Berdasarkan kondisi tersebut, Visi yang di buat untuk Desa Betumonga adalah Terwujudnya
masyarakat yang ASRI (Aman, Sejahtera,Religius, dan Indah) berbasiskan pertanian terpadu.
Misi adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi
merupakan langkah-langkah dan strategi apa untuk mencapai visi kita. Kadangkala misi perlu
dirubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi bukan visinya yang dirubah hanya
cara-caranya mencapai tujuan yang dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan terkesan
tidak konsisten gambaran masa depan tentang organisasi tersebut. Langkah penyusunan misi
yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan mengikuti tahap-tahap
berikut ini:
1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang
menggambarkan organisasi
2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting
3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang
menggambarkan misi perusahaan
4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu
argumentasi berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka
Adapun misi yang tercipta untuk mewujudkan visi di Desa Betumonga adalah :
1. Meningkatkan keamanan swakarsa
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat
3. Membudayakan nilai-nilai agama di tengah masyarakat
4. Menata lingkungan yang baik dan seindahnya.
5. Menanamkan rasa kebersamaan kepedulian di masyarakat
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman
nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, serta kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
Secara lebih detail kawasan lindung dijelaskan melalui Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990.
Dalam pasal 2 disebutkan Sasaran Pengelolaan kawasan lindung adalah:
a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai
sejarah dan budaya bangsa;
b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.
Mengacu pada Permen. PU No. 63/PRT/1993 tentang Pengaturan Garis Sempadan Sungai,
maka pada prinsipnya diatur dua jenis garis sempadan sungai yaitu :
1) Sungai kecil dengan DAS 500 Km2 atau kurang memiliki garis sempadan sebesar 50m.
2) Sungai besar dengan DAS lebih luas dari 500 Km 2 memiliki garis sempadan sebesar
100 m.
Kebijakan penetapan sempadan sungai juga mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Lebar sempadan sungai ideal sebagaimana tersebut di atas berlaku pada daerah
aliran sungai yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun, terutama
perumahan.
b. Pada daerah aliran sungai yang melintasi kawasan perumahan atau kawasan
perkotaan, pengaturan lebar sempadan sungainya disesuaikan dengan ketentuan
peraturan daerah yang berlaku.
Selain itu penetapan garis sempadan sungai juga diatur berbeda untuk sungai-sungai yang
mengalir dalam wilayah perkotaan, untuk sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul.
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan dan ketentuan-ketentuan yang mendasari penetapan
garis sempadan sungai maka pengaturan ruang sempadan sungai adalah sebagai berikut :
a. Sungai yang tidak melalui kawasan perumahan ditetapkan sebesar 50 meter.
b. Sungai yang melewati kawasan perumahan ditetapkan sebesar 15 meter yang juga
difungsikan sebagai areal untuk pembangunan jalan inspeksi.
Pengaturan terhadap sempadan sungai yang kondisi saat ini berupa perumahan, arahan
pengelolaannya adalah sebagai berikut :
a. Pembuangan dari drainase perumahan agar disalurkan secara umum tanpa
menimbulkan bahaya longsor bagi tebing sungai.
b. Dilarang pengembangan bangunan di ruang sempadang sungai kecuali bangunan
bangunan yang berfungsi sebagai bagian daripada pengaturan sumber daya air.
Tabel 5.1. Kriteria Pemilihan Vegetasi Pada Lahan Peruntukkan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Peruntukkan
No. Kriteria Vegetasi
Lahan
1 Rekreasi Kota Karakterstik tanaman : tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah
patah, akar tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah
rapat sampai rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan
variasi warna lain seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat
40% - 60% dari luas areal harus dihijaukan.
2 Kegiatan Olahraga Karakteristik tanaman : tidak bergetah atau beracun, dahan tidak
mudah patah, perakatan tidak mengganggu pondasi.
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat.
40% - 60% dari luas areal harus dihijaukan.
3 Jalur Hijau Karakteristik tanaman : struktur daun setengah rapat, dominasi
warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi.
Berupa habitat tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat.
80% - 90% dari luas areal harus dihijaukan.
4 Pekarangan Kecepatan tumbuh bervariasi.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman bervariasi. Persentase hijau disesuaikan dengan
intensitas kepadatan bangunan.
Keterangan :
1. Untuk Jalur Jalan (pohon peneduh jalan)
Buah tidak terlalu besar, daun tidak boleh terlalu banyak yang berguguran
(karena dapat menyumbat aliran selokan dan mengotori jalan), sedangkan dari
segi pemeliharaan peneduh jangan dipilih dari jenis yang suka tumbuh liar, batang
kayu, ranting dan cabang pohon harus kuat, tidak mudah patah bila ditempa
angin kencang. Sedangkan pertumbuhan daunnya haruslah yang tidak terlampau
cepat merambat sehingga merusak berm (tanggul) pinggiran jalan. Pohon pun
boleh yang kelewat teduh, agar jalan cepat kering bila tertimpa hujan, syarat
terakhir akar pohon peneduh cukup kuat dan tahan terhadap guncangan arus
lalu-lintas, dan yang lebih penting lagi pohonnya tidak mudah kena penyakit dan
hama.
2. Jalur Hijau untuk Kawasan Konservasi (daerah resapan, sisi sungai, dan daerah
dengan potensi kelongsoran tanah)
Jenis vegetasi harus memiliki perakaran yang dalam dan bercabang banyak.
Secara khusus, vegetasi dengan jenis perakaran dalam dan laju evapotranspirasi
tinggi sangat sesuai untuk mereduksi bahan tanah longsor di sepanjang sisi sungai
dan di daerah dengan kemiringan lahan curam, karena tipe vegetasi ini berfungsi
efektif dalam mengurangi kelembaban tanah faktor utama penyebab tanah
longsor di tempat ini, sedangkan jenis vegetasi berakar dalam dengan laju
evavotranspirasi lebih rendah cocok untuk konservasi di daerah peresapan.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya menciptakan kawasan yang teratur dan harmonis di antara
kawasan permukiman, dan antara kawasan permukiman dengan kawasan non permukiman
lainnya serta keamanan bangunan terhadap gempa. Intensitas pemanfaatan ruang di atur lebih
lanjut di dalam ketentuan umum peraturan zonasi.
a. Penataan kawasan permukiman sepanjang aliran sungai disesuaikan dengan
ketentuan sempadan sungai.
b. Perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman merupakan
bagian dari program perumahan dan permukiman, khususnya untuk permukiman di
kawasan padat dan kumuh.
c. Peremajaan dilakukan pada permukiman yang telah dinyatakan kumuh yang
memiliki nilai ekonomi ruang sangat tinggi dan merupakan kawasan padat yang
mengalami degradasi lingkungan. Optimasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan
konsep peremajaan kawasan dengan pengembangan rumah susun terbatas
(mempertimbangkan kerawanan gempa).
2. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di kawasan perencanaan dilakukan dalam upaya untuk
menyediakan ruang yang melayani kegiatan wisata untuk masyarakat Kota Padang maupun
turis domestik dan turis asing. Pengembangan kegiatan pariwisata dilakukan dengan
memperhatikan potensi wisata yang ada yang meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata
kuliner, dan wisata sejarah dan wisata MICE.
Fasilitas lainnya yang dapat juga ditawarkan/ditunjukkan adalah (1) makanan khas daerah
tersebut untuk breakfast, lunch, dan dinner; (2) atraksi pertanian yang dapat dilihat atau diikuti
(melibatkan partisipasi wisatawan); (3) permainan tradisional yang dapat diikuti oleh
wisawatan; (4) berbagai informasi tentang budaya, pakaian, kesenian, kerajinan, tradisi
pedesaan, dan berapa kesenian yang dapat didemonstrasikan; (5) pedati atau kuda untuk
dikendarai, (6) alat pancing untuk kegiatan memancing di kolam milik petani atau danau
terdekat; (7) buah-buahan, jagung, kacang tanah, tebu dan sebagainya; (8) burung atau
binatang lokal atau air terjun terdekat; (9) keamanan bagi wisatawan yang didukung oleh
kerjasama dengan rumah sakit terdekat; (10) tarian khas daerah; dan (11) berbagai produk
pertanian yang dapat dibeli oleh wisatawan.
Agrowisata sangat khusus dalam hal: (1) agrowisata menyediakan tempat perjalanan dan
wisata yang bebas dari polusi dan kebisingan serta yang berlatarbelakang perdesaan, (2) biaya
makanan, akomodasi, rekreasi, dan perjalanan dalam agrowisata lebih rendah (minimal), (3)
agrowisata meminimalkan kecurigaan masyarakat perkotaan akan sumber bahan makanan dan
bahan baku agroindustri seperti tanaman dan hewan/ternak, (4) lingkungan keluarga adalah
salah satu ciri penting dalam agrowisata, (5) wisatawan tidak hanya dapat menyaksikan tetapi
dapat berpartisipasi dalam aktivitas pertanian dan berpengalaman berusahatani, dan (6)
agrowisata dapat menciptakan kesadaran akan kehidupan perdesaan dan pengetahuan tentang
pertanian, serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan
fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta
mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Pengertian KRPL adalah rumah yang
memiliki pekarangan yang cukup untuk dimanfaatkan secara intensif melalui penanaman
tanaman pangan yang produktif bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengacu
pada prinsip ketahanan dan kemandirian pangan, diversifikasi pangan, ketiga konservasi
sumberdaya genetik dan upaya lestari melalui kebun bibit. Dengan KPRL diharapkan
pemenuhan kebutuhan pangan terpenuhi bahkan dapat meningkatan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga maupun masyarakat.
KRPL ini bisa juga diterapkan di lingkungan perkotaan yang rata-rata pemukiman padat, perumahan tipe
sedang – kecil atau bahkan di rumah susun. Lahan pekarangan yang terbatas atau sangat terbatas
disiasati dengan penanaman model budidaya vertikultur , antara lain dengan menggunakan pipa
paralon, bambu, kotak / kardus bekas, ataupun TABULAPOT ( Tanaman Buah & Sayur dalam Pot) dan
lain-lain.
Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang
untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
(iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga
kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam PEDUM Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Kementrian Pertanian, 2011) lahan
pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki
spesifikasi baik dalam menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha
pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak dan ikan.
1. Pekarangan Perkotaan
Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi empat, yaitu :
a. Rumah tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman.
b. Rumah tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit.
c. Rumah tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan
d. Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas.
2. Pekarangan Perdesaan
Pekarangan perdesaan dikelompokan menjadi 4, yaitu:
a. Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman).
b. Pekarangan sempit (<120 m2).
c. Pekarangan sedang (120 – 400 m2), dan
d. Pekarangan luas (>400 m2).
Jenis yang dibudidayakan berupa : tanaman pangan (singkong, ubi jalar, jagung), tanaman buah
(pepaya, jambu biji merah, sawo kecik, jeruk purut), tanaman sayur (tomat, cabe, terong, sawi,
bayam dll), maupun tanaman biofarmaka (jahe, kunyit). Sebagai sumber protein hewani,
dibudidayakan ternak unggas (ayam dan itik), ternak kelinci, serta ikan lele.