Anda di halaman 1dari 31

Perkuliahan Minggu ke-4

GEOGRAFI PEDESAAN

Geografi
Perdesaan
2 SKS
Pengampu
Drs. Muhammad Zid, M.Si
Ode Sofyan Hardi, M.Si
Drs. Muhammad Zid, M.Si
Ode Sofyan Hardi, S.Pd., M.Si., M.Pd
Ilham Mataburu., S.Si., M.Si

DEFINISI DESA
Desa adalah satuan wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah dan langsung di bawah
camat, serta berhak menyelenggarakan rumah
tangga sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia. Ciri utama desa adalah
kepala desanya dipilih oleh masyarakat
setempat.
(BPS)

DEFINISI DESA
Secara hukum (yuridis), desa adalah kesatuan
masyarakat hukum, atau sebagai subyek
hukum yang otonom. Desa dapat dimaknai
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah serta berhak
dan berwenang untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dan kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan hak asalusul dan asas desentralisasi.

DEFINISI DESA
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1979
tentang pemerintah daerah Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyrakat hokum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah,
langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara kesatuan
Republik Indonesi.

DEFINISI DESA
Pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan
penduduknya berpangkujiwa Agraris
(Drs N Daljoeni)
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerntahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(C.S. Kansil)

Definisi Desa
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo
1965

Desa adalah suatu kesatuan hukum


tempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan
sendiri.

Desa adalah permukiman penduduk


yang letaknya di luar kota. Biasanya
penduduknya beraktivitas sebagai
petani.

SYARAT-SYARAT DESA
1.

2.
3.

4.

Mempunyai wilayah, dalam arti wilayah


fungsional ataupun nodal
Adanya penduduk,
Mempunyai sistem pemerintahan, baik
dalam bentuk pemerintahan resmi atau
pemerintahan yang dibentuk atas dasar
budaya
Mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan
sendiri, norma-norma yang mengikat

Desa senantiasa menjadi entitas pinggiran


(marginal) dalam semesta ketatanegaraan
dan desentralisasi (politik, keuangan dan
pembangunan) di Indonesia. Di Jawa, para
praktisi pemerintahan desa merasakan
bahwa desa hanya dijadikan gedibal
(pesuruh kasar yang tidak dihargai secara
manusiawi) atau obyek pengaturan dan
proyek-proyek pembangunan. Sementara di
Luar Jawa, para pemimpin adat dan para
aktivis menuding Jawanisasi atas regulasi
nasional yang mereka anggap tidak sensitif
pada keragaman konteks lokal.

SYARAT-SYARAT

Mempunyai wilayah
Adanya penduduk
Mempunyai pemerintahan
Berada langsung dibawah camat
Mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan sendiri
Sumber bahan pangan
Penghasil bahan mentah.
Penghasil tenaga kerja
Pusat-pusat industri kecil
Desa sebagai Hinterland (Pemasok kebutuhan
bagi Kota)
Merupakan mitra bagi pembangunan kota
Merupakan bentuk pemerintahan terkecil di
wilayah kesatuan Republik Indonesia.

FUNGSI
POLA KEERUANGAN
DESA

KLASIFIKAKSI

Potensi

Menurut Aktifitasnya
Menurut Tingkat Perkembangannya

Potensi Ekonomi
Potensi Sosial

System Perhubungan

Topografi
Pola pesebaran desa

Kajian Geografi Pedesaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kajian Geografi Pedesaan Meliputi,


(Philips dan Williams, 1984)
Sosial Pedesaan
Perekonomian Pedesaan (Pertanian)
Perekonomian Pedesaan (Non Pertanian)
Kependudukan
Transportasi dan Aksesibilitas
Perencanaan daerah Tertinggal
Pariwisata

2 sisi pandang untuk menelaah perdesaan


Haeruman (1997)

Pembangunan perdesaan dipandang sebagai


suatu proses alamiah yang bertumpu pada
potensi yang dimiliki dan kemampuan inheren
masyarakat desa. Pendekatan ini meminimalkan
campur tangan dari luar sehingga perubahan
yang diharapkan berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang.

Sisi yang lain memandang bahwa pembangunan


perdesaan sebagai suatu interaksi antara
potensi yang dimiliki oleh masyarakat desa dan
dorongan
dari
luar
untuk
mempercepat
pembangunan perdesaan.

Sejarah Perkembangan Geografi Perdesaan

Geografi Perdesaan merupakan cabang dari


geografi manusia yang berkembang sejak dekade
tahun 1960an, disebabkan munculya fenomena
kemiskinan dibeberapa wilayah di negara
berkembang

Faktor Penyebab Lambatnya Perkembangan


Keilmuan Geografi Persedaan

Kurangnya Penelitian Ilmuan geografi pada


masa itu terhadap masalah-masalah
ekonomi dan sosial perdesaan
Ketertarikan terhadap sektor teknologi dan
industri pasca revolusi industri,
mengakibatkan para ilmuan berkeser
kesektor tersebut
Karena masalah-masalah yang terdapat
didesa terlalu monoton (sektor pertanian)
sehingga kurang menarik para peneliti

Dekade 1970an dst

Fenomena munculnya kemiskinan


Alih fungsi tanah yang mengakibatkan kurangnya
lahan pertanin
Ketersediaan Pangan
Rusaknya tanah pertanian akibat pemupukan
(Revolusi Hijau)
Pola hidup Masyarakat Perdesaan
Inmigrasi dari kota ke desa
Meningkatnya harga jual tanah
Urbanisasi/urbanism
Makin Meningkatnya penduduk Tunakisma (land
Less)

Data Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal


Republik Indonesia Tahun 2008
1.

2.

38.232 (54,14%) kategori desa maju, yang terdiri dari


36.793 (52,03%) kategori maju dan 1.493 (2,11%)
kategori sangat maju.
32.379 (45,86%) yang terdiri dari 29.634 (41,97 %)
kategori tertinggal dan 2.745 (3,89%) kategori sangat
tertinggal.

Semantara itu, fakta tentang desa tertinggal menyebutkan


bahwa desa belum dapat dilalui mobil sebanyak 9.425 desa,
desa belum ada sarana kesehatan sejumlah 20.435 desa,
desa belum ada pasar permamen sebanyak 29.421 desa,
desa belum ada listrik sebanyak 6.240 desa. Sementara,
rata-rata keluarga miskin di desa tertinggal adalah 46,44
persen

Kasus di Indonesia
Besarnya disparitas antara desa maju dan desa
tertinggal banyak disebabkan oleh pendekatan
sektoral terlalu dominan di mana masing-masing
sektor berjalan sendiri-sendiri. Faktor lain adalah
pendekatan top down dan button up yang belum
berjalan seimbang, pembangunan belum sepenuhnya
partisipatif, kebijakan yang sentralistik sementara
kondisi pedesaan amat plural dan beragam. Penyebab
lainnya adalah pembangunan pedesaan belum
terintegrasi dan belum komprehensif. Belum adanya
fokus kegiatan pembangunan pedesaan, lokus
kegiatan belum tepat sasaran, kebijakan
pembangunan desa belum sepenuhnya menekankan
pro poor, pro job, dan pro growth.

Program-program pembangunan perdesaan yang


pernah
dilaksanakan

Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Program


Pusat Pengembangan Terpadu Antar Desa
(PPTAD)
KOGM (Komando Gerakan Makmur)
Bimas (Bimbingan Massal)
Inmas (Intensifikasi Massal)
Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra
Insus
Kredit Usaha Tani (KUT)

Faktor Penyebab Pembangunan Desa Gagal

Seluruh program yang disebutkan di atas, jika dikaji lebih


jauh dan seksama, merupakan program seragam yang
diberlakukan secara nasional, sama dari Sabang sampai
Merauke, tanpa memperhatikan potensi masingmasing desa,
mulai dari krakteristik alam, hingga kondisi sosial budaya,
serta sumber daya dan kebutuhan masyarakat.
Program terlihat berjalan dengan lancar, namun ketika
selesai, ternyata, kesejahteraan masyarakat tidak kunjung
meningkat, dengan kata lain program-program tersebut gagal
mengantarkan kesejahteran bagi masyarakat desa.
Faktor lingkungan yang berubah dengan sangat cepat, neoliberalisasi yang juga melanda sektor pertanian yang menjadi
tumpuan kehidupan di desa tidak menjadi bahan
pertimbangan dalam penentuan pola dan program
pembangunan desa.

Faktor Penyebab Pembangunan Desa Gagal..........

Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat desa masih


cenderung pasif dan menerima apapun yang ditentukan
pemerintah melalui program program pembangunan, seperti
yang telah disebutkan diatas, cenderung mengikuti, tanpa
protes walaupun pada akhirnya terbukti programprogram
tersebut terbukti tidak memberi manfaat yang berari bagi
peningkatan kesejahteraannya.
Kondisi sumber daya manusia petani Indonesia yang sangat
terbatas, posisi yang lemah karena ketidakterwakilannya di
panggung politik menyebabkan desa semakin tidak nyaman,
dan kehidupan petani Indonesia semakin tidak menentu.
Tidak
berpihaknya
pemerintah
untuk
sepenuhnya
mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Ketidakmampuan petani mengambil berbagai keputusan
penting dalam kegiatan usahanya, misalnya keputusan
menentukan komoditas, menetapkan harga, dan membela
kepentingan-kepentinganya dalam level kebijakan.

Pendekatan pembangunan perdesaan


mulai diarahkan secara integral
dengan mempertimbangkan
kekhasan daerah baik dilihat dari sisi
kondisi, potensi dan prospek dari
masing-masing daerah

Korten (1982),
Mengemukakan bahwa pembangunan akan
mampu mengembangkan keswadayaan
masyarakat apabila pembangunan itu
berorientasi pada kebutuhan masyarakat
(people centered development).
Pembangunan yang berpusat pada
masyarakat itu dapat direalisasikan apabila
memanfaatkan organisasi lokal yang ada di
masyarakat.

Sediono Tjandronegoro,1982
(Harian Nasional Kompas)

Mengemukakan bahwa bentuk


kelompok informal yang tumbuh dari
bawah dan berciri demokratik
merupakan wadah bagi masyarakat
desa untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. Pembinaan kelompok
informal ini menyebabkan komunikasi
antara pemerintah dan masyarkat desa

Kebijakan pembangunan perdesaan secara


umum dapat dipilah dalam tiga kelompok
(Haeruman, 1997),

Kebijakan secara tidak langsung diarahkan pada


penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan
setiap
upaya
pembangunan
perdesaan
yang
mendukung
kegiatan
sosial
ekonomi,
seperti
penyediaan prasarana dan sarana pendukung (seperti
pasar, pendidikan, kesehatan, jalan), penguatan
kelembagaan, dan perlindungan terhadap aktivitas
sosial ekonomi masyarakat melalui perundangundangan.
Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan
kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan.
Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui
upaya khusus, seperti penjaminan hukum melalui
perundang-undangan
dan
penjaminan
terhadap
keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Arah Kebijakan Pembangunan Perdesaan


Arah kebijakan pembangunan perdesaan harus dilaksanakan
melalui pendekatan sektoral dan regional.

Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai


dengan pertanyaan yang menyangkut sektor apa yang perlu
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pendekatan regional lebih menitikberatkan pada daerah
mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan,
baru kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan
di masing-masing daerah. Di dalam kenyataan, pendekatan
regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas,
melainkan hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti
daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau daerah yang
diharapkan mempunyai posisi strategis dalam arti ekonomipolitis.

Oleh karena arah yang dituju adalah gabungan antara


pendekatan sektoral dan regional, maka pembangunan daerah
perlu selalu dikaitkan dimensi sektoral dengan dimensi spasial

Undang-undang Penataan
Ruang (UUPR) tahun 1992
menyebutkan bahwa penataan ruang kawasan
perdesaan diselenggarakan sebagai bagian dari
penataan ruang wilayah nasional atau wilayah propinsi
dan kabupaten/kota. Penataan kawasan perdesaan
harus disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
perekonomian yang ada dikawasan yang bersangkutan.
Kawasan perdesaan merupakan kawasanyang memiliki
kegiatan utama di sektor pertanian, termasuk
didalamnya pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa membangun pertanian pada
hakekatnya adalah membangun perekonomian desa itu
sendiri.

Sektor Perekonomian Wilayah


Soedrajat, 1997

Sektor pertumbuhan primer, yakni sektor


atau
kegiatan
ekonomi
yang
menciptakan
pertumbuhan pesat dan menciptakan kekuatan
ekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian

Sektor pertumbuhan suplementer, yakni


sektor yang berkembang dengan cepat sebagai akibat
langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan
primer,

Sektor pertumbuhan terkait, yakni sektor


atau ekonomi yang berkembang seirama dengan
kenaikan pendapatan, penduduk dan produksi sektor
industri.

Potensi Desa

Rasa kekeluargaan dan kebiasaan gotong royong


Kebersamaan latar belakang budaya dan adat istiadat
Telah memiliki mata pencaharian dasar, baik sebagai
petani ataupun nelayan, ataupun sebagai pengrajin,
yang berasal dari turun temurun, misalnya :
kemampuan menenun, membantik, membuat keramik,
dan lain sebagainya.
Adanya tetua-tetua adat yang dianggap sebagai orang
yang disegani di desa, menandakan adanya
kepemimpinan dalam masyarakat desa.
Teredianya lahan yang dapat digarap sebagai wadah
produktif masyarakat.

5 Potensi Kekuatan Utama Desa

Rasa kekeluargaan dan kebiasaan gotong royong jika dibangkitkan akan


menghasilkan kekuatan kerja sama kelompok yang dinamis.
Kebersamaan latar belakang budaya dan adapt istiadat jika dibangkitkan
akan menghasilkan kekuatan mencintai tempat kelahirannya, merupakan
modal dasar untuk mengembangkan kehidupan di desa.
Adanya mata pencaharian dasar (petani, nelayan, pengrajin, dan
sebagainya) jika dibangkitkan akan menghasilkan kekuatan sektor
unggulan di desa.
Adanya tetua-tetua adat yang dianggap sebagai orang yang disegani di
desa , menandai adanya kepemimpinan dalam masyarakat desa, jika
dibangkitkan akan menghasilkan kekuatan kepemimpinan dalam
masyarakat, yang akan sangat berperan dalam membuat suasana yang
kondusif, menjalankan fungsi koordnatif dan sebagai organisator
pembangunan di desa, yang benar-benar dipercaya masyarakat.
Lahan dan sumber daya alam yang dapat digarap dan dikelola sebagai
wadah produksi masyarakat, jika dibangkitkan dan dikelola dengan baik,
jika dibangkitkan akan menghasilkan kekuatan produksi masyarakat.

Model Pembangunan Desa Berbasis


Kekuatan Sumber Daya Masyarakat

Cukup Sekian Perkuliahan

GEOGRAFI PEDESAAN

Geografi
Perdesaan
2 SKS

Kita Ketemu
Minggu Depan
Pengampu
Drs. Muhammad Zid, M.Si
Ode Sofyan Hardi, M.Si

Hubungan antara
..........................................

Geografi Regional
dengan

Geografi Perdesaan

Anda mungkin juga menyukai