Anonymous. (2016). Karma Kandara Beach Pantai Indah.
https://intelligentkeberuntungan.blogspot.com/
Baligetaway. (2018). Wisata Pantai Karma Kandara Bali.
https://www.baligetaway.co.id/wisata-pantai-karma-kandara-bali/
Marisa Spyker. 2018. Beach Libraries Are Officially a Thing and We Couldn’t Be Happier.
https://www.coastalliving.com/lifestyle/beach-library-trend
Fery. (2020). Pantai Karma Kandara, Bali Surga Tersembunyi Sekaligus Pantai Pribadi.
https://blogkulo.com/wisata-pantai-karma-kandara-bali/

Linda. (2016). Pantai Nihiwatu, Surga Indonesia yang Paling Sulit Dijamah.
http://jadiberita.com/88236/
Nurridha Luthfa . 2019. Lokasi Panjat Tebing Terbaik di Indonesia
https://review.bukalapak.com

149
Purnama. (2018). Mengenal Hotel Nihiwatu Sumba, Hotel Terbaik di Dunia Asal Indonesia
Bernuansa Surga.
http://purnama.lecturer.umi.ac.id/
Suadnyana, Wayan. (2020). Karma Beach Bali.
https://www.water-sport-bali.com/
Zekkei. (2018). Nihi Sumba Island.
https://www.zekkeicollection.com/

Ambarwati Fifi, dkk. 2016. Hotel Resort Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis Di Batu
Malang. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

Erizal. 2013. Evaluasi Kinerja Ruas Jalan Arteri Primer, studi kasus Ruas Jalan Sudirman
Kota Bekasi. Semarang: Universitas Diponegoro

Fadhilah Kurniawati dan Faqih Muhammad. 2018. Penerapan Arsitektur Ekologis pada
Bangunan Resort Tepi Pantai Karimunjawa. Jurnal Sains Dan Seni 7(2) : 2337-3520

Frick, Heinz & Suskiyanto, Bambang. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis Konsep
Pembangunan Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Yogyakarta dan Bandung: PT
Kanisius dan ITB

Gufron. M., Sasmito, Adi & S., Maria, Margareta. (2015). Perancangan Kawasan Wisata
Pantai Di Jepara. Semarang: Universitas Pandanaran Semarang

Muslim Abdul Azis, dkk. 2018. Konsep Arsitektur Ekologi Pada Penataan Kawasan Wisata
Candi Cangkuang Di Garut, Jawa Barat. Jurnal Arsitektur PURWARUPA 2(2): 57-7
Nurhayati Hanifah. 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan
Oksigen (Studi Kasus Kota Semarang). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Roland Every Ipo. 2006. Cottage di Pantai Pasar Bawah Bengkulu Selatan. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia

Sinta. (2016). Pusat Desain Arsitektur dan Interior di Denpasar. Denpasar: Universitas
Udayana

Suprapto, Rhisa Aidilla. (2009). Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Siung Dengan
Pendekatan Ekologi Arsitektur. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

150
Syarapuddin.2016. Pendekatan Arsitektur Ekologi pada Perancangan Kawasan Wisata
Danau Lebo Kabupaten Sumbawa Barat. Malang: Universitas Brawijaya

Umami, IK. (2013). Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Witarsa, Vhani Agustina. (2015). Eksplorasi Aplikasi Alas Kaki Yang Terinspirasi Dari
Kelom Geulis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Yuniarti. 2016. Perencanaan Dan Perancangan Hotel Resort Di Pesisir Pantai Pulau
Tidung. Palembang: Universitas Sriwijaya

Yuliani, Sri. Dkk. (2018). Strategi Penataan Kawasan Pantai Klayar Pacitan Sebagai
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Dengan Prinsip Arsitektur Ekologis. Jurnal RUAS.
16(2): 1-11

151

Anda mungkin juga menyukai