Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA

UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA BAHARI


YANG BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH-KOTA BITUNG

ABSTRACT

Lembeh Island is one of the marine tourism area rich in natural resources.
But do not yet have adequate facilities and infrastructure to support tourism
activities and not yet well established system of management of coastal tourism by
the government of Bitung, thus exploiting the existing potential has not been
optimal. Based on this, the need for sustainable development of coastal areas. To
support the required facilities and infrastructure support and regional
development of sustainable marine tourism, in order to achieve all the needs in
the region to optimize marine tourism sustainable Lembeh Island.

ABSTRAK

Pulau Lembeh adalah salah satu kawasan wisata bahari yang kaya akan
sumber daya alam. Namun belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai
dalam menunjang kegiatan pariwisatanya serta belum tertatanya sistem
pengelolaan wisata pesisir oleh pemerintah Kota Bitung, sehingga pemanfaatan
potensi yang ada belum optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya
pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Untuk menunjang hal tersebut
dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung serta pengembangan wilayah
wisata bahari yang berkelanjutan, guna mencapai semua kebutuhan dalam
mengoptimalkan kawasan pariwisata bahari Pulau Lembeh yang berkelanjutan.

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendekatan pariwisata berkelanjutan adalah bukan hanya sektor
pariwisata saja yang berkelanjutan tetapi berbagai aspek kehidupan dan
sektor sosial ekonomi lainnya yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh
karena itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan akan dapat
melestarikan lingkungan baik di pantai maupun di laut. Dalam
pengembangan pariwisata bahari pembangunan sarana dan prasarana
menjadi sangat penting untuk menunjang kegiatan pariwisata serta agar
sumber daya yang ada di wilayah tersebut dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Aspek sarana dan prasarana ini memiliki dua sisi penting yaitu
sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan wisata dan sebagai pengendali
dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan. Namun, pada
kenyataannya pengembangan pariwisata bahari masih banyak yang jauh
dari konsep pengembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan, yang
berakibat pada rusaknya lingkungan juga semakin berkurangnya minat
wisatawan untuk berkunjung di wilayah tersebut.
Pulau Lembeh adalah salah satu kawasan wisata bahari yang terdiri
dari Kecamatan Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan, yang
masuk dalam wilayah administrasi Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
Pulau ini memiliki pesisir pantai yang indah, kampung tepi pantai,
kawasan ekowisata mangrove, titik diving yang kaya dengan keindahan
bawah laut yang menakjubkan, tugu bersejarah Trikora yang terdapat di
kawasan tepi pantai, patung Tuhan Yesus (yang menyerupai Patung Yesus
terbesar di dunia), serta Kampung Pintu Kota Kecil yang mayoritasnya
adalah suku Sanger yang masih memegang tradisi orang Sanger yaitu jika
malam sering menarikan tarian Ampa Wayer, tarian pergaulan sesama
warga yang dapat dijadikan sebagai potensi pariwasata dalam
meningkatkan perekonomian kota Bitung.

2
Namun, walaupun memiliki potensi wisata bahari yang cukup
tinggi, kawasan wisata bahari Pulau Lembeh ini belum didukung oleh
sarana dan prasarana pariwisata yang memadai, baik untuk kebutuhan
pengunjung seperti keberadaan sarana prasarana yang baik dan tidak
adanya fasilitas umum pendukung yang dapat menunjang aktivitas
pariwisata pengunjung serta kurang tertatanya sistem pengelolaan wisata
bahari oleh pemerintah Kota Bitung. Berdasarkan masalah di atas, maka
perlu adanya pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Untuk
menunjang kebutuhan sarana dan prasarana pendukung, guna
mengoptimalkan kawasan pariwisata bahari yang berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1. Apa saja potensi dan permasalahan yang ada pada kawasan pariwisata
bahari Pulau Lembeh?
2. Bagaimanakah kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pesisir di
kawasan pariwisata bahari Pulau Lembeh?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka tujuan dari penulisan
ini ini adalah untuk:
1. Menganalisis potensi dan permasalahan yang ada pada kawasan
pariwisata bahari Pulau Lembeh.
2. Menganalisis kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pariwisata
bahari dalam pengembangan pariwisata pantai yang berkelanjutan di
kawasan pariwisata bahari Pulau Lembeh.

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan
bagi masyarakat di kawasan pariwisata bahari Pulau Lembeh dalam
mengembangkan dan memelihara sarana dan prasarana agar sektor
pariwisata di kawasan ini juga dapat berkembang dan berkelanjutan, selain
itu sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah Kota Bitung dalam
penentuan perumusan kebijakan di sektor Pariwisata. Semoga penulisan
ini dapat menambah ilmu bagi para pembaca dalam bidang pariwisata dan

3
bermanfaat bagi penulis-penulis selanjutnya yang ingin menulis tentang
pariwisata.

1.5 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan
fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis,
faktual dan akurat. Penelitian deskriptif digunakan bertujuan agar peneliti
dapat menggambarkan dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui
keberadaannya serta relevan dengan variabel-variabel yang diteliti.
Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, peneliti menganalisis keadaan
obyek penelitian melalui uraian, pengertian ataupun penjelasan-penjelasan
baik terhadap analisis yang bersifat terukur maupun tidak terukur.
Sampel yang menjadi subjek populasi dalam penelitian ini adalah
orang-orang yang berpengaruh dalam pembangunan sarana dan prasarana
yang ada di kawasan witasa bahari Pulau Lembeh.
Data juga diperoleh dari pengumpulan data melalui survei
langsung di lapangan dan pencarian data di internet berupa data kualitas,
kuantitas sarana dan prasana wisatawan dan masyarakat lokal pada lokasi
penelitian. Data sekunder juga diperoleh dari beberapa website di internet
yang menyangkut instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data-data
tersebut berupa : Data kebijakan pemerintah yang menyangkut pariwisata;
fasilitas infrastuktur pariwisata yang ada di lokasi penelitian; keadaan
geografis dan demografis; data sosial budaya dan ekonomi, dan lain-lain.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata Bahari

4
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan, yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
Pariwisata bahari, menurut KBBI adalah pariwisata yang objeknya
adalah laut dan isinya (berperahu, berselancar, menyelam).
Jadi pawisata merupakan bagian dari aktivitas/ kegiatan atau secara
umum pariwisata sebagai bagian dari kegiatan dalam sistem perwilayahan
dapat diidentifikasi melalui tiga unsur pembentuk terjadinya kegiatan
wisata yaitu :
a. Ruang merupakan tempat kegiatan wisata berlangsung dimana kondisi
fisik yang bersifat alami maupun binaan yang mempengaruhi
perkembangan wisata, sesuai dengan daya tarik wisata yang dimiliki.
Tingkat daya hubung antara lokasi wisata dengan sumber pasar juga
merupakan hal yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
yang terjadi.
b. Manusia sebagai pelaku kegiatan wisata baik sebagai pengelola
maupun pemakai. Sebagai pemakai, wisatawan memiliki karakteristik
yang akan mempengaruhi perilaku wisatanya. Sebagai pengelola,
produsen jasa wisata ini juga memiliki perilaku yang berbeda karena
faktor internal maupun eksternalnya.
c. Prasarana dan sarana merupakan faktor penunjang yang
menghubungkan tempat asal wisatawan dan tujuan wisatanya.

2.2 Pembangunan Berkelanjutan dalam Pembangunan Kawasan Wisata Bahari


Pembangunan berkelanjutan dari definisi yang dipaparkan
Brundtland report, PBB (1987) (dalam Marlina, Ani. 2010. PKLH.
https://animarlina.wordpress.com/2010/05/04/pklh/. Diakses 28 Maret
2016), diartikan sebagai proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan. Jadi secara singkat, pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan yang akan memperhatikan masa sekarang dan masa depan
agar pembangunan tersebut dapat berlajut dan berkesinambungan.

5
Pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan
pembangunan pesisir dan lautan secara teknis didefinisikan sebagai
berikut: suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang terdapat di dalam kawasan pesisir dan lautan untuk
kesejahteraan manusia (terutama stakeholders) sedemikian rupa, sehingga
laju (tingkat) pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan
termaksud tidak melebihi daya dukung (carrying capacity) kawasan
pesisir dan lautan untuk menyediakannya.
Pariwisata bahari yang berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Sarana dan
prasarana wisata merupakan pelengkap daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Aksesbilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari,ke dan selama di daerah tujuan wisata
(Inskeep,1991 dalam Paulungan, Yunus. P. 2009. Menggagas Ulang
Kejayaan Pariwisata Toraja Sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).
http://yunuspaulangan.blogspot.co.id/2009/10/mengembalikan-
kejayaan-sebagai-daerah.html. Diakses 28 Maret 2016) mulai dari
darat, laut, sampai udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek
kuantitas tetapi juga mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan
keselamatan.
b. Akomodasi (tempat menginap)
c. Tempat makan dan minum
d. Tempat belanja
e. Fasilitas umum di lokasi obyek wisata
Fasilitas umum yang akan dikaji adalah fasilitas yang biasanya tersedia di
tempat rekreasi seperti : tempat parkir, WC umum, tempat Ibadah, sarana
penggerak di lokasi obyek wisata, sarana informasi dan papan petunjuk,
sarana rekreasi dan taman bermain serta telepon umum

Semakin lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur di atas maka


semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan

6
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Letak Geografis dan Gambaran Umum Kawasan Pariwisata Bahari Pulau
Lembeh
Pulau lembeh terdiri dari Kecamatan Lembeh Utara dan Lembeh
Selatan yang yang masuk dalam wilayah administrasi Kota Bitung.
Secara geografis, Pulau Lembeh terletak 130 141 LU dan 12501
12514 BT. Karena terdiri dari dua kecamatan, maka batasan wilayah
Pulau Lembeh adalah:
Kecamatan Lembeh Utara berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Ranowulu
b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Maesa
c. Sebelah Selatan dengan Selat Lembeh
d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Girian

Kecamatan Lembeh Selatan berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Lembeh Utara.


b. Sebelah Timur dengan Laut Maluku.
c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Minahasa Utara.
d. Sebelah Barat dengan Selat Lembeh.

Gambar 1. Peta Tata Guna Lahan Pulau Lembeh

7
Sumber: RDTR Kota Bitung 2012-2032

Kecamatan Lembeh Utara memilki luas 3.061,5 Ha dan Kecamatan


Lembeh Selatan memilki luas 2.553 Ha. Jadi secara keseluruhan luas
Pulau Lembeh adalah 5614,5 Ha.

Dari aspek topografi, Kawasan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan


memiliki kemiringan tanah yaitu: Dataran Landai adalah daerah yang
memiliki kemiringan tanah 0 2, berombak adalah daerah yang memiliki
kemiringan tanah >2 15, berombak berbukit adalah daerah yang
memiliki kemiringan tanah >1540, dan Bergunung, daerah yang
memiliki kemiringan tanah >40.

Di Kecamatan Lembeh Selatan merupakan daratan yang landai


dibeberapa tempat dan bertebing curam akibat abrasi jangka panjang
dengan kemiringan 00 450. Sedangkan di Kecamatan Lembeh Utara,
keadaan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan lahan 150
hingga >400. Ketinggian wilayahnya berkisar antara 3 hingga >1000 m dpl
yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung.

Gambar 2. Peta Kemiringan Lahan Kota Bitung

8
Sumber: RTRW Kota Bitung 2010-2030

3.2 Analisis Potensi dan Permasalahan Kawasan Bahari Pulau Lembeh


Pulau Lembeh diantaranya memiliki pesisir pantai yang indah,
kampung tepi pantai, kawasan ekowisata mangrove, titik penyelaman
yang kaya dengan keindahan bawah laut yang menakjubkan, monumen
bersejarah Trikora, patung Tuhan Yesus (yang menyerupai Patung Yesus
terbesar di dunia), tanaman kelapa, hortikultura, palawija,berserta aktifitas
masyarakat suku Sanger yang dapat dijadikan sebagai potensi pariwasata
bahari.

Sedangkan permasalahan yang terjadi di wisata bahari Pulau Lembeh


secara fisik adalah tidak tersedia dengan baik sarana prasana di kawasan
pantai dan laut (kecuali milik swasta) mulai dari kondisi jalan dan drainase
yang buruk serta terbatasnya tempat pembuangan sampah di sekitar pantai,
sehingga banyak sampah yang terdapat di beberapa titik pantai dan laut
Pulau Lembeh. Untuk permasalahan secara kelembagaan adalah kurang
tertatanya sistem pengelolaan wisata bahari Pulau Lembeh. Hal ini terjadi
disebabkan adanya tumpang tindih tanggung jawab dan kewenangan atas
kawasan wisata bahari Pulau Lembeh yang mengakibatkan pembangunan

9
dalam pengembangan kawasan wisata bahari pulau lembeh menjadi tidak
optimal.

Gambar 3. Potensi Pariwisata Bahari dan Permasalahan Pulau Lembeh

Kawasan pesisir
pantai Kelurahan
Papusungan Pulau
Lembeh
Kawasan Ekowisata
mangrove dan kampung Kawasan pasir putih di
tepi pantai. kelurahan Pasir Panjang.

Titik penyelaman.2 Kondisi jalan


buruk

Patung Yesus
Di Pulau
Lembeh
Monumen Trikora yang
Drainase yang ada di pesisir pantai
buruk Pulau Pulau Lembeh
Lembeh

Sumber Peta: RDTR Kota Bitung 2012-2032

3.3 Analisis Kawasan Pariwisata Pantai Pulau Lembeh


Dalam penyediaan sarana dan prasarana perlu memperhatikan
kebutuhan dan lingkungan sekitar agar pembangunan sarana dan prasarana
tersebut sesuai dengan yang sesuai kebutuhan dan akan berkelanjutan,
maka perlu dilakukan beberapa analisis antara lain :
1. Analisis Tautan Wilayah Kawasan Pariwisata Bahari Pulau Lembeh
terhadap Lingkungan Sekitarnya.
Pemerintah Kota Bitung yang memiliki misi untuk
mengembangkan pariwisata dan budaya lokal. Kebijakan fungsi
tersebut akan diarahkan pada upaya pengembangan pariwisata dengan

10
meningkatkan kualitas kepariwisataan dan perbaikan sarana dan
prasarana yang ada, tanpa meninggalkan upaya pemasaran pariwisata
kepada masyarakat luas dan para penanam modal secara intensif dan
berkelanjutan. Dalam pengembangan budaya lokal difungsikan sebagai
bentuk pengembangan, pemererat dan pelestarian budaya lokal yang
bertujuan untuk membentuk masyarakat Kota Bitung yang
berkarakteristik. Kawasan wisata bahari Pulau Lembeh memiliki
tautan yang cukup besar terhadap wilayah sekitarnya. Kawasan ini
juga merupakan alternatif berlibur bagi masyarakat lokal maupun
wisatawan asing. Baik hari libur akhir pekan maupun hari libur besar
atau nasional. Dengan demikian jika tidak dikelola dan disediakan
sarana dan prasarana yang baik dan memadai maka daerah kawasan ini
tidak dapat berkembang secara optimal.

Gambar 4. Peta Tautan Wilayah Kawasan Pariwisata Bahari Pulau Lembeh


terhadap Lingkungan Sekitarnya

Sumber: RDTR Kota Bitung 2012-2032 dan hasil analisis penulis

2. Analisis Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Pariwisata


Bahari Pulau Lembeh.
a. Akomodasi
Akomodasi yang terjagkau pada kawasan ini masih sangat
kurang (kecuali yanng milik swasta, itupun harus dibayar dengan
dolar) bahkan mungkin bisa dikatakan tidak ada. Karena
akomodasi yang ada berada cukup jauh dengan tempat wisata yang
disediakan. Walaupun beberapa tempat akomodasi sudah bisa
dikatakan layak dengan fasilitas yang diberikan. Hal ini juga

11
merupakan faktor penting jika kawasan ini akan melakukan
pembangunan, sebab pada dasarnya wisatawan akan memerlukan
tempat tinggal (sesuai kantong mereka) untuk sementara waktu
selama dalam perjalanan untuk dapat beristirahat. Dengan adanya
sarana ini, maka akan mendorong wisatawan untuk berkunjung dan
menikmati objek dan daya tarik wisata dengan waktu yang relatif
lebih lama. Informasi mengenai akomodasi ini mempengaruhi
penilaian wisatawan pilihan jenis akomodasi yang dipilih, seperti
jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, jumlah
kamar yang tersedia dan sebagainya.
b. Tempat makan dan minum
Untuk fasilitas makanan dan minuman yang ada pada kawasan
ini masih kurang baik dari segi jenis dan variasi makanan yang
ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman, pelayanan
yang diberikan, tingkat harga, tingkat higienis, dan hal-hal lain
yang dapat menambah selera makan seseorang serta lokasi tempat
makannya. Memang makanan yang sudah ada mulai dari makanan
berat seperti makanan pokok (nasi dan lauk pauk) sampai dengan
makanan ringan (jajanan) tetapi masih dikatakan kurang jika
direncanakan secara berkelanjutan. Selain fasilitasnya yang masih
kurang, pembuangan limbah tersebut juga belum terkelola dengan
baik dan benar sehingga bisa menimbulkan pencemaran
lingkungan jika dibiarkan berlarut-larut.
c. Tempat belanja
Di kawasan belum ada tempat khusus yang menjajakan oleh-
oleh khas daerah sehingga wiasatawan yang datang tidak bisa
membelanjakan uang mereka. Padahal tersedia barang-barang
untuk dijual seperti kerajinan kerang atau makanan olahan khas
kawasan wisata bahari Pulau Lembeh. Secara ekonomi hal ini bisa
merugikan perekonomian daerah, dimana seharusnya uang yang
beredar tidak keluar tetapi tetap berputar di dalam daerah. Hal ini
juga dapat menjadi alternatif bagi para wisatawan dalam
membelanjakan uangnya. Wisatawan bisa berbelanja barang

12
kenangkenangan berupa barang bukan hanya menikmati
pemandangan dan atraksi saja.
d. Fasilitas umum di lokasi objek wisata
Fasilitas umum yang ada di kawasan pesisir Pantai juga
belum semuanya tersedia dan kalaupun ada masih jauh dari kata
layak, seperti tempat parkir, MCK umum, sarana peribadatan,
sarana penggerak di lokasi obyek wisata, sarana informasi dan
papan petunjuk, sarana rekreasi dan taman bermain serta jaringan
listrik dan telekomunikasi.

Gambar 5. Peta Analisis Akomodasi, Tempat Berbelanja, Tempat Makan dan


Minum Kawasan Wisata Bahari Pulau Lembeh

Keterangan:
Kawasan Penginapan

Kawasan Belanja

Kawasan tempat makan


minum

Sumber: RDTR Kota Bitung 2012-2032 dan hasil analisis penulis.

Gambar 6. Peta Analisis Fasilitas Umum Kawasan Pulau Lembeh

Keterangan:
Tempat parkir

MCK umum

Sarana peribadatan

sarana informasi dan


papan petunjuk

Sarana rekreasi dan taman


bermain 13

jaringan listrik dan


telekomunikasi
Sumber: RDTR Kota Bitung 2012-2032 dan hasil analisis penulis.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan kawasan wisata bahari
Pulau Lembeh memiliki banyak potensi tetapi sarana dan prasarana
pendukung aktifitas wisata masih membutuhkan peningkatan kualitas
maupun kuantitasnya. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pariwisata
Pesisir yang berkelanjutan harus berpedoman dengan empat elemen
penting yang menjadi acuan dalam teori keberlanjutan yaitu: aspek sosial
dimana dibutuhkan peningkatan kesadaran akan pemeliharaan, diberikan
pengetahuan dan melibatkan penduduk asli dalam pengembangan sarana
dan prasarana untuk menunjang aktifitas pariwisata bahari yang
berkelanjutan, aspek ekonomi pengembangan sarana dan prasarana.
pariwisata untuk mendukung pariwisata bahari maka secara tidak langsung
menarik wisatawan berkunjung, mengajak organisasi lokal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aktivitas ekonomi, aspek
lingkungan dibutuhkan kesadaran bahwa pemanfaatan sumber daya

14
manusia dan alam secara berlebihan akan mengganggu keseimbangan
lingkungan dan aspek kelembagaan. Diperlukannya pengelolaan dan
pemeliharaan kawasan wisata bahari Pulau Lembeh dengan cara
menggabungkan kerjasama antara pemerintah dan swasta dan dengan
melibatkan masyarakat. Keempat elemen ini harus bersinergi agar tidak
pincang dan menimbulkan masalah di generasi selanjutnya. Hal ini dapat
dirumuskan rekomendasi bagi pemerintah terutama berupa pengembangan
daerah yang berkaitan dengan sarana dan prasarana dan partisipasi
masyarakat dalam proses pelaksanaannya untuk menjaga kelestarian
kawasan wisata bahari Pulau Lembeh.

4.2 Saran
Sehubungan dengan pembahasan di atas, maka saran-saran yang perlu
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan pemerintah daerah agar dalam penyusunan konsep rencana
pengembangan sektor pariwisata hendaknya lebih memperhatikan dan
menganalisis sarana dan prasarana agar menghasilkan suatu konsep
yang efektif dan efisien.
2. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan diharapkan bukan hanya
sekedar wacana tapi benar-benar diaplikasikan, minimal dengan
program penyadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan,
khususnya lingkungan bahari.
3. Guna mewujudkan peningkatan sektor pariwisata di kawasan
pariwisata bahari Pulau Lembeh diharapkan kemauan pemerintah,
masyarakat dan stakeholders lainnya melakukan reformasi sosial,
ekonomi dan teknologi dalam menciptakan iklim usaha dan menjaga
sarana dan pasarana yang telah disediakan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Adolof, Ronny. 2013. Wisata Bahari Murah di Pintu Kota Kecil, Pulau Lembeh,
Bitung. https://sitaro.wordpress.com/2013/01/05/wisata-bahari-murah-di-
pintu-kota-kecil-pulau-lembeh-bitung/. Diakses 28 Maret 2016.

Anonim. 2014. 2 Wisata Sejarah Terkenal Kota Bitung.


http://bitungcity.weebly.com/home/2-wisata-sejarah-terkenal-kota-bitung.
Diakses 28 Maret 2016.

Anonim. 2015. Berwisata Ke Pulau Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara.


http://notetravelling.blogspot.co.id/2015/08/berwisata-ke-pulau-lembeh-di-
bitung.html. Diakses 28 Maret 2016.

Marlina, Ani. 2010. PKLH. https://animarlina.wordpress.com/2010/05/04/pklh/.


Diakses 28 Maret 2016.

Paulungan, Yunus. P. 2009. Menggagas Ulang Kejayaan Pariwisata Toraja


Sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).
http://yunuspaulangan.blogspot.co.id/2009/10/mengembalikan-kejayaan-
sebagai-daerah.html. Diakses 28 Maret 2016.

Pusung P. Hein. 2015. Patung Yesus Di Pulau Lembeh.


https://twitter.com/pietheinpusung/status/649857623538294784. Diakses 28
Maret 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai