Anda di halaman 1dari 19

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Oseanografi Fisik


4.1.1. Angin

Gambar 18. Windrose wilayah Bunati

Pergerakan angin selama 4 hari di Desa Bunati dapat terlihat pada Gambar
18. Angin bergerak dari arah timur laut, barat daya dan selatan. Kecepatan angin
terbesar berasal dari arah timur laut dengan kecepatan angin di atas 11,10 m/s
yang ditunjukkan dengan warna biru dan 3,60 - 5,70 m/s yang ditunjukkan dengan
warna merah muda, sedangkan dari arah barat daya dan selatan memiliki
kecepatan yang rendah yaitu sebesar 0,50 - 2,10 m/s yang ditunjukkan dengan
warna ungu. Resultan gaya berada pada arah tenggara atau sekitar 112° dari utara
sebesar 1%.
Kecepatan angin terbesar terjadi pada tanggal 15 April 2018 jam 15:00
WITA dengan kecepatan angin mencapai 9,8 m/s dengan arah 43°, sedangkan
kecepatan angin terrendah terjadi pada tanggal 16 April 2018 jam 20:00 WITA
dengan kecepatan angin 0 m/s atau tidak ada angin sama sekali dengan arah angin
220°. Kecepatan angin rata-rata selama 4 hari (16 - 19 April 2018) di Desa Bunati
sebesar 4,1 m/s.
Tabel 3. Data angin 10 tahun
No. Musim Arah Sudut (°) Kecepatan Angin (m/s)
B 292,5 150,345
Barat (Desember-
1 BD 244,4 125,598
Februari)
S 199,7 102,651

29
30

T 103,9 53,3897
Tabel 3. Lanjutan
B 291,0 149,6
BD 244,3 125,587
Peralihan 1 (Maret-
2 Mei)
BL 322,3 165,6
S 201,3 103,5
TG 156,5 80,4
B 281,6 144,7
BD 242,4 124,6
3 Timur (Juni-Agustus) BL 297,0 152,658
S 201,8 103,7
TG 155,3 79,8358
B 278,7 143,3
Peralihan 2 BD 245,5 126,2
4 (September- BL 300,0 154,2
November) TG 157,0 80,7
S 201,6 103,6

Berdasarkan data angin BMKG selama 10 tahun, diketahui bahwa arah


angin dominan adalah Selatan, Barat Daya dan Barat. Kecepatan angin rata-rata
adalah sebesar 119,5 m/s. Jika dibandingkan dengan data angin selama 4 hari
maka data angin selama 10 tahun memiliki kesamaan yaitu mengarah ke Barat
Daya. Hasil antara data angin BMKG dan data angin saat praktek lapang memiliki
beberapa perbedaan. Perbedaan ini diakibatkan titik pengambilan datanya
berbeda, data yang diambil oleh BMKG merupakan data harian, sedangkan data
yang diambil di lapangan merupakan data per jam dan peralatan yang digunakan
oleh BMKG memungkinkan data yang dihasilkan lebih akurat.

4.1.2. Pemeruman (Sounding)


Pemeruman atau sounding merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui kedalaman suatu wilayah perairan menggunakan suara. Data hasil
pengukuran tersebut kemudian dapat digunakan untuk membuat peta kontur
sebaran kedalaman. Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan selama
praktikum lapang di desa Bunati didapatkan hasil sebagai berikut:
31

Gambar 19. Peta sebaran kedalaman

Dari gambar 19 dapat kita ketahui bahwa kedalaman perairan Desa Bunati
beranekaragam. Kedalaman tertinggi berada pada titik 3,7649 LS dan 115,6555
BT sedalam 7,9 m dan yang terendah pada titik 3,7758 LS dan 115,6377 BT
sedalam 2,5 m dengan kedalaman rata-rata 6,1 meter. Secara umum, semakin jauh
perairan dari garis pantai, maka kedalaman perairan akan semakin meningkat..

4.1.3. Pasang Surut


Pada praktikum lapangan ini, dilakukan pengamatam pasang surut yang
dilakukan setiap 30 menit sekali, dimulai dari tanggal 16 pukul 17:30 WITA
saampai tanggal 19 pukul 06:00 WITA di Desa Bunati yang terletak pada
koordinat 3°44’59” LS dan 115°37’57” BT.
32

Gambar 20. Grafik pasang surut wilayah Bunati

Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa pasang tertinggi terjadi pada


hari selasa 17 april 2018 pukul 06:00 WITA, rabu 18 april 2018 pukul 06:00
WITA, dan kamis 19 april 2018 pukul 06:00 dengan tinggi muka air 125 cm.
Sedangkan surut terendah terjadi pada hari rabu pukul 00:00 WITA dan kamis
pukul 00:30 WITA dengan tinggi muka air 5 cm. Dengan demikian didapatlah
122 data pasang surut yang di ambil pada saat praktek lapang dengan selang
waktu 30 menit, diperoleh rata-rata tinggi muka air setinggi 71 cm, dimana tinggi
muka air rata-rata ini digunakan sebagai MSL.

4.1.4. Gelombang
Pengukuran gelombang di perairan Bunati adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil pengukuran gelombang di perairan Bunati
Stasiun Hs (m) Hr (m) Ts (s) L (m) Energi
1 0,14 0,05 15,89 393,7 0,02
2 0,12 0,04 10,11 159,59 0,02
3 0,1 0,03 14,47 326,7 0,01
4 0,09 0,03 15,26 363,14 0,01
5 0,15 0,05 13,63 289,75 0,03
6 0,11 0,04 19,54 595,8 0,01
7 0,09 0,03 16,16 407,24 0,01
8 0,11 0,04 15,87 392,97 0,02
9 0,07 0,02 14,29 318,37 0,01
10 0,1 0,03 13,37 278,92 0,01
33

Pengukuran gelombang di perairan Desa Bunati dilakukan dengan


menggunakan tiang gelombang guna mendapatkan gelombang sebanyak 21 kali
pembacaan, hasil pengukurunan gelombang kemudian diolah untuk mendapat
nilai tinggi gelombang rata-rata (Hr), tinggi gelombang signifikan (Hs), periode
gelombang signifikan (Ts), dan panjang gelombang (L) dan Energi. Grafik hasil
pengukuran gelombang adalah sebagai berikut:

Gambar 21. Grafik gelombang perairan Bunati

Berdasarkan gambar 21 dapat dilihat hasil pengukuran gelombang yang


diambil pad 10 stasiun yang berbeda. Tinggi rata-rata gelombang yang paling
besar terjadi pada stasiun 5 dan stasiun 1 dengan tinggi gelombang rata-rata
sebesar 0,05 m dan tinggi gelombang rata-rata terendah terjadi pada stasiun 9
dengan tinggi 0,02 m. Tinggi signifikan gelombang tertinggi terjadi pada stasiun 5
dengan tinggi sebesar 0,15 m dan yang terendah terjadi pada stasiun 9 dengan
tinggi gelombang signifikan sebesar 0,09 m.
Periode signifikan gelombang tertinggi berada pada stasiun 6 dengan
periode gelombang selama 19,54 detik. Periode signifikan terendah berada pada
stasiun 2 dengan periode gelombang selama 10,11 detik.
34

Tabel 5. Prediksi gelombang permusim


Musim Arah Uz Fetch Hmo Tp
B 3,051 14603,508 0,159 1,601
Barat (Desember- BD 4,377 51047,508 0,433 2,757
Februari) S 4,020 82055,977 0,502 3,134
T 2,056 32223,616 0,157 1,819
B 2,338 14603,508 0,120 1,460
BD 4,643 51047,508 0,461 2,815
Peralihan (Maret –
BL 1,957 1841,7072 0,036 0,689
Mei)
S 3,667 82055,977 0,456 3,034
TG 3,333 76619,893 0,399 2,868
B 1,833 14603,508 0,094 1,343
BD 2,106 51047,508 0,202 2,137
Timur (Juni –
BL 1,628 1841,7072 0,029 0,647
Agustus)
S 4,061 82055,977 0,508 3,145
TG 4,543 76619,893 0,552 3,198
BD 2,172 51047,508 0,209 2,160
Peralihan 2 B 1,780 14603,508 0,091 1,330
(September- BL 1,816 1841,7072 0,033 0,672
Nopember) S 4,079 82055,977 0,510 3,150
TG 4,527 76619,893 0,550 3,194
Tabel 7. Prediksi gelombang permusim
Musim Arah Hd Hb αO αb
B 0,159 0,169 25,500 1,378
Barat (Desember- BD 0,433 0,470 63,161 2,631
Februari) S 0,502 0,557 107,690 3,102
T 0,157 0,176 163,129 0,876
B 0,120 0,131 24,000 1,244
BD 0,461 0,499 64,459 2,821
Peralihan (Maret –
BL 0,036 0,037 55,258 2,899
Mei)
S 0,456 0,509 90,333 3,075
TG 0,399 0,447 124,097 2,853
B 0,094 0,104 14,667 0,792
BD 0,202 0,231 63,000 2,527
Timur (Juni –
BL 0,029 0,031 30,000 1,777
Agustus)
S 0,508 0,563 102,806 3,075
TG 0,552 0,606 111,677 2,961
BD 0,209 0,238 58,500 2,458
B 0,091 0,101 12,783 0,691
Peralihan 2
BL 0,033 0,034 33,000 1,9656
(September-
S 0,510 0,565 108,935 3,089
Nopember)
TG 0,550 0,604 121,500 2,969
35

Tabel 6. Presentase arah angina selama 10 tahun (2008 - 2018)


No. Arah Persentase
1. Timur 5,3
2. Tenggara 15,8
3. Selatan 21,1
4. Barat Daya 21,1
5. Barat 21,1
6. Barat Laut 15,8
Berdasarkan hasil analisis data angin maksimum permusim selama 10
tahun, yaitu dari tahun 2008–2018 dapat diketahui bahwa angin yang dapat
membangkitkan gelombang pada wilayah Desa Bunati adalah angin yang
dominan mengarah kearah Selatan, Barat Daya dan Barat. Angin yang mengarah
ke tenggara dan barat laut juga mempengaruhi atau membangkitkan gelombang,
meskipun tidak sekuat angin yang mengarah ke Selatan, Barat Daya dan Barat.
Angin yang berasal dari arah lain, sangat rendah sehingga tidak berpengaruh
terlalu besar karena angin tersebut dianggap berasal dari darat yang tidak dapat
membangkitkan gelombang.

4.1.5. Arus
Arus di perairan laut dapat dipengaruhi oleh pasang surut dan angin. Hal
tersebut menyebabkan kecepatan dan arah arus yang berbeda-beda. Berdasarkan
data yang didapatkan saat praktikum lapang didapatkan peta sebagai berikut:
36

Gambar 22. Arah sebaran arus di perairan Bunati


Berdasarkan Gambar 22 dapat diketahui bahwa kecepatan arus tercepat
sebesar 1,25 m/s dan arus terlambat 0,03 m/s. Arah arus berkisar dari 4° sampai
210°. Rata-rata kecepatan arus sebesar 0,5 m/s. Kecepatan dan arah arus di
perairan laut dipengaruhi oleh gelombang, angin dan pasang surut, pada jam
08:00 perairan sudah mulai surut, sedangkan pada jam 15:30 perairan sudah mulai
pasang. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pada saat pasang arus cenderung lebih
cepat dibandingkan saat surut.

4.1.6. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting di perairan terutama perairan
laut. Suhu perairan menentukan kehidupan biota-biota yang berada di dalam
perairannya. Suhu permukaan laut dinyatakan dalam satuan derajat Celcius (°C).
Suhu permukaan di kawasan laut Indonesia berkisar antara 28 °C sampai dengan
31 °C.

Gambar 23. Sebaran suhu di perairan Bunati

Berdasarkan hasil pengukuran suhu di Perairan Desa Bunati diketahui


bahwa suhu di perairan ini sangat variatif. Suhu di perairan Desa Bunati berkisar
antara 26,2oC sampai dengan 31,2oC dengan rata-rata suhu sebesar 30oC. Sehingga
37

dapat dikatakan bahwa perairan Desa Bunati memiliki suhu perairan yang hangat.
Dapat dilihat pada gambar semakin tinggi suhu maka semakin gelap warna dari
peta, sedangkan jika suhu semakin menurun maka warna semakin terang.

4.1.7. Kecerahan
Kecerahan merupakan daya penetrasi cahaya untuk menembus kedalaman
laut. Perairan yang keruh akan menyebabkan penetrasi cahaya matahari yang
masuk ke kolom perairan laut akan berkurang akibat sebagian besar dari cahaya
tersebut diserap oleh partikel-partikel melayang yang terdapat dalam kolom air.
Kecerahan perairan berkaitan dengan jenis-jenis biota yang hidup di dalamnya
terutama fitoplankton yang melakukan fotosintesis. Kemampuan cahaya matahari
untuk menembus sampai dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity)
air.

Gambar 24. Sebaran kecerahan di perairan Bunati

Berdasarkan hasil pengukuran kecerahan perairan di Desa Bunati, dapat


diketahui bahwa kecerahan di perairan berkisar antara 1,8 m hingga mencapai 7,9
m. Secara umum kecerahan perairan di Desa Bunati semakin jauh perairan dari
pantai maka tingkat kecerahannya akan semakin tinggi. Kecerahan yang berada di
dekat pantai cukup rendah, hal ini disebabkan oleh sedimentasi dan pengaruh
38

yang kuat dari daratan dan sungai. Kecerahan yang tinggi tersebut terjadi karena
pengaruh dari daratan tidak sampai mempengaruhi kecerahan di daerah terumbu
karang. Hal ini menyebabkan perairan di sekitar ekosistem terumbu karang cukup
jernih, sehingga tempat ini cocok untuk melakukan aktivitas penyelaman maupun
snorkeling.

4.2. Oseanografi Kimia


4.2.1. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam 1 liter air laut. Salinitas di
Desa Bunati cukup stabil walaupun dipengaruhi oleh muara sungai dan juga
pelabuhan batubara, salinitas di sekitar pantai merata hingga ke tengah berkisar
30,5 ppm. Terdapat pula titik-titik salinitas yang rendah didaerah tengah dengan
kisaran 24 ppm.
Berdasarkan hasil analisis sebaran salinitas di Perairan Bunati, diketahui
bahwa perairan ini memiliki sebaran salinitas yang variatif dengan rentang
salinitas antara 23 ppm hingga 31 ppm dengan salinitas rata-rata sebesar 29,5
ppm. Perairan Bunati memiliki beberapa ekosistem terumbu karang. Kadar
salinitas yang ditetapkan oleh Kepmen Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004
untuk kadar salinitas ekosistem terumbu karang adalah 33-34 ppm, sehingga
salinitas di perairan ini masih lebih rendah dari standar baku mutu yang telah
ditetapkan. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya jenis terumbu karang tepid
an ekosistem lamun di wilayah Bunati.
39

Gambar 25. Sebaran salinitas di perairan Bunati


4.2.2. Derajat Keasaman (pH)
PH (Potential Hydrogen) merupakan satuan tingkat keasamaan suatu
senyawa. Menurut Kepmen Lingkungan No. 51 tahun 2004 kadar pH air laut yang
stabil berkisar antara 7-8,5. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan sebaran pH di
perarain wilayah Bunati sebagaimana berikut:

Gambar 26. Sebaran pH di perairan Bunati


40

Hasil analisis sebaran pH di Perairan Bunati menunjukkan adanya rentang


pH yang cukup besar. Hasil pengukuran pH terendah adalah 6,4 dimana air
tersebut bersifat sedikit asam, sedangkan pengukuran pH tertinggi adalah 8,7
dimana air tersebut bersifat sedikit basa. Rata-rata pH di Perairan Bunati adalah
sebesar 7,8. Dari hasil tersebut diketahui bahwa ada beberapa titik yang pHnya
kurang dari baku mutu yang ditetapkan dari Kepmen Lingkungan Hidup. Titik
yang pHnya kurang dari baku mutu berada di dekat daratan.

4.2.3. DO (Oksigen Terlarut)


Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena
biota laut tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung
dengan udara.Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah
mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional
dinyatakan ppm (part per million).
Berdasarkan hasil analisis sebaran oksigen terlarut (DO) dapat dikatakan
bahwa perairan Bunati memiliki sebaran oksigen terlarut yang tinggi mencapai 7,6
ppm pada wilayah barat daya dan oksigen terlarut yang rendah dengan kadar 4,2
ppm pada wilayah timur laut dan timur. Kadar oksigen terlarut (DO) yang rendah
pada wilayah timur laut dan timur perairan Bunati disebabkan karena wilayah
tersebut berada sangat dekat dengan dermaga batubara. Aktivitas yang ada di
dermaga batubara tersebut akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan
Bunati.
41

Gambar 27. Sebaran DO di perairan Bunati

Berdasarkan Kepmen LH no. 51 Tahun 2004 disebutkan bahwa standar


baku mutu kadar oksigen terlarut suatu perairan untuk biota laut adalah lebih dari
5 ppm (DO >5 ppm). Secara umum perairan Bunati memiliki rata-rata oksigen
terlarut sebesar 6,7 ppm, meskipun di bagian timur laut dan timur perairan ini
memiliki kadar oksigen yang lebih rendah dari 5 ppm. Sehingga perairan bunati
memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup.

4.2.4. BOD5 (Biochemical Oksigen Demand)


BOD atau BOD5 adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis.
42

Gambar 28. Sebaran BOD5 di perairan Bunati

Berdasarkan hasil analisis BOD5 diketahui bahwa kadar BOD5 yang


berada di Perairan Bunati tergolong rendah. Kadar BOD5 tertinggi Perairan
Bunati adalah 14,1 mg/l dan kadar terendahnya adalah sebesar 10,5 mg/l dengan
rata-rata sebesar 12,24 mg/l. Standar baku mutu untuk kadar BOD 5 adalah sebesar
20 mg/l. Sehingga dapat dikatakan kadar BOD5 di Perairan Bunati lebih rendah
dibanding standar baku mutu yang telah ditetapkan.
4.2.5. COD (Chemical Oksigen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan banyaknya
senyawa organik yang dioksidasi secara kimia. Tes COD digunakan untuk
menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi dengan cara menggunakan
bahan kimia oksidator kuat dalam media asam. Uji COD yaitu suatu uji yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air.
Hasil analisis COD menunjukkan bahwa kadar COD di Perairan Bunati
berkisar antara 6 mg/l sampai dengan 15 mg/l. Kadar COD ini berbanding lurus
dengan kadar BOD5 dan berbanding terbalik dengan kadar DO. Hal ini juga
43

menunjukkan bahwa Perairan Bunati memiliki tingkat pencemaran limbah,


khususnya limbah rumah tangga yang rendah.

Gambar 29. Sebaran COD di perairan Bunati

4.2.6. TDS (Total Disolved Solid)


Total Dissolve Solid (TDS) adalah ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per
liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer
(2×10-6 meter).
Berdasarkan peta sebaran tersebut nilai TDS berkisar antara 47250 - 55050
mg/L dengan rata-rata bernilai 51750 mg/L. Nilai TDS ini berkaitan erat dengan
tingkat salinitas di perairan tersebut. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa
perairan tersebut memiliki salinitas yang sesuai dengan salinitas air laut pada
umumnya. Menurut Said dkk (2013) kadar TDS laut minimal adalah 30.000 mg/l
sehingga dapat dikatakan bahwa TDS di Perairan Bunati dalam kadar yang
normal.
44

Gambar 30. Sebaran TDS di perairan Bunati

4.2.7. TSS (Total Suspended Solid)


Total Suspended Solid adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya.
Hasil analisis Total Suspended Solid di Perairan Bunati menunjukkan
bahwa kadar TSS terendah adalah sebesar 2 mg/l sedangkan kadar TSS tertinggi
adalah sebesar 23 mg/l. Dengan nilai rata-rata sebesar 7,2 mg/l. Nilai yang
tertinggi berada di dekat dermaga batubara, hal ini bebrarti pengaruh dari batubara
berakibat pada tingginya nilai TSS. Nilai Ambang Batas (NAB) TSS adalah 80
mg/l untuk kepentingan perikanan dan konservasi taman laut dan 23 mg/l untuk
kepentingan pariwisata (renang dan penyelaman) (Tarigan dan Edward, 2003).
Sehingga dapat dikatakan bahwa Perairan Bunati memiliki kadar TSS yang
rendah dan bisa digunakan untuk kegiatan pariwisata seperti snorkelling maupun
diving.
45

Gambar 31. Sebaran TSS di perairan Bunati

4.2.8. Nitrat dan Fosfat


Nitrat merupakan salah satu senyawa anorganik essensial yang digunakan
oleh fitoplankton. Pada kondisi aerob (oksigen cukup atau berlebih), nitrat ini
menjadi hasil proses nitrifikasi, namun pada kondisi anaerob (minim oksigen atau
bahkan tidak ada) nitrat mengalami reaksi denitrifikasi. Fosfat merupakan
senyawa anorganik yang menjadi nutrien penting kedua setelah nitrogen, bagi
fotosintesis fitoplankton. Keberadaan fosfat yang essensial ini berupa ortho-fosfat.
Hasil analisis kadar nitrat di Perairan Bunati menunjukkan nilai terendah
adalah sebesar 0,9 mg/l dan nilai tertinggi adalah 1,6 mg/l dengan nilai rata-rata
sebesar 1,26 mg/l. Hasil analisis nitrat ini menunjukkan bahwa kadar nitrat di
perairan Bunati lebih tinggi daripada standar baku mutu untuk biota laut dimana
kadar yang ditetapkan adalah sebesar 0,008 mg/l.
46

Gambar 32. Sebaran nitrat di perairan Bunati

Gambar 33. Sebaran Fosfat di Perairan Bunati


47

Hasil analisis kadar fosfat di Perairan Bunati menunjukkan kadar fosfat


terendah adalah 0,12 mg/l dan tertinggi adalah 0,45 mg/l dengan rata-rata kadar
fosfat sebesar 0,22 mg/l. Berdasarkan Kepmen LH nomor 51 tahun 2004
menyatakan standar baku mutu kadar fosfat untuk biota laut adalah sebesar 0,015
mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat di perairan Bunati sangat tinggi
sehingga kadar nitrat dan fosfat yang tinggi ini menjadi petunjuk bahwa Perairan
Bunati kaya dengan unsur hara yang menjadi sumber makanan utama
fitoplankton.

4.2.9. Logam Berat


Logam berat dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut sebagai logam
renik. Logam berat (heavymetals) merupakan sekelompok elemen-elemen logam
yang dikategorikan berbahaya jika masuk ke dalam tubuh mahluk hidup. Logam-
logam seperti merkuri (Hg), nikel (Ni), kromium (Cr), kadmium (Cd), dan timbal
(Pb) dapat ditemukan dalam lingkungan perairan yang tercemar limbah.
Hasil analisis terhadap kandungan logam berat dalam hal ini mangan, di
Perairan Bunati menunjukkan kadar terendah mangan yaitu sebesar 0,3 mg/l,
kadar tertinggi sebesar 0,8 mg/l dengan rata-rata 0,5 mg/l.

Gambar 34. Sebaran Fosfat di Perairan Bunati

Anda mungkin juga menyukai