Anda di halaman 1dari 19

BAB V

PENYUSUNAN KONSEP PERENCANAAN

5.1 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN


Visi merupakan gambaran masa depan mau jadi apa lembaga kita. Menentukan visi berarti
menentukan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Dalam menentukan visi hendaknya
memenuhi persyaratan:
- Tidak berdasarkan kondisi saat ini
- Berorientasi ke depan
- Mengekspresikan kreatifitas
- Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat

Berdasarkan kondisi tersebut, Visi yang di buat untuk Desa Betumonga adalah Terwujudnya
masyarakat yang ASRI (Aman, Sejahtera,Religius, dan Indah) berbasiskan pertanian terpadu.

Misi adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi
merupakan langkah-langkah dan strategi apa untuk mencapai visi kita. Kadangkala misi perlu
dirubah sedemikian rupa apabila visi belum tercapai. Jadi bukan visinya yang dirubah hanya
cara-caranya mencapai tujuan yang dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan terkesan
tidak konsisten gambaran masa depan tentang organisasi tersebut. Langkah penyusunan misi
yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan mengikuti tahap-tahap
berikut ini:
1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang
menggambarkan organisasi
2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting
3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang
menggambarkan misi perusahaan
4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu
argumentasi berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka

Adapun misi yang tercipta untuk mewujudkan visi di Desa Betumonga adalah :
1. Meningkatkan keamanan swakarsa
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat
3. Membudayakan nilai-nilai agama di tengah masyarakat
4. Menata lingkungan yang baik dan seindahnya.
5. Menanamkan rasa kebersamaan kepedulian di masyarakat

5.2 KONSEP RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


Pengembangan penataan tata bangunan dan lingkungan di kawasan Perencanaan didasari oleh
perencanaan makro. Data dan informasi yang bersifat kebijakan maupun spasial dalam
pengembangan makro diperoleh dari RTRW dan/atau RDTR yang berlaku.
Beberapa ketentuan dalam mempertimbangkan peruntukan lahan makro, secara garis besar
dijelaskan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan jenis peruntukan dan penggunaan yang ditentukan, apabila Rencana
Detail Ruang Kota (RDTR) dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kepulauan Mentawai telah ada, maka harus dijadikan referensi.
b. Memenuhi/atau tidak melampaui Batasan Intensitas Bangunan yang ditentukan
dengan menjaga keseimbangan lingkungan secara internal maupun eksternal.
c. Jaringan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki (pedestrian) tersedia dengan baik sesuai
yang ditentukan.
d. Memenuhi penyediaan fasilitas pendukung dan atau fasilitas umum sesuai ketentuan
termasuk juga sarana untuk transportasi umum.
e. Memenuhi persyaratan bangunan Gedung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun
2005 tentang pelaksanaan UUBG No. 28 tahun 2002 serta ketentuan-ketentuan
teknis sesuai dengan Peraturan Menteri yang sedang berlaku.

5.2.1 Konsep Pengembangan Kawasan Lindung


Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

1. Hutan Lindung dan Hutan Suaka Alam Wisata


Kawasan yang sudah ditetapkan berdasarkan Ketetapan Menteri Kehutanan No
422/Kpts-II/1999. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah ilustrasi air laut dan memelihara kesuburan tanah (UU RI No
41 tahun 1999)

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman
nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, serta kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

Secara lebih detail kawasan lindung dijelaskan melalui Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990.
Dalam pasal 2 disebutkan Sasaran Pengelolaan kawasan lindung adalah:
a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai
sejarah dan budaya bangsa;
b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.

2. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang berdekatan Sungai, dengan demikian di
kawasan perencanaan terdapat kawasan lindung setempat Kawasan perlindungan setempat
merupakan kawasan yang harus dibebaskan dalam upaya untuk memberikan perlindungan
pada objek khusus yang ada. Dalam hal ini, kawasan perlindungan setempat terdiri dari
kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk, kawasan sekitar mata
air, dan kawasan ruang terbuka hijau kota. Di kawasan perencanaan, kawasan perlindungan
setempat diarahkan untuk sempadan sungai Batang Kuranji beserta anak sungainya. Dilarang
pengembangan bangunan di ruang lindung setempat kecuali bangunan bangunan yang
berfungsi sebagai bagian daripada pengaturan sumber daya air.

Mengacu pada Permen. PU No. 63/PRT/1993 tentang Pengaturan Garis Sempadan Sungai,
maka pada prinsipnya diatur dua jenis garis sempadan sungai yaitu :
1) Sungai kecil dengan DAS 500 Km2 atau kurang memiliki garis sempadan sebesar 50m.
2) Sungai besar dengan DAS lebih luas dari 500 Km 2 memiliki garis sempadan sebesar
100 m.

Kebijakan penetapan sempadan sungai juga mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Lebar sempadan sungai ideal sebagaimana tersebut di atas berlaku pada daerah
aliran sungai yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun, terutama
perumahan.
b. Pada daerah aliran sungai yang melintasi kawasan perumahan atau kawasan
perkotaan, pengaturan lebar sempadan sungainya disesuaikan dengan ketentuan
peraturan daerah yang berlaku.

Selain itu penetapan garis sempadan sungai juga diatur berbeda untuk sungai-sungai yang
mengalir dalam wilayah perkotaan, untuk sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul.
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan dan ketentuan-ketentuan yang mendasari penetapan
garis sempadan sungai maka pengaturan ruang sempadan sungai adalah sebagai berikut :
a. Sungai yang tidak melalui kawasan perumahan ditetapkan sebesar 50 meter.
b. Sungai yang melewati kawasan perumahan ditetapkan sebesar 15 meter yang juga
difungsikan sebagai areal untuk pembangunan jalan inspeksi.
Pengaturan terhadap sempadan sungai yang kondisi saat ini berupa perumahan, arahan
pengelolaannya adalah sebagai berikut :
a. Pembuangan dari drainase perumahan agar disalurkan secara umum tanpa
menimbulkan bahaya longsor bagi tebing sungai.
b. Dilarang pengembangan bangunan di ruang sempadang sungai kecuali bangunan
bangunan yang berfungsi sebagai bagian daripada pengaturan sumber daya air.

3. Ruang Terbuka Hijau


Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau yang ditetapkan sebagai
kawasan perencanan adalah ruang terbuka hijau publik meliputi:
A. Ruang Terbuka Hijau Fasilitas Lingkungan
1. Pada tingkat kecamatan minimal akan dikembangkan ruang terbuka dalam
bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas
taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal
24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
2. Pada tingkat kelurahan minimal RTH direncanakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30
m2 per penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi
taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan
3. Pada tingkat RW dan kelurahan minimal tersedia dalam bentuk taman untuk
melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga
masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas
taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m2.
Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah
penduduk yang dilayaninya
B. Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman
dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah
setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.

Tabel 5.1. Kriteria Pemilihan Vegetasi Pada Lahan Peruntukkan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Peruntukkan
No. Kriteria Vegetasi
Lahan
1 Rekreasi Kota Karakterstik tanaman : tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah
patah, akar tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah
rapat sampai rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan
variasi warna lain seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat
40% - 60% dari luas areal harus dihijaukan.
2 Kegiatan Olahraga Karakteristik tanaman : tidak bergetah atau beracun, dahan tidak
mudah patah, perakatan tidak mengganggu pondasi.
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat.
40% - 60% dari luas areal harus dihijaukan.
3 Jalur Hijau Karakteristik tanaman : struktur daun setengah rapat, dominasi
warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi.
Berupa habitat tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat.
80% - 90% dari luas areal harus dihijaukan.
4 Pekarangan Kecepatan tumbuh bervariasi.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman bervariasi. Persentase hijau disesuaikan dengan
intensitas kepadatan bangunan.

Keterangan :
1. Untuk Jalur Jalan (pohon peneduh jalan)
Buah tidak terlalu besar, daun tidak boleh terlalu banyak yang berguguran
(karena dapat menyumbat aliran selokan dan mengotori jalan), sedangkan dari
segi pemeliharaan peneduh jangan dipilih dari jenis yang suka tumbuh liar, batang
kayu, ranting dan cabang pohon harus kuat, tidak mudah patah bila ditempa
angin kencang. Sedangkan pertumbuhan daunnya haruslah yang tidak terlampau
cepat merambat sehingga merusak berm (tanggul) pinggiran jalan. Pohon pun
boleh yang kelewat teduh, agar jalan cepat kering bila tertimpa hujan, syarat
terakhir akar pohon peneduh cukup kuat dan tahan terhadap guncangan arus
lalu-lintas, dan yang lebih penting lagi pohonnya tidak mudah kena penyakit dan
hama.

2. Jalur Hijau untuk Kawasan Konservasi (daerah resapan, sisi sungai, dan daerah
dengan potensi kelongsoran tanah)
Jenis vegetasi harus memiliki perakaran yang dalam dan bercabang banyak.
Secara khusus, vegetasi dengan jenis perakaran dalam dan laju evapotranspirasi
tinggi sangat sesuai untuk mereduksi bahan tanah longsor di sepanjang sisi sungai
dan di daerah dengan kemiringan lahan curam, karena tipe vegetasi ini berfungsi
efektif dalam mengurangi kelembaban tanah faktor utama penyebab tanah
longsor di tempat ini, sedangkan jenis vegetasi berakar dalam dengan laju
evavotranspirasi lebih rendah cocok untuk konservasi di daerah peresapan.

4. Kawasan Rawan Bencana


Kawasan perenacanaan merupakan bagian dari kawasan rawan bencana di Kota Padang
meliputi kawasan rawan bencana gempa bumi, kawasan rawan bencana tsunami, kawasan
rawan longsoran tanah dan kawasan rawan bencana banjir/genangan.

5. Kawasan Rawan Banjir


Kawasan rawan banjir di kawasan perencanaan adalah pada kawasan-kawasan di sepanjang
Batang Kuranji. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan mengurangi dampak
merugikan melalui pembuatan pintu-pintu air yang dilengkapi dengan pompa air. Untuk lebih
memaksimalkan upaya pencegahan banjir di lokasi tersebut perlu lakukan upaya lebih jauh,
berupa pembuatan danau buatan (folder) sebagai penampung banjir. Pembuatan folder ini
diintegrasikan dengan upaya pengembangan pariwisata dan rekreasi. Pada lahan yang belum
terbangun dilakukan dengan melarang atau memberlakukan disinsentif pengembangan ruang
pada kawasan rawan banjir.

5.2.2 Konsep Pengembangan Kawasan Budi Daya


1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan fungsi ruang kota yang terdiri dari kelompok rumah tinggal
yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.

Tujuan pengembangan kawasan permukiman adalah :


1. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi.
2. Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian
bagi semua lapisan masyarakat.
3. Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-
lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.

Pengaturan pengembangan kawasan perumahan direncanakan sebagai berikut


a. Kawasan permukiman secara bertahap dilengkapi dengan sarana lingkungan yang jenis
dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan standar
pelayanan minimum yang meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga
dan rekreasi, sarana pelayanan pemerintahan, dan sarana perdagangan.
b. Pengembangan kawasan permukiman, baik yang dilakukan secara individu maupun
kelompok, harus berada dalam pengawasan instansi terkait melalui mekanisme IMB.

Langkah ini dilakukan sebagai upaya menciptakan kawasan yang teratur dan harmonis di antara
kawasan permukiman, dan antara kawasan permukiman dengan kawasan non permukiman
lainnya serta keamanan bangunan terhadap gempa. Intensitas pemanfaatan ruang di atur lebih
lanjut di dalam ketentuan umum peraturan zonasi.
a. Penataan kawasan permukiman sepanjang aliran sungai disesuaikan dengan
ketentuan sempadan sungai.
b. Perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman merupakan
bagian dari program perumahan dan permukiman, khususnya untuk permukiman di
kawasan padat dan kumuh.
c. Peremajaan dilakukan pada permukiman yang telah dinyatakan kumuh yang
memiliki nilai ekonomi ruang sangat tinggi dan merupakan kawasan padat yang
mengalami degradasi lingkungan. Optimasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan
konsep peremajaan kawasan dengan pengembangan rumah susun terbatas
(mempertimbangkan kerawanan gempa).

2. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di kawasan perencanaan dilakukan dalam upaya untuk
menyediakan ruang yang melayani kegiatan wisata untuk masyarakat Kota Padang maupun
turis domestik dan turis asing. Pengembangan kegiatan pariwisata dilakukan dengan
memperhatikan potensi wisata yang ada yang meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata
kuliner, dan wisata sejarah dan wisata MICE.

Pengembangan pengembangan wisata kuliner, belanja dan konvensi (MICE) direncanakan


terintegrasi dengan kawasan perdagangan dan jasa komersial.

Pengembangan kawasan pariwisata di kawasan perencanaan direncanakan secara terpadu


antara pariwisata alam dan pariwisata budaya serta wisata sejarah dan kuliner dengan rincian
sebagai berikut :
a. Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Pamandian
Gunung Nago dan Lubuk Mande Rubiah. Upaya untuk pengembangan kawasan
wisata tersebut dilakukan dengan
1. Menata kawasan wisata alam kawasan Pamandian Gunung Nago dan Lubuk
Mande Rubiah
2. Upaya penataan kawasan pariwisata sepanjang kawasan Pamandian Gunung
Nago dan Lubuk Mande Rubiah dengan pengembangan kegiatan uji nyali yaitu
trabas, of road, mointan back serta kegiatan lain yang bersifat rekreatif seperti
kereta gantung, jumping, sarana perdagangan dan jasa yang menunjang kegiatan
pariwisata, serta sarana wisata lainnya seperti biro perjalanan, hotel, perbankan,
dsb.
Sehubungan dengan keterkaitan yang cukup tinggi antara kawasan pariwisata
alam dengan kawasan lindung maka pengelolaan kawasan pariwisata ini harus
dilakukan secara hati-hati sehingga dapat mempertahankan kelestarian
lingkungan dalam upaya untuk pengembangan kegiatan pariwisata yang
berkelanjutan.

5.2.3 Konsep Pengembangan Sistem Prasarana


A. Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi
Pengembangan sistem prasarana transportasi diarahkan melalui :
 Pengembangan jalan utama di Kelurahan Lambung Bukit dan sekaligus sebagai
bagian dari penataan kawasan sepanjang jalan.
 Pembangunan fasilitas pejalan kaki untuk menumbuhkan budaya berjalan kaki
terutama untuk jarak pendek.
 Pengembangan sistem angkutan transportasi massal perkotaan menuju
kesimpul-simpul kegiatan perkotaan.

B. Pengembangan Sistem Prasarana Air Bersih Dan Sumber Air Baku


Pengembangan prasarana air bersih dan sumber air baku dan diarahkan melalui :
 Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih jaringan perpipaan oleh
PDAM.
 Peningkatan penggunaan air bersih perpipaan oleh masyarakat.
 Menyeimbangkan kebutuhan dan penyediaan air tanah dengan membangun
sumur-sumur resapan pada daerah-daerah dengan kepadatan tinggi dan struktur
geologi tanah yang memungkinkan untuk pengembangan sumur resapan.

C. Pengembangan Sistem Prasarana Pengendalian Banjir Dan Drainase


Pengembangan prasarana Pengendalian Banjir dan Drainase diarahkan pada :
 Pembuatan sumur resapan di halaman rumah penduduk untuk memperlambat
air sampai ke hilir
 Pembangunan danau/waduk dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas air
dan daerah tangkapan air.
 Pembangunan drainase yang berwawasan lingkungan
 Peningkatan kapasitas saluran sungai-sungai besar sebagai badan penerima
drainase serta saluran drainase kota melalui pengerukan secara berkala.

D. Pengembangan Sistem Prasarana Air Limbah


Pengembangan prasarana pengolahan air limbah diarahkan melalui :
 Pengembangan pelayanan sistem perpipaan tertutup terpusat pada kawasan
perdagangan dan jasa dengan kepadatan tinggi.
 Pengembangan instalasi pengolahan air limbah yang terintegrasi dengan
pengembangan ruang terbuka hijau.
 Penambahan jumlah mobil penyedot tinja untuk pelayanan kawasan.

E. Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Persampahan


Pengembangan prasarana persampahan diarahkan melalui :
 Peningkatan peran-serta masyarakat dalam penanggulangan persampahan
melalui konsep daur-ulang, penggunaan kembali dan pengurangan sampah.
 Pengembangan lokasi pengumpulan sampah B3.
 Pencegahan lokasi tempat penampungan sampah di pinggir sungai dan pantai.
5.3 PENGEMBANGAN AGROWISATA
Agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani setempat menawarkan tur pada usaha
taninya dan mengijinkan seseorang pengunjung menyaksikan pertumbuhan, pemanenan,
pengolahan pangan lokal yang tidak akan ditemukan di daerah asalnya. Sering petani tersebut
menyediakan kesempatan kepada pengunjung untuk tinggal sementara dirumahnya dan
program pendidikan.

Fasilitas lainnya yang dapat juga ditawarkan/ditunjukkan adalah (1) makanan khas daerah
tersebut untuk breakfast, lunch, dan dinner; (2) atraksi pertanian yang dapat dilihat atau diikuti
(melibatkan partisipasi wisatawan); (3) permainan tradisional yang dapat diikuti oleh
wisawatan; (4) berbagai informasi tentang budaya, pakaian, kesenian, kerajinan, tradisi
pedesaan, dan berapa kesenian yang dapat didemonstrasikan; (5) pedati atau kuda untuk
dikendarai, (6) alat pancing untuk kegiatan memancing di kolam milik petani atau danau
terdekat; (7) buah-buahan, jagung, kacang tanah, tebu dan sebagainya; (8) burung atau
binatang lokal atau air terjun terdekat; (9) keamanan bagi wisatawan yang didukung oleh
kerjasama dengan rumah sakit terdekat; (10) tarian khas daerah; dan (11) berbagai produk
pertanian yang dapat dibeli oleh wisatawan.

Agrowisata sangat khusus dalam hal: (1) agrowisata menyediakan tempat perjalanan dan
wisata yang bebas dari polusi dan kebisingan serta yang berlatarbelakang perdesaan, (2) biaya
makanan, akomodasi, rekreasi, dan perjalanan dalam agrowisata lebih rendah (minimal), (3)
agrowisata meminimalkan kecurigaan masyarakat perkotaan akan sumber bahan makanan dan
bahan baku agroindustri seperti tanaman dan hewan/ternak, (4) lingkungan keluarga adalah
salah satu ciri penting dalam agrowisata, (5) wisatawan tidak hanya dapat menyaksikan tetapi
dapat berpartisipasi dalam aktivitas pertanian dan berpengalaman berusahatani, dan (6)
agrowisata dapat menciptakan kesadaran akan kehidupan perdesaan dan pengetahuan tentang
pertanian, serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

5.4 RUMAH PANGAN LESTARI


Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep
Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan
secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang
menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan
beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau
wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan
fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta
mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Pengertian KRPL adalah rumah yang
memiliki pekarangan yang cukup untuk dimanfaatkan secara intensif melalui penanaman
tanaman pangan yang produktif bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengacu
pada prinsip ketahanan dan kemandirian pangan, diversifikasi pangan, ketiga konservasi
sumberdaya genetik dan upaya lestari melalui kebun bibit. Dengan KPRL diharapkan
pemenuhan kebutuhan pangan terpenuhi bahkan dapat meningkatan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga maupun masyarakat.

KRPL ini bisa juga diterapkan di lingkungan perkotaan yang rata-rata pemukiman padat, perumahan tipe
sedang – kecil atau bahkan di rumah susun. Lahan pekarangan yang terbatas atau sangat terbatas
disiasati dengan penanaman model budidaya vertikultur , antara lain dengan menggunakan pipa
paralon, bambu, kotak / kardus bekas, ataupun TABULAPOT ( Tanaman Buah & Sayur dalam Pot) dan
lain-lain.

Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang
untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
(iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga
kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam PEDUM Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Kementrian Pertanian, 2011) lahan
pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki
spesifikasi baik dalam menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha
pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak dan ikan.
1.    Pekarangan Perkotaan
Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi empat, yaitu :
a.    Rumah tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman.
b.    Rumah tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit.
c.    Rumah tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan
d.    Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas.
2.    Pekarangan Perdesaan
Pekarangan perdesaan dikelompokan menjadi 4, yaitu:
a.    Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman).
b.    Pekarangan sempit (<120 m2).
c.    Pekarangan sedang (120 – 400 m2), dan
d.    Pekarangan luas (>400 m2).

Jenis yang dibudidayakan berupa : tanaman pangan (singkong, ubi jalar, jagung), tanaman buah
(pepaya, jambu biji merah, sawo kecik, jeruk purut), tanaman sayur (tomat, cabe, terong, sawi,
bayam dll), maupun tanaman biofarmaka (jahe, kunyit). Sebagai sumber protein hewani,
dibudidayakan ternak unggas (ayam dan itik), ternak kelinci, serta ikan lele.

Gambar 5.1 Ilustrasi Rumah Pangan Lestari


5.5 IDENTIFIKASI BLOK KAWASAN
Kelurahan Lambung Bukit dikelompokan menjadi blok-blok perencanaan dengan tujuan untuk
memudahkan dalam perencanaan. Pembagian blok-blok tersebut berdasarkan pengelompokan
karateristik kawasan yang ada saat ini. Berdasarkan karakteristik di lapangan, dibagi kawasan
menjadi 6 blok. Pembagian tersebut dapat dilihat tabel 5.2 dan gambar 5.1
Tabel 5.2 Identifikasi Blok dan Konsep Pengembangan
No Potensi blok Nama Konsep pengembangan Keterangan
. Blok Luas %
1  Terdapatnya kantong permukiman Blok 1 Penataan permukiman 0,58 12,52
 Adanya lahan pertanian berupa sawah berbasis agro pertanian dan
dan perkebunan industri
 Terdapatnya industri besar, budidaya
ikan, pabrik tahu, bengkel las
2  Permukiman menyebar Blok 2 Penataan permukiman di 0,65 14,74
 Adanya aliran SUTT area sutet berbasis agro
 Terdapatnya bengkel motor, pertanian dan industri kecil
peternak ayam (pemeliharaan
pembesaran ayam)
3  Terdapatnya kantong permukiman Blok 3 Penataan permukiman di 0,58 13,25
 Objek wisata pemandian Gunung kawasan objek wisata
Nago berbasis agro pertanian dan
 Adanya TPS dan olah raga ekonomi
 Terdapatnya bengkel las, Heller,
warung
4  Pemukiman Menyebar Blok 4 Penataan permukiman di 0,68 15,58
 Objek wisata trabas kawasan objek wisata
 Daerah berbukit berbasis agro pertanian
 Jalan utama masih tanah
5  Pemukiman Menyebar Blok 6 0,66 14,99
 Objek wisata Pemandian Rubiah
 Banyak dijumpai jembatan kayu
 Daerah berbukit
6  Terdapatnya Kantong Pemukiman Blok 5 Penataan permukiman di 1,25 28,92
 Adanya PAUD, SD, SMP, area pendidikan yang ramah
 Adanya posisi rumah dibawah bencana
bukit/tebing

5.6 RENCANA PERUNTUKKAN BLOK KAWASAN


Berdasarkan Potensi dan konsep peruntukan blok, maka rencana yang dapat di laksanakan di
Kelurahan Lambung Bukit berdasarkan blok dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Rencana Peruntukan Blok Kawasan


No. Nama Potensi Blok Konsep Rencana
Blok pengembangan
1 Blok 1  Terdapatnya kantong Penataan  Perbaikan jaringan irigasi, pintu irigasi
permukiman permukiman  Pembuatan jalan setapak dan gazebo di
 Adanya lahan pertanian berbasis agro tengah sawah
berupa sawah dan pertanian dan  Peningkatan skill , teknologi dan modal untuk
perkebunan industri industri dan pertanian
 Terdapatnya industri besar,  Pembuatan sentra kuliner dan cendramata
budidaya ikan, pabrik tahu,  Penataan sirkulasi, sanitasi, sampah,
bengkel las drainase, RTH/taman bermain permukiman
 Perencanaan air bersih
2 Blok 2  Permukiman menyebar Penataan  Perbaikan jaringan irigasi, pintu air
 Adanya aliran SUTT permukiman di  RTH di GSB SUTT
 Terdapatnya bengkel motor, area SUTT berbasis  Pembuatan jalan setapak dan gazebo di
peternak ayam agro pertanian dan tengah sawah
(pemeliharaan pembesaran industri kecil  Peningkatan skill , teknologi dan modal untuk
ayam) industry dan pertanian
 Penataan sanitasi, sampah, drainase
permukiman
 Perencanaan air bersih
3 Blok 3  Terdapatnya kantong Penataan  Perbaikan jaringan irigasi, pintu air
permukiman permukiman di  Penataan Objek wisata
 Objek wisata pemandian kawasan objek  Pembuatan jalan setapak dan gazebo di
Gunung Nago wisata berbasis tengah sawah
 Adanya TPS dan olah raga agro pertanian dan  Peningkatan skill , teknologi dan modal untuk
 Terdapatnya bengkel las, ekonomi ekonomi dan pertanian
Heller, warung  Pembuatan sentra kuliner dan cendramata
 Penataan sirkulasi, sanitasi, sampah,
drainase, RTH/taman bermain permukiman
 Perencanaan air bersih
4 Blok 4  Pemukiman Menyebar Penataan  Perbaikan jaringan irigasi, pintu air
 Objek wisata trabas permukiman di  Penataan Objek wisata
 Daerah berbukit kawasan objek  Peningkatan skill , teknologi dan modal untuk
 Jalan utama masih tanah wisata berbasis Pertanian
5 Blok 6  Pemukiman Menyebar agro pertanian  Pembuatan sentra kuliner dan cendramata
 Objek wisata Pemandian  Penataan sanitasi, sampah, drainase
Rubiah permukiman
 Banyak dijumpai jembatan  Perencanaan air bersih
kayu  Peningkatan kualitas jalan
 Daerah berbukit
6 Blok 5  Terdapatnya Kantong Penataan  Penataan tebing bukit
Pemukiman permukiman di  Pembuatan titik kumpul jika terjadi bencana
 Adanya PAUD, SD, SMP, area pendidikan  Peningkatan sarana dan prasarana
 Adanya posisi rumah yang ramah pendidikan
dibawah bukit/tebing bencana  Melengkapi taman bacaan dengan bacaan
kesiagaan bencana untuk anak-anak
 Penataan sirkulasi, sanitasi, sampah,
drainase, RTH/taman bermain permukiman
 Perencanaan air bersih
Gambar …………… peta pembagian blok di kawasan perencanaan
Gambar …………… peta rencana peruntukan blok di kawasan perencanaan

Anda mungkin juga menyukai