Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

MODEL PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN LAUT

USULAN KEGIATAN
PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGI JUGA BERTUJUAN AGAR
UNSUR KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN TERUMBU KARANG DAPAT
DIPERTAHANKAN DAN DILESTARIKAN PADA WISATA TAMAN LAUT
GILI LABAK

OLEH :
JULIANI INDAH SAFITRI
1810716220017

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten yang terletak di ujung bagian
timur Pulau kecil Madura di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Sumenep saat ini juga
tidak mau kalah dengan daerah-daerah lainnya dalam mengembangkan pariwisata yang
didukung dengan adanya potensi-potensi wisata yang saat ini sedang dikelola dan
diperkenalkan ke daerah luar Madura. Misalnya, Wisata Religi, Wisata Budaya, Wisata
Alam, hingga yang saat ini baru dikembangkan adalah Wisata Bahari yang berada di
Pulau Gili Labak Kabupaten Sumenep.

Pulau Gili Labak atau yang lebih dikenal dengan Wisata Gili Labak merupakan
salah satu jenis wisata bahari yang terletak di sebuah pulau kecil Madura. Pulau Gili
Labak saat ini sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Sumenep karena memiliki
potensi keindahan alam berupa pertumbuhan terumbu karang yang cukup baik. Pada
awal proses pengembangan pariwisata di Pulau Gili Labak hingga saat ini menjadi objek
daerah tujuan wisata yang cukup menarik, membutuhkan usaha keras dari banyak pihak
(portalmadura.com, 2017).

Berdasarkan hasil observasi penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
menjelaskan bahwa, awalnya Pulau Gili Labak ini hanya merupakan sebuah pulau kecil
yang dulunya hanya dikenal dengan sebutan nama Pulau Tikus, karena dulunya pulau ini
menjadi tempat sarang tikus yang hingga saat ini masih menjadi cerita mistis di pulau
tersebut. Namun, karena adanya potensi berupa terumbu karang dan keindahan alam
yang cukup menarik wisatawan untuk berkunjung, akhirnya sebutan Pulau Tikus ini
sudah tidak berlaku dan diganti menjadi Pulau Gili Labak atau Wisata Gili Labak.

Potensi terumbu karang yang tumbuh di Pulau Gili Labak pada dasarnya telah ada
sejak lama, namun masyarakat setempat belum mengerti tentang pengelolaannya yang
natinya dapat memberikan keuntungan yang baik bagi daerahnya. Selain itu, yang
menjadikan sulitnya pengembangan pariwisata dilakukan di Pulau Gili Labak
dikarenakan keberadaannya yang terpencil dan cukup sulit untuk dijangkau, minimnya
sarana, prasarana dan infrastruktur untuk mendukung adanya kegiatan pariwisata,
minimnya pengetahuan atau hampir kebanyakan dari masyarakatnya yang masih awam
dan tidak mengerti tentang pariwisata, serta kurangya dukungan secara totalitas dari
tokoh masyarakat (dalam hal ini adalah Kepala Desa) selaku orang yang berkewajiban
untuk memimpin dan mengatur masyarakat setempat.
Pulau Gili Labak cukup memiliki potensi yang layak untuk lebih dikembangkan
menjadi objek daerah tujuan wisata yang lebih baik lagi dalam hal atraksi wisata maupun
dalam hal pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan sekaligus masyarakat
setempat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu analisis yang lebih dalam lagi tentang
potensi alam yang dimiliki di Pulau Gili Labak yang nantinya dapat dikelola dan
dikembangkan secara baik serta mampu menciptakan pariwisata yang sifatnya adalah
berkelanjutan.

Berdasarkan Undang-undang No.10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 3 tentang


Kepariwisataan menjelaskan bahwa: “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.” Berdasarkan penjelasan Undang-undang
di atas dapat disimpulkan bahwa, pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mendapatkan fasilitas dan
pelayanan yang baik dari para stakeholders pariwisata.

Pariwisata juga merupakan sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan mampu
memberikan manfaat positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bagi
masyarakat di suatu daerah tertentu, jika potensi yang dimiliki mampu dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka bisa diidentifikasikan beberapa permasalahan


sebagai berikut:
1. Belum adanya rancangan pendukung wisata sebagai wadah pelestarian serta
pembelajaran mengenai terumbu karang di Pulau Gili Labak. Keberadaan fasilitas yang
ada sekarang terkendala terkait minimnya infrastruktur dasar, seperti air bersih dan
listrik.
2. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) kawasan pantai Gili Labak yang belum
dimanfaatkan dan digali sepenuhnya. Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun masyarakat saat ini masih belum efektif dalam pelestarian terumbu karang.
3. Perletakan dermaga yang mengancam kelestarian terumbu karang yang ada dikarenakan
lokasi yang terlalu dekat dengan titik terumbu karang.
4. Belum adanya sarana pembibitan terumbu karang sebagai penanggulangan banyaknya
terumbu karang yang rusak serta sarana edukasi masyarakat dalam pelestarian terumbu
karang dengan menggunakan Arsitektur Ekologi.
5. Keadaan tanah berpasir menjadi kendala tersendiri dalam perancangan fasilitas
pendukung Wisata Taman Laut sehingga membutuhkan struktur bangunan yang dapat
menyesuaikan dengan keadaan tanah yang ada. Bangunan yang ada nantinya juga harus
memiliki material ramah lingkungan.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka muncul permasalahan pada rancangan sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan fasilitas penunjang Wisata Taman Laut yang dapat menjadi
sarana rekreasi dan wisata edukasi di Pulau Gili Labak ?
2. Bagaimana rancangan fasilitas penunjang Wisata Taman Laut dengan menerapkan
pendekatan Arsitektur Ekologi di Pulau Gili Labak?

D. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan rancangan fasilitas penunjang Wisata Taman Laut yang dapat menjadi
sarana rekreasi dan wisata edukasi di Pulau Gili Labak.
2. Menghasilkan rancangan fasilitas penunjang Wisata Taman Laut dengan menerapkan
pendekatan Arsitektur Ekologi di Pulau Gili Labak.

E. Pendekatan Rencana

Pada perancangan ini menggunakan pendekatan Arsitektur Ekologi. Pada dasarnya


Arsitektur Ekologi merupakan satu bentuk perkembangan desain arsitektur yang memiliki
kesadaran akan lingkungan sehingga tercipta bangunan yang selaras dengan alam.
Pada penerapannya, nantinya diharapkan terdapat keselarasan antara bangunan dan
lingkungan, karena sifat rancangan Wisata Taman Laut selain rekreasi juga edukasi melalui
pelestarian terumbu karang dan berupaya untuk mempertahankan keberadaan terumbu karang
pada lingkungan untuk pemanfaatan di masa yang akan datang. Penerapan Arsitektur Ekologi
juga bertujuan agar unsur keberlanjutan lingkungan terumbu karang dapat dipertahankan dan
dilestarikan pada Wisata Taman Laut Gili Labak yang selaras dengan lingkungan sekitar.
Arsitektur Ekologi juga memberikan pendekatan yang paling efektif serta menjadi solusi
desain yang berselaras dengan alam sekitar. Metode Arsitektur Ekologi mengurangi dampak
pengrusakan lingkungan dan penggunaan kontruksi bangunan yang ramah lingkungan serta
hemat energi, sehingga pendekatan Arsitektur Ekologi sesuai dengan perancangan fasilitas
penunjang Wisata Taman Laut yang ingin mempertahankan potensi terumbu karang yang
selaras dengan alam.
BAB 2. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rencana Mekanisme Kegiatan

1. Timeline Kegiatan
Rangkaian kegiatan Penerapan Arsitektur Ekologi juga bertujuan agar unsur
keberlanjutan lingkungan terumbu karang dapat dipertahankan dan dilestarikan pada
Wisata Taman Laut Gili Labak, Sumenep akan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan pada
bulan Oktober - November 2022.

Waktu Kegiatan (2022)


No Uraian Kegiatan Oktober September November
1 Persiapan kegiatan
a. Koordinasi kegiatan
b. Sosialisasi dengan masyarakat
c. Pembuatan media
2 Survei lokasi
a. Survei keadaan pesisir pantai dan
fasilitas fasiltas pariwisata
b. Survei penentuan titik spot
terumbu karang
3 Proses penerapan arsitektur ekologi
a. Workshop pelatihan
peningkatan saran dan prasarana
b. Penanaman mangrove dan
penurunan media serta
transplantasi karang
4 Peninjauan hasil
a. Pembersihan dan pengukuran
5 Pembuatan laporan
6 Sosialisasi hasil kepada masyarakat

2. Tempat Kegiatan
Kegiatan Penerapan Arsitektur Ekologi juga bertujuan agar unsur keberlanjutan
lingkungan terumbu karang dapat dipertahankan dan dilestarikan pada Wisata Taman
Laut Gili Labak, Sumenep.

3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Penerapan Arsitektur Ekologi juga bertujuan agar unsur
keberlanjutan lingkungan terumbu karang dapat dipertahankan dan dilestarikan pada
Wisata Taman Laut Gili Labak, Sumenep adalah masyarakat lokal wilayah Pulau Gili
Labak, Sumenep.
B. Rencana Anggaran Dana

Dana yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Mangrove dan


Terumbu Karang Sebagai Upaya Pelestarian Ekosistem Pesisir di Pulau Gili Labak, Sumenep
sekitar Rp. 102.450.000 (seratus dua juta empat ratus lima puluh ribu rupiah). Rincian dana
yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Kebutuhan Unit Satuan Harga Satuan Jumlah


1 Mangrove 1000 batang Rp. 2.500 Rp. 2.500.000
2 Baby coral 150 fragmen Rp. 500.000 Rp. 75.000.000
3 Baju aksi 100 buah Rp. 50.000 Rp. 5.000.000
4 Konsumsi
a. Snack 150 buah Rp. 5.000 Rp. 750.000
b. Air mineral 20 Dus Rp. 20.000 Rp. 400.000
c. Makan siang 100 porsi Rp. 15.000 Rp. 1.500.000
5 Transport (bis) 4 unit Rp. 4.000.000 Rp. 16.000.000
6 Spanduk 2 3x1 Rp. 50.000 Rp. 100.000
meter
7 Sertifikat 100 lembar Rp. 5000 Rp. 500.000
8 Plakat 1 buah Rp. 200.000 Rp. 200.000
9 Biaya tak terduga Rp. 500.000 Rp. 500.000
Total Rp. 51.200.000
BAB 3. PENUTUP

Demikian proposal usulan kegiatan “Penerapan Arsitektur Ekologi Juga Bertujuan


Agar Unsur Keberlanjutan Lingkungan Terumbu Karang Dapat Dipertahankan Dan
Dilestarikan Pada Wisata Taman Laut Gili Labak, Sumenep” yang pelaksana tulis sebagai
gambaran untuk bahan pengusulan ke Balai Konservasi Puau Gili Labak, Sumenep. Penulis
mengucapkan terima kasih telah membaca proposal kegiatan ini, jika dalam tulisan proposal
proyek ini terdapat hal-hal yang menyinggung ataupun kurang sesuai tim penulis memohon
maaf sebesar-besarnya dan terbuka untuk kritik dan saran dalam menyempurnakan penulisan
ataupun penyesuaian dalam rencana kegiatan yang dimaksud.
Nama : Juliani Indah Safitri
Nim : 1810716220017

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN : WISATA TAMAN LAUT GILI LABAK, SUMENEP

Faktor Pemangku
No Penyebab Akibat Solusi Program Pendanaan Kegiatan Target
Permasalahan Kepentingan
Pencemaran di ˗ Banyaknya ˗ Kawasan ˗ Unit ˗ Rumah pengelolaan Volunteer – ˗ Pengadaan ˗ Masyarakat
kawasan Pulau warga dan Pulau Gili pengelolaan sampah. - Private driver DKP - sarana (tempat lokal
Gili Labak wisatawan Labak menjadi sampah. ˗ Penyediaan sarana sector Kemenko sampah dan ˗ Wisatawan
yang tercemar ˗ Meningkatkan angkut sampah. - Pihak papan
membuang ˗ Rusaknya kesadaran ˗ Edukasi/penyuluhan admin himbauan)
sampah ekosistem masyarakat daerah ˗ Pembentukan
sembarangan. pesisir dan laut lokal dan kelompok
˗ Kurangnya ˗ Mengurangi wisatawan ˗ Publikasi
pengetahuan nilai estetika. untuk menjaga dampak
masyarakat melestarikan sampah
dan sumberdaya melalui media
wisatawan alam. cetak,
mengenai elekttronik,
lingkungan dan online.
1
dan
konservasi.
˗ Pembuangan
akhir limbah
yang besar
dari 13
sungai yang
bermuara
Kegiatan
pertambanga
˗ n lepas
pantai.

Meningkatnya ˗ wisatawan - Kurangnya ˗ Meningkatkan ˗ Edukasi/penyuluhan UPTD Volunteer – ˗ Publikasi - Masyarakat


aktivitas melestarikan kesadaran driver DKP - dampak umum
wisatawan dan masyarakat Kemenko penambangan
terhadap alam memanfaatkan untuk menjaga pasir melalui
2 dan budaya alam dan melestarikan media cetak,
budaya alam budaya elekttronik,
masyarakat dan masyrakat dan online.
Faktor Pemangku
No Penyebab Akibat Solusi Program Pendanaan Kegiatan Target
Permasalahan Kepentingan
Rusaknya kondisi Kurangnya Terjadi abrasi dan Meningkatkan Edukasi dan UPTD Volunteer – Pelaksanaan Masyarakat
fisik pantai bangunan fisik sedimentasi bangunan fisik Pelaksanaan Prinsip driver DKP - pembangunan umum
pantai dan Kemenko
3. pantai berlebihan memperbanyak ekologi sebagai dasar garis sepandan
bangunan fisik pendekatan pantai
pantai. rancangannya
Rendahnya - Pengambilan - Persentase ˗ Meningkatkan ˗ Edukasi/penyuluhan UPTD Volunteer – ˗ Publikasi ˗ Masyarakat
persentase (eksploitasi) tutupan karang kesadaran ˗ Transpaltasi karang driver DKP - dampak lokal
4. tutupan karang karang oleh yang terus masyarakat Kemenko eksploitasi
masyarakat menurun untuk menjaga karang
lokal - Hilangnya melestarikan melalui media
habitat ikan atau sumberdaya cetak,
biota lain. alam. elekttronik,
˗ Transpaltasi dan online.
terumbu karang ˗ Transplatasi
karang

Anda mungkin juga menyukai