KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat sebagai tempat bermukim suatu
golongan penduduk yang ditandai dengan penggunaan tata bahasa dengan logat kedaerahan
yang kental, tingkat pendidikan relatif rendah, dan umumnya warga masyarakatnya bermata
pencaharian di bidang agraris atau kelautan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
disebutkan desa adalah (1) wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai
sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh Kepala Desa), (2) sekelompok rumah diluar kota
yang merupakan kesatuan kampong, dusun, (3) udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman
atau lawan dari kota), (4) tempat, tanah, daerah. Sedangkan definisi desa menurut Talizihudu
Ndraha dalam bukunya Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, adalah kesatuan organisasi
pemerintahan yang terendah, mempunyai batas wilayah tertentu, langsung dibawah
kecamatan, dan merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berhak menyelenggarakan
rumah tangganya.
Desa merupakan subsistem dari Pemerintahan yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, tentunya mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu,
desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan
berpedoman pada keanekaragaman, partisipasi otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan
masyarakat. Karena itu desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik, dan
partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan.
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air,
tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai
“a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan
berada di Daerah Kabupaten.
Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa dan dilandasi pemikiran otonomi asli,
demokratisasi, partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat (Widjaja, 2008:3). Desa merupakan
suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri. Selanjutnya, Soenardjo (1984:11) menyatakan bahwa
desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap
dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan batin yang
sangat kuat, baik karena keturunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik,
ekonomi, social dan keamanan serta memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama,
memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah
tangga sendiri
Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun
2005 tentang Desa yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul
desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/ kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara
langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan diserahkan
kepada desa.
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan
pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap
masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam
menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat
yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni:
Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga.
Kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat.
Ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun.
Keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran, sosial,
produksi, dan sarana pemerintahan desa.
Kelima, faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan
bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat.
Keenam, faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian
masyarakat.
Ciri-ciri umum desa menurut Suhartono, yaitu:
1. Pada umumnya terletak atau sangat dekat dengan pusat wilayah usaha tani
(agraris)
2. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan perekonomian yang dominan
3. Faktor penguasaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakatnya
4. Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang sebagian besar penduduknya
merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat “terganti dengan
sendirinya”,
5. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih bersifat
personal dalam bentuk tatap muka.
6. Mempunyai tingkat homogenitas yang relatif tinggi dan ikatan sosial yang relatif
lebih ketat daripada kota.
2. Unsur-Unsur Desa
Perbedaan-perbedaan pengertian itu sulit untuk dapat disimpulkan karena adanya
perbedaan persepsi dan perbedaan latar belakang. Sangat sulit untuk memperoleh pengertian
umum yang dapat diterima semua fihak. Hal ini dapat diberikan penjelasan berdasarkan
berbagai rumusan di atas.
Harm J. de Blij (1977) menjelaskan di dalam bukunya bahwa desa bisa di sebut dengan
desa tidak dapat ditinjau dari jumlah penduduknya. demikian juga luas daerah, fungsi,
lapangan kerja dan sebagainya tidak dapat digunakan dengan tepat untuk memberi batasan
desa. Lanjutnya, dibahas bahwa desa merniliki variasi yang besar dalam ukuran dan
bentuknya. Oleh karena itu dalam penyusunan definisi desa perlu diperhatikan tiga unsur
desa yang penting. Unsur ini di kemukakan oleh R. Bintarto (1977), yaitu :
1. Unsur Daerah : unsur daerah memiliki artian tanah-tanah di desa yang produktif dan
yang tidak produktif, beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan
batas yang merupakan unsur geografi setempat.
2. Unsur Penduduk : Unsur penduduk merupakan jumlah, pertambahan, kepadatan,
persebaran, dan mata pencaharian penduduk.
3. Unsur Tata Kehidupan : Unsur Tata Kehidupan merupakan pola tata pergaulan dan
ikatan-ikatan pergaulan tata desa. Kehidupan masyarakat desa (Rural Society)
3. Perkembangan Desa
1) Desa Swadaya : Berdaraskan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 2005 Desa
swadaya merupakan desa yang paling terbelakang dengan budaya kehidupan yang masih
tradisional sangat terkait dengan adat istiadat atau sering kita sebut sebagai desa
tradisional. Desa ini biasanya mempunyai tingkat kesejahteraan yang rendah, sarana
yang minim serta sangat tergantung pada alam. Pada sisi lain desa swadaya masih
tergantung pada sektor ekonomi primer atau budidaya serta kurang mengoptimalkan
potensi alam. Secara umum ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut:
1) Lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian di sektor primer (berburu,
menangkap ikan, dan bercocok tanam secara tradisional)
2) Produksi desa sangat rendah di bawah 50 juta rupiah/tahun
3) Adat istiadat masih mengikat kuat
4) Pendidikan dan keterampilan rendah, kurang dari 30% yang lulus SD
5) Prasarana masih sangat kurang
6) Kelembagaan formal maupun informal kurang berfungsi dengan baik
7) Swadaya masyarakat masih sangat rendah sehingga kerap kali pembangunan
desa selalu menunggu dari atas. Sehubungan dengan hal tersebut
Wardiyatmoko menjelaskan bahwa Desa
Sehubungan dengan hal tersebut Wardiyatmoko menjelaskan bahwa Desa Tradisional
(Swadaya) memiliki ciri-ciri :
1) Masih tradisional
2) Bersifat subsistence minded (sekedar mencukupi kebutuhan primer)
3) Hasil produksinya rendah
4) Tingkat pendidikan sangat rendah
5) Administrasi pemerintah belum berkembang
6) Sarana dan prasarana sangat terbatas
2) Desa Swakarya : Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 2005
bahwa Desa swakarya telah mengalami perkembangan agak maju dibandingkan dengan
desa swadaya dan ini telah memiliki landasan untuk berkembang lebih baik serta
penduduknya relatif lebih kosmopolit. Secara umum ciri-ciri desa swakarya adalah
sebagai berikut :
1) Mata pencaharian penduduk mulai berkembang dari sektor primer ke
industri, penduduk desa mulai menerapkan teknologi pada usaha taninya, dan
perkembangan kerajinan serta sektor sekunder mulai berkembang.
2) Produksi desa masih pada tingkat sedang, yaitu 50-100 juta rupiah/tahun
3) Adat istiadat dalam keadaan transisi dimana dominasi adat mulai luntur.
4) Kelembagaan formal maupun informal mulai berkembang ada 4-6 lembaga
yang hidup.
5) Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat sedang 30- 60%
telah lulus SD
6) Fasilitas dan prasarana mulai ada mesti tidak lengkap, paling tidak ada 4-6
sarana umum yang tersedia di masyarakat
7) Swadaya dan gotong royong dalam pembangunan desa mulai tampak walau
tidak sepenuhnya.
wardiyatmoko menjelaskan bahwa desa swakarya memiliki ciri-ciri:
1) Lebih maju dari desa swadaya
2) Pengaruh luar dan teknologi mulai masuk
3) Hasil produksinya mulai meningkat
4) 30-60% dari jumlah penduduk tamat SD
5) Administrasi pemerintahan dan hubungan desa mulai berkembang
6) Komunikasi dengan daerah luar mulai meningkat
3) Desa Swasembada : Berdasarkan instruksi menteri Dalam Negeri No.11 Tahun 2005
bahwa desa swasembada merupakan desa yang memiliki kemandirian lebih dalam segala
hal terkait dengan aspek sosial dan ekonominya. Desa ini mulai berkembang dan maju
dengan petani yang tidak terikat pada adat istiadat lagi. Selain itu sarana dan prasarana
telah lengkap namun tidak selengkap kota serta perekonomian telah mengarah pada
industri dan jasa. Perdagangan dan sektor sekunder telah berkembang sehingga secara
umum Desa Swasembada dapat dicirikan sebagai berikut:
1) Mata pencaharian penduduk sebahagian besar disektor jasa dan perdagangan
atau lebih dari 55% penduduk bekerja disektor tersier
2) Produksi telah tinggi penghasilan seluruh usaha yang ada di desa di atas 100
juta rupiah pertahun
3) Adat istiadat tidak mengikat lagi meskipun sebahagian masyarakat masih
mengunakannya
4) Kelembagaan telah berjalan sesuai dengan fungsinya dan telah ada 7- 9
lembaga yang hidup
5) Pendidikan dan keterampilan telah tinggi 60% telah lulus SD dan sekolah
lanjutan bahkan telah lulus perguruan tinggi
6) Prasarana dan sarana baik
7) Penduduk punya inisiatif sendiri melalui swadaya dan gotong royong dalam
membangun desa.
Sehubungan dengan hal tersebut Wardiyatmoko menjelaskan bahwa Desa
Swasembada atau Desa Berkembang memiliki ciri-ciri:
1) Pengaruh pembaharuan sudah mulai ada
2) Adat istiadat tidak terlalu mengikat lagi
3) Penerapan teknologi baru benar-benar dimanfaatkan sehingga produksi
maningkat
4) Sarana dan prasarana desa sudah mulai baik sehingga hubungan dengan kota
lancar
5) Dapat berdiri diatas kaki sendiri
Blij, Harm J, de dan Alexander B. Murphy. 1998. Human Geography. Culture and Space.
New York: John Wiley and Sons
Dorobantu, M., & Nistoreanu, P., 2012,"Rural Tourism and Ecotourism-the Main Priorities in
Sustainable Development Orientations of Rural Local Communities in
Romania",EconomyTransdisciplinarity Cognition
Okech, R., Haghiri, M., & George, B. P., 2015,"Rural Tourism As a Sustainable
Development Alternative: An Analysis Wish Special Reference to Luanda,
Kenya",Cultur-Revisa de Cultura e Turismo
Soenardjo, R.H. Unang, 1984, Tinjauan Singkat Tentang: Pemerintahan Desa dan Kelurahan,
Tarsito, Bandung
Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Widjaja, H.A.W. 2008. Otonomo Desa: Meruapakan otonomi Yang Asli Bulat dan Utuh.
Jakarta: Rajawali Pers.
Peraturan Peraturan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 1 ayat 1