Anda di halaman 1dari 10

DOKUMEN RENCANA KERJA MASYARAKAT

KECAMATAN KTA COT GLIE,

WADUK KEULILING, ACEH BESAR


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) merupakan dokumen perencanaan kegiatan local
dari lkasi terseleksi dan terpilih yang harus disusun dengan melibatkan masyarakat setempat.
Hasil akhir kegiatan penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) adalah dokumen
resmi perencanaan penanaman dan revitalisasi potensi wisata di Waduk Keuliling, Aceh
Besar, yang akan digunakan sebagai dasar bagi pemamgku kepentingan (stakeholder) dalam
pencairan dana atau material serta pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Dokumen RKM ini, berisi tentang profil lokasi terpilih, ketersediaan lahan, kebutuhan
sarana dan prasarana dan rencana anggaran biaya, serta jadwal kerja dan kelengkapannya.
Penyususnan RKM dilakukan dalam koordinasi dengan Dinas yang berkait dalam hal ini
Balai Wilayah Sungai Sumatera I, dengan melibatkan Tenaga Fasilitator Lapangan serta
masyarakat melalui pendekatan partisipatif, yaitu secara maksimal melibatkan masyarakat
dalam semua kegiatan yang dilakukan, baik secara teknik maupun menajemen pengelolaan.
Lingkup pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknik, akam diserahkan kepada tenaga
teknik yang mampu, dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra serta sumber informasi dan
spirasi dalam perencanaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan, serta monitoring dan
evaluasi.
RKM disusun dan diajukan oleh Forum Komunitas Waduk dengan pendampingan
Tenaga Fasilitator Lapangan, untuk mendapat persetujuan dari semua pemangku kepentingan
(stakeholder), serta legalisasi persetujuan prinsip dari Dinas Penanggung Jawab. Penyususnan
dokumen RKM ini dinilai dari segi pengamanan dan pemeliharaan waduk Keuliling yang saat
in masih jauh dari kata pengamanan yang baik dan benar. Masih banyak terdapat lahan-lahan
kritis dan berkeliarnya hewan ternak liar yang memenuhi tibuh bendungan membuat akses
jalan terlihat tidak indah dan tidak nyaman. Belum lagi permasalahan kotoran hewan yang
sangat banyak dan mengeluarkan bau yang tidak sedap apalagi di saat musim hujan.
Disamping itu, potensi-potensi lainnya pada waduk Keuliling yang dapat dimanfaatkan
secara objektif dari keindahan alam yang dihasilkan membuat waduk keuliling menjadi salah
satu objek wisata yang paling diincar oleh warga lokal maupun nonlokal. Namun
permasalahan yang kerap kali diterima adalah pengelolaan potensi-potensi ini yang tidak
tepat sasaran, bahkan sangat sering implementasinya tidak mendasari pengamanan waduk.
1.2 Maksud dan Sasaran
Penyelenggaraan kegiatan ini memiliki maksud
a. Penciptaan lapangan kerja melalui kegiatan revitalisasi potensi wisata pada Waduk
Keuliling secara swakelola dan padat karya;
b. Memanfaatkan lahan kritis dengan penanaman yang di kelola oleh kelompok forum
dan masyarakat secara bersama
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pemberdayaan masyarakat
d. Menekan jumlah penganggur, setengah penganggur dan masyarakat miskin
e. Membangkitkan kegiatan social dan ekonomi di desa

1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak diwujudkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini adalah:
a. Meningkatkan perluasan pemanfaatan lahan kritis dengan penanaman
b. Meningkatkan pemahaman dan edukasi pentingnmya peran pohon dan tumbuhan
pada área sekitar waduk
c. Meningktakan pemahaman dan edukasi mengenai revitalisasi wisata dengan tujuan
pengamanan waduk
d. Menciptakan lapangan kerja sementara yang dapat memberikan tambahan pendapatan
bagi warga desa

1.4 Rincian Kegiatan


Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi;
a. Penanaman pohon di área lahan kritis di sekitar waduk Keuliling, Aceh Besar
b. Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana revitalisasi potensi wisata berbasis
masyarkat dengan tidak mnegabaikan pengamanan waduk.
BAB II
JENIS KEGIATAN

2.1 Kegiatan Penanaman

Kegiatan pertama dalam dokumen Rencana Kerja Masyarakat diputuskan adalah


kegiatan penanaman atau penghijauan pada área atau lahan kritis yang terdapat di sekitar
waduk. Pada implementasi pertama penanaman dilakukan di Desa Bak Sukon, Kecamatan
Kuta Cot Glie, Aceh Besar dengan rencana penanaman sebanyak 70 batang pohon berbuah.
Pemilihan pohon-pohon yang akan ditanam kita libatkan dengan instansi Dinas LIngkungan
dan Kehutanan Provinsi Aceh. Setelah kita identifikasi dan pengecekan lapangan, dan dengan
hasil musyawarah diskusi dengan beberapa masyarakat, maka di dapat hasil jenis pohon yang
akan di tanaman berupa pohon berbuah seperti pohon jemblang, pohon rambután, pohon
nangka dan pohon durian. Ke 70 pohon yang akan di tanam nantinya juga kita libatkan
masyarakat sepenuhnya dalam aksi ini.

Pada kondisi lapangan, terdapat 2 masalah utama yang dapat menyebabkan gagalnya
tumbuh pohon-pohon yang akan di tanam, yaitu cuaca yang ekstrim di área waduk (panas),
dan gangguan hewan ternak. Maka dari itu, dalam pemilihan bibit pun dipilih dengan bibit-
bibit pohon yang dapat bertahan di tanah lokasi penanaman dengan perlindungan yang bibua
seperti pemagaran tiap-tiap pohon, dan menyediakan penadah bagi pohon agar tidak terpapar
cuaca yang sangat ekstrim. Walaupun rencana penanaman dilakukan pada bulan November,
dimana di Indonesia khususnya di Aceh pada bulan tersebut masuk musim penghujan, namun
tatkala saat ini cuaca sulit sekali di prediksi.

Tujuan penanaman ini tidak lain selain menjadi cadangan penyimpang air yang baik
untuk nanti dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar, juga diharap dapat menjadi komoditi
yang dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai salah satu objek wisata yang dapat dinikmati
oleh pengunjung dan penduduk sekitar. Tentunya juga dapat menghasilkan pemasukan
tambahan bagi masyarakat di daerah tersebut.
2.1 Revitalisasi Potensi Wisata Waduk Keuliling

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia
kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program
pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai aset yang dapat dijual kepada
wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan
sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh
wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik
wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Undang-undang No. 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan
berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota, yang merupakan bagian integral dari pembangunan jangka panjang nasional
(pasal 8 ayat (1) dan (2)). Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tersebut diatur dalam
peraturan pemerintah atau peraturan daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Pasal 8 UU No. 10
tahun 2009 tentang kepariwisataan PP No 50 tahun 2011. perlu direncanakan agar dapat
memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan kepariwisataan perlu direncanakan agar dapat
memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan. Pembangunan kepariwisataan jelas merupakan
bagian dari pembangunan nasional yang utuh, pembangunan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang tak terbatas kepada pembangunan fisik saja. secara internal
pengembangan pariwisata ini diharapkan turut menyumbang bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan secara eksternal diharapkan mampu menjadi sektor utama yang memberikan
pemerataan kesejahteraan pada wilayah sekitarnya.

Dalam pengembangan suatu objek wisata harus memenuhi beberapa kriteria


pengembangan pariwisata agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see, adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di
lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut
harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan
untuk berkunjung di obyek tersebut.
2. Something to do, adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa
melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax
berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama
makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah
untuk tinggal di sana.
3. Something to buy, adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya
adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Dilihat dari sektor pariwisata, Kabupaten Aceh Besar memiliki keragaman Destinasi
wisata, wisata alam maupun binaan yang dapat membangkitkan perekonomian demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi objek wisata di Kabupaten Aceh
Besar yaitu wisata Bendungan Waduk Keuliling Dan Wisata Alam Jalan Lintas Jantho –
Lamno yang terletak dalam wilayah kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Objek wisata ini
merupakan objek wisata alam yang sangat potensial untuk dikembangkan karena masih
banyak potensi lain didalamnya yang dapat mendukung perkembangan wisata alam dan dapat
menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara lebih banyak lagi.

Berdasarkan pengembangannya kondisi objek wisata Waduk Keuliling belum


memenuhi kriteria pengembangan pariwisata, yaitu (something to do) belum memenuhi
fasilitas yang mendukung untuk kegiatan wisata sehingga wisatawan dapat merasakan
perasaan senang. Dilihat dari kondisi eksisting objek wisata Waduk Keuliling masih sangat
minim fasilitas wisata yang ditawarkan seperti tidak adanya penginapan, restauran/rumah
makan, sarana kesehatan, sarana keamanan, masih minimnya toilet/tempat bilas, mushola.
Sedangkan jika dilihat dari kriteria (something to buy) objek wisata Waduk Keuliling tidak
terdapat fasilitas perbelanjaan toko-toko penjualan cinderamata khas/icon daerah tersebut.
Berdasarkan kriteria pengembangan pariwisata, Waduk Keuliling masih belum memenuhi
kriteria tersebut dikarenakan pemerintah Kabupaten Aceh Besar belum maksimal dalam
mengembangkan objek wisata tersebut.

Selain memiliki daya tarik wisata yang menarik adapun beberapa permasalahan yang
terdapat di objek wisata Waduk Keuliling dilihat dari 2 (dua) komponen yaitu, sediaan
pariwisata (supply) terdiri dari, belum memiliki aksesibilitas yang memadai, minimnya daya
tarik atraksi wisata dan belum memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan
wisata tersebut, Objek wisata Waduk Keuliling merupakan salah satu objek wisata yang
belum ada pengembangan khusus oleh pemerintah setempat maupun swasta, sehingga masih
banyak permasalahan yang dapat menghambat perkembangan objek dan daya tarik wisata
Waduk Keuliling, beberapa permasalahan yang ada di objek wisata Waduk Keuliling yaitu :

1. Belum optimalnya pengembangan objek daya tarik wisata Waduk Keuliling.


2. Belum dikembangkannya kegiatan wisata yang mendukung kondisi lingkungan seperti
wisata outbond, berkemah, agrowisata.
3. Daya tarik wisata hanya keindahan alam Waduk Keuliling tidak ada komponen lainnya
yang dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi seperti, pertunjukan wisata,
monumen/tugu, seni karya, adat istiadat, desa tradisonal, agrowisata dll.
4. Aksesibilitas yang masih sulit dijangkau oleh wisatawan, dikarenakan jalan menuju
objek wisata Wisata Waduk Keuliling masih relatif berbahaya karena Kondisi rusak dan
tanah sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Sarana yang masih minim seperti belum
adanya sarana kesehatan,keamanan.
5. Tidak adanya prasarana yang memadai seperti toilet yang kurang bersih.
6. Belum memadainya prasarana telekomunikasi, listrik, air bersih dan persampahan.
7. Akomodasi yang belum memadai yaitu tidak adanya lokasi perbelanjaan/toko souvenir
untuk wisatawan, tidak adanya penginapan dan masih minim rumah makan/restoran.
8. Kelembagaan yang belum optimal karena belum adanya penanganan khusus antara
pemerintah Kabupaten Aceh Besar dan pihak swasta/investor.

2.1.1 REVITALISASI
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan, Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/ kawasan
melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi
kawasan sebelumnya (pasal 1 ayat 1). Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya (pasal 1 ayat 4). Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi
kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan
mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi
dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi
lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002).
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik
saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan
masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek
formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang
terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tetapi masyarakat dalam arti luas
(Laretna, 2002). Dengan dukungan mekanisme kontrol/pengendalian rencana revitalisasi
harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/aktifitas
sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan
pengendalian untuk mewujudkan 9 lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan
kebutuhan dan fungsi baru.

1. Tahapan Revitalisasi

Tahapan Revitalisasi Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi
melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal - hal
sebagai berikut :

a. Intervensi Fisik Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual
kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu
dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan,
tata hijau, sistem penghubung, system tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan
(urban realm). Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting,
sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan.
Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.
b. Rehabilitasi Ekonomi Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak
urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalam konteks
revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya
aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
c. Revitalisasi Sosial/Institusional Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik. Kegiatan tersebut harus berdampak positif
serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga 10
(public realms). Kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan
lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu
didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

2. REVITALISASI WISATA
Revitalisasi wisata adalah menghidupkan kembali wisata yang sudah mati dan
meningkatkan kembali wisata yang sudah ada serta merupakan perombakan salah satu
komponen yang terdapat dalam komponen produk wisata dan yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Tujuan Revitalisasi wisata dan Hasil Kegiatan

Tujuan Revitalisasi Wisata Waduk keuliling terutama adalah untuk mengembalikan


kembali potensi wisata yang ada dengan tata kelola yang profesional dan teratur serta mampu
meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung kembali sehingga dapat
memberdayakan masyarakat sekitar, baik itu kesejahteraan sosial dan juga kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Kegiatan revitalisasi ini diharapkan bisa mengahasilkan sesuatu dan
memberi manfaat kepada masyarakat sekitar serta untuk kawasan waduk keuliling sendiri.
Dengan adanya revitalisasi diharapkan dapat membari manfaat untuk kawasan waduk. Dalam
hal ini menyangkut dengan Kebersihan Waduk dan keamanan Bendungan Waduk.

Dengan adanya kegiatan revitalisasi wisata waduk nantinya pengelola waduk diharapkan
mampu untuk mengelola dan menjaga Bendungan Waduk Keuliling dengan tata kelola yang
benar dan juga diharapkan bisa memberi manfaat untuk masyarakat sekitar.

Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran kegiatan ini meliputi kelompok masyarakat yang tergabung dalam
Kelompok FKW dan FKDTA yang sudah melalui tahapan pembentukan serta sudah
menyetujui dengan dibuktikan atas penandatangan kerja sama dengan Pihak BWS Sumatera
1 beberap waktu yang lalu. Kelompok ini bertanggumg jawab penuh untuk menjalankan
Program – Program untuk Bendungan Waduk Keuliling dan juga mengelola Destinasi Wisata
Waduk Keuliling.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan berada di kawasan Bendungan Waduk keuliling yang termasuk dalam
wilayah administrasi Desa Baksukon dan berbatasan dengan Desa Keureweung Krueng,
Keureweung Blang Dan Siron Krueng Serta Siron Blang yan berada Dihilir dan Dihulu
Bendungan Waduk Keuliling. Bendungan Waduk Keuliling Mencakup sepuluh Desa yang
ada dalam Kemukiman Lamleuot, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar.

Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan Revitalisasi Wisata dan program – program lainnya yang akan dilaksankan oleh
Kelompok FKW dan FKDTA akan dilaksanakan setelah adanya biaya dan pendukung
lainnya. Serta setelah memperoleh persetujuan dan dukungan dari BWS Sumatera 1.

Pelaksanaan Kegiatan utama yang akan dilakukan adalah pembersihan, penataan kawasan
Bendungan, renovasi infrastruktur yang rusak seperti Musalla, WC umum dan Lainnya.
Selanjutnya adalah pemagaran Wilayah Bendungan Untuk mengantipasi hewan liar ataupun
hewan ternak yang bebas keluar masuk ke areal Bendungan Waduk keuliling.

Anda mungkin juga menyukai