BAB 2
KONSEPSI KEMANDIRIAN DESA DAN
INTENSIFIKASI SUMBER-SUMBER
PENDAPATAN DESA
Dari cara penulisan dan maksud, jelas bahwa Desa yang disebut dalam
undang-undang memiliki perspektif yang lain dari desa yang dikenal secara
umum. Persepektif umum tentang desa adalah suasana kehidupan yang jauh
dari keramaian, tentram, guyub, dan damai. Desa dilawankan dengan kota
yang maju, modern, memiliki stratifikasi sosial yang jelas, serta renggang
hubungan sosialnya.
Kewenangan
- Adanya hak dan kewajiban privat dan komunal
- Adanya otoritas yang diakui
- Adanya pengakuan atas kewenangan asal usul
- Adanya penyerahan sebagian urusan pemerintah tingkat atas kepada
desa.
- Adanya pelimpahan kewenangan pejabat tingkat atas kepada desa.
- Pengaturan masyarakat
- Pengurusan rumah tangga desa
Kelima unsur ini yang kemudian diatur dalam seluruh batang tubuh undang-
undang desa. Pengaturan desa dan desa adat pada tataran tertentu dilakukan
bersamaan, tetapi pada kesempatan lain, diatur secara terpisah. Persoalan
pengaturan yang terpisah ini merupakan ciri dasar undang-undang desa yang
memisahkannya dengan undang-undang lainnya yang pernah mengatur desa
dalam masa pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Istilah yang
umum dari pengaturan Desa yang tidak sama ini adalah asimetris. Asimetris
bermakna pengaturan terhadap desa yang satu tidak sama dengan pengaturan
desa yang lain, demikian juga pengaturan pada satu desa adat, tidak sama
dengan pengaturan desa adat lainnya.
Apa yang nampak pada desa saat ini, selain dari ciri tradisionalnya pada desa-
desa pedalaman, adalah apa yang disebut oleh Raharjo (2004:24), mengutip
M.Francis Abraham, sebagai model masyarakat transisi. Model transisi ini
ditandai oleh faktor-faktor (a) dualisme struktural yang memungkinkan
kehadiran bersama kereta lembu dan pesawat udara dalam pengertian
bertemunya nilai-nilai tradisional dengan modern, (b) kombinasi sumber energi
yang hidup serta perubahan budaya dimana norma modernitas secara
berangsur-angsur muncul di dalam kerangka nilai-nilai tradisional, (c)
industrialisasi, (d) mobilisasi politik dan (e) rekayasa sosial. Ciri-ciri transisi,
pada akhirnya menciptakan kognisi dualisme masyarakat desa. Masyarakat
desa memandang dirinya, pada suatu waktu adalah komunitas harmonis
guyub yang berjalan ke masa depan diiringi tabuhan gending berlagu mantra,
namun pada waktu yang lain memandang dirinya sebagai bagian dari
masyarakat tercerahkan, melek hukum, menuntut hak-haknya melalui
lembaga demokrasi modern serta berbicara dalam bahasa manajemen
perusahan saat bermusyawarah mengenai perbaikan jalan desa.
bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir
semuanya saling mengenal, kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari
pertanian, perikanan dan sebagainya usaha-usaha yang dapat dipengaruhi
oleh hukum dan kehendak alam. Dan dalam tempat tinggal itu terdapat
banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan dan kaidah-kaidah sosial.
Selain unsur hukum dan kaidah-kaidah sosial yang mengatur kehidupan
masyarakat sebagai hakikat desa, pendapat Bournen terbaca seperti definisi
Koentjaraningrat dalam versi yang lebih lengkap.
Tidak ada masyarakat yang disusun oleh pribadi dan individu yang bekerja
sendiri-sendiri. Tiap orang dalam masyarakat saling berhubungan dan saling
bergantung. Kesalinghubungan dan kesalingtergantungan itulah yang
memungkinkan sebuah masyarkat terbentuk.
12
KKBI adalah singkatan dari kamus besar bahasa Indonesia. Penggunaan kamus dalam
memahami sebuah istilah hanya ditujukan untuk mendapatkan pengertian dasar yang sama
atas istilah itu. Lebih lanjut, istilah yang digunakan lebih dimaknai dari pendekatan
kontekstual dan konseptual.
13
Lihat pendapat Nancy sebagaimana ditulis Martin Coward dalam Teori-Teori Kritis
Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional, ed. Jenny Edkins-Nick Vaughan
Wiliams, Alih bahasa: Teguh Wahyu Utomo, Pustaka Pelajar: Jogyakarta. 2013.
Nancy mengikuti lagika eksistensial Martin Heidegger tentang Ada 14. Menurut
Heidegger, dasar dari segala sesuatu adalah eksistensi atau keberadaan.
Sebuah piring hanya memiliki makna apabila piring itu ada. Dengan
keberadaannya, piring dapat dikenali, disebut, dicirikan, selanjutnya menjadi
objek dari pemikiran. Sebaliknya, jika piring tidak pernah ada, bagaimana ia
memiliki makna? Untuk memiliki makna semua hal harus ada. Keberadaan
benda dan hal-hal itu disebut sebagai ada (being) atau bereksistensi.
Manusia bereksistensi melalui diri (self). Diri adalah keadaan manusia yang
menyadari dirinya sendiri dan menyadari diri lain yang ada di sekelilingnya.
Itulah sebabnya, Heidegger membedakan adanya diri dengan adanya hal lain
yang bukan diri. Jika hal lain yang bukan diri (non-self) berada sebagaimana
adanya (being as it such), maka diri (self) berada dengan mempertanyakan
keberadaannya. Lebih jauh, diri (self) merefleksikan keadaannya (being)
dengan Ada yang pertama (Being) yang menjadikan segala yang ada berada.
Itulah sebabnya, diri (self) adalah elemen utama kehidupan yang utuh dan
tidak dapat dihancurkan. Diri adalah ada yang mandiri. Ia ada karena
keadaannya (being) itu sendiri.
Tetapi diri yang berada di dunia (being with-in the world) tergantung pada diri
yang lain. Itulah sebabnya, Nancy menyebutnya berada bersama yang lain
(being with others). Dalam konsepsinya tentang komunitas, Nancy menekankan
kesadaran akan perbedaan tiap diri sebagai konsekuensi logis dari berada
bersama yang lain. Karena tiap diri berbeda, maka berada bersama juga
berarti bersama dengan perbedaan (being with-difference).
14
Untuk penjelasan lanjut tentang eksistensialisme silahkan membaca karya Martin Heidegger
yang diterjemahkan John Macquarie dan Edward Robbinson yang berjudul Being and
Time :Oxford. Blackwell. 1962.
Otonomi desa16 adalah ide yang ditempelkan pada fakta bahwa desa
merupakan sebuah entitas masyarakat otonom. Pertanyaan dasarnya adalah,
manakah yang lebih dulu ada: masyarakat otonom ataukah otonomi desa?
Guna menjawab pertanyaan sederhana ini, penting kemudian penemuan
makna dasar dari kedua kata yang digunakan secara bergantian untuk
konteks yang seringkali berbeda satu sama lain.
Otonomi adalah kata benda yang berasal dari kata bahasa Yunani autonomia
). Kata autonomia dibentuk dari kata sifat autonomos (
( ).
Kata autonomos dibentuk dari dua kata yaitu auto () yang berarti sendiri,
dan nomos (
) yang berarti hukum atau aturan. Dengan demikian, maka
autonomos atau otonom memiliki makna berhukum sendiri atau mempunyai
aturan sendiri. Otonom berarti suatu kondisi dimana kemerdekaan dan
kebebasan hadir sebagai identitas.
15
Figurasi dapat dimaknai sebagai cara yang mengasumsikan konsep tertentu atau figure
tertentu merepresentasikan atau membentuk landasan imanen substansial bagi komunitas.
Figur ini mengambil sejumlah bentuk seperti individu, Negara, bangsa dan kelas. Lihat
penjelasan tentang figurasi tulisan dalam Martin Coward, opcit.
16
Lihat penjelasan tentang otonomi desa dalam tulisan Rooy Salamony, kompasiana, 2
agustus 2014.
Michael Luck dan Mark dInverno (1995) dalam tulisan berjudul A Formal
Framework for Agency and Autonomy membantu mempertajam pemaknaan
kata otonom dan otonomi. Bertujuan menguraikan makna keagenan (agency)
dan otonomi (autonomy) dari konsep Multi Agent Systems, Luck dan dIvarno
mencanangkan otonomi sebagai suatu pencapaian dari agen yang bermotivasi.
Agen yang bermotivasi adalah agen yang memiliki otonomi. Ia adalah agen
yang tidak tergantung pada tujuan akhir agen lain, sebaliknya, memberikan
tujuannya untuk diacu dalam hubungan antar agen.
Dalam konstruksi Luck dan dIvarno, tiap agen atau subjek bersifat otonom
karena setiap mereka memiliki tujuan masing-masing. Agen yang otonom,
menyembunyikan dibelakang tindakannya untuk mencapai tujuan, suatu
agenda yang berbasis pada pelayanan diri sendiri dan kesenangan sendiri.
Tetapi hubungan antar agen atau antar subjek menghadirkan medan tempur
bagi tiap agenda tersembunyi. Hanya agen yang mampu menduduki pusat
hubungan, mempengaruhi tujuan agen yang lain, dan dengan demikian
menjadikan agendanya sebagai agenda umum yang layak disebut agen
bermotivasi atau agen yang memiliki otonomi.
Merujuk Luck dan dIvarno, sepintas nampak bahwa otonom adalah semacam
DNA bawaan yang bersifat statis. Sementara otonomi adalah capaian dari agen
termotivasi yang bersifat dinamis. Membawa konsep ini sebagai kerangka
untuk melihat otonomi desa dan masyarakat desa yang otonom akan
mempertegas makna dari masing-masing frasa.
Otonomi desa, sebaliknya. Ia adalah capaian dari usaha desa yang dilandasi
motivasi. Motivasi untuk berada pada pusat hubungan antar agen atau
subjek. Desa yang memiliki otonomi adalah desa yang memenangkan
pertempuran agenda antar subjek. Desa yang mampu menduduki pusat
hubungan, mempengaruhi tujuan agen yang lain, dan dengan demikian
menjadikan agendanya sebagai agenda umum. Otonomi desa, sejatinya adalah
sifat dinamis desa. Otonomi desa secara sederhana dapat disebut sebut
sebagai identitas kemenangan desa.
Desa sebagai entitas komunal yang mandiri adalah desa yang otonom. Desa
otonom memiliki kekuasaan mengatur dan mengurus dirinya sendiri,
sekaligus memiliki sumber-sumber kekayaan sebagai modal dalam mengatur
rumah tangga desa. Kekayaan desa dapat berupa potensi fisik maupun potensi
non fisik, serta kekayaan berupa uang.
Potensi fisik desa antara lain: berupa lahan, air, iklim, flora, dan fauna.
a. Lahan
Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman, tetapi juga sebagai
sumber bahan tambang dan mineral. Lahan memiliki jenis tanah yang menjadi
media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis tanah aluvial cocok
bagi tanaman padi, jagung, dan kacang, jenis tanah berkapur cocok bagi
tanaman jati dan tebu. Pada lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi
bahan tambang seperti batu bara, batu kapur, pasir kuarsa, batu marmer, dan
sebagainya.
b. Air
Pada umumnya desa memiliki potensi air yang bersih dan melimpah. Dari
dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau mata air. Air
digunakan penduduk desa untuk keperluan minum, irigasi, mencuci,
memasak, dan keperluan lain. Secara kuantitas dan kualitas, air di perdesaan
dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air penduduknya.
c. Iklim
Iklim memegang peranan penting bagi pertanian desa. Iklim dipengaruhi oleh
ketinggian tempat. Pada ketinggian tertentu, suatu desa menjadi maju karena
kecocokan iklimnya bagi pengembangan tanaman dan pemanfaatan tertentu
seperti: perkebunan buah, tempat rekreasi, dan tempat peristirahatan.
Selain potensi fisik, desa juga memiliki potensi nonfisik. Potensi nonfisik desa
antara lain sebagai berikut.
a. Penduduk Desa
Masyarakat desa merupakan kelompok sosial dengan hubungan yang erat
dengan solidaritas tinggi. Hal itu merupakan kekuatan dalam membangun
wilayah perdesaan.
Potensi yang dimiliki oleh setiap desa sesungguhnya berbeda karena ada
perbedaan lingkungan geografis dan keadaan penduduknya. Selain itu, luas
lahan, jenis tanah, dan tingkat kesuburan juga tidak sama. Sumber air dan
tata air yang berlainan menyebabkan corak kehidupannya juga berbeda.
Keadaan dan tata kehidupan penduduk desa memengaruhi karakteristik dan
tingkat kemajuan desa. Sebutan desa tradisional, desa swadaya, desa
swakarya (sedang berkembang), dan desa swasembada (maju) menunjukkan
tingkat kemajuan desa.
Akumulasi potensi fisik dan non fisik desa disebut kemandirian desa. Dengan
demikian dalam istilah kemandirian desa terkandung dua maksud yang telah
disajikan konseptualisasinya yakni otonomi desa sebagai kondisi yang
menggambarkan motivasi untuk berada pada pusat hubungan antar agen atau
subjek; serta tentu saja akumulasi potensi fisik dan non fisik desa.
Kemandirian dalam pengertian otonomi desa adalah kemandirian dalam hal
kewenangan. Sementara kemandirian dalam pengertian akumulasi potensi
adalah kemandirian dalam hal sumber daya.
Gambar 1.
Model Kemandirian Desa
OTONOMI DESA
KEMANDIRIAN
AKUMULASI
POTENSI
Frase otonomi desa sama sekali tidak ditemui dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, maupun dalam peraturan perundangan sebagai
penjabaran undang-undang. Tetapi istilah itu dapat dialamatkan pada
kewenangan desa yang dikonstruksikan undang-undang.
Yang dimaksud dengan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan
yang masih hidup dan merupakan prakarsa desa sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat antara lain sistem organisasi
masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas desa,
serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa.
Urusan absolut terdiri atas urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama. Dalam menyelenggarakan
Pertanyaan ini kemudian bermuara pada satu jawaban yaitu kebutuhan akan
titik pijak, patokan, standar, dan berbagai istilah sejenis yang menggambarkan
proses kemandirian desa. Kajian tentang base line merupakan pendekatan
akademik untuk menjawab masalah di atas. Secara etimologis Baseline adalah
kata benda dalam Bahasa Inggris, yang salah satu artinya adalah garis dasar
atau basis. Dalam kamus bisnis.com, baseline adalah data tentang proses saat
ini yang menyediakan metrik patokan untuk mengukur perbaikan dan untuk
digunakan dalam pembandingan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa dalam konteks
kebijakan, studi baseline dapat menjadi garis imajiner untuk mengukur suatu
perubahan atau dampak program atau kebijakan; selain itu juga menjadi
Penyusunan base line anggaran berkaitan dengan prinsip ZBB (zero based
budgeting). Dalam zero based budgeting anggaran sector public diasumsikan
mulai dari nol. Pendekatan ini memungkinkan dihindarinya proses pembuatan
kebijakan incremental dan line-item.
Kebijakan incremental diambil dalam tujuan menyelesaikan masalah secara
komprehensif. Tetapi sebagai akibatnya, penyusunan anggaran dengan
panduan kebijakan komprehensif menimbulkan masalah pengabaian detail
dari aktivitas sekaligus pengabaian pengetatan anggaran dalam kegiatan.
Sebaliknya, line-item anggaran disusun menyesuaikan dengan kegiatan-
kegiatan yang dapat berlangsung terus menerus.
Base line adalah model dari pendekatan zero based budget. Dalam base line
titik patokan anggaran ditentukan tanpa melihat hubungan antara anggaran
dan kegiatan. Angka dasar yang dijadikan base line digunakan untuk
membiayai kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensifikasi adalah kata benda yang
berarti perihal meningkatkan kegiatan yang lebih baik/hebat. Artinya
intensifikasi berkaitan dengan sebuah usaha/upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau institusi dalam rangka mendorong peningkatan sebuah hasil
yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Intensifikasi umumnya
diarahkan untuk dapat menghasilkan capaian kegiatan yang lebih maksimal
dari kondisi yang ada sebelum program dilaksanakan.
17
Lihat tulisan Fierly Oktifauziah dalam Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol 3 No.1 (2014)
dengan judul Penilaian intensifikasi dan ekstensifikasi untuk meningkatkan pendapatan as]I
daerah.
18
Lihat tulisan Fierly Oktifauziah:Ibid.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau APB Desa, dalam PP No. 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa, didefinisikan sebagai rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa.
Secara sederhana, postur anggaran pendapatan dan belanja desa atau APBDes
terdiri atas (1) pendapatan, (2) pengeluaran/belanja, dan (3) pembiayaan.
hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, (d) alokasi dana desa
yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota, (e) bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah Provinsi dan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota, (f) hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak
ketiga, dan (g) lain-lain pendapatan yang sah.
(b) Transfer
Yang didalamnya terdiri atas:
(1) Dana Desa
(2) Bagian dari hasil pajak daerah Kabupaten/Kota dan retribusi daerah
(3) Alokasi dana desa/ADD
(4) Bantuan keuangan dari APBD Provinsi baik yang bersifat umum
maupun khusus. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dikelola
oleh desa dalam APBDesa tetapi tidak menerapkan ketentuan
penggunaan paling sedikit 70% dan paliing banyak 30%.
(5) Bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/Kota baik yang bersifat
umum maupun khusus. Bantuan keuangan yang bersifat khusus
Desa dapat menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis, jika persoalan
pendapatan ini teratasi. Ketujuh sumber pendapatan desa dapat dibaca
sebagai peluang dimana desa dapat menggunakannya untuk mengeksplorasi
kemampuan desa. Meski demikian, tidak semua desa mampu memanfaatkan
peluang ini.
Bagian kedua dari APBDesa adalah postur pengeluaran atau belanja. Belanja
desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa digunakan untuk membiayai
semua penyelenggaraan kewenangan desa.
Belanja desa dibagi atas lima kelompok yaitu (a) kelompok belanja
penyelenggaraan pemerintahan desa, (b) kelompok belanja pelaksanaan
pembangunan desa, (c) kelompok belanja pembinaan kemasyarakatan desa, (d)
kelompok belanja pemberdayaan masyarakat desa, dan (e) kelompok belanja
tak terduga.
Kelima kelompok belanja ini dibagi dalam kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan desa yang dituangkan dalam rencana kerja pemerintah desa.
Kegiatan-kegiatan kemudian dibagi atas jenis belanja/akun belanja (a)
pegawai, (b) barang dan jasa, dan (c) modal.
Dalam keadaan darurat dan keadaan luar biasa, pemerintah desa dapat
melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya. Keadaan darurat
dimaksud dapat berupa bencana alam, bencana sosial, atau kerusakan sarana
dan prasarana. Keadaan luar biasa (KLB) seperti serangan wabah. Baik
keadaan darurat maupun keadaan luar biasa ditentukan dengan keputusan
Bupati/Walikota.
Pengeluaran pembiayaan terdiri atas (1) pembentukan dana cadangan dan (2)
penyertaan modal desa. Pembentukan dana cadangan dimaksudkan untuk
membiayai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan desa. Peraturan
desa tentang dana cadangan paling sedikit memuat (a) penetapan tujuan
pembentukan dana cadangan, (b) program dan kegiatan yang akan dibiayai
dari dana cadangan, (c) besaran dan rincian dana cadangan yang harus
dianggarkan, (d) sumber dana cadangan, dan (e) tahun anggaran pelaksanaan
dana cadangan.
(a) perencanaan:
Tahap perencanaan dimulai dari penyusunan rancangan peraturan desa
tentang anggaran pendapatan dan belanja desa oleh sekretaris desa dan
timnya untuk diserahkan kepada kepala desa. Bahan rancangan
peraturan desa dimaksud kemudian menjadi dasar bagi pemerintah
desa dalam membahas APBDesa bersama Badan Permusyawaratan
Desa. Rancangan perdes APBDesa yang telah diisepakati disampaikan
kepala desa kepada Bupati melalui camat paling lambat 3 (tiga) hari
untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi perdes
APBDesa paling lambat 20 (duapuluh hari) setelah diterima dari desa.
Dalam jangka waktu 20 hari, jika Bupati/Walikota tidak memberikan
evaluasi maka rancangan perdes APBDesa berlaku dengan sendirinya.
(b) pelaksanaan
(c) penatausahaan
(d) pelaporan
(e) pertanggungjawaban
, (b)
Dari cara penulisan dan maksud, jelas bahwa Desa yang disebut dalam
undang-undang memiliki perspektif yang lain dari desa yang dikenal secara
umum. Persepektif umum tentang desa adalah suasana kehidupan yang jauh
dari keramaian, tentram, guyub, dan damai. Desa dilawankan dengan kota
yang maju, modern, memiliki stratifikasi sosial yang jelas, serta renggang
hubungan sosialnya.
Dari cara penulisan dan maksud, jelas bahwa Desa yang disebut dalam
undang-undang memiliki perspektif yang lain dari desa yang dikenal secara
umum. Persepektif umum tentang desa adalah suasana kehidupan yang jauh
dari keramaian, tentram, guyub, dan damai. Desa dilawankan dengan kota
yang maju, modern, memiliki stratifikasi sosial yang jelas, serta renggang
hubungan sosialnya.
2.3.3. Model Desa dengan Base Line Intensifikasi Sumber Pendapatan Asli
Dari cara penulisan dan maksud, jelas bahwa Desa yang disebut dalam
undang-undang memiliki perspektif yang lain dari desa yang dikenal secara
umum. Persepektif umum tentang desa adalah suasana kehidupan yang jauh
dari keramaian, tentram, guyub, dan damai. Desa dilawankan dengan kota
yang maju, modern, memiliki stratifikasi sosial yang jelas, serta renggang
hubungan sosialnya.
pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa, pemandian umum, dan
aset lain milik desa.
2) tanah hibah.
3) Penampung air.
4) kios perdagangan.
5) serta peralihan wewenang pengelolaan pasar desa dan pasar hewa.n
6) dan lain-lain.
Ada berbagai macam kendala yang selama ini dihadapi oleh masyarakat
perdesaan dalam melaksanakan pembangunan antara lain:
- Keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan potensi
sumber daya alam yang tersedia.
- Keterisolasian dan keterbatasan sarana dan prasarana fisik.
- Lemahnya kemampuan kelembagaan terhadap peluang-peluang bisnis
yang ada jasa dan perdagangan.
- Terbatasnya akses masyarakat kepada sumber-sumber kemajuan
ekonomi yang antara lain meliputi: akses permodalan, akses teknologi
produksi, akses manajemen usaha, pengetahuan dan keterampilan
SDM yang ada, akses informasi pasar dan keberlanjutan usaha-usaha
produksi.