Anda di halaman 1dari 17

TUGAS EKOLOGI ARSITEKTUR

Resume jurnal (2) ekologi arsitektur

Disusun Oleh:
Ikrar Maulana Muharram (60100119037)
KELAS II/B

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PRODI TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
1. Jurnal Pertama

Konsep Arsitektur Pada Perancangan Kawasan Wisata Danau Lebo Kabupaten


Sumbawa Barat

Syarapuddin, Herry Santosa, Tito Haripradianto

Perencanaan pembangunan Taman Wisata Danau Lebo sebagai wisata alam


unggulan diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumbawa Barat,
sehingga perlu melakukan penataan yang baik dan memperhatikan potensipotensi yang
ada disekitar kawasan tersebut agar dapat dikembangkan secara optimal. Dalam
perancangan pembangunan kawasan wisata Danau Lebo dengan menggunakan
pendekatan arsitektur ekologi melalui konsep eco-cultur, pola penataan fasilitas wisata
Danau Lebo dikembangkan menjadi waterfront resort. Waterfront Resort merupakan
pengembangan kawasan tepi air yang diarahkan pada tempat yang biasa digunakan untuk
relaksasi atau rekreasi.

Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah “ilmu yang mempelajari seluk beluk
ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya”.
Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan adalah metode deskriptif
analitik yang tertuju pada pemecahan masalah akomodasi di Sumbawa Barat.
Perancangan yang dilakukan menggunakan pendekatan metodologi problem solving
berdasarkan aspek ekologi kawasan, aspek sosial ekonomi, dan aspek sosial kultural yang
tertuju pada pemecahan masalah fasilitas wisata yang akan diwadahi, dimulai dari tahap
perumusan,pengumpulan data, analisa hingga sintesa dengan menggunakan teknik
survey, wawancara, studi literatur dan studi komparasi.

1. Hasil dan Pembahasan


a. Deskripsi Tapak

Site ini berada di Dusun Pakerum Desa Samapir Kecamatan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat. Kriteria pemilihan lokasi ini berada pada area yang direncanakan oleh
pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat sebagai tempat rekreasi.
Batas tapak

 Utara : Rumah warga


 Timur : Kawasan perairan danau
 Selatan: Pos BKSD
 Barat : Jalan raya dan bukit

Luas tapak total : 10 Ha

b. Konsep Perancangan Waterfront Resort


i. Konsep program wisata
 Program konservasi arah pengembangannya untuk kegiatan pendidikan
ekologi serta pelestarian budaya sekitar.
 Program edukasi arah pengembangannya sebagai media informasi dan
pengetahuan mengenai kawasan Danau Lebo.

 Program rekreasi merupakan program wisata yang menawarkan kegiatan


bersantai dan istirahat. Fasilitas yang disediakan cottage delux 14 unit dan
suite 12 unit, massage room, kolam renang, dayung sampan, sepeda air, spot
pemancingan, restaurant dan erea jogging track.

 Fungsi embracing merupakan upaya memberdayakan masyarakat untuk


mengembang kreatifitas yang berkaitan dengan penyediaan berbagai
kebutuhan wisatawan. Fasilitas yang sediakan berupa kios souvenir, galeri,
warung makan, dan ruang pelatihan dan tempat parkir khusus cidomo.

ii. Konsep pola penataan ruang dan massa fasilitas waterfront resort
 Zoning tapak Tapak dibagi menjadi 3 bagian zona yaitu
Zona rekreasi sebagai ruang publik dan zona utama. Pada zona ini
ditempatkan fasilitas hiburan.
Zona konservasi sebagai ruang semi publik untuk kegiatan pendidikan,
perlindungan dan penelitian.
Zona hunian sebagai ruang privat untuk pengunjung yang menginap terdiri
dari fasilitas cottage yangdibedakan menjadi dua cottage delux (Bala ode) 14
unit dengan ukuran 5x9 m dan suite (Bala rea) 12 unit dengan ukuran 5x12 m.

 Organisasi Tata massa Dengan mempertimbangkan kondisi topografi pada


tapak, massa bangunan dibuat menyebar.
 Aksesibilitas dan Sirkulasi Konsep perancangan akses kedalam tapak
membedakan antara jalur pengunjung nelayan dan karyawan maupun staff
yang melakukan aktifitas sekitar waterfron resort tersebut.

iii. Konsep Pola Penataan Bangunan


 Pola Ruang Bangunan Bangunan utama sebagai bangunan penerima di
letakkan pada zona rekreasi, menjadi area rujukan pertama yang di lewati oleh
pengunjung sebelum ke area hunian, rekreasi dan konservasi. Untuk
bangunan penunjang lainnya seperti cottage ditata sedemikian rupa dengan
menggunakan pola ruang bangunan teradisional masyarakat Sumbawa yang
mana membagi ruang menjadi tiga bagian.

 Struktur dan Bahan Material Penggunaan struktur kerangka pada setiap


bangunan didominasi menggunakan sistem Knock Dwon rumah panggung
berbahan material alami yang mudah didapat disekitar tapak perancangan
seperti bambu dan kayu kelapa sebagai bahan struktunya dan ijuk, atau alang-
alang sebagai penutup atapnya.

iv. Konsep Konservasi Tapak


 Konsep Lansekap
Penataan akses jalur hijau Penataan ruang luar pada tapak dilakukan dengan
mempertahankan tanaman eksisting yang berada di sekeliling tapak.
Penataan perabot tanaman dan perkerasan Penambahan infrastruktur,
pedestrian/joging track, rest area, tempat sampah, dan taman bermain.

 Pengelolaan Utilitas Tapak


Pengelolaan sumber energi listrik Pengelolaan sumber energi panas matahari
menjadi sumber energi listrik.
Pengelolaan sumber air bersih dan air kotor Pengelolaan air danau untu
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan menggunakan sistem buangan
yang ramah lingkungan seperti menggunakan septictank biotech untuk
menghidari pencemaran lingkungan.
2. Jurnal Kedua

PUSAT PENANGKARAN HEWAN LANGKA OWA JAWA DENGAN


PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI DI BOGOR

Erick Handiana , Lily Mauliani, Anggana Fitri Satwikasari

Perencanaan dan perancangan pusat penangkaran hewan langka Owa Jawa ini
dirancang menggunakan konsep arsitektur ekologi sebagai konsep paling sesuai dengan
keselarasan antara bangunan dan lingkungan. Metode penyusunan konsep yang
digunakan adalah dengan pengumpulan data dari landasan teori yang terkait dan
observasi lapangan, pengolahan data, dan analisis data untuk menyusun konsep
perencanaan dan perancangan “Pusat Penangkaran Arsitektur Ekologi dengan Pendekatan
Arsitektur Ekologi”.

Menurut Yeang (2006), pendekatan ekologi dalam arsitektur didefinisikan dengan


Ecological design is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low
energy design. Dengan demikian terdapat integrasi antara kondisi ekologi lokal, iklim
mikro dan makro, kondisi tapak, program bangunan atau kawasan, konsep, dan sistem
yang tanggap terhadap iklim, serta penggunaan energi yang rendah.

Metode penyusunan konsep yang digunakan adalah metode desktiptif kualitatif,


yaitu metode dengan menggunakan data yang ada dengan landasan teori yang
terkait, baik secara arsitektural maupun non arsitektural, mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data secara faktual untuk penyusunan konsep perencanaan dan perancangan
pusat penangkaran hewan langka Owa Jawa dengan pendekatan Arsitektur Ekologi di
Kota Bogor.

1. Pembahasan
a. Data Lokasi
Lokasi desain perencanaan berada di Jl. Cifor, kel. Situgede, Bogor Barat.

b. Data Tapak
Kawasan Lokasi adalah kawasan Hutan lindung berikut data tapak
 Lokasi : Jl. Cifor, Kel. Situgede, Bogor Barat, 16119
 Luas Lahan ± 30.000m2 (3Ha)  KDB : 40%
 KB : 12 meter 
Peruntukan zona kawasan hutan lindung.
 Batas tapak :
Sisi utara : Jl. Cifor
Sisi Timur : Lahan kosong
Sisi Selatan : Danau Situ Gede
Sisi Barat : Penangkaran Rusa.

c. Penerapan Arsitektur Ekologi terhadap bangunan


Ukuran kandang Owa Jawa berdasarkan kegiatan alamiah seperti meloncat berayun
diambil dari gerakan terluas untuk menciptakan sebuah ruang.
Denah kandang dan tampak kandang individual yang menyediakan fasilitas untuk
Owa Jawa di dalam kandang.

Kandang pembesaran yang mewakili dari kegiatan alamiah Owa Jawa yaitu
menjelajah sekitar 750m perhari serta kondisi di dalam kandang yang menyerupai
habitat aslinya karena menggunakan jarring agar matahari dan udara masuk secara
maksimal.

Kandang kawin yang berukuran 6x6m dengan furniture yang mendukung kegiatan
Owa Jawa di dalam kandang seperti tempat tidur tempat makan & minum dan tempat
untuk kawin yang posisinya ebrada di atas.
Sistem Air bersih yang dipakai adalah air hujan yang ditampung dan air danau yang
disaring dan disebarkan kesetiap kandang sebagai bahan minum dan area perairan di
sekitar site.

Posisi Pengunjung berada diatas agar meminimalisir kerusakan dan kenyamanan


melihat Owa Jawa.

d. Analisis Pola Kegiatan Owa Jawa


 Kegiatan Owa Jawa Kandang Individu
 Kegiatan Owa Jawa Kwin Alami
 Kegiatan Owa Jawa Inseminasi Buatan
 Kegiatan Owa Jawa Pelepasan Ke Alam

e. Analisis Besaran Ruang


Besaran ruang Pengelola Pengunjung dan Besaran Kandang untuk Owa jawa.
3. Jurnal Pertama

PENERAPAN PRINSIP EKOLOGI ARSITEKTUR DALAM HAL TOPOGRAFI


DI TAMAN WISATA MATAHARI & KEBUN RAYA BOGOR

Yazid As Salafy, Lutfi Prayogi

Saat ini taman hiburan yang ada saat ini semakin tidak ramah lingkungan dan
cenderung merusak ekosistem sekitar. Penelitian ini mempunyai 2 objek penelitian yaitu
Taman Wisata Alam Matahari dan Kebun Raya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah
memahami penerapan ekologi arsitektur dalam hal topografi di Taman Wisata Matahari
dan Kebun Raya Bogor. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Ekologi
arsitektur dapat diterapkan dalam desain sebuah taman hiburan. Ekologi arsitektur dapat
diterapkan dalam beberapa hal salah satunya yaitu topografi. Arsitektur topografis yang
termasuk ke dalam salah satu prinsip ekologi merupakan suatu ide yang lahir dari
banyaknya lahan yang dipotong menjadi rata dan tidak alamiah sebagaimana alam itu
terbentuk.
1. Pembahasan
a. Topografi

Menurut Rais (1978) topografi diartikan sebagai bentuk/rupa dari permukaan


bumi termasuk semua bangunan yang dibangun oleh manusia diatas permukaan bumi ini.
Arsitektur topografis termasuk ke dalam salah satu prinsip ekologi. Arsitektur topografis
merupakan suatu ide yang lahir dari banyaknya lahan yang dipotong menjadi rata dan
tidak alamiah sebagaimana alam itu terbentuk. Arsitektur pada dasarnya adalah ilmu yang
fleksibel namun tetap mempelajari sebab dan akibat yang timbul akibat desain yang
muncul.

b. Ekologi

Ekologi merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi. Yaitu ilmu pengetahuan
tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari
faktor pengaruh lingkungan terhadap jasad hidup (Zoer’aini: 2010).

Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia


dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis
atau eko-arsitektur. (Krusche, 1982). Para ahli yang lain berpendapat ,Frick (2007),
Widigdo (2008) dan Metallinaou (2006) tentang arsitektur ekologis. Berdasarkan
pendapat para ahli-ahli tersebut, pada intinya pendekatan arsitektur ekologis pada
arsitektur mengarah ke:

a. Memelihara sumber daya alam.

b. Mengelola tanah, air dan udara

c. Menggunakan sistem-sistem bangunan yang hemat energy

d. Menggunakan material local

e. Meminimalkan dampak negatif pada alam

f. Meningkatkan penyerapan gas buang

g. Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.


c. Topografi pada Taman Wisata Matahari

Dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 bahwa topografi alami kawasan Taman Wisata
Matahari yang tidak rata masih dipertahankan dan ditata dengan baik guna menambah
kenyamanan wisatawan. Pemangkasan lahan pada taman wisata ini dilakukan secara
terbatas salah satunya yang dipangkas yaitu area yang digunakan untuk jalan dan
sirkulasi, tetapi bukan area hijau pada area sirkulasinya. Topografi pada area hijau
titik temu pengunjung Taman Wisata Matahari masih terlihat perbedaannya dengan
area jalan.

d. Topografi pada Kebun Raya Bogor


Dapat dilihat pada gambar 3 menujukan salah satu jalur sirkulasi pada Kebun Raya
Bogor yang memiliki perbedaan ketinggian tanah. Gambar 4 menunjukan satu
lapangan yang berkontur tidak rata. Lapangan tersebut sering dipakai untuk titik temu
pengunjung karna lahannya yang luas dan mudah dijangkau. Pada lapangan tersebut
memperlihatkan titik terjauh dati kamera yang berupa sebuah bangunan adalah titik
tertinggi dari permukaan tanah lapangan tersebut. Sedangkan titik terendah dari
kamera memperlihatkan titik terendah dari permukaan tanah. Untuk kasus lapangan
pada gambar 4 bisa saja arsitek memotong lahan untuk memaksimalkan fungsi
lapangan, namun terlihat dari gambar bahwa kontur tanah yang tidak rata tersebut
masih dipertahankan keasliannya oleh arsitek.

KESIMPULAN DARI KETIGA JURNAL


Jurnal Pertama
Tujuan perencanaan Taman Wisata Alam Danau Lebo sebagai Waterfront Resort
adalah ingin menjadikan Danau Lebo sebagai atraksi wisata yang dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sumbawa Baratdengan
mengaplikasikan arsitektur ekologi yang berkelanjutan dengan nilai-nilai budaya
sekitar. Perencanaan pembangunan Taman Wisata Danau Lebo, perlu ditetapkan
peraturan yang jelas terhadap pemanfaatan Danau Lebo sebagai objek wisata, selain
itu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar kawasan, perlu adanya
kerjasama dengan pihak pemerintah daerah atau suwasta untuk memberi pembekalan
dan pelatihan terhadap kegiatan okowisata seperti penyediaan jasa wisata dan
pengetahuan terhadap cara pengelolaan lokasi kawasan Danau Lebo secara
berkelanjutan.

Jurnal Kedua
Pendekatan Arsitektur Ekologi merupakan konsep sebagai upaya pelestarian populasi
hewan langka Owa Jawa agar dapat meningat karena memiliki bangunan yang selaras
dengan lingkunganya dan kandang penangkaran yang menggukaan konsep 5
kesejahteraan hewan yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas beraktivitas biasa,
bebas dari rasa takut, bebas dari rasa sakit, bebas dari stres.

Jurnal Ketiga
Topografi kedua taman wisata yang penulis teliti tidak banyak diubah. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip ekologi arsitektur yang disampaikan oleh Frick (2007) dkk
yaitu meningkatkan potensi lahan yang tersedia dan memelihara sumber daya yang
ada. Pemangkasan lahan pada kedua taman tersebut dilakukan secara terbatas salah
satunya yang dipangkas yaitu area yang digunakan untuk jalan dan sirkulasi, tetapi
bukan area hijau pada area sirkulasinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/191

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/view/3789

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/view/4085/3705

Anda mungkin juga menyukai