2 KONSEP PENGEMBANGAN
Konsep Pengembangan yang akan dikembangkan dalam pengembangan kawasan wisata
tepi air
Bagan Deli Belawan adalah konsep pengembangan wisata Wisata Air atau tirta yang
dikaitkan
dengan potensi yang ada di wilayah perencanaan yaitu Desa Bagan Deli.
Kawasan Wisata Air sesuai dengan definisi parc regionaux (Billet, 1982), yang bertujuan
untuk:
Mempreservasi warisan natural dan kultural
Mengembangkan aktivitas tradisional (perikanan)
Menyediakan kegiatan leisure dan wisata outdoor yang melibatkan masyarakat lokal serta
menguntungkan ekonomi lokal.
Konsep umum penataan fisik kawasan didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:
1. Kawasan Wisata Air Bagan Deli merupakan kawasan yang terletak di antara Kawasan
Lindung, Pelabuhan, dan Perdagangan, sehingga diperlukan pemetaan yang selain
memperhitungkan carrying capacity lingkungan juga memperhatikan batas-batas
kepemilikan dan fungsi guna lahan eksisting.
2. Fitur alam yang unik (berupa lansekap dan air) dan fitur kultural (tradisi/kebiasaan
masyarakat, bentuk arsitektural, dll) yang terdapat di kawasan dapat dioptimalkan sebagai
point of interest.
3. Kawasan Tepi Air merupakan sumber mata pencaharian yang dimanfaatkan oleh
penduduk
sekitar bagi kegiatan sehari-hari masyarakat yaitu aktifitas nelayan.
Dasar Pertimbangan Perencanaan Kawasan
Sementara itu dari segi estetika bentuk dan gaya adalah sebagai berikut:
Menggunakan nilai arsitektur tradisional setempat yang selain memunculkan citra lokalitas
juga berintegrasi dengan lingkungan sekitar, dengan mengadopsi bahan-bahan yang
terdapat dari alam.
Detail bangunan harus seragam dan diterapkan pada seluruh bangunan sehingga
mempunyai ciri khas tersendiri.
Proporsi bangunan harus memperhitungkan titik ketinggian lahan dan pohon di
sekitarnya.
Penggunaan warna pada bangunan hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitar
dan tidak boleh terlalu menyolok.
Secara lebih terinci, konsep penataan bangunan pada masing-masing zona adalah sebagai
berikut:
A. Zona Wisata Air
Zona ini terletak pada bagian selatan kawasan. Pada zona ini terdapat node utama
sirkulasi, yang
berupa jalan utama kawasan (promenade = tempat luas untuk pejalan kaki). Pembangunan
fasilitas
ini hendaknya memperhatikan kemudahan akses dan orientasi pengunjung yang datang
atau
meninggalkan kawasan.
Zona wisata air mempunyai ruang penerima yang mempunyai fasilitas sebagai berikut:
- pusat informasi/tourist information center
- ruang serba guna
- warung makan/restoran/cafetaria
- kios cinderamata
- loket penyewaan perahu
- toilet umum
- panggung budaya (plaza)
Bangunan-bangunan yang dikembangkan bersifat permanen dengan kerapatan yang relatif
tinggi
dibanding zona lain dan memperhatikan ketahanan konstruksi. Penataan bangunan
membentuk
suatu ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pejalan kaki dan rekreasi air.
Pemanfaatan kondisi tepi pantai untuk dibuatkan Promenade memang bisa menjadi pilihan
untuk
dikembangkan sebagai pusat wisata. Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan
untuk
bisa mengembangkan lokasi Promenade ini, yaitu :
- kondisi tanah dibawah tinggi muka air (kekuatan mekanika tanah)
- naik turunnya muka air laut
- kondisi backwater dan ombak yang terjadi di pesisir pantai
Namun kondisi ini bisa diatasi dengan pengukuran yang jelas terhadap kondisi permukaan
air
sehingga bisa dipastikan tinggi promenade agar muka air dengan kondisi tertinggi tidak
mengganggu
lintasan promenade. Dukungan dari pilihan atas jenis pondasi yang memadai atas kekuatan
bangunan promenade atas kondisi ombak, dan juga tanah bawah air.
Dengan melihat dari hasil simulasi, dan juga melihat data analisis data yang sudah diolah,
maka
ditentukan jenis pondasi yang dipilih adalah Pondasi Dalam dengan tipe tiang pancang
beton.
Kedalaman dimaksimalkan hingga kedalaman Lapisan Tanah Padat untuk mendapatkan
Daya
Dukung Tanah yang bisa menahan beban maksimal yang didapatkan dari perumusan
kobinasi
pembebanan (yang memperhitungkan beban hidup, beban mati, kondisi getaran akibat
gempa, dan
lain-lain). Sebenarnya alternatif pondasi tiang pancang ini juga ada yang bertipe tiang
pancang baja,
namun mengingat faktor pengkaratan akibat gerusan air garam yang membuat usia layan
pondasi
lebih singkat, sehingga jenis pondasi tiang pancang yanh dipilih adalah pondasi tiang
pancang beton.
Pertimbangan design untuk pondasi akan dilakukan kemudian dengan kondisi tinggi muka
air akibat
pasang surut, sebab kondisi pengujian sondir yang dilakukan bertitik tolak dari dasar tanah
dibawah
permukaan air, untuk itu design pondasi ini juga menerus menjadi tiang-tiang penyangga
promenade yang menambah nilai arsitektural dan keindahan dengan kondisi mengekspos
tiang
pondasi dari mulai dasar tanah bawah air hingga ke batas tertinggi pasang naik dan
hempasan
ombak sebagai acuan ketinggian promenade dari dasar tanah.
B. Zona transisi
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep penataan kawasan dapat dilihat pada gambar
berikut :
B. Kerugian
Gambar 5.3 : Konsep Penanganan Permukiman
1. Sampah yang ditinggalkan air pasang surut menyebabkan lingkungan Kotor
2. Mobilitas pergerakan warga didalam kawasan terbatas karena adanya area tergenang
3. Ruang kegiatan untuk aktivitas ekonomi penduduk terbatas
4. Pada zona basah, perlu penanganan khusus dalam penyediaan PSU (air bersih dengan
perpipaan, Jalan harus dengan jalan panggung, Drainase yang menuju saluran induk
berupa
parit harus dijaga sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara maksimal, MCK
terkendala
area genangan, Sampah harus disediakan penampungannya.
5.2.3 Konsep Penataan Sirkulasi
Konsep penataan sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli secara umum dijabarkan
sebagai berikut :
1. Menerapkan desain yang harmonis dan sesuai dengan konteks fisik dan kultural
setempat.
2. Menerapkan desain yang memperhatikan fungsi ekologis wilayah pesisir dan perairan di
sekelilingnya.
3. Meminimasi keberadaan "ecological footprint' dengan pembukaan jalur sirkulasi
seminimal mungkin.
4. Memanfaatkan elemen binaan yang telah ada untuk meminimasi pemakaian sumber
daya alam secara berlebihan.
5. Menerapkan desain yang memperhatikan faktor kenyamanan dalam arti aksesibel bagi
semua pengunjung.
Berikut adalah penjabaran konsep sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli.
1. Pola sirkulasi
Pola sirkulasi dalam tapak direncanakan merupakan gabungan antara pola cul de-sac dan
loop.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari seminimal mungkin pembukaan jalur-jalur baru
agar relatif tidak mengganggu keberlangsungan berbagai habitat yang ada di dalam
kawasan.
Jika diperlukan pengembangan atau pembukaan jalur sekunder atau tersier baru maka
diharapkan seminimal mungkin memotong patches yang telah terbentuk.
Pola cul de saac diperuntukkan bagi jalur yang menuju sub-sub zona sedang pola loop
dipakai pada jalur utama yang mengelilingi kawasan. Penataan jalur sirkulasi sebagian
besar direncanakan tetap memakai jalur sirkulasi eksisting sebagai jalur utama dengan
bukaan menuju zona wisata air, bukaan menuju zona transisi, dan bukaan menuju zona
permukiman.
Jalur sirkulasi menuju zona wisata air dan zona transisi selain ini ditujukan bagi sirkulasi
pedestrian juga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk keadaan darurat. Sedang
akses di dalam zona wisata maupun zona transisi disarankan menggunakan jalur pejalan
kaki, disarankan berbahan beton yang dipasang diatas permukaan air pasang untuk
mengakomodir pergerakan air pasang.
Rute yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata, yaitu promenade harus berkesan terbuka
yang menghasilkan kontras dan suasana terbuka. Hal ini didapat pola jalan yang loop yang
langsung berhadapan dengan pemandangan laut.
2. Material
Penataan sirkulasi harus mempertimbangkan tatanan lingkungan yang ada karena aktivitas
konstruksi sekecil apapun dapat mengakibatkan perubahan pada konfigurasi bentuk
permukaan tanah (landform), pengikisan topsoil (lapisan atas tanah), menimbulkan erosi
dan peningkatan run off (limpasan air). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
konstruksi pada jalur sirkulasi utama menggunakan perkerasan beton.
3. Aksesibilitas
Pencapaian dari luar ke dalam kawasan dapat diakses melalui dua pintu, yaitu pintu bagian
utara (Jalan Besar Bagan Deli) dan timur. Pencapaian yang mempunyai dua pintu masuk ini
mempunyai keuntungan tersendiri, karena dapat meminimasi penumpukan arus keluar-
masuk pengunjung.
4. Parkir
Areal parkir utama dialokasikan pada kawasan penerima yaitu di sekitar TPI dan sebelah
barat
Bagan Deli. Material lahan parkir dianjurkan untuk memakai bahan beton dan berposisi
tinggi
untuk menghindari air pasang.
5.3 STRATEGI PENGEMBANGAN
Kegiatan pengembangan Wisata Air di Bagan Deli tidak terlepas dari kondisi lingkungan dan
masyarakat Bagan Deli sendiri. Pengembangan kawasan ini tidak hanya memperhatikan
kegiatan
wisata tetapi juga kondisi permukiman dan infrastruktur yang ada di Bagan Deli. Strategi
Pengembangan Kawasan Wisata Air Bagan Deli yang akan dilaksanakan pengembangannya
secara
bertahap adalah :
1. Merekonstruksi dan memelihara kondisi infrastruktur jalan menuju Bagan Deli tetap
terawat
agar dapat mendukung kegiatan pariwisata.
2. Menjadikan Kawasan Bagan Deli sebagai salah satu Kawasan wisata Bahari dengan
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di kawasan Bagan Deli seperti hasil tangkapan
ikan laut, pemandangan laut, wisata kuliner seafood
3. Membangun dan merevitalisasi permukiman penduduk di kawasan Bagan Deli sesuai
dengan
standart peraturan yang berlaku (SNI) dan memperhatikan kondisi fisik dan budaya pada
kawasan tersebut.
4. Membangun dan memperbaiki sistem jaringan drainase di kawsan Bagan Deli dengan
memperhatikan kondisi pasang surut air laut di kawasan sesuai dengan standart peraturan
yang berlaku (SNI)
5. Menggunakan pendekatan konsep waterfont city untuk perencanaan Kawasan Bagan
Deli dan
pendekatan community Based Approach (partisipasi masyarakat) untuk kegiatan wisata di
Kawasan Bagan Deli.
6. Membangun fasilitas dan utilitas permukiman ( listrik, air bersih, telepon) di Kawasan
Bagan
Deli sesuai dengan standart pelayanan permukiman (SPM Permukiman dan perumahan).
7. Penyediaan lahan RTH di Bagan Deli Belawan baik berupa RTH di tiap-tiap kavling
perumahan
maupun di kawasan perencanaan.
8. Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk kawasan Bagan Deli yang terpengaruhi
pasang
surut air laut seperti Rumah Panggung, Steiger untuk jalan (promenade), dan Talud
(Bendungan).
9. Pemilihan kegiatan pariwisata yang sesuai dengan karakteristik kawasan Bagan Deli
Belawan
(Restoran Seafood, wisata keliling hutan mangrove, wisata memancing).
10. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Kawasan Bagan Deli Belawan
dengan
memberikan pelatihan (kreatifitas RT, pelayanan terhadap pengunjung dll)
BAB V I
RENCANA PENGEMBANGAN WISATA AIR BAGAN
B. Zona Transisi
Zona transisi merupakan zona pemisahan dari kegiatan zona permukiman, dimana zona
transisi mempunyai aktifitas yang tidak terlalu sibuk dan tidak terlalu padat.
Zona transisi ditujukan untuk mewadahi fasilitas yang mendukung kegiatan wisata air,
misalnya pengembangan akomodasi dan aktifitas perdagangan untuk mendukung kegiatan
beristirahat para wisatawan.
C. Zona Rekreasi
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai aktifitas yang bersifat aktif dan semi aktif
dan
menerima tekanan/beban yang besar dari jumlah pengunjung. Berbagai kegiatan dapat
dilakukan dengan jangka waktu lama di satu tempat dengan menikmati objek dan daya
tarik
wisata yang tersedia dengan motivasi mencari hiburan. Aktifitas zona rekreasi yang
dilakukan
pada bangunan konstruksi steigher (promanade) yang dibangun sebagai area pengunjung
untuk melakukan kegiatan rekreasi wisata, kegiatan wisata tersebut meliputi kegiatan
memancing ikan, wisata kuliner, permainan air dll.
6.2.2 Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang merupakan rencana kegiatan sirkulasi inlet dan outlet suatu
kawasan
wisata tersebut. Rencana struktur ruang dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Rencana jalan 1
Rencana jalan 1 merupakan boulevard utama yang menjadi akses pintu masuk dan
keluar menuju kawasan wisata. Rencana jalan 1 akan sering dilewati oleh pengendara
sepeda motor, mobil, angkutan umum dan juga penjalan kaki, oleh karena itu Rencana
jalan 1 akan dilakukan perlebaran jalan 8 meter dengan material beton dan penimbunan
untuk mempertinggi posisi jalan sampai diatas rata-rata air pasang.
Rencana jalan 2
Rencana jalan 2 merupakan akses menuju tempat wisata yang dituju yang juga dilewati
oleh pengendara sepeda motor, mobil, angkutan umum dan juga penjalan kaki. Sehingga
perlu dilakukan perlebaran jalan 6 meter dengan material beton dan juga penimbunan
untuk mempertiggi posisi jalan sampai diatas rata-rata air pasang. Rencana jalan 2
mempunyai jaringan jalan yang saling berhubungan/ kontinu dengan rencana jalan 1 dan
rencana jalan 3
Rencana jalan 3
Rencana jalan 3 merupakan akses yang hanya dapat dilalui oleh penjalan kaki dan sepeda
motor. Akses rencana jalan 3 yang merupakan jalan langsung menuju kawasan wisata tepi
pantai. Bahan material rencana jalan 3 ini adalah steiger yang mempunyai lebar 3 meter.
6.2.3 Pola Pemanfaatan Ruang
Terdapat berbagai macam aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman,
perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, dan lain-lain. Dalam perkembangannya tiap
aktivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi
pemilihan pola pemanfaatan ruang dan lokasi aktivitasnya.
Perkembangan kota akan selalu dihubungkan dengan penggunaan pemanfaatan ruang
dalam
suatu perkotaan, dimana terdapat tiga sistem kunci yang mempengaruhi, yaitu sistem
aktifitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan (Chapin dan Kaiser, 1979).
Sistem
aktivitas merupakan perwujudan dari kegiatan penduduk kota yang kemudian akan
membentuk suatu penggunaan pemanfaatan ruang tertentu.
Pola pemanfaatan ruang dalam rencana pengembangan wisata air Kelurahan Bagan Deli
terdiri dari beberapa pola ruang seperti gambar dibawah yaitu meliputi sebagai berikut :
A. Pola Pemanfaatan Ruang Permukiman
Pemanfaatan ruang hampir sebagian digunakan untuk area permukiman penduduk yang
berada di kawasan tepi pantai maupun dikawasan yang jauh dari tepi pantai. Kawasan
permukiman yang berada di tepi pantai tidak mempunyai jarak setiap rumah dan saling
berdekatan (berdampingan). Ukuran setiap permukiman penduduk yang berada di tepi
pantai
beraneka ragam dan tidak tertata dengan baik.
B. Pola Pemanfaatan Ruang Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum
Pemanfaatan ruang untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum yang digunakan untuk titik-titik
pusat aktifitas kegiatan sehari-hari penduduk yang berperan sebagai pusat orientasi
kawasan
secara keseluruhan yang dihubungkan dengan jaringan jalan utama untuk mendukung
kegiatan orientasi kawasan tersebut.
C. Pola Pemanfaatan Ruang Perdagangan
Pola pemanfaatan ruang perdagangan yang digunakan untuk melakukan proses dagang (
seperti : pembelian ikan langsung dari nelayan yang dari melaut, pembelian souvenir) dll.
D. Pola Pemanfaatan Ruang Wisata
Pola pemanfaatan ruang wisata yang digunakan untuk lokasi kawasan wisata tepi air.
Pemanfaatan ruang wisata rekreasi yang dilakukan pada bangunan steiger (promanade).
Berbagai kegiatan wisata dapat dilakukan pada pola pemanfaatan ruang wisata.
6.2.5 Sirkulasi Jalan Inlet Dan Outlet Menuju Kawasan Wisata
Sirkulasi jalan inlet dan outlet berfungsi sebagai ruas jalan yang menjadi penghubung
kegiatan aktifitas penduduk sehari-seharinya dan juga pendukung kegiatan wisata tepi air
Bagan Deli. Sirkulasi jalan inlet dan outlet menggunakan 3 (tiga) jalan yang saling
berhubungan sebagai jalan poros.
Rencana jalan 1 (satu) digunakan sebagai akses jalan utama untuk masuk dan keluar
menuju kawasan perencanaan wisata, sehingga diperlukan pelebaran dan pengerasan jalan
dengan beton pada rencana jalan 1 untuk mendukung fasilitas infrastruktur yang lebih baik
pada kawasan perencanaan wisata.
Ruas Jalan masuk utama, merupakan akses jalan yang menghubungkan jalan Pelabuhan
dengan kawasan perencanaan.
o Lebar DAMIJA (daerah milik jalan) atau ROW (Right of Way) 10 meter.
o Lebar perkerasan jalan 8 meter dan bahu jalan 1 meter di kiri dan kanan.
Kawasan perencanaan dan jalan eksisting yang ada saat ini sering tergenang air sehingga
jalan utama yaitu jalan besar bagan deli perlu ditimbun.
Peningkatan Jalan Bagan Deli Pada Rencana jalan 1 perencanaannya adalah :
Penimbunan badan jalan ± 50 - 75 Cm ;
L jalan : - 8 M – t=20 cm;
Bahan : Cor Beton bertulang
Rencana jalan 2 (dua) digunakan untuk menuju kawasan wisata yang dituju dan juga
digunakan untuk parkir mobil, sehingga diperlukan pelebaran dan pengerasan jalan.
Penataan parkiran dengan benar untuk meningkatkan pelayanan. Standart yang ditetapkan
oleh Ernst Neufert dalam buku arsitek untuk kebutuhan ruang parkir termasuk untuk
ruang
berputarnya kendaraan ukuran kecil/sedang dengan ukuran 20-25 m2 per kendaraan.
Selain
itu, pada ujung tipe jalan 2 (di depan TPI) akan diteruskan menembus jalan eksisting
menuju
gabion akan membuka jalur inlet dan outlet menuju kawasan wisata dan mengurangi
tingkat
kemacetan dan sirkulasi jalan menjadi lebih lancar karena adanya dua alternatif inlet dan
outlet.
Ruas Jalan 2, merupakan akses jalan yang menghubungkan jalan 1 dengan jalan 3 dan
jalan
lingkungan dalam kawasan perencanaan.
o Lebar DAMIJA (daerah milik jalan) atau ROW (Right of Way) 8 meter.
o Lebar perkerasan jalan 6 meter dan bahu jalan 1 meter di kiri dan kanan.
Kawasan perencanaan dan jalan eksisting yang ada saat ini sering tergenang air sehingga
jalan ini perlu ditimbun.
Peningkatan Jalan Pada Rencana jalan 2 perencanaannya adalah :
Penimbunan badan jalan ± 50 - 75 Cm ;
L jalan : - 6 M – t=20 cm;
Bahan : Cor Beton bertulang
Rencana jalan 3 (tiga) merupakan jalan dalam kawasan permukiman penduduk
nelayan
yang digunakan untuk penjalan kaki yang akan memasuki kawasan steiger (promanade)
yang
merupakan kawasan wisata rekreasi. Pada rencana jalan 3 (tiga) sepeda motor dapat
melalui
jalan tersebut dan dapat memparkirkan sepeda motornya.
Peningkatan Jalan Pada Rencana jalan 3 perencanaannya adalah :
L jalan : - 3 M – t= sesuai dengan ketinggian pasang air bentuk steiger;
Bahan : Cor Beton bertulang.
Rencana jalan lingkungan merupakan jalan dalam kawasan permukiman penduduk
nelayan yang langsung berhubungan dengan permukiman penduduk. Pada rencana jalan
lingkungan ini berben tuk steiger dengan tinggi diataspermukaan air pasang dan lebar 1 –
2
meter.
Jalan merupakan prasarana yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian
dan juga
mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Pentingnya perbaikan serta pelebaran jalan menjadi
salah satu
faktor penentu dalam menarik minat pengunjung yang ramai untuk mengunjungi kawasan
perencanaan wisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan fasilitas infrastruktur yang
lebih baik
untuk perencanaan kawasan wisata tepi air Belawan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sirkulasi kawasan diperlihatkan pada peta berikut
ini.
6.2.6 Rencana Air Bersih
Kawasan Kelurahan Bagan Deli menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM, namun
kondisi permasalahan utama terkait dengan jaringan air bersih adalah minimnya debit air
yang dapat teraliri ke rumah – rumah. Bagi masyarakat yang tidak menggunakan jaringan
perpipaan sebagai sumber air minum, pada umumnya memanfaatkan sumur pompa,
ataupun
sumur dangkal khususnya pada kawasan permukiman di tepi pantai seperti di Kelurahan
Bagan Deli.
Rencana air bersih dengan menggunakan PDAM untuk lokasi kawasan perencanaan akan
dibuat pada 4 (empat) titik reservoir diantaranya yaitu kantor kelurahan, mesjid, TPI, lokasi
wisata (dekat jembatan pada lingkungan 15). Jalur perpipaan air akan mengikuti jalur
rencana jalan 1 dan 2, pipa akan ditanam 0.5 – 1 m dari atas permukaan tanah. Sedangkan
untuk setiap lingkungan (lorong) dan juga untuk kawasan wisata air tersebut menggunakan
sumur bor yang akan dibuat disetiap lingkungan (9 sumur bor) sehingga diharapkan setiap
penduduk nelayan yang bermukim pada daerah yang dekat dengan tepi pantai tidak
mengalami kekurangan air bersih.
Sistim air bersih yang diusulkan untuk mendukung kawasan perumahan ini bersumber
dari :
Jaringan pipa PDAM, khususnya pada area ditepi jalan besar Bagan Deli.
Air tanah untuk sebagian besar di sebelah timur rel kereta api dengan kebutuhan debit
6.42 lt/detik.
6.2.7 Rencana Sanitasi & Air Kotor
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan
harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit. Permukiman penduduk yang
berada
dekat dengan tepi pantai tidak memiliki saluran pembuangan air kotor sehingga setiap air
kotor yang dihasilkan dari limbah rumah tangga tersebut dibuang langsung ke pantai. Hal
ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan juga pencemaran air laut.
Limbah yang diproduksi kawasan ini didominasi oleh limbah domestik. Pengelolaan yang
direncanakan adalah sistem pembuangan air limbah setempat (on site) dengan beberapa
pertimbangan yaitu :
Biaya pembuatan murah, kondisi eksisting saat ini memperlihatkan bahwa masyarakat
sudah mengelola air limbahnya masing-masing secara on site
Operasi dan Pemeliharaan menjadi tanggung jawab masing-masing
Pada beberapa lokasi disediakan juga pengolahan air limbah secara sederhana, untuk
mengolah air limbah hasil pencucian ikan/kerang yang umumnya keruh dan bau sehingga
tidak dibuang secara sembarangan atau bercampur dengan saluran runoff atau limbah
domestik. Air limbah cucian tersebut harus dikelola dengan baik agar :
Sampah atau limbah padat dari kawasan perencanaan dikelola dengan kombinasi :
Pengelolaan sampah on site dengan membuat galian tanah dimasing-masing rumah.
Sampah domestik berupa daun kering dan limbah rumah tangga ditimbun tanah, dan
bila telah penuh dapat berfungsi sebagai kompos atau dibakar.
Pengelolaan sampah off site, terutama untuk sampah anorganik dikumpulkan oleh warga
di bak sampah kolektif. Kemudian petugas sampah mengambilnya untuk dibawa keluar
kawasan dan digabung dengan proses pengelolaan sampah kawasan lainnya/Belawan
Tujuan utema pengelolaan sampah gabungan tersebut adalah untuk mengurangi volume
sampah yang diangkut keluar. Semaksimal mungkin sampah dapat di’habiskan’ terlebih
dahulu di masing-masing rumah dengan menimbun. Pengelolaan ini juga sekaligus dapat
memperoleh nilai tambah dengan menghasilkan pupuk kompos.
Selain itu, masalah penanganan persampahan juga menjadi prioritas penanganan karena
kawasan perencanaan adalah kawasan yang akan dikembangkan menjadi kawasan wisata
dan
saat ini memiliki permasalahan dalam penanganan persampahan. Rencana pengadaaan
fasilitas penanganan persampahan adalah :
Pembuatan bak sampah sementara yang diletakan di ujung kawasan perencanaan
tepatnya di dekat TPI yang akan dibuatkan askses jalur lalulintas yang baru.
Penyediaan gerobak atau becak untuk mengangkut sampah
Penyediaan tong sampah di jalan promenade dan jalan 3 (linkage) menuju promenade.
Bak sampah di tiap-tiap rumah penduduk
Sampah di kumpulkan sendiri oleh penduduk ke bak sampah dimasing-masing
lingkungan, kemudian oleh petugas dijemput dari masing-masing bak sampah ini
kemudian dibawa ke TPS yang berada di ujung kawasan perencanaan.
Pemasangan jaring pada ujung sungai deli karena sumber sampah berasal dari aliran
sungai deli yang bermuara di kelurahan bagan deli.
Melaksanakan kampanye tentang penanganan persampahan kepada warga di kawasan
perencanaan.