Anda di halaman 1dari 71

PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA

KECAMATAN SIPORA UTARA


KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Bab 2
Tinjauan Literatur
Dan Kebijakan
2.1 TINJAUAN LITERATUR

2.1.1 Pengertian Desa Dalam Perspektif Teoritis


2.1.1.1 Pengertian Desa

Dalam upaya memahami desa maka perlu dipahami beberapa konsep yang berkaitan dengan
desa meliputi : rural, urban, suburban atau rurban, village, town dan city. Rural dalam “Kamus
Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia-lnggeris” suntingan S. WoJowasito dan W.J.S Poerwodarminto
(1972) diartikan “seperti desa, seperti di desa” dan urban diartikan kota, seperti di kota”. Rural atau yang
secara umum diterjemahkan menjadi “pedesaan” bukanlah desa (village). Demikian pula urban atau
yang umum diterjemahkan menjadi perkotaan, juga bukan kota ( town, city).
Dengan demikian hakekatnya konsep rural dan urban lebih menunjuk kepada karakteristik
masyarakatnya, sedangkan village, town, dan city sering mengacu kepada suatu unit teritorial. Village,
town dan city sering dipertegas identitasnya sebagai suatu unit teritorial-administratif atau berkaitan
dengan kekotaprajaan (municipality). Dalam kaitan ini suatu daerah dan komunitas pedesaan ( rural
area and community) dapat mencakup sejumlah desa (village).
Sedangkan Koentjaraningrat (1977) mendefinisikan desa sebagai “komunitas kecil yang
menetap tetap di suatu tempat” (1977:162). Hal ini dilakukan untuk membedakannya dari masyarakat
berburu dan meramu (suku terasing) yang senantiasa berpindah tempat sesuai wilayah tempat
tanaman masak atau hewan perburuan berada. Desa, sebaliknya, berisi orang-orang yang bisa
melakukan domestikasi ternak atau bercocok tanam tanpa perlu berpindah tempat lagi. Dengan

Bab | 2 - 1
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

demikian akumulasi kekayaan semakin nyata.


Egon E. Bergel (1955:121) Mendefinisikan desa sebagai setiap permukiman para petani
(peasants). Ini merupakan cara pandang lama yang melihat desa secara homogen sebagai tempat
berkumpulanya petani. Pada kenyataannya desa sejak lama sudah bersifat heterogen dalam aspek
ekonomi, sosial dan politik, meskipun tdaik sekompleks perkotaan.
Paul H. Landis (1948:12-13), mendefinisikan desa dengan cara memilah menjadi tiga macam
sesuai dengan tujuan analitiknya. Untuk tujuan analisa statistik, desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologik, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba
informal diantara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomik, desa didefinisikan
sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian. Pandangan ini tidak
sepenuhnya cocok untuk wilayah desa di Indonesia yang bisa mencakup penduduk lebih dari 6.000
orang dan tidak semata-mata mengacu kepada ekonomi pertanian. Walaupun demikian, kondisi sosial-
psikologik masih akrab dan cenderung informal.
Pitirim A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T.L. Smith dan P.E. Zop. 1970)
mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan kota,
dengan mendasarkan pada : mata pencaharian, ukuran komunitas, tingkat kepadatan penduduk,
lingkungan, differensiasi sosial, stratifikasi sosial, interaksi sosial dan solidaritas sosial. Dalam hal ini
perdesaan dicirikan oleh masyarakat yang didominasi mata pencaharian di bidang pertanian, dengan
ukuran komunitas kecil, tingkat kepadatan penduduk rendah, lingkungan alam relatif masih
mengarahkan pola tingkah laku penduduk, diferensiasi dan stratifikasi sosial masyarakat sederhana,
interaksi sosial masih kuat, dan solidaritas sosial masih tinggi.
Menurut Rouceck dan Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) besarnya peranan kelompok primer tatap muka berbasis hubungan kekeluargaan dan
ketetanggaan; (2) faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/asosiasi;
(3) hubungan lebih bersifat intim dan awet; (4) homogen; (5) mobilitas sosial rendah; (6) keluarga lebih
ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi; (7) populasi anak dalam proporsi yang besar.
Sedangkan karakteristik kota adalah sebagai berikut: (1) besarnya peranan kelompok
sekunder berbasis kepentingan; (2) anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya; (3)
heterogen; (4) mobilitas sosial tinggi; (5) tergantung pada spesialisasi; (6) hubungan antara orang satu
dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan; (7) lebih banyak tersedia
lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan; (8) lebih banyak mengubah
lingkungan.
Dengan bersikap kritis terhadap kesimpulan para ahli di atas, pengertian perdesaan yang
perlu diambil di sini merupakan wilayah yang terdiri dari satu atau lebih desa, yang dicirikan oleh

Bab | 2 - 2
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

pemukiman yang didominasi ekonomi berbasis rumah tangga atau usaha kecil yang memiliki struktur
modal dan cara kerja tertentu, pranata dan organisasi kecil yang masih mempertimbangkan hubungan
genealogis dan teritorial, memiliki diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sederhana sehingga
spesialisasi belum berkembang, serta menganut sistem politik patrimonial yang masih
mempertimbangkan person. Perdesaan hanya mungkin dilihat dalam hubungannya dengan perkotaan,
karena secara universal desa-desa yang muncul selalu memiliki hubungan dengan kota.
Wujud desa-desa di Indonesia beragam seiring dengan kebhinekaan Indonesia, sehingga
sangat sulit untuk membuat suatu generalisasi karakteristik desa di Indonesia yang khas dan
membedakannya dari desa-desa negara lain. Istilah desa semula hanya dikenal di Jawa, Madura dan
Bali. Desa dan dusun berasal dari bahasa sanskerta yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah
kelahiran. Sutardjo Kartohadikoesoemo (1953) mendefinisikan desa sebagai, “suatu kesatuan hukum,
dimana bertempat tinggal suatu masyarakat, yang berkuasa mengadakan pemerintahan
sendiri”. Sedangkan di wilayah lainnya terdapat nama lokal untuk daerah kesatuan hukum semacam
desa di Jawa tersebut, contohnya Nagari di Sumatera Barat, Huta di Tapanuli, Wanua di Minahasa,
Gaukang di Makasar dan sebagainya.
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah
asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village yang diartikan sebagai “ a groups
of houses or shops in a country area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-usul dan
adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasiona dan berada di Daerah Kabupaten.
Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan

bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat. Menurut R. Bintarto, berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya, desa merupakan
suatu hasil perwujudan geografis, sosial, politik, dan cultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki
hubungan timbal balik dengan daerah lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah
suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah
di luar kota yang merupakan kesatuan.
Pengertian tentang desa menurut undang-undang adalah: Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 Tentang Desa Pasal 1, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

Bab | 2 - 3
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1, Desa
adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1, Desa adalah Desa dan adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala melalui pemerintah dapat diberikan penugasan
pendelegasian dari pemerintahan ataupun dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan
pemerintahan tertentu. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai adalah keanekaragaman,
partisipai, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintahan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintahan dan Badan Permusyawaratan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-ususl dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Merupakan suatu kegiatan pemerintah, lebih
jelasnya pemikiran ini didasarkan bahwa penyelenggaraan tata kelola (disingkat penyelenggara), atau
yang dikenal selama ini sebagai “Pemerintahan”. Kepala adalah pelaksana kebijakan sedangkan Badan
Pemusyawaratanbdan lembaga pembuatan dan pengawasan kebijakan (Peraturan).

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma menyatakan bahwa desa
adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu wilayah, yang memiliki suatu serangkaian
peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan
ditetapkan sendiri. Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
Tentang pasal 6 menyebutkan bahwa Pemerintahan Permusyawaratan dalam mengatur dan mengurus

Bab | 2 - 4
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat- istiadat setempat yang diakui dan
dihormti dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala melalui pemerintah dapat diberikan
penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun pemerintahan daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintah tertentu. Sebagai unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas dibidang pelayanan publik. Maka desentralisasi
kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana prasarana
yang memadai mutlak diperlukan guna penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi.
Dalam pengertian menurut W idjaja dan Undang-Undang di atas sangat jelas sekali
bahwa desa merupakan self community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan
pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki
otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap
penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi
secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.
Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa yakni:
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul
desa.
2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan urusan
pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan
kepada desa.
Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:
a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal- usul, adat-
istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa;
b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;
c. Mendapatkan sumber pendapatan;

Bab | 2 - 5
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Desa berkewajiban;
a. Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan masyarakat desa dalam
rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan
e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa;
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan
Pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan
hingga ditingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
pembentukan desa yakni: pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga,
kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga, faktor letak
yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun, keempat, faktor sarana prasarana,
tersedianya sarana perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima,
faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam
hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata
pencaharian masyarakat.

2.1.1.2 Struktur Pemerintah Desa

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 25 bahwa
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh
perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Dalam ilmu manajemen pembantu pimpinan
disebut staf. Staf professional diartikan sebagai pegawai yaitu pimpinan yang memiliki keahlian dalam
bidangnya, bertanggungjawab, dan berperilaku professional dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya
pada pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan; Kepala Desa bertugas
menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, Pembinaan
Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perangkat desa adalah Pembantu Kepala Desa dan pelaksanaan tugas menyelenggaraan
Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Atas dasar tersebut,
Kepala Desa memiliki wewenang yang sesuai dengan tugas-tugasnya itu. Diantaranya adalah,
bahwa Kepala Desa berwenang untuk:
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

Bab | 2 - 6
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

c. Memegang kekeuasaanpengelolaan Keuangan dan Aset Desa;


d. Menetapkan Peraturan Desa;
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. Membina kehidupan masyarakat desa;
g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;
h. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasi agar mencapai
perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;
i. Mengembangkan sumber pendapatan desa;
j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guma
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;
l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
n. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perumdang- undangan; dan
o. o. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Jika ada wewenang, tentu ada kewajiban, wewenang yang dimaksud diatas merupakan format
yang diakui oleh kontitusi Negara Republik Indonesia. Sedangkan untuk kewajiban untuk menjadi Kepala
Desa tidaklah mudah, diantaranya adalah:
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
3. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
4. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
5. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,
profesional, efektif dan efesien, bersih serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme;
6. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di desa;
7. Menyelengarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
8. Mengelola keuangan dan Aset Desa;
9. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa;
10. Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;

Bab | 2 - 7
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

11. Mengembangkan perekonomian masyarakat desa;


12. Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa;
13. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa;
14. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup;
15. Memberikan informasi kepada masyrakat desa.
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kepala desa bersama dengan Badan
Permusyawaratan Desa membuat rencana strategis desa. Hal ini tercantum pada Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang berbunyi: Badan Permusyawartan Desa mempunyai
fungsi:
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa;
Badan Permusyawartan Desa juga memiliki hak untuk mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
desa, hal ini terdapat dalam Pasal 61 huruf a Undang-Undang Desa yang berbunyi:
Badan Permusyawaratan Desa berhak:
1. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan
desa kepada pemerintah desa;
2. Menyatakan pendapat atas penyelenggara pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa; dan
3. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang
Desa Pasal 48, dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, kepala desa wajib: menyampikan
laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota,
menyampaikan laopran penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada
Bupati/Kota, menyampaikan laporan keterangan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa
setiap akhir tahun anggaran. Lebih lanjut dalam Pasal 51.
Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 48 huruf c setiap akhir tahun anggaran
kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya
tahun anggaran. Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa. Laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan Permusyawaratan

Bab | 2 - 8
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala desa. Dari uraian tersebut sudah jelas
bahwa Badan Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai peran yang strategis dalam ikut
mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak diselewengkan. Mari kita cermati ketentuan
pasal 48 dan 51 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Selain bersama Badan
Permusyawaratan Desa, sesuai dengan undang-undang bahwa kepala desa dibantu oleh perangkat
desa. Perangkat desa menurut Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terncantum dalam
Pasal 48.
Perangkat desa terdiri atas;
a. Sekretariat desa;
b. Pelaksana kewilayahan; dan
c. Pelaksana teknis.
Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama
Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat desa bertanggungjawab
kepada Kepala Desa. Perangkat desa diangkat dari warga desa yang memenuhi persyaratan, karena
tugas pemerintah desa begitu berat maka perangkat desa harus memiliki kemampuan yang memadai
untuk bisa mendukung Kepala Desa dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan.
Pemerintah desa berkewajiban melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai dengan
kewenangannya. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18 disebutkan
bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat

desa, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa. Untuk melaksanakan
tugas- tugas ini diperlukan susunan organisasi dan perangkat desa yang memadai agar mampu
menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Dengan demikian susunan organisasi pemerintah desa
yang ada saat ini perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dalam upaya melaksanakan amanat
Undang-Undang Desa.
Struktur organisasi pemerintah desa harus disesuikan dengan kewenangan dan beban tugas
yang harus dilaksanakan. Menurut Asnawi Rewansyah (2011) ada 5 (lima) fungsi utama pemerintah
yaitu: (1) Fungsi pengaturan/regulasi, (2) Fungsi pelayanan kepada masyarakat, (3) Fungsi
pemberdayaan masyarakat, (4) Fungsi pengelolaan asset/kekayaan dan (5) Fungsi pengamanan dan
perlindungan.

2.1.2 Dana Desa


2.1.2.1 Pengertian Dana Desa
Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi yang
ditransfer melalui APBD kabupaten dan kota yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

Bab | 2 - 9
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan.


Dana desa adalah salah satu issu krusial dalam undang-undang desa, penghitungan
anggaran berdasarkan jumlah desa dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa. Karena issu yang begitu krusial, para senator menilai, penyelenggaraan
pemerintahan desa membutuhkan pembinaan dan pengawasan, khususnya penyelenggaraan kegiatan
desa.
Anggaran Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan yang diperoleh dari Bagi Hasil
Pajak dan bagian dari Dana Perimbangan Kuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten.
Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan digunakan untuk menandai seluruh
kewenangan yang menjadi tanggungjawab desa. Dana tersebut digunakan untuk menandai
penyelenggaraan kewenangan desa yang menacakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Denganbdemikian, pendapatan yang bersumber dari
APBN juga digunakan untuk menandai kewenangan tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diberikan kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti
dana desa akan digunakan untuk menandai keseluruhan kewenangan sesuai denagan kebutuhan dan
prioritas dana desa tersebut namun, mengingat dana desa bersumber dari Belanja Pusat, untuk
mengoptimalkan penggunaan dana desa, Pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas
penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa. Penetapan prioritas penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi
tanggungjawab desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Anggaran Dana Desa berasal dari APBD
Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang

diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen). Anggaran Pendapatan
dan Belanja bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDES adalah
Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa
terdapat pada Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten meliputi:
1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD).
2. Anggaran Dana Desa.
3. Penyisihan pajak dan retribusi daerah.
4. Sumbangan bantuan lainnya dari Kabupaten.
Pembagian Anggaran Dana Desa (ADD) dapat dilihat berdasarkan Variabel Independen utama

Bab | 2 - 10
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

dan Variabel Independen tambahan dengan rincian sebagai berikut:


1. Asas Merata adalah besarnya bagian Anggaran Dana Desa (ADD) yang sama untuk
di setiap atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD) minimal. Alokasi Dana
Desa (ADD) Variabel Independen utama sebesar
70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.
2. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara
proporsional untuk di setiap berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan
rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa (ADD) Proporsional (ADDP),
Variabel Proporsional Utama sebesar 60% dan Variabel Proporsional Tambahan
sebesar 40%. Variabel Independen
Utama adalah Variabel yang dinilai terpenting untuk menentukan nilai bobot desa.
Variabel Utama ditujukan untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat
dan pelayanan dasar umum antar desa secara bertahap dan mengatasi kemiskinan
strukturan masyarakat di desa. Variabel Independen Utama meliputi sebagai berikut:
1. Indikator kemiskinan.
2. Indikator Pendidikan Dasar.
3. Indikator Kesehatan.
4. Indikator Keterjangkauan Desa Variabel Tambahan merupakan Variabel
yang dapat ditambahkan oleh masing-masing daerah yang meliputi sebagai
berikut :
1. Indikator Jumlah Penduduk.
2. Indikator Luas Wilayah.
3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB).
4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun).
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 72 ayat (1)
mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d disebutkan “ anggaran dana desa yang merupakan
bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4) Pasal yang
sama disebutkan "Anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling
sedikitn10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana AlokasiKhusus". Dalam masa
transisi, sebelum dana desa mencapai 10% anggaran dana desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja
Pusat dari desa“ program yang berbasis desa”. Kementrian/lembaga mengajukan anggaran untuk
program yang berbasis kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional untuk ditetapkan sebagai sumber dana desa.

Bab | 2 - 11
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dirasakan menjadi angin segar bagi desa.
Adanya undang-undang ini menjadi dasar hukum dari diakuinya desa sebagai suatu daerah otonomi
sendiri. Dalam hubungannya dengan desentralisasi fiscal yang menjadi pokok dari berlakunya undang-
unadang tersebut yaitu terkait dengan 10% dana dari APBN untuk desa diseluruh Indonesia, dimana
setiap desa akan menerima dana kurang lebih besar 1 Milyar per tahun. Pembagian anggaran yang
hampir seragam berkisar 1 Milyar padahal kapasitas pengelolaan pemerintah sangat beragam (hal ini
akan diantisipasi melalui aturan-aturan desentralisasi fiscal yang mengatur besarnya anggaran desa
berdasarkan kebutuhan serta kemampuannya mengelola melalui peraturan pemerintah.
Dana desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang- undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Pemerintah menganggarkan Dana
Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun. Dana Desa sebagaimana bersumber dari belanja
Pemerintah dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.
Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa. Dana Desa setiap
kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan perkalian antara jumlah di setiap kabupaten/kota dan rata-
rata Dana Desa setiap provinsi. Rata-rata Dana Desa setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan berdasarkan jumlah desa dalam provinsi yang bersangkutan serta jumlah penduduk
kabupaten/kota, luas wilayah kabupaten/kota, angka kemiskinan kabupaten/kota, dan tingkat kesulitan
geografis kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.
Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa
Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, bupati/walikota menetapkan besaran
Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya. Besaran Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Neagara, dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, luas
wilayah desa, angka kemiskinan Desa, dan tingkat kesulitan geografis. Jumlah penduduk Desa, luas
wilayah Desa, dan angka kemiskinan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dengan
bobot:
a. 30% (tiga puluh perseratus) untuk jumlah penduduk Desa;
b. 20% (dua puluh perseratus) untuk luas wilayah Desa; dan
c. 50% (lima puluh perseratus) untuk angka kemiskinan Desa.
Tingkat kesulitan geografis setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai faktor pengalihasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Besaran Dana Desa

Bab | 2 - 12
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan cara:
a. Dana Desa untuk suatu Desa = Pagu Dana Desa kabupaten/kota x [(30% x persentase
jumlah penduduk desa yang bersangkutan terhadap total penduduk desa di
kabupaten/kota yang bersangkutan) + (20% x persentase luas wilayah desa yang
bersangkutan terhadap total luas wilayah desa di kabupaten/kota yang bersangkutan) +
(50% x persentase rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total
jumlah rumah tangga desa di kabupaten/kota yang bersangkutan)]; dan
b. hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan dengan
tingkatkesulitan geografis setiap desa.
c. Tingkat kesulitan geografis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan oleh faktor
yang meliputi:
a. Ketersediaan pelayanan dasar;
b. kondisi infrastruktur;
c. transportasi; dan
d. komunikasi desa ke kabupaten/kota.

2.1.2.2 Sumber-Sumber Keuangan Desa


Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari
pendapatan asli desa, APBD dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi
kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintahan pusat, dan bantuan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa didanai
dari APBD, sedangkan yang dimaksud dengan keuangan desa. HAW.Widjaja berpedoman pada
(Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 212 Ayat 1) yang dimaksud dengan keuangan
desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa behubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban.
Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan digunakan untuk menandai seluruh
kewenangan desa yang menjadi tanggungjawab desa. Dana tersebut digunakan untuk menandai
penyelenggaraan kewenangan desa tang mencangkup penyelenggaran pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan dengan demikian, pendapatan desa yang
bersumber dari APBN juga digunakan untuk menandai kewenangan tersebut.
Sumber keuangan desa atau pendapatan desa sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68 (1), menyatakan bahwa sumber pendapatan desa terdiri

Bab | 2 - 13
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

dari:
a. Pendapatan Asli Desa yang terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya
dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;
b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), untuk desa
dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;
c. Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa
paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara
proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa;
d. Bantuan keuangan dari Pemerintah yaitu bantuan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa sumber pendapatan desa diantaranya adalah bagian dari dana perimbangan

keuangan pusat dan dana daerah yang diterima oleh Kabupten/Kota. Supaya Anggaran
Dana Desa (ADD) dapat mencapai sasaran yang telah diinginkan dan terealisasikan dengan baik,
sesuai dengan amanat Undang-Undang tentu dibutuhkan mekanisme perencanaan, penyaluran,
penggunaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta pengawasan Alokasi Dana Desa. Pasal 72 ayat
(2) Undang-Undang Desa menyebutkan secara jelas bahwa sumber Alokasi Dana Desa dari APBN
adalah berasal dari belanja pusat yang di dalamnya terdapat dana program berbasis desa. Contoh dana
program berbasis desa adalah kegiatan peningkatan kemandirian masyarakat perdesaan (PNPM). Salah
satu output kegiatan ini adalah PNPM Mandiri Perdesaan yang tersebar pada 5.300 kecamatan. Dana
program berbasis desa sebenarnya cukup banyak terbesar di berbagai Kementrian/Lembaga, tetapi
untuk sampai pada tahap identifikasi bahwa suatu dana program Kementrian/Lembaga benar-benar
akan direalokasi menjadi Dana Desa serta penetapan besaran dana program Kementrian/Lembaga yang
akan direalokasi menjadi Dana Desa memerlukan koordinasi yang intensif antara para pihak
(Kementrian Keuangan, Kementrian Dalam Negeri, Bappenas, serta Kementrian teknis) dan penetapan
kriteria yang jelas.

Salah satu kriteria yang diusulkan agar program Kementrian/Lembaga bisa direalokasikan ke
pos Dana Desa adalah yang kegiatan yang outputnya berdampak meningkatkan sarana dan prasarana
desa atau pemberdayaan terhadap masyarakat desa misalnya, dana kegiatan PNMP Mandiri seperti
diatas namun, untuk kegiatan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan berbasis desa
tersebut tetap menjadi domain dari pemerintah diatasnya (pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota). Apabila penyusunan kriteria untuk merealokasi dana program berbasis

Bab | 2 - 14
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

desa sudah semakin jelas, maka langkah selanjutnya adalah masuk pada tahap pengalokasian Dana
Desa.

2.2.3 Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa


Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Pasal 1 yang dimaksud
dengan pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,
penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan atau disebut juga

dengan manajemen dalam pengertian umum adalah suatu seni, ketrampilan, atau keahlian. Yakni seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain atau keahlian untuk menggerakkan orang melakukan
seuatu pekerjaan.
Menurut James A.F Stoner, pengelolaan merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumberdaya-
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut

27
Muhammad Arif (2007:32) pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan
daerahnya. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan wilayah pedesaaan
adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus yang dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam

bentuk Alokasi Dana Desa (ADD). Inilah yang kemudian melahirkan suatu proses baru tentang
desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya Alokasi Dana Desa (ADD).
Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, partisipatif
serta dilakukan dengan tertib dan disiplin. Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya
dipertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan masyarakat dalam
penyusunannya. Keuangan desa harus dibukukan dalam sistem pembukuan yang benar sesuai

dengan kaidah sistem akuntansi keuangan pemerintahan (Nurcholis, 2011:82). Kepala Desa
sebagai kepala pemerintahan desa adalah pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa
dan mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena
itu, Kepala Desa mempunyai kewewenang:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa.

Bab | 2 - 15
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

c. Menetapkan bendahara desa.


d. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa dan.
e. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 93 pengelolaan
keuangan desa meliputi:
a. Perncanaan;
b. Pelaksananan;
c. Penatausahaan;
d. Pelaporan; dan
e. Pertanggungjawaban;
Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, dalam melaksanakan
kekuasaan pengelolaan keuangan desa kepala desa menguasakan sebagian kekeuasaannya kepada
perangkat desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang desa
pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu tahun) anggaran terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2.1.3 Otonomi Desa


2.1.3.1 Pengertian Otonomi Desa
Menurut Widjaja menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh
serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik
hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan
menuntut di muka pengadilan.

Berkaitan dengan otonomi asli menurut Fakrulloh dkk bahwa: dalam mekmanai otonomi asli
terdapat dua aliran pemikiran yaitu: (1) aliran pemikiran pertama memakai kata otonomi asli sebagai
adat atau dekat dengan sosial budaya, (2) aliran pemikiran yang memaknai sebagai otonomi asli
yang diberikan, oleh karenanya digagasan pemikiran bahwa otonomi desa sebagai otonomi masyarakat
sehingga lebih tepat disebut otonomi masyarakat desa. Juliantara menerangkan bahwa otonomi desa
bukanlah sebuah kedaulatan melainkan pengakuan adanya hak untuk mengatur urusan rumah
tangganya sendiri dengan dasar prakarsa dari masyarakat. Otonomi dengan sendirinya dapat menutup
pintu intervensi institusi diatasnya, sebaliknya tidak dibenarkan proses intervensi yang serba paksa,
mendadak, dan tidak melihat realitas komunitas.

Bab | 2 - 16
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial
budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan
desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang
pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa, namun dalam
pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap
mengunjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia.

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah provinsi
maupun daerah Kabupaten dan daerah Kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-
usul dan adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Pengakuan
otonomi di desa, Taliziduhu Ndraha menjelaskan sebagai berikut:
a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya, dan dilindungi oleh
pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada “kemurahan hati”
pemerintah dapat semakin berkurang.
b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti sediakala atau
dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan.
Undang-Undang Desa mengatur tata kelola pemerintahan desa, baik perangkat, masyarakat,
maupun pengembangan ekonomi yang mungkin dikembangkan di desa serta penguatan sistem
informasi desa. Pemerintah desa memiliki kewenangan tinggi dalam pengembangan desa.
Selain itu, dibangunnya mekanisme checks and balances kewenangan di desa dengan pengaktifan
BPD untuk mendorong akuntabilitas pelayanan yang lebih baik kepada warga desa. Bila Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini diterapkan secara sungguh-sungguh, akan terjadi
pemberdayaan dari unit pemerintahan desa untuk menggerakkan roda pembangunan. Otonomi desa
ini harus diiringi kesadaran akan pemahaman spirit otonomi bagi seluruh penggerak warga desa dan
kapasitas perangkat juga masyarakat dalam memahami tata kelola pemerintahan.
Dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi Desa
harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menekankan bahwa Desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia.
Pelaksanan hak, wewenang dan kebebasan otonomi Desa menuntut tanggungjawab untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengaturan eksistensi desa melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mesti diakui
memberi peluang bagi tumbuhnya otonomi desa. Sejumlah tekanan dalam beberapa pasal memberi
diskresi yang memungkinkan otonomi desa tumbuh disertai beberapa syarat yang mesti
diperhatikan oleh pemerintah desa, masyarakat desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Bab | 2 - 17
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Syarat tersebut penting menjadi perhatian utama jika tidak ingin melihat kondisi desa bertambah malang
nasibnya. Dari aspek kewenangan, terdapat tambahan kewenangan desa selain kewenangan yang
didasarkan pada hak asal usul sebagaimana diakui dan dihormati negara. Tampak bahwa asas
subsidiaritas yang melandasi undang- undang desa memberikan keleluasaan dalam penetapan
kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan
masyarakat desa. Kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh
desa, atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat desa, antara lain
tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos
pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan desa, rembung desa dan jalan desa.

Konsekuensi dari pertambahan kewenangan tersebut memungkinkan desa dapat


mengembangkan otonomi yang dimiliki bagi kepentingan masyarakat setempat. Implikasinya desa dapat
menggunakan sumber keuangan yang berasal dari negara dan pemerintah daerah untuk
mengembangkan semua kewenangan yang telah ada, yang baru muncul, dan sejumlah kewenangan
lain yang mungkin merupakan penugasan dari supradesa. Untuk mendukung pelaksanaan sejumlah
kewenangan tersebut, desa dan kepala desa memiliki kewenangan yang luas guna mengembangkan
otonomi asli melalui sumber keuangan yang tersedia.
Sterilisasi desa dari perangkat desa yang berasal dari pegawai negeri sipil menjadi momentum
bagi pemerintah desa untuk mengembangkan otonominya sesuai perencanaan yang diinginkan tanpa
perlu takut di sensor ketat oleh sekretaris desa. Selain kewenangan berdasarkan hak asal-usul yang
telah ada dan kewenangan berskala lokal desa, semua kewenangan tambahan yang
ditugaskan oleh pemerintah daerah maupun pusat hanya mungkin dilaksanakan jika disertai oleh

38
pembiayaan yang jelas. Terkait dengan itu, undang-undang desa menentukan bahwa sumber
keuangan desa secara umum berasal dari APBN, APBD, PAD dan sumber lain yang sah. Jika
diperkirakan pemerintah mampu menggelontorkan setiap desa sebanyak 10% dari total APBN, plus
ADD sebesar 10% dari Pajak/Retribusi/DAU/DBH, ditambah Pendapatan Asli Desa dan sumbangan lain
yang sah, maka setiap desa kemungkinan akan mengelola dana di atas 1 Milyar perdesa pada 72.944
desa di Indonesia.
Dengan sumber keuangan yang relatif cukup dibanding kuantitas urusan yang akan
dilaksanakan, desa sebetulnya dapat lebih fokus dalam mengintenfisikasi pelayanan publik serta
pembangunan dalam skala yang lebih kecil. Kenyataan tersebut setidaknya mendorong otonomi yang
dimiliki untuk menjadikan semua urusan yang telah diakui dan dihormati negara, ditambah urusan skala
lokal bukan sekedar pajangan, tetapi akumulasi dari seluruh aset yang memungkinkan desa bertambah
kaya dengan modal yang dimilikinya. Sumber asli yang berasal dari desa dapat digunakan untuk

Bab | 2 - 18
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

meningkatkan pelayanan publik agar masyarakat dapat lebih efisien dan efektif dilayani oleh
pemerintah desa. Penyelenggaraan pemerintahan desa selama ini menggambarkan rendahnya
dukungan sarana dan prasarana sehingga pelayanan di desa tak maksimal.
Kantor desa bahkan secara umum tak berfungsi kecuali pada waktu-waktu tertentu.
Dalam banyak hal desa harus diakui tertinggal dari berbagai aspek disebabkan rendahnya
dukungan pemerintah daerah sekalipun dalam semangat otonomi. Sementara sumber keuangan yang
berasal dari APBN dapat diarahkan bagi kepentingan pembangunan desa. Tentu saja selain alokasi
pembangunan yang berasal dari pemerintah, desa dapat mempercepat pembangunan infrastruktur
dalam jangka panjang sehingga terjadi pembangunan desa yang berkelanjutan. Realitas desa sejauh ini
menunjukkan lemahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya kemiskinan dan pengangguran sehingga
menurunkan daya saing desa dibanding kota. Sumber keuangan negara setidaknya berpeluang
mendorong laju pertumbuhan ekonomi desa sehingga tak jauh ketinggalan dibanding kota. Sekalipun
demikian, alokasi APBN tidaklah merupakan wujud dari pendekatan local state government semata,
tetapi lebih merupakan tanggungjawab negara yang diamanahkan konstitusi. Demikian pula alokasi
APBD bukanlah merupakan manifestasi dari pendekatan local self government semata, namun
perintah undang-undang pemerintahan daerah. Jadi, sekalipun desa dalam undang-undang ini bersifat
self governing community, namun negara dan pemerintah daerah tetap bertanggungjawab untuk
mengakui, menghormati dan memelihara keberlangsungan pemerintahan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat didesa.

Bentuk pengakuan negara terhadap desa dapat dilihat dari pengakuan atas realitas
keberagaman desa di berbagai daerah (asas rekognisi). Sedangkan konkritisasi dari penghormatan
negara terhadap desa adalah terbukanya kran alokasi negara secara langsung yang akan dikelola
desa (asas subsidiaritas). Penggunaan kedua asas tersebut sekalipun didahului oleh pengakuan
konstitusi atas keragaman dan batasan desa dalam pengertian umum (desa, desa adat dan atau nama
lain), setidaknya menjadi pijakan konkrit dalam pengaturan desa lebih lanjut di tingkat daerah masing-
masing.
Terkait postur organisasi pemerintahan desa, batasan pemerintahan desa terdiri dari kepala
desa dan perangkat desa semata tanpa posisi BPD. Batasan tersebut berbeda jika dibandingkan dengan
pengaturan dalam PP Nomor 72 tahun 2005, dimana pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan
BPD. Pemisahan posisi kepala desa beserta perangkatnya dari BPD memungkinkan pemerintahan desa
lebih efektif dalam melaksanakan otonomi desa selain kewajiban dari supradesa. Pengalaman
menunjukkan bahwa kolektivitas kepala desa dan BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
desa sulit dilaksanakan karena kedua lembaga tak selalu sejalan dalam penetapan dan pelaksanaan
kebijakan.
Terpisahnya posisi BPD memungkinkan pemerintah desa dapat lebih leluasa mengatur dan

Bab | 2 - 19
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

mengurus rumah tangganya sendiri tanpa pengawasan ketat BPD yang selama ini relatif sulit hidup
sekamar dengan pemerintah desa. Bias dari kondisi semacam itu tak jarang membuat desa kurang
dinamis, bahkan statis karena saling menunggu persetujuan yang berlarut-larut. Selain itu, separasi
semacam itu bertujuan untuk menciptakan pemerintahan desa yang lebih modern, dimana secara politik
terjadi diferensiasi antara desainer kebijakan (BPD) dan implementator kebijakan (kepala desa).
BPD setidaknya mewakili masyarakat yang dipilih secara demokratis untuk membahas suatu
kebijakan sebelum dilaksanakan oleh pemerintah desa. Kebijakan desa dimulai dari tahap perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Perencanaan desa merupakan perencanaan jangka menengah yang
dijabarkan dalam bentuk perencanaan pembangunan tahunan. Perencanaan desa dapat dikembangkan
sejalan dengan periodisasi kepemimpinan kepala desa yang dapat mencapai tiga kali masing-masing
selama enam tahun. Artinya, perencanaan menengah desa dapat berjalan selama 18 tahun bergantung
pada elektabilitas kepala desa. Dengan demikian selama periodisasi yang relatif lebih lama dibanding
kepala daerah yang hanya dua periode, desa dengan sendirinya berpeluang meletakkan perencanaan
secara berkelanjutan melalui prioritas yang disepakati bersama masyarakat setempat.
Dalam kerangka pelaksanaan pembangunan, desa membutuhkan partisipasi aktif masyarakat.
Peluang bagi pengembangan otonomi desa yang demokratis tampak terbuka lebar dimana masyarakat
berhak memperoleh informasi, melakukan pemantauan serta melaporkan semua aktivitas yang dinilai
kurang transparan kepada pemerintah desa dan BPD. Proses semacam ini merupakan bentuk
pembelajaran partisipasi demokrasi melalui siklus perencanaan, implementasi dan evaluasi
pembangunan di desa. Dengan demikian tercipta mekanisme bottom up yang senyatanya, bukan
rekayasa musyawarah pembangunan desa seperti yang terjadi selama ini.
Pembangunan desa sejauh ini tak memperlihatkan hasil signifikan karena tak jelas darimana
sumber penunjangnya. Alokasi dana desa yang semestinya terjadi tampak bergantung pada
kemurahan hati pemerintah daerah. Sementara pendapatan asli desa menyusut hingga tak
bersisa akibat meresapnya peraturan daerah hingga ke kawasan desa yang paling strategis. Dalam
regulasi inilah pembangunan desa diharapkan dapat ditopang lewat aset desa, termasuk sumber
keuangan desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Aset Desa dapat berupa tanah kas desa, tanah
ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil
pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik desa. Sumber
keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, negara, pemerintah daerah dan pendapatan lain yang
sah. Sedangkan BUM desa dapat digunakan untuk pengembangan usaha, pembangunan desa,
pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah,
bantuan sosial dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.
Pembangunan desa juga meliputi upaya pengembangan kawasan desa dengan maksud

Bab | 2 - 20
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat. Desa memiliki hak untuk dilibatkan dalam perencanaan makro pemerintah daerah sehingga
desa tak sekedar menjadi objek pembangunan semata. Selain itu desa berhak memperoleh akses
informasi yang dapat dikelola bagi kepentingan stakeholders terkait. Hal itu mendukung terciptanya
proses pemerintahan yang lebih transparan dalam kerangka good governance. Lebih dari itu peluang
pengembangan otonomi memungkinkan desa dapat meluaskan pembangunan melalui strategi
kerjasama dengan desa lain yang saling menguntungkan.

Bab | 2 - 21
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2.1.3.2 Tujuan Otonomi Desa


Tugas utama pemerintah dalam rangka otonomi desa adalah menciptakan kehidupan
demokratis, memberi pelayanan publik dan sipil yang cepat dan membangaun kepercayaan masyarakat
menuju kemandirian desa, untuk itu desa tidak dikelola secara teknokratis tetapi harus mampu
memadukan realita kemajuan teknologi yang berbasis pada sistem nilai lokal yang mngendung tata
aturan, nilai, norma, kaidah, dan pranata-pranata sosial lainnya. Potensi-potensi desa berupa hak
tanah (tanah bengkok, titisari dan tanah-tanah khas Desa lainnya), potensi penduduk, sentra-sentra
ekonomi dan dinamika sosial-politik yang dinamis itu menuntut kearifan dan professionalisme dalam
pengelolaan desa menuju optimalisasi pelayanan, pemberdayaan, dan dinamisasi pembangunan
masyarakat desa.
Perencanaan desa akan memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi desa untuk menggali
inisiatif lokal (gagasan, kehendak dan kemauan lokal) yang kemudian dilembagakan menjadi kebijakan,
program dan kegiatan dalam bidang pemerintahan dan pembangunan desa. Kemandirian itu sama
dengan otonomi desa yang mempunyai relevansi (tujuan dan manfaat) sebagai berikut:
1. Memperkuat kemandirian desa berbasis kemandirian NKRI;
2. Memperkuat posisi desa sebagai subyek pembangunan;
3. Mendekatkan perncanaan pembangunan ke masyarakat;
4. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan;
5. Menciptakan efesiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan
lokal;
6. Menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa;
7. Memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa untuk
membangkitkan prakarsa dan potensi desa;
8. Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan
pembangunan;
9. Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah
Desa, lembaga-lembaga Desa dan masyarakat;
10. Merangsang tumbuhanya partisipasi masyarakat lokal.

2.1.3.3 Pengelolaan Anggaran Dana Desa Dalam Keuangan Desa (APBDESA)


Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Desa. Pemendagri tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam


pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam
penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, yang

Bab | 2 - 22
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

memiliki tiga pilar utama yaitu transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif. Oleh karenanya, proses
dan mekanisme penyusunan APBDesa yang di atur dalam Pemendagri tersebut akan menjelaskan
siapa yang dan kepada siapa yang bertanggungjawab, dan bagaimana cara pertanggungjawabannya.
Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban
penyelenggaraan pemerintah desa, yang dimuat dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 35
Tahun 2007.
Untuk memberikan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-Desa
perlu dilakukan pengaturan. Dengan itu maka dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66
Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar
seluruh proses penyusunan APBDesa semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi,
serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Untuk menimalisir bahkan mencegah terjadinya penyalahgunaan Alokasi Dana Desa ini maka
pemerintah kabupaten menetapkan pengaturan dan pengelolaan yang harus ditaati oleh setiap
pengelola ADD di setiap desa yang adalah sebagai berikut:
a) Pengelolaan ADD dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan kedalam Peraturan Desa
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b) Pengelolaan Keuangan ADD merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa beserta lampirannya.
c) Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD harus direncanakan.
d) ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip efisien dan efektif, terarah, terkendali
serta akuntabel dan bertanggungjawab.
e) Bupati melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa.
f) ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa.
g) Pengelolaan Alokasi Dana Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa yang dibantu oleh lembaga
kemasyarakatan di desa.
Sebagai program ungulan pemerintah kabupaten, maka ADD dikelola atas dasar dan prinsip
sebagai berikut.
a. Prinsi-prinsip Pengelolaan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) didasarkan atas prinsip-
prisip berikut ini:
1. Seluruh kegiatan dilaksanakan secara transparan/terbuka dan diketahui oleh
masyarakat luas.
2. Masyarakat berperan aktif mulai proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemeliharaan.
3. Seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum.

Bab | 2 - 23
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

4. Memfungsikan peran lembaga kemasyarakatan sesuai tugas pokok dan fungsinya.


5. Hasil kegiatan dapat diukur dan dapat dinilai tingkat keberhasilannya.
6. Hasil kegiatan dapat dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan upaya
pemeliharaan melalui partisipasi masyarakat.
7. Untuk meningkatkan pembangunan nasional dan pemerataan pembangunan di tingkat
daerah provinsi / kabupaten / kota / kecamatan / hingga desa.
b. Dasar-dasar pengelolaan
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa;
4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ Tanggal 22 Maret 2005 perihal
Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah ;
5. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/286/SJ Tanggal 17 Pebruari 2006
perihal Pelaksanaan Alokasi Dana Desa;
6. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1784/2006 Tanggal 3 Oktober 2006
perihal Tanggapan atas Pelaksanaan ADD;
7. Perubahan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Desa dalam
proses perubahan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan desa (atau
dengan nama lain) sebagai sebuah pemerintahan yang otonom. Untuk melaksanakan fungsinya, desa
diberikan dana oleh Pemerintah melalui Pemerintahan atasan desa. Oleh karena itu, desa dibekali
dengan pedoman dan petunjuk teknis perencanaan dan pengelolaan keuangan desa. Menurut Ire
Yogyakarta good governance dalam pengelolaan keuangan desa meliputi:
1. Penyusunan APBDes dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
2. Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat diperoleh masyarakat.
3. APBDes disesuaikan dengan desa.
4. Pemerintah desa bertanggungjawab penuh atas pengelolaan keuangan.
5. Masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan melakukan
pengawasan atas penelolan keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa.
Diterbikannya Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa memberikan landasan bagi otonomi desa secara praktis, bukan hanya sekedar normatif.
Peraturan ini kemudian diikuti dengan Pemendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan
pembangunan desa, sehingga terdapat kesinambungan antara aturan mengenai perencanaan dan
pengelolaan keuangan desa.

Bab | 2 - 24
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2.1.4 Pengertian Pembangunan Perdesaan


Pembangunan berarti perubahan yang disengaja atau direncanakan untuk mengubah
keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki (Raharjo, 1995). Pembangunan
mengandung pengertian progresif atau gerak yang maju dan menuju kesejahteraan, bukan retrogesif
atau gerak yang mundur. Pembangunan masyarakat desa memiliki beberapa pengertian antara lain:
1. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat tradisional menjadi manusia
modern (Horton dan Hunt, 1976. Alex Inkeles. 1965);
2. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat dan rasa percaya
diri pada diri sendiri (Mukerjee dalam Bhattacharyya, 1972);
3. Pembangunan perdesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau membangun
pertanian (Mosher, 1974, Bertrand, 1958).
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, mengenai kaitan desa dengan kota maupun
wilayah yang lebih luas, maka pembangunan perdesaan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional dan pembangunan nasional merupakan sublimasi dan atau akumulasi dari pembangunan
perdesaan. Oleh sebab itu, pembangunan nasional harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat
perdesaan, dan pembangunan desa juga harus mempertimbangkan kepentingan nasional.
Pembangunan perdesaan di sini adalah pembangunan masyarakat dan lingkunaan perdesaan,
dalam rangka mencapai kesejahteraan, pemerataan, dan keadilan seluruh warga perdesaan. Dalam
kaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pembangunan masyarakat perdesaan adalah penguatan
kelembagaan sosial sesuai virtue yang dimiliki, penguatan ekonomi penduduk, dan penguatan
sumberdaya manusia perdesaan. Penguatan kelembagaan sosial meliputi penguatan tata nilai
setempat, social capital masyarakat, dan organisasi masyarakat setempat. Penguatan ekonomi meliputi
pengelolaan faktor-faktor produksi, peningkatan produksi, peningkatan pendapatan, dan peningkatan
tabungan masyarakat. Penguatan sumberdaya manusia meliputi penguatan pendidikan penduduk,
keterampilan penduduk, iman dan taqwa penduduk, kesehatan penduduk, dan sikap mental penduduk.
Sedangkan pembangunan lingkungan perdesaan adalah penyediaan sarana dan prasarana
permukiman perdesaan, seperti prasarana transportasi, prasarana penerangan, prasarana komunikasi,
prasarana air bersih, prasarana pembuangan limbah domestik, prasarana pendidikan, prasarana
kesehatan, dan prasarana sosial lainnya.
Pembangunan perdesaan dalam lingkup pemberdayaan masyarakat tentunya mengarah
kepada peningkatan kemandirian ekonomi, peningkatan demokratisasi, dan peningkatan kemampuan
organisasi atau lembaga lokal. Dengan demikian pembangunan perdesaan bukan tanggungjawab
pemerintah saja, tetapi juga tanggungjawab masyarakat perdesaan. Hal-hal yang menjadi urusan
masyarakat dan dapat dipecahkan oleh masyarakat perdesaan, maka menjadi tanggungjawab

Bab | 2 - 25
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

masyarakat perdesaan sendiri. Peran pemerintah hanya memfasilitasi dalam membuka akses ekonomi,
sosial dan politik, serta membagi wewenangnya dalam mengelola perdesaan.

2.1.5 Pembangunan Desa Dengan Pendekatan Desa Membangun


Dalam rangka mengurus kepentingan masyarakat Desa maka Desa berwenang untuk
melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Pembangunan Desa merupakan upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sementara itu, pemberdayaan masyarakat desa
merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa dengan
meningkatkan penegetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Kewenangan desa tersebut
meliputi: (1) kewenangan berdasarkan hak asal usul; (2) kewenangan lokal berskala desa; (3)
kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan. Kewenangan ke-(1) dan ke-(2) merupakan
kewenangan desa dalam konsep desa membangun, sementara itu kewenangan ke-(3) merupakan
kewenangan desa dalam konsep membangun desa.
Pembangunan Desa dilaksanakan untuk memenuhi setidaknya empat kebutuhan masyarakat
desa yaitu: (1) kebutuhan primer berupa sandang, pangan, dan papan; (2) pelayanan dasar berupa
pendidikan, kesehatan, transportasi, energi, dsb; (3) lingkungan berupa kohesivitas sosial, keamanan,
ketertiban, dsb; dan (4) kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Berdasarkan upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat desa tersebut, pembangunan desa dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
Dalam konteks ini, pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan mengkombinasikan dua
pendekatan pembangunan yaitu desa membangun dan membangun desa dengan tetap mengacu pada
semangat yang diamanatkan oleh UU Desa.

2.1.6 Pembangunan Desa Dengan Pendekatan Membangun Desa


Pembangunan desa yang mengacu pada pendekatan membangun desa merupakan sebuah
konsep pembangunan yang berbasis kondisi kawasan perdesaan (rural) yang perlu dilaksanakan dengan

Bab | 2 - 26
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

memperhatikan ciri khas kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang tinggal dan menetap
di kawasan perdesaan. Masyarakat di wilayah perdesaan pada umumnya masih memiliki dan
melestarikan berbagai kearifan lokal yang sangat terkait dengan kondisi geografis dan demografis,
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, serta kelembagaan desa. Sementara itu, masyarakat di wilayah
perdesaan pada umumnya masih menghadapi berbagai keterbatasan akses terhadap beberapa fasilitas
antara lain: infrastruktur pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur perekonomian
(perdagangan, akomodasi, dan keuangan) untuk memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, dan
papan), infrastruktur energi, serta infrastruktur transportasi, komunikasi, dan informasi. Permasalahan
lain yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah perdesaan yaitu relatif rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan multidimensionalitas kemiskinan.
Pembangunan desa dalam pendekatan membangun desa dilaksanakan sebagai bentuk
intervensi dalam rangka mengurangi tingkat kesejangan kemajuan antara wilayah perdesaan maupun
antara wilayah perdesaan dan perkotaan sebagai akibat dari pembangunan ekonomi yang selama ini
cenderung bias perkotaan (urban bias). Hingga saat ini, wilayah perkotaan cenderung dianggap telah
mengalami kemajuan dalam berbagai bidang yang tercermin dari berbagai indikator pembangunan,
sementara itu, wilayah perdesaan masih identik dengan berbagai keterbatasan dan keterbelakangan
dalam banyak aspek kehidupan.
Pembangunan desa kemudian diharapkan menjadi solusi bagi dinamika dan perubahan sosial
masyarakat desa yang menjadi lebih baik serta menjadikan desa sebagai basis perubahan dalam banyak
aspek kehidupan masyarakat. Lebih jauh lagi, sumber pertumbuhan ekonomi diharapkan untuk lebih
digerakkan ke wilayah perdesaan dengan maksud agar wilayah perdesaan menjadi tempat yang menarik
sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan yang layak. Infrastruktur di wilayah perdesaan,
seperti prasarana dan sarana pendidikan, kesehatan, perekonomian, energi, transportasi, komunikasi,
dan informasi serta infrastruktur lain yang dibutuhkan oleh masayarakat di wilayah perdesaan
harus dapat disediakan dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga memungkinkan wilayah
perdesaan menjadi berkembang dan maju.
Prioritas pembangunan berbasis kawasan perdesaan (rural-based development) disusun
dengan mengacu pada tujuh area pembangunan meliputi: (1) pemenuhan standar pelayanan minimum
untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan
geografisnya; (2) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di kawasan perdesaan; (3) penanggulangan kemiskinan
dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat di kawasan perdesaan dalam rangka pengembangan
pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan; (4) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan
untuk lebih mendorong keterkaitan perdesaan-perkotaan secara berkesinambungan; (5) pembangunan
sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, serta pemantapan demokrasi dan modal sosial

Bab | 2 - 27
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

masyarakat di kawasan perdesaan; (6) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur


pemerintahan Desa dan peningkatan fungsi kelembagaan Desa secara berkelanjutan; serta (7)
pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi,
fasilitasi, supervisi, dan pendampingan.
Terdapat dua hal menarik terkait dengan pembangunan desa hingga saat ini. Pertama,
program dan kegiatan pembangunan desa dengan pendekatan membangun desa yang telah
dilaksanakan oleh kementerian/lembaga, serta berbagai pemangku kepentingan terkait desa,
ternyata jumlahnya sangat banyak dan beragam, namun beberapa program tersebut pada umumnya
dianggap belum menjawab atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa, serta belum mengacu
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja Pembangunan
Desa (RKP Desa). Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak desa di Indonesia yang masih belum
memiliki RPJM Desa dan RKP Desa. Salah satu penyebab ketidaksinkronan pembangunan desa
tersebut adalah karena Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait pembangunan desa
tidak memiliki informasi yang memadai terkait kondisi dan kebutuhan desa di Indonesia yang jumlahnya
mencapai melebihi 74.093 desa. Pengumpulan bukti–bukti empiris mengenai kondisi nyata desa di
Indonesia menjadi suatu hal yang belum dapat dilakukan, mengingat adanya kendala terkait sumber
daya manusia, waktu, dan anggaran yang dibutuhkan untuk itu yang jumlahnya akan sangat besar.
Kendala tersebut tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang jangkauannya jauh terhadap seluruh desa,
namun juga dirasakan oleh pemerintah daerah yang secara lokus lebih dekat ke desa dan masyarakat
desa.
Kedua, saat ini pembangunan desa yang dilaksanakan di hampir seluruh desa di Indonesia
belum didasarkan pada suatu acuan baku berupa standar pelayanan minimal desa. Standar Pelayanan
Minimal Desa (SPM Desa) merupakan hak masyarakat desa terhadap pelayanan publik yang harus
disediakan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
pemerintah desa. Sampai saat ini SPM Desa dengan lingkup nasional masih belum tersedia. Meskipun
demikian, tidak ada salahnya apabila pemerintah daerah maupun pemerintah desa dapat menetapkan
SPM Desa terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat desa.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemenuhan SPM Desa hingga saat ini antara lain: (1)
kondisi dan kebutuhan masyarakat antara satu desa dengan desa lainnya yang berbeda–beda sehingga
SPM Desa menjadi tidak dapat diseragamkan baik aspek maupun volumenya; (2) sumber daya yang
masih terbatas baik sumber daya manusia maupun penganggarannya; dan (3) belum terbaginya
kewenangan/ urusan dari pemerintah, pemerintah daerah, dan pemerintah desa dalam
pemenuhan SPM Desa dengan mengacu pada UU Desa dan peraturan pelaksanaannya.
Adapun rujukan terkait aspek pemenuhan SPM Desa adalah UU Desa beserta peraturan
pelaksanaannya dimana disebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan

Bab | 2 - 28
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.2.1 Undang – undang No 6 Tahun 2015 Tentang Desa


Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat


setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Bab | 2 - 29
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Desa.

Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan


kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan


kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.

Pengaturan Desa berasaskan:


a. rekognisi;
b. subsidiaritas;
c. keberagaman;
d. kebersamaan;
e. kegotongroyongan;
f. kekeluargaan;
g. musyawarah;
h. demokrasi;
i. kemandirian;
j. partisipasi;
k. kesetaraan;
l. pemberdayaan; dan
m. keberlanjutan.

Pengaturan Desa bertujuan:


a. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya
sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;

Bab | 2 - 30
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

c. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;


d. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan
Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung
jawab;
f. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum;
g. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa
yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
h. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
i. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

2.2.1.1 Kedudukan Dan Jenis Desa

Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat.
Penyebutan Desa atau Desa Adat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat.

2.2.1.2 Penataan Desa


Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
melakukan penataan Desa. Penataan berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penataan bertujuan:

a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa;


b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan
e. meningkatkan daya saing Desa.

Penataan meliputi:
A. pembentukan
Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada.
Pembentukan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya
masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa. Pembentukan Desa harus memenuhi
syarat:

Bab | 2 - 31
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

a) batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
b) jumlah penduduk, yaitu:
1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala
keluarga;
2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga;
3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala
keluarga;
4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau
600 (enam ratus) kepala keluarga;
5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) jiwa atau 500
(lima ratus) kepala keluarga;
6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan
Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus) kepala
keluarga;
7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara
paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga;
8) wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu)
jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan
9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus)
kepala keluarga.
a. wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;
b. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai
dengan adat istiadat Desa;
c. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya ekonomi pendukung;
d. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah
ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
c) sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan
d) tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat
Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang disesuaikan
dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa. Pembentukan Desa
dilakukan melalui Desa persiapan. Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa induk.
Desa persiapan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu 1 (satu) sampai
3 (tiga) tahun. Peningkatan status dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi.

Bab | 2 - 32
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

B. penghapusan;
Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang
strategis.

C. penggabungan;
Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru berdasarkan
kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini.

D. perubahan status
Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat Desa. Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang
berubah menjadi kelurahan menjadi kekayaan/aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan
kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Kelurahan yang berubah status menjadi Desa, sarana dan prasarana menjadi milik Desa dan
dikelola oleh Desa yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat Desa. Pendanaan
perubahan status kelurahan sebagaimana dimaksud pada dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

E. penetapan Desa.
Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan
strategis bagi kepentingan nasional. Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau
perubahan status Desa menjadi kelurahan menjadi Desa ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau
perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa yang telah
mendapatkan persetujuan bersama Bupati/Walikota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
diajukan kepada Gubernur. Gubernur melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi
kelurahan atau kelurahan menjadi Desa berdasarkan urgensi, kepentingan nasional, kepentingan

Bab | 2 - 33
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

daerah, kepentingan masyarakat Desa, dan/atau peraturan perundang-undangan. Gubernur


menyatakan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 paling lama 20 (dua puluh) hari setelah menerima Rancangan Peraturan Daerah.
Dalam hal Gubernur memberikan persetujuan atas Rancangan Peraturan Daerah, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota melakukan penyempurnaan dan penetapan menjadi Peraturan Daerah
paling lama 20 (dua puluh) hari. Dalam hal Gubernur menolak memberikan persetujuan terhadap
Rancangan Peraturan Daerah, Rancangan Peraturan Daerah tersebut tidak dapat disahkan dan
tidak dapat diajukan kembali dalam waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan oleh Gubernur.
Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau tidak memberikan penolakan terhadap
Rancangan Peraturan dalam jangka waktu, Bupati/Walikota dapat mengesahkan Rancangan
Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah mengundangkannya dalam Lembaran
Daerah. Dalam hal Bupati/Walikota tidak menetapkan Rancangan Peraturan Daerah yang telah
disetujui oleh Gubernur, Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) hari setelah tanggal persetujuan Gubernur dinyatakan berlaku dengan sendirinya.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan
perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa diundangkan setelah
mendapat nomor registrasi dari Gubernur dan kode Desa dari Menteri. Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota disertai lampiran peta batas wilayah Desa.

2.2.1.3 Kewenangan Desa

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,


pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Kewenangan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa
diatur dan diurus oleh Desa. Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan
tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus
oleh Desa. Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi

Bab | 2 - 34
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan


Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Penugasan disertai biaya.
2.2.1.4 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Penyelenggaraan Pemerintahan


Desa berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;
c. tertib kepentingan umum;
d. keterbukaan;
e. proporsionalitas;
f. profesionalitas;
g. akuntabilitas;
h. efektivitas dan efisiensi;
i. kearifan lokal;
j. keberagaman; dan
k. partisipatif.

2.2.2 Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kabupauan Mentawai


2.2.2.1 Visi RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai

Visi Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan gambaran kondisi masa depan yang dicita-
citakan dan dapat terwujud dalam kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2017-2022. Visi juga harus
menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam
jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerahDengan
mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-isu
strategis, dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah. Visi
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2017-2022 adalah:

“Mentawai yang Mandiri, Maju dan Sejahtera”

2.2.2.2 Misi RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai

Upaya untuk mewujudkan visi Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, berikut
dijabarkan menjadi 5 (lima) misi pembangunan yaitu:

Bab | 2 - 35
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif.


2. Mewujudkan infrastruktur yang merata, berkualitas dan berwawasan lingkungan.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat yang berdaya saing berbasis maritim.
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, bersih, akuntabel dan melayani
5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dan berbudaya

2.2.2.3 Strategi dan Arah Kebijakan Menurut Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Kepualauan
Mentawai

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan upaya untuk mencapai visi, misi, tujuan dan
sasaran serta target kinerja RPJMD dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan. Strategi
dan arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2017-2022 disusun berdasarkan visi dan misi yang telah
ditetapkan dan dengan memperhatikan permasalahan pembangunan daerah serta isu-isu strategis yang
terkait dengan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Strategi dan arah kebijakan
pembangunan daerah tahun 2017-2022 pada setiap tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Tujuan, Sasaran, Strategi Jangka Menengah Daerah, 2017-2022

Visi: Mentawai yang Mandiri, Maju dan Sejahter


Misi 1: Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Produktif
Tujuan Sasaran Strategi
Terwujudnya sumber daya manusia Meningkatnya pemerataan, perluasan 1. Pengembagan pelayanan pendidikan
yang berkualitas akses dan mutu layanan pendidikan formal yang merata dan berkeadilan
2. Pengembangan profesionalisme
tenaga pendidik
3. Pengembangan sarana dan
prasarana pendidikan
4. Pengembangan sistem tata Kelola
manajemen pendidikan
5. Peningkatan keikutsertaan dalam
lomba-lomba bidang pendidikan
Meningkatnya akses dan mutu layanan 1. Pembangunan dan pengembangan
kesehatan layanan kesehatan dasar
2. Penyediaan dan pengembangan
sarana prasarana serta tenaga
kesehatan
Meningkatnya keterampilan hidup (Life 1. Pembangunan dan pengembangan
skill) sumber daya manusia pendidikan non formal dan informal
2. Pemberdayaan dan penguatan sosial
ekonomi masyarakat
Misi 2: Mewujudkan Infrastruktur yang merata, berkualitas dan berwawasan lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi
Terwujudnya pemerataan pembangunan Meningkatnya infrastruktur jalan yang Akselerasi pembangunan jalan melalui
berkualitas penyediaan infrastruktur jalan yang

Bab | 2 - 36
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Infrastruktur publik yang berkualitas berkualitas


Optimalisasi pendayagunaan sumber Akselerasi, pendayagunaan sumber
daya air daya air untuk meningkatkan
perekonomian dan kebutuhan air baku
Optimalisasi pengendalian daya rusak Percepatan pengendalian daya rusak air
air dengan memanfaatkan green belt dan
konstruksi yang adaptif
Meningkatnya pemanfaatan penataan Mengoptimalkan proporsi peruntukan
ruang wilayah kawasan budidaya pada pola ruang
RTRW kabupaten untuk mengakomodir
kebutuhan ruang pembangunan jangka
panjang
Meningkatnya penyelenggaraan Percepatan penyediaan sarana dan
transportasi prasarana lalu lintas, pelabuhan, serta
regulasi transportasi daerah
Meningkatnya kualitas layanan jaringan Mendorong penyediaan infrastruktur
telekomunikasi dan informatika jaringan telekomunikasi dan informatika
yang menjangkau ke seluruh wilayah
kabupaten dengan pola kerjasama
dengan pihak terkait
Meningkatkan ratio elektrifikasi dengan Mendorong pihak swasta dan
pembaruan energi pengembang untuk penyediaan energi
Pembangunan energi berbasis
komunitas
Memprioritaskan pengembangan energi
baru terbarukan
Misi 2: Mewujudkan Infrastruktur yang merata, berkualitas dan berwawasan lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi
Terpenuhinya kebutuhan perumahan Meningkatnya ketersediaan rumah layak 1. Mendorong pengembangan kawasan
bagi seluruh masyarakat huni perumahan oleh
Pemerintah/swasta/BUMD
2. Perbaikan rumah tidak layak huni bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR)
Terwujudnya lingkungan hidup yang Optimalisasi pengelolaan sumber daya 1. Percepatan pengembangan SPAM
berkualitas air untuk memenuhi kebutuhan air bersih Regional untuk IKK
2. Percepatan pengembangan
PAMSIMAS untuk kawasan perdesaan
Optimalisasi pengelolaan sanitasi Percepatan pembangunan sistem
(limbah, sampah dan drainase) pengelolaan limbah, sampah dan
berwawasan lingkungan drainase
Meningkatnya pengelolaan lingkungan 1. Kolaborasi antar pemangku
hidup yang berkelanjutan kepentingan dalam pengelolaan dan
pelestarian lingkungan yang
berkelanjutan
2. Pemanfaatan material lokal yang
efektif dan efisien serta ramah
lingkungan
Meningkatnya integrasi pencegahan dan Pengembangan desa dan kota yang
penanggulangan bencana saling ketergantungan /link dan match
untuk menghilangkan terjadinya enclave
Misi 3: Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat yang berdaya saing berbasis maritim
Tujuan Sasaran Strategi
Terwujudnya pembangunan ekonomi Meningkatnya pemerataan pendapatan 1. Pengembangan destinasi pariwisata

Bab | 2 - 37
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

yang berkualitas berbasis investasi masyarakat


2. Pengembangan destinasi pariwisata
berbasis
3. Pengembangan dan pengelolaan
sentra perikanan dan kelautan terpadu
4. Pengembangan dan diversifikasi
tanaman pangan
5. Pengembangan agribisnis
6. Pembangunan dan pengembangan
peternakan
7. Pengembangan industri berbasis
komoditas lokal
8. Pengembangan pasar regional
9. Pengembangan koperasi dan UMKM
yang mandiri
Terwujudnya ekonomi masyarakat yang Meningkatkan kesempatan kerja 1. Penyediaan dan penjaminan kredit
kuat modal kerja
2. Pengembangan ekonomi yang
seimbang dengan memperhatikan
pemberdayaan masyarakat
3. Menciptakan pelayanan perizinan
yang murah, cepat dan pasti
4. Menciptakan keunggulan yang
komparatif dan kompetitif dalam iklim
bisnis yang baik dan sehat
Terkendalinya inflasi daerah 1. Penyusunan regulasi dan
pengawasan distribusi perdagangan
barang dan jasa
2. Penyiapan cadangan pangan sebesar
10% untuk kebutuhan 1 bulan tersedia
Misi 4: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, bersih, akuntabel dan melayani
Tujuan Sasaran Strategi
Terwujudnya kualitas pelayanan publik Meningkatnya kualitas pelayanan publik 1. Pembinaan, perlindungan dan
yang efektif dan efisien pengembangan aparatur
2. Pemberian penghargaan berbasis
kinerja
3. Penempatan aparatur sesuai
kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki
Terwujudnya tata kelola pemerintahan Meningkatkan akuntabilitas kinerja 1. Penataan kerangka kelembagaan dan
yang bersih dan akuntabel pemerintah kerangka regulasi yang mendukung
produktivitas dan kinerja pemerintah
daerah
2. Peningkatan dan pengembangan
kualitas sarana dan prasarana aparatur
3. Meningkatkan fungsi koordinasi lintas
sektor dan kerjasama pemerintah
daerah
4. Membangun SAKIP (Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah)
Misi 5: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dan berbudaya
Tujuan Sasaran Strategi
Terwujudnya pelestarian dan Meningkatnya pemahaman dan 1. Penanaman nilai-nilai agama dan

Bab | 2 - 38
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

pengamalan nilainilai luhur budaya pengamalan nilai luhur budaya nilai-nilai luhur budaya bangsa sejak dini
bangsa 2. Penangkalan/ deradikalisme terhadap
paham-paham anti nilainilai agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa
3. Mendorong pengamalan agama dan
budaya bagi semua masyarakat
4. Penanaman nilai-nilai luhur budaya
mentawai bagi generasi muda
5. Pengembangan budaya mentawai
menjadi budaya nasional
6. Pengakuan dan perlindungan
masyarakat hukum adat mentawai
7. Pelestarian dan revitalisasi budaya
mentawai
Terwujudnya kehidupan masyarakat Terwujudnya kehidupan masyarakat 1. Pengembangan kerjasama antar
yang aman dan harmonis yang aman dan harmonis golongan dan antar budaya
2. Pembinaan
kelembagaankelembagaan agama dan
masyarakat
3. Perlindungan dan pemenuhan hak
anak
4. Pembangunan responsif gender
Sumber: RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2017 - 2022

2.2.2.4 Prioritas Pembangunan RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai

Merumuskan program prioritas pembangunan daerah sangat penting dalam RPJMD karena hasil
perumusan program pembangunan daerah menghasilkan rencana pembangunan yang konkrit dalam
bentuk program prioritas. Perumusan program prioritas pembangunan daerah adalah inti dari
perencanaan strategis itu sendiri yang mampu merefleksikan tujuan strategis kepala daerah dalam 5
(lima) tahun. Perumusan strategi, arah kebijakan, program prioritas pembangunan daerah pada
perubahan RPJMD disusun berdasarkan analisa hasil evaluasi pencapaian pembangunan (3 tahun).
Begitu juga telah menyesuaikan proyeksi kondisi sosial, ekonomi masyarakat sebagai dampak Pandemi
Covid-19 di Kepulauan Mentawai. Secara makro, struktur perekonomian yang bertumpu pada sektor
primer (pertanian, perkebunan, perikanan) sangat membantu dalam memitigasi dan memiliki daya tahan
ekonomi yang cukup untuk menanggulangi dampak Pandemi Covid-19 di Kepulauan Mentawai.

Tujuan pembangunan daerah didefinisikan dalam bentuk strategi pembangunan, kebijakan


umum, program prioritas dan kegiatan. Bila berisifat makro maka dijabarkan ke dalam strategi
pembangunan, kebijakan umum, yang bersifat mikro maka akan didefinisikan dalam bentuk program
(outcame) dan kegiatan (output). Prioritas pembangunan jangka menengah daerah antara lain:

Tabel 2.2
Program Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2017-2022

Bab | 2 - 39
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Visi: Mentawai yang Mandiri, Maju dan Sejahter


Misi 1: Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Produktif
Tujuan Sasaran Program
Terwujudnya sumber daya manusia Meningkatnya pemerataan, perluasan Program Pengelolaan Pendidikan
yang berkualitas akses dan mutu layanan pendidikan Program Pengembangan Kurikulum
Program Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Program Pengendalian Perizinan
Pendidikan
Program Pembinaan Perpustakaan
Meningkatnya akses dan mutu layanan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan
kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan
Masyarakat
Program Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan Dan Makanan Minuman
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Manusia Kesehatan
Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan
Meningkatnya keterampilan hidup (Life Program Pembinaan Keluarga
skill) sumber daya manusia Berencana
Program Pemberdayaan dan
Peningkatan Keluarga sejahtera (KS)
Program administrasi pemerintahan
desa
Program Pengembangan Kapasitas
Daya Saing Kepemudaan
Program Pengembangan Kapasitas
Daya Saing Keolahragaan
Program Pemberdayaan Sosial
Program Rehabilitasi Sosial
Program Perlindungan dan Jaminan
Sosial
Misi 2: Mewujudkan Infrastruktur yang merata, berkualitas dan berwawasan lingkungan
Tujuan Sasaran Program
Terwujudnya pemerataan pembangunan Meningkatnya infrastruktur jalan yang Program Penyelenggaraan Jalan
Infrastruktur publik yang berkualitas berkualitas Program Pengembangan Jasa
Konstruksi
Optimalisasi pendayagunaan sumber Program Pengelolaan Sumber Daya Air
daya air (SDA)
Optimalisasi pengendalian daya rusak Program Pengelolaan Sumber Daya Air
air (SDA)
Meningkatnya pemanfaatan penataan Program Penyelenggaraan Penataan
ruang wilayah Ruang
Program Penataan Bangunan dan
Lingkungannya
Meningkatnya penyelenggaraan Program Penataan Bangunan dan
transportasi Lingkungannya
Program Pengelolaan Pelayaran
Program Pengelolaan Penerbangan
Meningkatnya kualitas layanan jaringan Program Informasi dan Komunikasi
telekomunikasi dan informatika Publik
Program Aplikasi Informatika

Bab | 2 - 40
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Program Penyelenggaraan Persandian


untuk Pengamanan Informasi
Meningkatkan ratio elektrifikasi dengan Program Perekonomian dan
pembaruan energi Pembangunan
Terpenuhinya kebutuhan perumahan Meningkatnya ketersediaan rumah layak Program Pengembangan Perumahan
bagi seluruh masyarakat huni Program Kawasan Pemukiman
Terwujudnya lingkungan hidup yang Optimalisasi pengelolaan sumber daya Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
berkualitas air untuk memenuhi kebutuhan air bersih Penyediaan Air Minum
Optimalisasi pengelolaan sanitasi Program Pengembangan Sistem
(limbah, sampah dan drainase) Pengelolaan Persampahan Regional
berwawasan lingkungan Program Pengelolaan Persampahan
Program Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Air Limbah
Program Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Drainase
Program Peningkatan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum (PSU)
Meningkatnya pengelolaan lingkungan Program Pengendalian Pencemaran
hidup yang berkelanjutan dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
Program Pengelolaan Keanekaragaman
Hayati (Kehati)
Program Pembinaan dan Pengawasan
Terhadap Izin Lingkungan Dan Izin
Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH)
Meningkatnya integrasi pencegahan dan Program Penanggulangan Bencana
penanggulangan bencana Program Penanggulangan Kebakaran
Program Penanggulangan Kebakaran
Misi 3: Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat yang berdaya saing berbasis maritim
Tujuan Sasaran Program
Terwujudnya pembangunan ekonomi Meningkatnya pemerataan pendapatan Program Pemasaran Pariwisata
yang berkualitas Program Peningkatan Daya Tarik
Destinasi Pariwisata
Program Peningkatan Diversifikasi Dan
Ketahanan Pangan Masyarakat
Program Penyediaan Dan
Pengembangan Prasarana Pertanian
Program Penyediaan Dan
Pengembangan Sarana Pertanian
Program Penyuluhan Pertanian
Program Pengendalian Kesehatan
Hewan Dan Kesehatan Masyaraka
veteriner
Program Pengendalian Dan
Penanggulangan Bencana Pertanian
Program Pengelolaan Perikanan
Tangkap
Program Pengelolaan Perikanan
Budidaya
Program Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil Perikanan
Program Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil Perikanan industri

Bab | 2 - 41
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Program Pengendalian Izin Usaha


Industri
Program Pemberdayaan Usaha
Menengah, Usaha Kecil, dan Usaha
Mikro (UMKM)
Program Pengembangan UMKM
Terwujudnya ekonomi masyarakat yang Meningkatkan kesempatan kerja Program Pelatihan Kerja dan
kuat Produktivitas Tenaga Kerja
Program Penempatan Tenaga Kerja
Program Pelayanan Izin Usaha Simpan
Pinjam
Program Pengawasan dan Pemeriksaan
Koperasi
Program Pendidikan Dan Latihan
Perkoperasian
Program Pemberdayaan Dan
Perlindungan Koperasi
Program Penggunaan Dan Pemasaran
Produk Dalam Negeri
Program Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
Program Promosi Penanaman Modal
Program Pelayanan Penanaman Modal
Program Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
Terkendalinya inflasi daerah Program Perizinan Dan Pendaftaran
Perusahaan
Program Pengingkatan Sarana Distribusi
Perdagangan
Program Stabilisasi Harga Barang
Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting
Program Standardisasi Dan
Perlindungan Konsumen
Misi 4: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, bersih, akuntabel dan melayani
Tujuan Sasaran Program
Terwujudnya kualitas pelayanan publik Meningkatnya kualitas pelayanan publik Program perencanaan, pengendalian
yang efektif dan efisien dan evaluasi pembangunan daerah
Program koordinasi dan sinkronisasi
perencanaan pembangunan daerah
Program penelitian dan pengembangan
daerah
Program Penyelenggaraan Statistik
Sektoral
Program Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Program Kepegawaian Daerah
Program Penyelesaian Ganti Kerugian
dan Santunan Tanah untuk
Pembangunan
Program Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pelayanan Publik
Program Pemberdayaan Masyarakat
Desa dan Kelurahan

Bab | 2 - 42
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Program Penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan Umum
Program Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintahan Desa
Program Pendaftaran Penduduk
Program Pencatatan Sipil
Program Pengelolaan Profil
Kependudukan
Program Penataan Desa
Program Administrasi Pemerintahan
Desa
Terwujudnya tata kelola pemerintahan Meningkatkan akuntabilitas kinerja Program Administrasi Pemerintahan
yang bersih dan akuntabel pemerintah Desa
Program Pengelolaan Barang Milik
Daerah
Program Pengelolaan Pendapatan
Daerah
Program Penyelenggaraan Pengawasan
Program Perumusan
Kebijakan, Pendampingan dan Asistensi
Program Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat
Program Perekonomian dan
Pembangunan
Program Dukungan Pelaksanaan Tugas
dan Fungsi DPRD
Program Pengelolaan Arsip
Program Perlindungan dan
Penyelamatan Arsip
Program Penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Misi 5: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dan berbudaya
Tujuan Sasaran Program
Terwujudnya pelestarian dan Meningkatnya pemahaman dan Program pengembangan kebudayaan
pengamalan nilainilai luhur budaya pengamalan nilai luhur budaya Program Pengakuan Keberadaan
bangsa Masyarakat Hukum Adat (MHA),
Kearifan Lokal DAN Hak MHA yang
terkait dengan PPLH
Program Pengembangan Kesenian
Tradisional
Program Pemberdayaan Lembaga
Kemasyarakatan, Lembaga Adat dan
Masyarakat hukum Adat
Terwujudnya kehidupan masyarakat Meningkatnya kehidupan masyarakat Program peningkatan ketentraman dan
yang aman dan harmonis yang ramah anak dan gender ketertiban umum
Program perlindungan perempuan
Program Pemenuhan Hak Anak (PHA)
Program perlindungan khusus anak
Program pengarustamaan gender dan
pemberdayaan perempuan
Program penguatan ideologi pancasila
dan karakter kebangsaan
Program peningkatan peran partai politik

Bab | 2 - 43
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

dan lembaga pendidikan melalui


pendidikan politik dan pengembangan
etika serta budaya politik
Program pemberdayaan dan
pengawasan organisasi
Kemasyarakatan
Program pembinaan dan pengembangan
ketahanan ekonomi, sosial dan budaya
Program peningkatan kewaspadaan
nasional dan peningkatan kualitas dan
fasilitasi penanganan konflik Sosial
Sumber: RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2017 - 2022

2.2.3 Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kabupauan Mentawai


2.2.3.1 Visi RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan
pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi harus dapat menunjukkan gambaran masa
depan yang ideal bagi masyarakat/daerah dan merupakan suatu pernyataan umum yang menjadi
dasar/basis bagi semua elemen atau semua pelaku (stakeholders) dalam operasionalisasi perencanaan
pembangunan daerah. Visi bukan hanya mimpi atau serangkaian harapan, namun suatu komitmen dan
upaya merancang serta mengelola perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan 20 tahun ke depan.
Visi harus didasarkan pada realita dan harus dapat menunjukkan gambaran masa depan yang ideal bagi
pembangunan daerah dan masyarakat.
Visi Kabupaten Kepulauan Mentawai dirumuskan, dibahas dan disepakati bersama oleh seluruh
pemangku kepentingan pembangunan daerah karena visi merupakan dasar bagi para stakeholders dalam
operasionalisasi perencanaan pembangunan daerah. Perumusan visi dilakukan untuk menindaklanjuti
hasil analisis isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah untuk menemukan perwujudan
visi. Hasil perumusan visi Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah : “Menjadi Kabupaten Maritim Yang
Terkemuka di Pantai Barat Sumatera 2025”

2.2.3.2 Misi RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi. Misi juga dapat dipandang sebagai pilihan jalan (the chosen track) bagi pemerintahan daerah dalam
menyediakan dan menyelenggarakan layanan bagi masyarakat dan aktivitas pembangunan pada
umumnya bagi stakeholder pembangunan secara keseluruhan. Misi merupakan hal penting dirumuskan
untuk membantu untuk menggambarkan visi secara lebih jelas yang ingin dicapai dan upaya yang ingin
dilakukan untuk mencapai visi. Misi dalam RPJPD harus mampu menaungi berbagai tema pembangunan
dalam tahapan 4 tahun ke depan.

Bab | 2 - 44
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Perumusan misi merupakan suatu upaya menyusun sistematika berupa pola perjalanan
pemerintahan daerah dalam rangka mengembangkan program-program prioritas untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan pelayanan masyarakat lebih efektif, efisien dan terukur.
1. Mewujudkan Kehadiran Pemerintah dalam Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih, Efektif dan
Terpercaya
2. Mewujudkan Masyarakat maritim Yang Maju, Sehat, Berbudaya, berbasis Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
3. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Berdasarkan Keunggulan Komparatif Dan Kompetitif
Berbasis Maritim yang Berkelanjutan
4. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Yang Berkeadilan Sesuai Daya Dukung dan Fungsi
Ruang

2.2.3.3 Arah Kebijakan RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai

Visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2005-2025 adalah :
“Menjadi Kabupaten Maritim Yang Terkemuka di Pantai Barat Sumatera 2025”.
Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, dirumuskan tujuan dan sasaran pokok serta
indikator target yang hendak dicapai 20 tahun mendatang. Sasaran pokok merupakan langkah yang
hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Arah Kebijakan adalah instrumen perencanaan
yang memberikan paduan kepada pemerintah daerah agar lebih terarah dalam menentukan dan
mencapai tujuan.
Tahapan dan prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak
diselesaikan berkaitan dengan pengaturan waktu. Penekanan prioritas dalam tahapan berbeda-beda,
tetapi memiliki kesinambungan dari suatu periode ke periode lainnya dalam rangka mencapai sasaran
pokok pembangunan jangka panjang daerah.

Tabel 2.3
Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


Misi 1: 1. Mewujudkan kualitas 1. Meningkatkan kualitas 1. Meningkatkan kualifikasi
Mewujudkan Kehadiran pelayanan publik yang prima sumber daya aparatur dan kompetensi ASN
Pemerintah dalam Tata 2. Meningkatkan disiplin
Kelola Pemerintahan Yang pegawai
Bersih, Efektif dan 2. Meningkatkan 1. Mendorong terbentuknya
Profesional profesionalisme aparatur jabatan fungsional sesuai
pemerintah dengan kompetensi dan
kinerja
2. Mewujudkan sistem karir
berbasis kompetensi dan
kinerja

Bab | 2 - 45
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


3. Pemberian insentif dan
disinsentif berdasarkan
kinerja
4. Seluruh pelayanan publik
memiliki SOP dan SPM
5. Memperbaiki sistem
pelayanan publik / perizinan
kearah pelayanan yang lebih
sederhana, transparan dan
pasti
6. Membangun sistem tata
kelola pemerintahan dengan
aplikasi e-goverment
2. Mewujudkan tata kelola 1. Peningkatan kualitas 1. Membangun sistem
pemerintahan yang bersih, perencanaan, pengendalian Perencanaan Pembangunan
efektif dan efisien dan pengawasan Daerah yang efektif,
pembangunan partispatif dan transparan
2. Membangun sistem
Pengendalian, Monitoring,
Evaluasi dan Pelaporan yang
efektif
3. Memperkuat sistem
pengawasan (SPIP);
2. Peningkatan sinergitas tata 1. Membentuk organisasi
Kelola pemerintahan perangkat daerah (OPD)
yang efektif dan efisien berciri
kepulauan (SOTK)
2. Mengembangkan
kerjasama pemerintah
dengan swasta
3. Pemerintahan yang 1. Menigkatkan akuntabilitas 1. Penyusunan akuntabilitas
akuntabel dan berkinerja kinerja pemerintah kinerja yang terukur dengan
Indikator Kinerja Utama (IKU)
setiap instansi OPD
2. Nilai Opini WTP atas
LKPD
Misi II. 1. Meningkatnya kualitas 1. Peningkatan aksebilitas 1. Pengembangan pendidikan
Mewujudkan Masyarakat sumber daya manusia dan kualitas layanan usia dini sampai perguruan
Yang Maju, Sehat, Berbasis pengetahuan dan pendidikan tinggi
Berbudaya, berbasis Ilmu teknologi 2. Memberikan beasiswa
Pengetahuan dan Teknologi kepada siswa miskin
berprestasi sampai
pendidikan tinggi
3. Pendidikan gratis SDSMP
4. Meningkatkan budaya
literasi masyarakat
5. Sekolah Inti 1 setiap
Kecamatan untuk setiap
jenjangpendidikan
6. Mendorong Pendirian
PerguruanTinggi/Politeknik
7. Wajib Belajar 12 Tahun
2. Meningkatnya derajat 1. Peningkatan aksesibilitas 1. Penyediaan sarana dan
dan kualitas layanan kesehatan yang merata

Bab | 2 - 46
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat dan berkualitas
2. Penyediaan tenaga
kesehatan yang profesional
3. Memberikan jaminan
Perlindungan kesehatan
masyarakat 100 persen
2. Meningkatkan kesehatan 1. Pemberian makanan
Ibu dan anak tambahan dan vitamin
serta pemeriksaan
tumbuh kembang anak balita
2. Pemberian imunisasi dasar
lengkap
3. Pemberian asuhan ante
natal care dan post natal care
kepada ibu hamil melahirkan
3. Meningkatkan prilaku hidup 1. Promosi prilaku hidup
bersih dan sehat bersih dan sehat
2. Penyediaan air minum
dan penyehatan lingkungan
3. Meningkatkan jati 1. Peningkatan peran serta 1. Pelibatan masyarakat
diri dan masyarakat dalam dalam pengambilan
kebanggaan pembangunan keputusan
sebagai 2. Mendorong partisipasi
masyarakat dan peberdayaan masyarakat
Mentawai. di dalam pembangunan
3. Terbentuknya masayarakat
Hukum adat
2. Peningkatan 1. Pemberdayaan dan
prestasi generasi Pembinaan pemuda
muda dalam pembangunan
4. Meningkatnya 1. Meningkatkan 1. Pengembangan pendidikan
produktifitas mentalitas/etos life skill/vokasional
tenaga kerja kerja masyarakat 2. Pengembangan
kewirausahaan
(enterpreneurship) melalui
pelatihan dan pemberian
modal kerja (start up)
3. Pelatihan bagi calon
pekerja (magang)
2. Pembangunan sistem 1. Meningkatkan
inovasi daerah pemanfaatan teknologi
tepat guna yang ramah
lingkungan
2. Pembangunan technopark
5. Terkendalinya 1. Pengendalian laju 2. Membuka lapangan
urbanisasi urbanisasi kerja di desa
3. Pembangunan agroindustri
di desa
Misi III : 1. Tercapainya pertumbuhan 1. Pengelolaan 1. Membangun kawasan
Meningkatkan ekonomi yang tinggi dan dan pariwisata berkelas dunia ekonomi khusus (KEK)
Perekonomian transformasi struktur Pariwisata
Masyarakat perekonomian 2. Membangun pariwisata
Berdasarkan berbasis masyarakat
Keunggulan 2. Pengelolaan Pertanian 1. Pembangunan agroindustri

Bab | 2 - 47
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


Komparatif Dan terpadu dan agribisnis terpadu
Kompetitif Berdasarkan keunggulan
Berbasis Maritim masingmasing pulau serta
yang pemasaran hasilnya
Berkelanjutan 3. Pengelolaan Sumber 1. Pengembangan kelautan
daya laut dan perikanan terpadu
melalui optimalisasi dan
modernisasi
pemanfaatan dan pengolahan
serta pemasaran hasil
perikanan
4. Pembangunan industri 1. Memberikan permodalan
berbasis rumah tangga dan pelatihan usaha
5. Pengelolaan UMKM, 1. Mendorong sektor
koperasi, BUMD dan informal ke sektor formal
BUMDes yang dengan kemudahan fasilitas
mandiri perizinan
2. Pembangunan BUMDes
dan BUMD untuk
sektor-sektor strategis
3. Membangun jaringan
pasar regional nasional
dan internasional
4. Mendorong penyediaan
pembiayaan melalui pendirian
bank/BPR di setiap
kecamatan
2. Pembangunan 1. Pengelolaan dan 1. Pembentukan hutan
kehutanan disertai dengan pemanfaatan hutan secara adat dan hutan
Perlindungan dan lestari kemasyarakatan
Konservasi Sumber Daya 2. Pemanfaatan Hutan
Alam Mangrove untuk objek
pariwisata dan penelitian
2. Perlindungan ekosistem 1. Kerjasama pemerintah
secara berkelanjutan daerah dengan pemerintah
pusat untuk mendukung
pelaksanaan regulasi
terhadap perlindungan
satwa endemik Mentawai dan
ekosistem hutan
3. Meningkatnya investasi 1. Peningkatan investasi 1. Memberikan fasilitas
daerah swasta pada sektorsektor kemudahan perizinan
produktif 2. Menyiapkan bank
tanah
3. Memberikan insentif
terhadap investor
2. Peningkatan 1. Meningkatkan alokasi
investasi APBD untuk belanja
pemerintah untuk modal diatas 70%
pelayanan dasar 2. Membangun BLUD dan
BUMD untuk sektorsektor
strategis dan pelayanan
dasar
Misi IV ; 1. Terciptanya pemerataan 1. Pembangunan infrastruktur 1. Pembangunan jalan

Bab | 2 - 48
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


Mewujudkan dan pembangunan seluruh poros utama (trans Mentawai)
Pemerataan pembangunan dan sektor yang merata 2. Pembangunan jalan
Pembangunan pengembangan wilayah yang terkoneksi dan terintegrasi di lingkar di setiap pulau
Yang Berkeadilan terencana, terintegrasi dan setiap pulau berbasis mitigasi (lokal sekunder)
Sesuai Daya berbasis mitigasi bencana bencana 3. Pembangunan jalan ke
Dukung dan pusat-pusat pertumbuhan
Fungsi Ruang; 4. Pembangunan pelabuhan
laut dan penyeberangan
5. Pembangunan bandara
Pei-pei, Rokot, dan Minas
6. Pembangunan dan
pengelolaan air baku
7. Pembangunan energi
8. Pembangunan
telekomunikasi dan
informatika
2. Terciptanya hubungan dan 1. Pengembangan desa dan
keterkaitan antara kawasan kota yang saling
perkotaan dan kawasan ketergantungan untuk
perdesaan yang saling menghilangkan terjadinya
menguntungkan melalui enclave dengan cara
pengembangan wilayah membangun link and match
komoditi pertanian dan
industri
2. Pengembangan sistem
moda transportasi lokal
berbasis kepulauan
3. Pengembangan wilayah
strategis dan cepat tumbuh
2. Menurunnya 1. Peningkatan Pendidikan 1. Pendidikan gratis 9 tahun
tingkat kemiskinan dan layanan kesehatan 2. Memberikan beasiswa
bagi masyarakat miskin miskin
3. Memberikan jaminan
kesehatan miskin
4. Memberikan jaminan
persalinan untuk masyarakat
miskin
2. Membuka lapangan 1. Pemberdayaan
pekerjaan bagi masyarakat masyarakat miskin dalam
miskin usaha-usaha produktif
2. Memberikan akses
permodalan
3. Terpenuhinya 1. Penyelenggaraan 1. Pengurangan kawasan
Kebutuhan perumahan perumahan yang kumuh perkotaan
beserta sarana dan berkelanjutan, layak dan 2. Akses sanitasi dan air
prasarana pendukungnya terjangkau oleh seluruh bersih 100 0 100
lapisan masyarakat sesuai 3. Memberikan bantuan
kemampuan daya belinya stimulan rumah layak
huni bagi MBR
4. Menyiapkan KASIBA
dan LISIBA
5. Mendorong
pengembang untuk
mendapatkan akses

Bab | 2 - 49
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Misi Tujuan Sasaran Pokok Arah Kebijakan


pembiayaan
6. Membangun ruang terbuka
hijau di setiap kawasan
pemukiman
Sumber: RPJPD Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2005 -2025

2.2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kabupauan Mentawai


2.2.4.1 Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai
A. Rencana Sistem Pengelolaan Perkotaan dan Sisem Pusat Kegiatan
Rencana sistem pusat kegiatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai di dasarkan kepada
kebijakan nasional (RTRWN) dan kebijakan Provinsi Sumatera Barat (RTRWP) adalah :
1. Penetapan berdasarkan kebijakan nasional dalam RTRW Nasional, Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) di Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di Pulau Sibarubaru dan Pulau
Nyiau. Kedua pulau ini merupakan pulau terluar dari wilayah Indonesia di bagian barat, dan
terkait dengan kepentingan pertahanan dan keamanan.

2. Penetapan berdasarkan kebijakan nasional dalam RTRW Nasional, Muara Siberut


merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Muara Siberut adalah ibukota Kecamatan Siberut
Selatan berada di Pulau Siberut,. Letak Muara Siberut yang strategis akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan
dikarenakan terdapat (Taman Nasional Siberut) dan tetap mengoptimalkan daya layaknya
secara regional (lintas kabupaten) berfungsi sebagai:
 Pusat Pelayanan Pemerintahan
 Pusat Pelayanan Perdagangan
 Pusat Pelayanan Transportasi
 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi
 Pusat Pelayanan Pariwisata (Alam & Budaya)
 Taman Nasional Siberut

3. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Tuapejat berdasarkan arahan kebijakan RTRW
Provinsi Sumatera Barat. Tuapejat adalah ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai berada di
Pulau Sipora, Kecamatan Sipora Utara. Adapun fungsi dari Tuapejat adalah :
 Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten
 Pusat Pelayanan Transportasi Lokal dan Regional
 Pusat Informasi dan Perhubungan di wilayah Kabupaten

Bab | 2 - 50
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

 Pelayanan Sosial dan Ekonomi di wilayah Kabupaten


 Pusat Permukiman Perkotaan
 Pusat Pariwisata (Bahari)
Pertumbuhan Kota Tuapejat diperkirakan akan mengalami lonjakan bila bandara rokot
dikembangkan nantinya, dimana keadaan ini didukung dengan adanya lokasi atau titik
surving yang diminati oleh peselancar mancanegara .dan untuk perkembangannya perlu
didukung dengan pembangunan Jaringan Jalan yang menghubungkan simpul PKL dan PPL
(Sioban).
4. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Sikakap berdasarkan arahan kebijakan
RTRW Propinsi Sumatera Barat. Sikakap adalah Ibukota Kecamatan Sikakap. Dan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang memilki skala pelayanan kegiatan antar desa dan
beberapa kecamatan, fasilitas pelayanan dan penghidupan sosial ekonomi relatif lebih
berkembang dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kota Sikakap juga didukung oleh
keberadaan Bandara Minas yang di fungsikan sebagai dalam antisipasi penanggulangan
bencana .dan merupakan pelabuhan transito baik antar wilayah di Mentawai maupun dengan
wilayah lain. Adapun fungsi dari Kota Sikakap adalah sebagai berikut :
 Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan
 Pusat pelayanan perdagangan skala kecamatan dan sekitarnya
 Pusat pelayanan transportasi skala wilayah
 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan dan sekitarnya
 Pusat kegiatan perikanan (Minapolitan)

5. Penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi Sioban, Km 37, Pei-pei.


a. Sioban (Kecamatan Sipora Selatan)
Kota Sioban merupakan ibukota Kecamatan Sipora Selatan, dengan posisinya yang
berada satu pulau dengan Kota Tuapejat sebagai pusat pemerintahan kabupaten,
diharapkan akan mendapat pengaruh yang besar dari posisinya tersebut dalam
mendukung perkembangan perekonomian wilayah. Dengan menempatkan Sioban
sebagai salah satu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), diharapkan antisipasi sejak dini
sudah dipersiapkan dalam mendukung perkembangan wilayah ini kedepannya.
Berbagai kegiatan pengembangan ekonomi diharapkan akan tumbuh pada wilayah yang
menjadi hinterland ibukota kabupaten ini, terlebih dengan keberadaan Pelabuhan Sagitci
yang akan ditingkatkan pelayanannya. Fungsi pelayanan kegiatan kawasan akan
melayani fungsi sebagai berikut :

Bab | 2 - 51
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

 Pusat pelayanan pemerintahan skala kawasan;


 Pusat pelayanan sosial ekonomis skala kawasan;
 Pusat Pelayanan Transportasi skala kawasan.

b. Km 37 (Kecamatan Pagai Selatan)


Kecamatan Pagai Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Pagai Utara Selatan,
dengan ibukota Bulasat yang rencana awal berfungsi sebagai PPK. Namun setelah
terjadi bencana gempa dan tsunami tahun 2010, relokasi permukiman masyarakat di
pindahkan ke KM 37 sesuai dengan program rehab-rekon kabupaten kepulauan
mentawai yang berbasis mitigasi bencana sehingga untuk pusat pelayanan kawasan di
Kecamatan Pagai Selatan direncanakan di km 37 yang memberikan layanan antar desa
bagi kegiatan skala antar desa sebagai berikut:
 Pusat pelayanan pemerintahan skala kawasan
 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kawasan
 Pusat pelayanan transportasi skala kawasan

c. Pei-pei (Kecamatan Siberut Barat Daya)


Kecamatan Siberut Barat Daya juga merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan
Siberut Selatan. Kecamatan Siberut Barat Daya dengan ibukota Pei-pei merupakan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Wilayah Kecamatan Siberut Barat Daya didominasi
oleh kehutanan, khususnya Taman Nasional Siberut. Oleh karena itu potensi
pengelolaan produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini. Fungsi pelayanan kegiatan
antar kawasan akan melayani fungsi sebagai berikut :
 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa
 Pusat pelayanan sosial ekonomis skala desa

 Pusat pelayanan pariwisata bahari skala wilayah


Dengan potensi utama kehutanan termasuk Kawasan Taman Nasional diharapkan
kecamatan Siberut Barat Daya dapat berkembang dalam pariwisata bahari dan
pariwisata berbasis alam. Untuk menunjang Sektor tersebut perlu Pembangunan
Bandara Udara untuk memperlancar Aksesbilitas dari titik titik Lokasi Pariwisata, serta
Pengamanan dan Pertahanan dalam Wilayah NKRI dimana Pulau Nyiau di Wilayah
Siberut barat Daya dan Pulau Sibaru-baru di Wilayah Pagai Selatan merupakan Pulau
terluar dari Wilayah NKRI.

Bab | 2 - 52
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

6. Penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), meliputi Saibi Samukop, Saumanganya,


Muara Sikabaluan, Silabu dan Simalegi Betaet.
a. Saibi Samukop (Siberut Tengah)
Saibi Samukop adalah ibukota Kecamatan Siberut Tengah yang merupakan hasil
pemekaran dari Kecamatan Siberut Utara. Wilayah Kecamatan Siberut Tengah
didominasi oleh kehutanan, khususnya Taman Nasional Siberut. Oleh karena itu potensi
pengelolaan produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini dengan pusat pelayan
kegiatan antar desa yang fungsi sebagai berikut :
 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa
 Pusat pelayanan perdagangan skala desa
 Pusat pelayanan transportasi skala lokal
 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala desa
b. Saumanganya (Kecamatan Pagai Utara)
Kecamatan Pagai Utara dengan Ibukota Kecamatan Saumanganya dengan fungsi
utama adalah sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang memberikan layanan
antar desa bagi kegiatan skala antar desa dengan pembangunan jaringan jalan dan
pelabuhan dalam menunjang pertumbuhan perekonomiannya serta menunjang Sektor
Pariwisata. Lingkup Pelayanan mencakup sebagai :
 Pusat pelayanan pemerintahan (skala pelayanan desa)
 Pusat pelayanan transportasi (skala pelayan desa)
 Pusat Pelayan Pariwisata di Wilayah Kabupaten
 Pusat pelayanan sosial ekonomi (skala pelayan desa)

c. Muara Sikabaluan (Kecamatan Siberut Utara)


Muara Sikabaluan sebagai ibu kota Kecamatan Siberut Utara merupakan Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL). Beberapa fasilitas dan infrastruktur sebagian sudah
tersedia dan merupakan pusat pelayan antar desa dan kecamatan yaitu dimana
sebagian kecil wilayah nya termasuk Taman Nasional dimana potensi pengelolan
produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini dengan pusat pelayan kegiatan antar
desa. Muara Sikabaluan merupakan Kawasan Rawan Bencana, dimana kontur daerah
nya cukup datar sehingga kalau terjadi (Gelombang Besar dan Tsunami) akan
memakan korban jiwa yang sangat banyak. Untuk kedepannya Ibukota Siberut Utara,
Muara Sikabaluan dipindahkan ke Dusun Tamairang beserta Relokasi Pemukimannya.
Dimana kawasan Dusun Tamairang lebih tinggi dari permukaan laut serta jauh dari
pantai, yang nanti berfungsi sebagai pusat pelayanan sebagai berikut :

Bab | 2 - 53
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa


 Pusat pelayanan perdagangan skala desa
 Pusat pelayanan transportasi skala wilayah
 Pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala desa

d. Silabu (Kecamatan Pagai Utara)


Silabu merupakan daerah yang terkena bencana dan di relokasi ke daerah aman. Silabu
sebagai pusat permukiman baru di arahkan menjadi pusat pelayanan lingkungan
sehingga dapat mempercepat pengembangan wilayah baru.

e. Simalegi Betaet (Kecamatan Siberut Barat )


Simalegi Betaet adalah ibukota Kecamatan Siberut Barat. Lokasi Simalegi Betaet
berada dalam kawasan Taman Nasional Siberut yang di rencanakan sebagai daerah
zona khusus.

Adapun rencana sistem perkotaan dan pusat kegiatan di Kabupaten Kepulauan


Mentawai dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 2.4
Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Kawasan Perkotaan Fungsi Kota
1 Muara Siberut PKW
2 Tuapeijat PKL
3 Sikakap PKL (p)
4 Sioban PPK
5 Km 37 PPK
6 Pei-pei PPK
7 Saibi Samukop PPL
8 Saumanganya PPL
9 Sikabaluan PPL
10 Silabu PPL
11 Simalegi Betaet PPL
Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2015 - 2025

Bab | 2 - 54
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 2.1
Peta Rencana Pusat Kegiatan Kabupaten Mentawai

Bab | 2 - 55
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama


a) Rencana Jaringan Jalan

Bab | 2 - 56
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sistem jaringan jalan
kolektor primer, jalan lokal primer, jalan lokal sekunder dan jembatan. Adapun rencana
jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi :
a. Jaringan jalan kolektor primer, yaitu rencana pembangunan Trans Mentawai diusulkan
menjadi jalan status jalan nasional terdiri atas:
1) jaringan jalan yang berada di pulau Sipora yang menghubungkan ruas jalan
Tuapejat – Transmigrasi – Rokot – Sioban – Sagitci – Katiet ditambah dengan jalan
Simpang SP II – Kantor Camat Sipora Utara;
2) jaringan jalan yang berada di pulau Siberut yang menghubungkan ruas jalan
Labuan Bajau-Policoman-Sigapokna – Terekan Hulu – Sirilanggai – Sotboyak –
Cimpungan – Saibi Samukop – Saliguma – Maileppet – Muara Siberut – Puro –
Rogdok – Mabukkuk, Muara Saibi – Kaleak – Sibudda Oinan – Simanipa – Toroiji –
Batpaggeu – Saliguma;
3) jaringan jalan yang berada di Pulau Pagai Utara yang menghubungkan ruas jalan
Mapinang – Saumanganya – Matobe – Sikakap –Dermaga;dan
4) jaringan jalan yang berada di Pulau Pagai Selatan yang menghubungkan ruas
jalan Polaga Km 0 - Km 19 – Km 37 - Km 40 – Km 42 – Km 53 – Boriai (Logpond)
ditambah dengan jalan Km 53 – Lakkau – Surat Aban.
Jaringan jalan lokal primer, terdiri atas :
1) ruas jalan di Pulau Siberut, meliputi Muara Sikabaluan - Pokai – Sirilanggai,
Barambang – Tamairang, Muara Sikabaluan – Mongan Poula – Sotboyak,
Cimpungan Desa – Subelen – Poros Trans Mentawai, Subelen-Muara Saibi, Muara
Saibi – Simoilaklak – Sirisurak – Poros Trans Mentawai, Simpang Muntei – Puro -
Muara Siberut, Pasakiat Taileleu – Peipei – Mabukkuk, Puro – Malilimok;

2) ruas jalan di Pulau Sipora, meliputi Sagitci – Bosua, Sagitci – Beriulou, Bosua –
Beriulou – Masokut – Betumonga dan Bosua – Katiet;

3) ruas jalan di Pulau Pagai Utara, meliputi dermaga Sikakap – Taikako – Km 8 –


Km17 – Maguiruk – Saumanganya, Sibaybay – Mabolak; dan

4) ruas jalan di Pulau Pagai Selatan, meliputi Mapinang – Bagatsagai – Boriai (trans
mentawai) dan Limu – Mapinang – Maonai – Lakkau – Limosua dan Surat Aban.

b. Jaringan jalan lokal sekunder, terdiri atas:

Bab | 2 - 57
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

1) ruas jalan lokal sekunder di Pulau Siberut, meliputi: Cimpungan – Sirilogui,


Sigapokna – Tiniti – Simalegi, Monganpoula – Sirilogui, Sotboyak – Bojakan,
Dermaga Subelen-Trans Mentawai, Simaobuk - Subelen – Batuija - Batliggitte –
Saibi Samukop, Simabaik – Sibokbongi, Simalegi – Simatalu – Sagulubbek dan
Rogdok – Madobag – Matotonan,

2) ruas jalan di Pulau Sipora, meliputi Pusat Kota KM4 – Mapadegat, RSUD – Kantor
Camat, Mapadegat – Dermaga, Betumonga-SP III, Mapaddegat – Home Stay,
Betumonga – Pukarayat – Berimanua – Kantor Camat, Lingkar Kota – Pesantren,
Simpang Pesantren – Pesantren, Simpang Kantor Bupati – Kantor Bupati dan
Sioban – Mara, Km5 – Home stay, Betumonga – Silaoinan; Km12-Simaombuk;

3) ruas jalan di Pulau Pagai Utara, meliputi: Km 14 Betumonga, Km 17 – Silabu,


Km21 – Tumalei, Silabu –Betumonga, Lingkar Taikako dan Transmigrasi –
Silaoinan; dan

4) ruas jalan di Pulau Pagai Selatan, meliputi KM 27-Sabiret –Muntei – Malakopa,


Sabiret – Km 35, KM 32 – Mapoupou – Bere – Makalo, KM 32 – Talopulei, KM37 –
Parak Batu, KM40 – Aban Baga - Bubuget, KM42 – Bulasat – Tapak, Bulasat –
Lakkau.

b) Rencana Prasarana Lalu Lintas


Untuk mendukung peningkatan aksesibilitas di Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka
direncanakan jaringan prasarana lalu lintas yang terdiri dari rencana pengembangan Terminal
Penumpang Tipe C di Tuapejat, Muara Siberut, Pokai, Sikakap, Sioban, Sagitci, Sioban,
Polaga, Km 37 (Bulasat), Sinaka, Pasapuat, Silabu, Katurai dan Saibi.

c) Rencana Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan


Rencana pengembangan jaringan penyeberangan di Kabupaten Kepulauan Mentawai,
meliputi :
a. lintas penyeberangan, terdiri atas :
1) lintas penyeberangan regional, meliputi :
- Sikabaluan/Pokai – Bungus,
- Siberut/Maileppet –Bungus,
- Tuapejat – Bungus,
- Sikakap – Bungus, dan
- Labuan Bajau – Bungus:

Bab | 2 - 58
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2) lintas penyeberangan lokal, meliputi Sakaladat – Labuan Bajau – Pokai – Subelen –


Maileppet – Mabukkuk – Malilimok – Tuapejat - Sioban – Sagitci – Pasapuat –
Sikakap – Polaga – Malakopa – Bake – Lakkau – Sinakak – Boriai – Parak Batu.

b. Pelabuhan penyeberangan, terdiri atas:


1) pelabuhan penyeberangan regional, meliputi :
- Pelabuhan Sikakap di Kecamatan Sikakap,
- Pelabuhan Bajau di Kecamatan Siberut Barat,
- Pelabuhan Sikabaluan/Pokai di Kecamatan Siberut Utara,
- Pelabuhan Siberut/Maileppet di Kecamatan Siberut Selatan,
- Pelabuhan Tuapejat di Kecamatan Sipora Utara
2) pelabuhan penyeberangan lokal, meliputi :
- Pelabuhan Sakaladat di Kecamatan Siberut Barat,
- Pelabuhan Malilimok di Kecamatan Siberut Barat Daya,
- Pelabuhan Subelen di Kecamatan Siberut Tengah,
- Pelabuhan Mabukkuk di Kecamatan Siberut Barat Daya,
- Pelabuhan Sagitci di Kecamatan Sipora Selatan,
- Pelabuhan Pasapuat di Kecamatan Pagai Utara,
- Pelabuhan Polaga di Kecamatan Sikakap,
- Pelabuhan Malakopa di Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Bake di Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Lakkau di Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Sinakak di Kecamatan Pagai Selatan.
- Pelabuhan Boriai Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Parak Batu di Kecamatan Pagai Selatan.

d) Rencana Sistem Transportasi Laut


Sistem jaringan transportasi laut meliputi tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran, oleh
karena itu rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Kepulauan
Mentawa, meliputi :
1. Rencana Tatanan Kepelabuhan
Rencana tatanan kepelabuhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi :
a. Pelabuhan pengumpul, terdiri atas pelabuhan Sikakap di Kecamatan Sikakap;
b. Pelabuhan pengumpan, terdiri atas:
1) Pelabuhan Pengumpan regional, meliputi :

Bab | 2 - 59
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

- Pelabuhan Tuapejat di Kecamatan Sipora Utara,


- Pelabuhan Sioban di Kecamatan Sipora Selatan,
- Pelabuhan Pokai Kecamatan Siberut Utara,
- Pelabuhan Maileppet/Siberut di Kecamatan Siberut Selatan, dan
- Pelabuhan Mabukkuk Kecamatan Siberut Barat Daya.
2) Pelabuhan Pengumpan lokal, meliputi :
- Pelabuhan Labuan Bajau di Kecamatan Siberut Barat,
- Pelabuhan Malilimok di Kecamatan Siberut Barat Daya,
- Pelabuhan Pelabuhan Sagitci di Kecamatan Sipora Selatan,
- Pelabuhan Pasapuat di Kecamatan Pagai Utara,
- Pelabuhan Sinakak (Boriai) di Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Bagatsagai di Kecamatan Pagai Selatan,
- Pelabuhan Makalo di Kecamatan Pagai Selatan, dan
- Pelabuhan Subelen di Kecamatan Siberut Tengah.
c. Terminal khusus, terdiri atas:
1) Terminal Khusus Hankam Posal di Seai Kecamatan Sikakap;
2) Terminal Khusus Hankam Lanal di Sagitci Kecamatan Sipora Selatan; dan
3) Terminal Khusus Wisata Marina Katiet di Kecamatan Sipora Selatan dan
Simaombuk di Kecamatan Sipora Utara.
4) Pelabuhan Marina Leleulagok di Kecamatan Siberut Barat Daya

2. Rencana Alur Pelayaran


Rencana alur pelayaran di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi :
a. Maileppet – Pokai – Padang
b. Tuapejat – Padang
c. Labuhan Bajau – Padang
d. Sinakak – Padang
e. Sikakap - Padang
Untuk membuka terisolir Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka di rencanakan waktu
pelayaran minimal seminggu 4 kali 1 (satu) Rute Pelayaran (jangka menengah/ 5-10
tahun) dan waktu pelayaran setiap hari (jangka panjang/ 20 tahun)

e) Rencana Sistem Transportasi Udara

Bab | 2 - 60
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Letak geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai yang merupakan pulau terluar, daerah ,
terpencil dan kawasan rawan bencana, sangat membutuhkan sekali aksesibilitas yang cepat
untuk menjangkau Kepulauan Mentawai. Saat ini sudah ada 2 (dua) bandara yaitu :
 Bandara Rokot di Pulau Sipora
 Bandara Minas di Pulau Pagai (milik Swasta PT MINAS) (tidak berfungsi lagi)
Bandara Rokot yang terletak ditepi Pantai Timur Sipora merupakan Bandara Perintis dengan
Landasan Pacu (runway) 850 meter. Namun pada saat ini panjang landasan yang dapat
digunakan adalah sepanjang 650 meter. Sedangkan jenis pesawat yang bisa digunakan yaitu
Pesawat Jenis Casa 100 dengan kapasitas 6-12 Orang, dengan penerbangan 2 (dua) kali
seminggu.
Dari kondisi sarana dan prasarana transportasi udara yang kurang memadai, dibutuhkan
pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan bandara baru. Dimana untuk pemeliharaan
dan peningkatan dilakukan di Bandara Rokot dan Bandara Minas di Pulau Pagai Selatan
Terkait dengan mitigasi bencana, Kepulauan Mentawai sangat membutuhkan pembangunan
bandara baru terutama di Pulau Siberut ( Bandara Pei-pei) untuk mempermudah akses
bantuan dan evakuasi jika terjadi Bencana.
Rencana tatanan kebandaraudaraan di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan skala
pelayanannya adalah bandara pengumpan, meliputi :
 Bandar udara Rokot di Kecamatan Sipora Selatan (Bandara eksisting);
 Bandar udara Pei-Pei di Kecamatan Siberut Barat Daya (Rencana)
 Bandar udara Minas di Kecamatan Pagai Selatan (Bandara eksisting, saat ini tidak
berfungsi)

C. Rencana Sistem Jeingan Pasarana


1. Rencana Sistem Jaringan Energi (Listrik)
Rencana pengembangan jaringan prasarana energi (listrik) di Kabupaten Kepulauan
Mentawai, meliputi ;
1) Rencana Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik, meliputi :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di setiap Ibukota Kecamatan dan
Pusat Pelayanan Kegiatan
b. PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) di Matobe, Kecamatan Sipora
Selatan, Belerakso Kecamatan Pagai Selatan dan Pasapuat di Kecamatan Pagai
Utara; dan
c. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) pada wilayah yang tidak terjangkau oleh
jaringan listrik atau daerah terpencil

Bab | 2 - 61
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

d. Penggunaan energi alternatif sesuai potensi yang terdapat di wilayah kabupaten


seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan lain-lain.
2) Rencana Pengembangan Jaringan tranmisi tenaga listrik, meliputi :
a. Gardu induk untuk PLTD terdapat di setiap Ibukota Kecamatan dan pusat pusat
pelayanan Lingkungan
b. Gardu induk untuk PLTMH

2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Rencana sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi rencana
sistem jaringan kabel, rencana system jaringan nirkabel dan rencana sistem jaringan satelit.
Oleh karena rencana pengembangan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai
berikut :
1) Rencana pengembangan sistem jaringan kabel di pusat-pusat kegiatan di Muara Siberut
(PKW) , PKL di Tua Pejat dan di PKLp di Sikakap.
2) Rencana pengembagan sistem jaringan nirkabel adalah pengembangan BTS (base
transmission station) di kota-kota PKW, PKL, PKLp, dan PPK.
3) Rencana sistem jaringan satelit di arahkan dengan rencana pengadaan telepon satelit
disetiap PPL yaitu Saibi Samukop, Saumanganya, Sikabaluan, Silabu dan Simalegi
Betaet.

3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Rencana Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri atas 4 Satuan Wilayah
Pengelolaan (SWP) DAS yaitu :
1) Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Siberut
2) Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Sipora
3) Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Pagai Utara
4) Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Pagai Selatan

4. Rencana Sistem Pengelolaan Lingkungan


a. Rencana Sistem Prasarana Air Minum
Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah ;
1) Rencana Pengembangan Prasarana Air Baku untuk air minum, meliputi :

Bab | 2 - 62
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

a) Pengembangan Penampungan Air Baku dari Mata air yang berada di Sikakap,
Muara Siberut, Tuapejat, Bulasat/Km37, Sioban, Sirilanggai, Sagitci, Simalegi
Betaet;
b) Daerah aliran sungai (DAS) yang terhubung atau melewati pada pusat-pusat
lingkungan pemukiman
2) Rencana Sistem Penyediaan Air Minum meliputi :
a) Jaringan Perpipaan di Tuapejat, Sikakap, Muara Siberut, Sioban, Muara
Sikabaluan, Saibi, Simalegi Betaet, dan Saumanganya
b) Sistem Penyediaan Air Minum Non Perpipaan di Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL) dan pusat-pusat lingkungan permukiman (dusun).

b. Rencana Sistem Prasarana Persampahan dan Air Limbah


Arahan rencana pengembangan sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan
melalui proses berikut :
1) Sistem Pewadahan, yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah
maupun bangunan sarana, dengan ukuran 40 - 100 liter. Tong sampah di setiap
rumah disediakan sendiri oleh masing-masing keluarga, sedangkan tong-tong
sampah pada bangunan sarana umum di sediakan oleh pemerintah.
2) Sistem Pengumpulan, yang proses pengumpulan sampahnya dapat dilakukan baik
secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang
disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan
komersial dan pemerintahan/perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian
diangkut memakai gerobak sampah ukuran 1 m3 ke lokasi Transfer Depo atau
Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di
masing-masing unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan
pemerintahan/perkantoran serta yang berada di sepanjang jalan utama dikelola
oleh instansi terkait.
3) Sistem Pemindahan dan Pengangkutan, yaitu kontainer sampah maupun sampah
dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkut oleh kendaraan truk sampah
maupun arm roll truck / dump truck ke lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
4) Sistem Pembuangan/Pengolahan, yaitu sistem pengolahan sampah yang
dilakukan di TPA dengan cara sistem open dumping, yang selanjutnya ditingkatkan
menjadi sistem lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem
drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang

Bab | 2 - 63
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate
(cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu sampah-
sampah yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali, seperti
plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan
sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari sampah yang telah
dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi.
Rencana pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
diarahkan dikelola secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Partisipasi
masyarakat terutama diarahkan untuk membuat bak-bak sampah baik yang dilakukan
secara individual maupun secara kelompok, dan pengangkutan sampah dari bak-bak
sampah melalui gerobak sampah yang disediakan ke lokasi tempat pembuangan
sementara (TPS).
Sedangkan sistem pengolahan persampahan untuk daerah-daerah yang belum
terjangkau oleh sistem pelayanan ini, diarahkan penanganannya dilakukan melalui
pengelolaan secara individu atau secara komunal setempat, melalui cara penimbunan
atau pembakaran. Dengan sistem pengelolaan persampahan seperti ini diharapkan
dapat dihindari terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan,
timbulnya genangan, gangguan estetika dan penyebaran penyakit.

Arahan pengembangan sistem jaringan persampahan adalah sebagai berikut :


 pengembangan sistem persampahan terdiri atas: pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan perjalanan serta pengelolaan akhir di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA);
 pengembangan lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)
diarahkan di setiap lingkungan pemukiman;
 pengembangan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menggunakan sistem
Sanitary Land Fill dengan luasan 2 Ha di setiap Kecamatan.

c. Rencana Prasarana Drainase


Rencana jaringan drainase di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :
 Memanfaatkan sungai sebagai drainase primer
 Mengembangkan sistem drainase sekunder dan tersier pada kawasan pusat-pusat
lingkungan.
 Mengembangkan drainase tersier pada kawasan pemukiman non perkotaan.
d. Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana

Bab | 2 - 64
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Rencana jalur evakuasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, terdiri atas:


1) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan
Pagai Selatan;
2) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan
Sikakap;
3) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan
Pagai Utara;
4) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan
Sipora Selatan;
5) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Sipora Jaya dan
kawasan perbukitan Tuapejat di wilayah Kecamatan Sipora Utara;
6) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Bukit Peigu di wilayah
Kecamatan Siberut Selatan;
7) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Taman Nasional
Siberut di wilayah Kecamatan Siberut Barat Daya;
8) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Saliguma, kawasan
perbukitan Saibi Samukop, kawasan perbukitan Cimpungan di wilayah Kecamatan
Siberut Tengah;
9) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Sirilogui, kawasan
perbukitan Dusun Tamairang, di wilayah Kecamatan Siberut Utara; dan
10) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Simatalu, kawasan
perbukitan Simalegi, kawasan perbukitan di Tiniti di wilayah Kecamatan Siberut
Barat.
Ruang evakuasi bencana adalah tempat yang akan di jadikan lokasi sementara di
gunakan oleh penduduk untuk terhindar dari ancaman bencana tsunami. Ruang ini di
rencanakan tersebar di dekat dusun atau desa yang rawan dari bencana tsunam, yaitu
dataran tinggi atau perbukitan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

2.2.5 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
Kabupaten Kepulauan Mentawai
2.2.5.1 Visi dan Misi
Sesuai dengan visi pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam perwujudan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai maka visi pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Kepulauan Mentawai pada dasarnya adalah

Bab | 2 - 65
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Terwujudnya Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman Pesisir di Kabupaten Kepulauan


Mentawai yang berkelanjutan.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagai berikut:

1. Mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman yang layak dan bebas kumuh di tahun 2037.
2. Meningkatkan kualitas hidup (Quality of live), melalui peningkatan kualitas perumahan dan
kawasan permukiman yang dapat memacu peningkatan kesehatan, dan perekonomian
masyarakat.
3. Membangun permukiman yang sesuai dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa,
gotong royong serta harmonisasi antar seluruh lapisan masyarakat dalam heterogenitas agama,
suku dan adat istiadat.
4. Menyiapkan kerjasama kelembagaan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam kerangka
otonomi daerah yang menciptakan sinergi pembangunan antarpelaku.

2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten
Kepulauan Mentawai sebagai berikut:
1. Merumuskan kebijakan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman.
2. Mampu menyediakan dan memperbaiki kualitas hunian sesuai kebutuhan masyarakat dengan
perhatian khusus pada MBR.
3. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
yang sesuai dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, gotong royong serta
harmonisasi antar seluruh lapisan masyarakat dalam heterogenitas agama, suku dan adat
istiadat.
4. Mewujudkan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dengan
penggunaan lahan yang sesuai dengan penataan ruang.
5. Mewujudkan kerjasama kelembagaan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam kerangka
otonomi daerah yang menciptakan sinergi pembangunan antar pelaku.

Sasaran pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten


Kepulauan Mentawai sebagai berikut:
1. Penyediaan RP3KP yang memperlihatkan kebutuhan serta intensitas permasalahan yang
mendesak di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

Bab | 2 - 66
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2. Penyediaan rencana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang aspiratif dan
akomodatif yang dapat diacu bersama oleh pelaku dan penyeienggara pembangunan,
3. Penyediaan skenario pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang memungkinkan
terselenggara pembangunan secara tertib dan terorganisasi serta terbuka peluang bagi
masyarakat untuk berperan serta dalam seluruh proses.
4. Pengakomodasian kebutuhan akan perumahan dan kawasan permukiman yang dijamin oleh
kepastian hukum terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
5. Penyediaan informasi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sebagai bahan
masukan bagi penyusunan kebijakan pemerintah serta bagi berbagai pihak yang akan ikut
terlibat.

2.2.6 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
Kabupaten Kepulauan Mentawai

Berdasarkan SK Kawasan Kumuh Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor. 188.45-37, 2015,


dimana kawasan kumuh Kabupaten Kepulauan Mentawai berada pada 10 kecamatan di Kepulauan
Mentawai. Adapun lokasi kawasan kumuh di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5
Daftar Kawasan Kumuh Berdasarkan SK Kawasan Kumuh Kabupaten Mentawai Nomor 188.45-37 Tahun 2015

Tingkat
No Nama Lokasi Desa dan Dusun Kecamatan Koordinat
Kekumuhan
1 Desa Muara Sikabaluan Siberut Utara E:98°59'54,402" Kumuh Sedang
Sikabaluan (Muara, Nang-nang) S:1°7'3,589"
2 Desa Saibi Saibi Samukop (Saibi Muara, Siberut Tengah E: 99°4'58,072" Kumuh Ringan
Simabolak) S:1°19'46,316"
3 Desa Muara Muara Siberut Siberut Selatan E : 99°12'48,815" Kumuh Sedang
Siberut (Pegu, Muara dan Badsudut) S :1°35'45,26"
4 Desa Taileleu Pasakiat Teileleu Siberut Barat E:99°14'44,515"E Kumuh Ringan
(Simaruai dan Pei-Pei) Daya S:1°46'46,808"
5 Desa Simalegi Simalegi Tengah Siberut Barat Tidak Masuk dalam Kawasan Perkotaan
dalam RTRW
6 Desa Tuapejat Tua Pejat Sipora Utara E : 99°35'19,707“ Kumuh Berat
(Camp, Jati, Tua Pejat, Kampung) S: 2°1'33,29"
7 Desa Sioban Sioban Sipora Selatan E: 99°44'2,937" Kumuh Sedang
(Sioban Dalam, Pei-Pei Pabokbokat, S: 2°11'16,892"
Badarai)
8 Desa Saumangany (Saumanganya Timur, Pagai Utara E: 100°6'41,043" Kumuh Ringan
Saumanganyak Saumanganya Tengah,) S:2°36'51,008
9 Desa Sikakap Sikakap Sikakap E: 100°12'48,423" Kumuh Sedang
(Sikakap Timur, Sikakap Tengah) S: 2°46'37,444"
10 Desa Malakopa Malakopa/KM 37 Pagai Selatan E: 100°17'31,812 Kumuh Ringan
(Bagatsimaleulet Purorogat, S:3°0'6,434"
Langgasibau.)

Bab | 2 - 67
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Gambar 2.2
Peta Sebaran Kawasan Kumuh Kabupaten Kepulauan Mentawai

Bab | 2 - 68
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2.1 TINJAUAN LITERATUR.......................................................................................................1

Bab | 2 - 69
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2.1.1 Pengertian Desa Dalam Perspektif Teoritis...............................................................1


2.1.1.1 Pengertian Desa....................................................................................................1

2.1.1.2 Struktur Pemerintah Desa....................................................................................6

2.1.2 Dana Desa.................................................................................................................9


2.1.2.1 Pengertian Dana Desa..........................................................................................9

2.1.2.2 Sumber-Sumber Keuangan Desa........................................................................13

2.1.3 Otonomi Desa.........................................................................................................16


2.1.3.1 Pengertian Otonomi Desa..................................................................................16

2.1.3.2 Tujuan Otonomi Desa.........................................................................................20

2.1.3.3 Pengelolaan Anggaran Dana Desa Dalam Keuangan Desa (APBDESA)...............21

2.1.4 Pengertian Pembangunan Perdesaan....................................................................23


2.1.5 Pembangunan Desa Dengan Pendekatan Desa Membangun................................25
2.1.6 Pembangunan Desa Dengan Pendekatan Membangun Desa................................25
2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN.....................................................................................................28
2.2.1 Undang – undang No 6 Tahun 2015 Tentang Desa.................................................28
2.2.1.1 Kedudukan Dan Jenis Desa.................................................................................30

2.2.1.2 Penataan Desa....................................................................................................30

2.2.1.3 Kewenangan Desa..............................................................................................33

2.2.1.4 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa................................................................34

2.2.2 Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kabupauan Mentawai..................34


2.2.2.1 Visi RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai...................................................34

2.2.2.2 Misi RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai..................................................34

2.2.2.3 Strategi dan Arah Kebijakan Menurut Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten
Kepualauan Mentawai.......................................................................................................35

2.2.2.4 Prioritas Pembangunan RPJMD Kabupaten Kepualauan Mentawai...................38

2.2.3 Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kabupauan Mentawai......................43


2.2.3.1 Visi RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai.....................................................43

2.2.3.2 Misi RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai....................................................43

2.2.3.3 Arah Kebijakan RPJPD Kabupaten Kabupauan Mentawai...................................44

Bab | 2 - 70
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESA BETUMONGA
KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

2.2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kabupauan Mentawai...........................49


2.2.4.1 Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.............................49

2.2.5 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan


Permukiman (RP3KP) Kabupaten Kepulauan Mentawai........................................................63
2.2.5.1 Visi dan Misi........................................................................................................63

2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran............................................................................................64

2.2.6 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KPKP) Kabupaten Kepulauan Mentawai..........................................................................65

Tabel 2.1 Tujuan, Sasaran, Strategi Jangka Menengah Daerah, 2017-2022...........................35


Tabel 2.2 Program Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2017-2022.....38
Tabel 2.3 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan.........................................................................44
Tabel 2.4 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai................................53
Tabel 2.5 Daftar Kawasan Kumuh Berdasarkan SK Kawasan Kumuh Kabupaten Mentawai
Nomor 188.45-37 Tahun 2015...................................................................................................65

Gambar 2.1 Peta Rencana Pusat Kegiatan Kabupaten Mentawai..........................................54


Gambar 2.2 Peta Sebaran Kawasan Kumuh Kabupaten Kepulauan Mentawai......................66

Bab | 2 - 71

Anda mungkin juga menyukai