1.5 Tujuan
Menghasilkan dokumen terkait karakteristik biofisik dan sosial ekonomi Situ Cicadas.
Dokumen ini sebagai dasar dalam penyusunan grand design penyelamatan Situ Cicadas
berdasarkan Pemberdayaan Masyarakat dalam kerangka memanfaatkan SITU sebagai
Center Point (daya tarik utama), sehingga masyarakat disekitar SITU merasakan manfaat
secara langsung.
1. Mengetahui kesesuaian luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di desa Cicadas
dengan Undang-Undang No.26 Tahun 2007.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kurangnya Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di desa Cicadas.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk menambah lokasi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di desa Cicadas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.2 Kelembagaan
Untuk memberikan fasilitas integrasi kepada penataan kota dan pengelolaan
strategis ke kerangka administratif, maka diperlukan lembaga pengelola kota yang
dapat melihat dan mengidentifikasikan berbagai pilihan alternatif fasilitas yang
sesuai. Dalam rangka untuk meminimalisir dampak /terhadap struktur operasi yang
sudah ada, maka salah satu pilihan adalah sebagian besar pengadaan harus
menetapkan strategi perencanaan.
Ada beberapa penelitian tentang pembuat keputusan dan evaluasi dalam
institusi pengelolaan kota. Menurut Hakim (2008), untuk memberikan fasilitas
integrasi kepada penataan kota dan pengelolaan strategis ke kerangka administratif,
maka diperlukan lembaga pengelola yang dapat melihat dan mengidentifikasikan
berbagai pilihan alternatif fasilitas yang sesuai. Dalam rangka untuk meminimalisir
dampak/ terhadap struktur operasi yang sudah ada, maka salah satu pilihan adalah
sebagian besar pengadaan harus menetapkan strategi perencanaan kota dan laporan
unit pengelola kepada direktur komite administratif .
Kebutuhan wawasan institusi adalah sebagai pembinaan dari pusat untuk
memastikan perencanaan antar instansi dan koordinasi anggaran sesuai yang
diperlukan. Idealnya, pembinaan itu berada pada tingkat desentralisasi pemerintah,
baik di pemerintah kota atau pemerintah lokal. Ini menguatkan pentingnya
pengembangan kelembagaan pengelolaan perkotaan. Sesuai dengan McGill,
pengembangan organisasi kelembagaan memerlukan prinsip yakni, menyetujui
fungsi (proses pengelolaan ) ke arah pertama, struktur organisasi dan personalia.
Kedua, perencanaan dan penganggaran. Ketiga, reformasi pemikiran.
2.4.5 Pendanaan
Beberapa penyelidik melakukan kajian tentang pengelolaan pendanaan
yang meliputi pajak masyarakat, pendanaan swasta, Tanggung jawab sosial
lingkungan dari perusahaan serta dan penghargaan pemerintah. tingkat pendapatan
masyarakat tidak akan mempengaruhi willingness-to-pay untuk ruang terbuka hijau
kota. Ini menyiratkan bahwa ruang hijau bukan hal mutlak, tetapi merupakan bagian
penting dari kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari penyimpangan
pembayaran, prosedur-prosedur pembayaran seperti pajak dan pembayaran bea
masuk harus jelas masuk kedalam kas pemerintah lokal. Jumlah dan kualitas ruang
terbuka hijau kota, pada akhirnya, harus menjadi pemikiran dalam pengambilan
keputusan. Hasil penelitian menyiratkan dengan jelas akan perlunya kebijakan-
kebijakan ruang terbuka hijau.
`Situ Cicadas berada di wilayah RW10 dan RW 11 Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor (Gambar 1). Lokasi situ berada di antara Show room BMW Wanaherang
(RW 10) dan Perumahan Bumi Setu Indah (RW 11). Lokasi outlet Situ Cicadas berada pada
koordinat 6.425436° LS dan 106.935385° BT. Outflow dari Situ Cicadas mengalir ke Desa
Wanaherang. Lokasi Situ Cicadas tidak jauh dari Sungai Cileungsi, sekitar 0.678 Km sebelah
barat Sungai Cileungsi.
2.3. Data
Dokumen rona awal Situ Cicadas merupakan hasil kajian deskriptif terkait kondisi biofisik situ dan
daerah tangkapan airnya (DTA) serta kondisi sosial & ekonomi masyarakat di sekitar Situ Cicadas.
Informasi yang disajikan digunakan sebagai baseline sebelum diimplementasikan berbagai rencana
kegiatan penyelamatan Situ Cicadas. Informasi yang disajikan berasal dari hasil pengolahan data
primer dan data sekunder yang berkaitan dengan Situ Cicadas. Data primer yang dikumpulkan
merupakan data hasil observasi dan pemantauan lapangan berbagai instansi terkait, Tabel 1
Sedangkan informasi biofisik situ dan sekitarnya berasal dari data sekunder yang dikumpulkan dari
berbagai sumber (Tabel 2). Selain data spasial juga dibutuhkan data-data sosial terkait. data
kependudukan dan berbagai perusahaan yang terkait dengan keberadaan danau untuk menganalisis
keadaan sosial masyarakat yang berada di sekitar danau Setu Cicadas.
Tabel 1. Rekapitulasi data primer
2.4. Metode
Data-data yang didapatkan kemudian diolah untuk mendapatkan berbagai informasi.
Pengolahan data spasial dan atribut menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Pengolahan data
spasial ditujukan untuk melihat kecenderungan perubahan tutupan lahan di sekitar Situ Cicadas
dan melihat perubahan luasan danau itu sendiri. Analisa Kondisi hidrologi permukaan di setu
Tlanjung Udik dan DTA-nya menggunakan SWAT (Soil and Water Assesment Tool).
3. KONDISI UMUM
memanfaatkanya untuk lahan pertanian dan kolam-kolam ikan. Pertengahan Tahun 2016
dilakukan normalisasi setu, yaitu dengan melakukan penggalian terutama area setu di sebelah
barat sehingga luas badan air setu sekitar 2.1 ha. Kondisi setu Cicadas dari tahun 2006 sampe
2019 ditunjukan Gambar 4.
Gambar 2. Lokasi sign board Setu Cicadas dari BBWS Ciliwung Cisadane
Berdasarkan analisa 3D DEM, diperkirakan area terdalam setu sekitar 4.95 m. Area setu dengan
kedalaman lebih dari 3.8 m hanya 10%. Area setu yang paling dalam berada di sekitar outlet
setu (bagian setu sebelah timur). Sekitar 37.24% area setu memiliki kedalaman berkisar 2.09-
2.91 m. Pada tinggi water level 4.95 m, potensi volume air di setu sekitar 44,819 m3 dengan luas
genangan sekitar 1.96 ha.
Jika water level setu
tersebut turun 45 cm akan
menyebabkan kehilangan
air sebanyak 8,772 m3.
Kurva potensi luas
genangan dan volume air
setu pada berbagai level air
ditunjukan Gambar 3.
Gambar 3. Kurva potensi luas genangan dan volume air setu pada berbagai level air Setu Cicadas
Gambar 4. Penampakan kondisi setu Cicadas dari citra satelit dari tahun 2006 – 2019 (sumber: image Google Earth)
5
3.4. Daerah Tangkapan Air (DTA) Situ Cicadas
DTA Setu Cicadas merupakan bagian dari daerah aliran Sungai Cileungsi. Luas DTA Setu
Cicadas sekitar 37.4 ha (5.7% dari luas Desa Cicadas) Kondisi situasi DTA Setu Cicadas Tahun
2019 di tunjukan Gambar 5. Bagian hulunya berada di sekitar lokasi PT MIWA Asalta
Manufacturing (sebelah selatan DTA setu). Bagian barat DTA Setu Cicadas merupakan daerah
pemukiman padat sekitar Jalan Raya Wanaherang. Sebelah timur juga merupakan daerah
pemukiman yang dilintasi oleh Jalan Raya Muhidin. Kompleks perumahan Bumi Setu Indah
persis bersebelahan dengan area setu. Sebagian besar area DTA Setu merupakan area terbuka
yang biasa dipergunakan masyarakat untuk berladang.
Gambar 5. Penampakan citra DTA Setu Cicadas dari Image Google Earth tanggal 5/31/2019
Penampakan kondisi DTA Setu Cicadas dari tahun 2006 – 2019 ditunjukan Gambar 6 di bawah ini.
Sejak tahun 2006, area terbuka di DTA Setu Cicadas sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
lahan pertanian, seperti ladang, sawah, kolam ikan. Terlihat dari petak- petak lahan sebagai sawah,
kolam atau ladang/tegalan. Perubahan penggunaan lahan yang terlihat jelas di bagian timur DTA
Setu Cicadas. Sepanjang Jalan Raya Muhyidin terlihat penggunaan lahan berkembang pesat menjadi
lahan terbangun. Bagian Barat DTA Setu Cicadas (Sepanjang Jalan Raya Wanaherang) sudah lama
berkembang pesat sebagai lahan terbangun dengan kerapatan tinggi. Perumahan Bumi Setu Indah
diperkirakan baru ada sekitar tahun 2004-an.
6
Gambar 6. Penampakan kondisi DTA Setu Cicadas dari tahun 2006 – 2019 dari image pengindraan jauh (sumber: Image Google Earth)
7
3.5. Kondisi Biofisik
A. Tutupan / Penggunaan Lahan
Tutupan / penggunaan lahan Tahun 2019 di DTA Setu Cicadas terbagi menjadi 3, yaitu daerah
lahan terbangun (perumahan, areal komersial, jalan, gudang), lahan terbuka yang dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian (tegalan/ladang) dan badan air (Setu Cicadas). Diantara Tutupan /
penggunaan lahan tersebut yang dominan adalah lahan terbuka (49.9%), selanjutnya lahan
terbangun (44.4%). Area badan air hanya 5.7% dari luas DTA Setu Cicadas.
B. Jenis Tanah
Berdasarkan peta tanah tinjau (LPT, 1998), area DTA Setu Cicadas tergolong Asosiasi Latosol
Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit. Memiliki tebal solum yang dalam dan tekstur tanah
bervariasi antara lempung berpasir hingga lempung liat berpasir. Nilai erodibilitas tanah tergolong
rendah (nilai K=0.062). Bahan induk batuan merupakan Tuf volkan intermedier. Fisiografi lahan
adalah Volkan dan Bukit lipatan.
C. Topografi
Topografi DTA Setu Cicadas tergolong datar, elevasi lahan berkisar antara 81-96 m dpl. Sekitar
67% area Setu Cicadas memiliki elevasi lahan 85-90 m dpl. Kelerengan lahan di area setu Cicadas
kurang dari 15% yang tersebar dominan di area Setu Cicadas. Kelas lereng kurang dari 8% lebih
dominan (69.7%) sedangkan kelas lereng 8-15% hanya 25.1%.
D. Geologi
Berdasarkan peta geologi, Formasi geologi area DTA Setu Cicadas adalah kipas aluvial (Qav3).
Kipas Aluvial (Qav3) merupakan material hasil pengendapan dari material vulkanik yang
sebelumnya ada dan terendapkan (rework) melalui mekanisme aliran mulai dari arah selatan ke
utara mengikuti landaian topografinya. Kipas aluvial disusun oleh konglomerat, tuf, dan batupasir.
8
3.6. Neraca Air Setu Cicadas
Skema neraca air di setu Cicadas di tunjukan Gambar 8. Setu Cicadas menerima masukan air dari
curah hujan dan debit air masuk lewat saluran inlet. Dalam setahun, potensi jumlah curah hujan
yang masuk ke Situ Cicadas sekitar 53.866 m3 dan dari saluran inlet sekitar
787.406 m3 (jumlah total 841.272 m3). Komponen air yang keluar dari Setu Cicadas adalah
evaporasi dan debit air yang keluar lewat saluran outlet. Potensi Jumlah air evaporasi dari Situ
Cicadas sekitar 26.707 m3 dan jumlah air yang keluar dari saluran outlet sekitar 811.444 m3.
Gambar 8. Skema neraca air di Situ Cicadas
Kondisi tahunan neraca air Situ Cicadas berada pada status surplus. Potensi jumlah air surplus yang
tersimpan setiap tahun sekitar 3.121 m3. Variasi kondisi surplus/defisit musiman (kondisi bulanan)
di Situ Cicadas di tunjukan Gambar 9. Selama musim hujan neraca air Situ Cicadas dalam kondisi
surplus (Bulan Januari-Maret dan Oktober- Desember). Pada musim kemarau, Situ Cicadas
mengalami kondisi neraca air yang defisit. Jumlah surplus paling besar berturut-turut pada bulan
Januari-Februari. Kondisi ini menunjukan Situ Cicadas masih berfungsi sebagai daerah tandon air
atau daerah retensi selama musim hujan. Kondisi defisit paling besar terjadi pada bulan juli, sebesar
3.696 m3
Gambar 9. Variasi musiman potensi volume air kondisi surplus (positif) /defisit (negatif) di Situ
Cicadas
9
Variasi musiman kondisi setiap
komponen neraca air (curah hujan,
evaporasi, flow in, flow out) di
Situ Cicadas di tunjukan gambar
di samping ini
10
Rata-rata potensi volume Situ Cicadas berkisar antara 25.000 -36.310 m3 (rata-rata 31.077 m3).
Volume setu akan meningkat pada musin hujan (neraca air kondisi surplus) dan menyusut pada
musim kemarau (neraca air kondisi deficit), Gambar 14. Pada musim hujan, Situ Cicadas
mengalami surplus air sekitar 15.967 m3/tahun. Pada musim kemarau, Situ Cicadas mengalami
deficit air sekitar 12.846 m3/tahun. Situ Ciadas menjadi sumber daya air yang sangat potensial
jika ada pengaturan pintu air di bagian outlet situ.
11
3.8. Kualitas Air
Hasil simulasi SWAT, menunjukan terjadi eutrifikasi Nitrat (NO 3) dan Fosfat (Total P) di Situ
Cicadas. Kecenderungan konsentrasi NO3 dan Total P sepanjang tahun melebihi batas terjadi
eutrofikasi (0,2 mg/L untuk NO3 dan 0,1 mg/L untuk Total P), Gambar 16. Namun demikian,
konsentrasi NO3 dan Total P berfluktuasi secara musiman. Konsentrasi akan meningkat pada
musim hujan, akan kembali rendah pada musim kemarau. Dampak dari eutrifikasi adalah terjadi
booming pertumbuhan eceng gondok (Eichornia Crassipes), sekitar 55% area Situ Cicadas
tertutup oleh eceng gondok (Gambar 3.16). Potensi jumlah biomassa eceng gondok di Situ
Cicadas sekitar 290,22 ton yang bisa dipanen untuk dijadikan kompos.
Gambar 16. Potensi kandungan NO3 dan Total P di Situ Cicadas hasil simulasi SWAT
12
Gambar 17. Booming eceng gondok (55% area Situ Cicadas tertutup eceng gondok)
Akibat dari booming-nya eceng gondok tersebut menyebabkan oxygen disolve (DO) di air Situ
Cicadas rendah karena sebagian besar di serap oleh eceng gondok. Hal ini tidak cocok untuk usaha
budidaya ikan. Sekitar 45% area Situ yang tidak tertutup oleh eceng gondok potensial untuk
budidaya ikan.
Kelompok Stakeholder
Pemerintah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor Camat Kec.
Gunung Putri
Danramil Kec. Gunung Putri
Kepala Desa, BPD, dan LPM Desa Cicadas BBWS Ciliwung Cisadane,
Kementerian PUPR
Masyarakat Kepala Dusun 5 Desa Cicadas
Warga RW 10 dan RW 11 Desa Cicadas
Kelompok Kerja Karang Taruna RW 10 dan 11 Desa Cicadas Kader dan
simpatisan Gerakan Pungut Sampah (GPS)
Forum Masyarakat Peduli Situ Citongtut
Kelompok masyarakat pecinta lele citongtut
13
Kelompok Stakeholder
Swasta PT Aqua Golden Mississippi Plant Citeureup PT Kurnia Manunggal Sejahtera
PT Maiwa
PT Miwa Asalta Manufacturing PT Gac Samudra Logistic
PT Hans Platindo
PT Niro Ceramic Nasional Indonesia PT Royal Tirta
PT Dukem PT SKI
PT Nito
PT Cidas Supra Metalindo PT. Golden Oase Tirta Abadi PT Matra Mandiri
Prima
PT Mitra Garindo Perkasa PT Simone cicadas
PT Duta Polykem Indo
PT Arindo Pacific Chemicals
2. Ruang terbuka tempat bersantai warga masyarakat sektar Situ Cicadas menjelang petang
14
3. Tempat budidaya ikan air tawar dengan sistem keramba
4. Sebagai daerah retensi (tandon air) limpasan purmukaan terutama pada musim hujan
sehingga tidak terjadi banjir atau genangan.
15
3.11. Permasalahan Situ Cicadas
Hasil diskusi dengan stakeholder terkait (pemerintahan desa, kelompok masyarakat) diantaranya sebagai
berikut:
1. Pencemaran limbah cair dari perusahaan-perusahaan di sekitar Situ Cicadas. Pencemaran ini
terjadi karena 2 kemungkinan, yaitu perusahaan langsung membuang limbah cair ke saluran inlet
Situ atau terjadi overflow pada saat musim hujan dari IPAL masuk ke saluran inlet situ. Hal ini
menyebabkan menurunnya kualitas air Situ Cicadas
2. Penurunan kualitas air Situ menyebabkan terjadi eutrifikasi (booming pertumbuhan eceng
gondok), menyebakan sebagian besar area situ tertutup eceng gondok. Dampaknya adalah
menurunkan nilai Dissolve Oxygen (DO)
3. Stakeholder terkait pengendalian kualitas lingkungan tidak bekerja sebagaimana tupoksinya.
Rendahnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan dalam pengelolaan limbahnya.
4. Perubahan status lahan di sekitar sempadan Situ Cicadas menjadi hak milik pribadi, yaitu petak
lahan yang berada di menara sutet
5. Sampah domestik yang masuk ke situ (terutama pada musim hujan) yang menyebabkan
pendangkalan. Lokasi tempat penampungan sampah warga berada di samping situ
6. Konversi area sempadan sungai menjadi lahan terbangun
16
Beberapa gambar contoh RTH dengan memanfaatkan area sempadan situ.
17
18
19
20
21