Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RUTIN 2

“Mengidentifikasi dan Menganalisis Karakteristik Desa-Kota Berdasarkan


Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik”

Dra. Novida Yenny, M.Si.

Disusun Oleh :
ROULINA SIMANJORANG (3193131024)
D 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KARAKTERISTIK
DESA

BUDAYA
SOSIA EKONO DAN
L MI POLITIK

Kehidupan masyarakat pedesaan dicirikan oleh kagiatan yang pada umumnya bercorak
agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh lingkungan alam. Dengan kata
lain, pengaruh lingkungan atau kondisi alam setempat masih sangat kuat mewarnai tatanan dan
pola hidup penduduk desa. Hubungan antar warga masyarakat desa sangat erat, saling mengenal
dan gotong royong. Penderitaan seseorang di perdesaan pada umumnya menjadi derita semua
pihak. Menurut para ahli sosiologi hubungan masyarakat semacam ini dikenal dengan istilah
gemeinschaft (paguyuban).

Ada beberapa karakteristik yang menjadikan suatu daerah disebut desa, yakni:

1. Gameinschaft
2. Paguyuban
3. Gotong royong
4. Homogen (agraris/petani)
5. Toleransi sosial kuat
6. Proses sosial lambat
7. Tergantung pada alam
8. Mobilitas penduduk rendah
Tipologi adalah penciri-penciri atau karakteristik dominan dari suatu objek, berikut
beberapa point tipologi pedesaan :

1. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pertanian


2. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani/nelayan
3. Identik dengan kemsikinan, keterbelakangan dan kebodohan
4. Pertanian, budaya dan kelembagaannya Bercorak tradisional
5. Lemah fasilitas pendukungnya

Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Desa, ciri-ciri desa antara lain sebagai
berikut.

 Perbandingan manusia dengan lahan ( man and land ratio ) cukup besar, artinya lahan-
lahan di pedesaan masih relative luas dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
menempatinya sehingga kepadatan penduduknya masih rendah dan lapangan pekerjaan
penduduk masih bertumpu pada sektor agraris.
 Hubungan antarwarga masyarakat desa masih sangat akrab dan sifat-sifat masyarakat
masih memegang teguh tradisi yang berlaku.
 Sarana dan prasarana kemunikasi dan perhubungan sebagai besar masih sangat
sederhana, seperti berupa jalan batu, jalan aspal sederhana, tidak beraspal, bahkan jalan
setapak. Sarana perhubungan atau transportasi yang umum dijumpai antara lain angkutan
pedesaan, ojek, alat transportasi perairan, seperti perahu sederhana atau rakit, bahkan di
beberapa tempat masih ada yang menggunakan kuda maupu sapi.

1.Karakteristik Desa Berdasarkan Sosial

Secara khusus beberapa karakteristik sosial masyarakat desa menurut Soerjono Soekanto
( 1982 ) antara lain yaitu :

 Warga masyarakat pedesaan memiliki hubungan kekerabatan yang kuat karena umumnya
berasal dari satu keturunan. Oleh karena itu biasanya dalam satu wilayah pedesaan antara
sesame warga masyarakatnya masih memiliki hubungan keluarga ataupun saudara.
 Daroi corak kehidupannya bersifat gemeinschaft yakni diikat oleh sistem kekeluargaan
yang kuat. Selain itu, penduduk desa merupakan masyarakat yang bersifat face to face
group artinya antar sesame warga saling mengenal.
 Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor agraris (pertanian, perkebunan , pertenakan
maupun perikanan).
 Cara bertani masih relative sederhana atau tradisional sehingga sebagian besar hasilnya
masih diperuntukkan bagi kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence farming).
 Sifat gotong royong masih cukup tampak dalam kehidupan sehari-hari penduduk desa.
 Golongan tetua kampung atau ketua adat masih memegang peranan sangat penting dan
memiliki charisma besar di masyarakat sehingga dalam musyawarah atau proses
pengambilan keputusan orang-orang tersebut sering kali dimintai saran dan petuah.
 Pada umumnya sebagian masyarakat masih memegang norma-norma agama yang cukup
kuat. Seiring dengan perjalanan waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan serta
teknologi tentu saja saat ini banyak desa yang telah mengalami perubahan. Komunikasi
dengan wilayah kota pun mulai tampak terjalin dan penduduk desa makin menyadari
bahwa komunikasi dengan perkotaan itu sangat penting.

2. Karakteristik Desa Berdasarkan Ekonomi

Beberapa kegiatan mata pencaharian di desa:

Bertani. Bersama sama mereka membuka hutan belukar dan masing – masing atau secara
bersamaan mereka mengolah tanah yang kosong untuk ditanami tumbuhan yang dapat
menghasilkan bahan – bahan makanan.
Perikanan dan pelayaran. Masyarakat penangkap ikan atau oleh orang-orang pelaut yang
pekerjaannya mengangkut barang-barang dagangannya ke seberang lautan. Demikian
juga halnya di tepian-tepian sungai besar.
Beternak. Dimana penduduknya mempunyai mata pencaharian dalam beternak. Seperti
sapi, kambing, ayam, bebek dan lain-lain.
Tambak. Masyarakat yang menemukan bibit dari laut yang dapat dipelihara di daratan
dan dalam air asin ternyata menjadi ikan yang lezat rasanya dan diberi nama ikan
bandeng, maka di tepi laut orang membuat kolam dari air laut yang di beri nama tambak.
3 Karakteristik Desa Berdasarkan Budaya dan Politik

Masyarakat tidak dapat terlepas dari politik, hal tersebut sudah menyatu dengan
kehidupan mereka. Kehidupan politik merupakan bagian dari interaksi hidup mereka, baik
dengan sesama masyarakat maupun dengan pemerintah atau lembaga-lembaga di luarpemerintah
(lembaga non-formal). Interaksi tersebut mengalami internalisasi ke dalam masyarakat yang
selanjutnya membentuk beragam pandangan, sikap, dan pengetahuan tentang praktik-praktik
politik dalam sistem politik yang akan menentukan bagaimana perilaku masyarakat tersebut.
Budaya politik bagi pandangan Gabriel Almond dan Sidney Verba adalah merupakan
sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap individu
terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Sistem politik mengalami
internalisasi ke dalam beberapa bentuk orientasi diantaranya 1) orientasi kognitif berisikan
pengetahuan dan kesadaran terhadap politik dan kepercayaan pada objek-objek politik; 2)
orientasi afektif berisikan perasaan-perasaan dan emosi-emosi terhadap objek-objek politik atau
sistem politik; dan 3) orientasi evaluatif berisikan keputusan dan pendapat tentang objek-objek
politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.
Dengan orientasi politik yang semacam itu, maka selanjutnya akan terbentuklah budaya politik
yang berbeda-beda pula (Sitepu, 2012: 164).
KARAKTERISTIK
KOTA

BUDAYA
SOSIA EKONO DAN
L MI POLITIK

Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi,
struktur sosial ekonomi heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Kota terdiri dari 2
bagian. Pertama, kota sebagai sebuah wadah yang punya batasan administrasi, sebagaimana
diatur dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang
punya ciri nonagraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan, serta berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan dan permukiman.

Berikut beberapa karakteristik yang mencerminkan bila suatu daerah disebut sebagai
kota:

1. Hubungan sosial bersifat gesselschaft


2. Individualis dan materialistis
3. Mata pencaharian nonagraris
4. Status sosial ekonomi heterogen
5. Toleransi lemah
6. Pandangan hidup rasional dan berpikiran maju
7. Kepadatan penduduk tinggi
8. Terdapat kesenjangan sosial
1. Karakteristik Kota Berdasarkan Sosial

Ada beberapa karateristik kota berdasarkan sosial:

 Hubungan sosial yang bersifat gesselschaft.


 Memiliki segresi keruangan.
 Norma keagamaan tidak terlalu ketat.
 Penduduk memiliki sikap individualisme serta egois.
 Masyarakat kota memiliki pandangan hidup lebih rasional jika dibandingkan masyarakat
desa.

2. Karakteristik Kota Berdasarkan Ekonomi

 Profesi yang banyak ditekuni adalah sebagai pegawai, baik pegawai kantor atau pegawai
pabrik.
 Profesi wirausahawan juga cukup meningkat dengan dasar bisnis yang memanfaatkan
bidang teknologi.
 Profesi pekerja jasa biasanya meliputi sopir, montir, jasa ojek, dan masih banyak lainnya.
Lalu, ada profesi jasa lainnya seperti dokter, polisi, guru bagi orang-orang yang memiliki
gelar di bidang tersebut.
 Adanya standar penghasilan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UMR atau Upah
Minimum Regional.
 Adanya organisasi berupa koperasi.

3. Karakteristik Kota Berdasarkan Budaya Politik

Teori dalam studi perkotaan selalu berkembang dan tidak statis. Hal ini karena setiap
teori memiliki asumsi yang berbeda dalam pertanyaan “apa yang dimaksud power” dan cara
menjelaskan itu. Dan mereka mengklaim paling benar dalam menjelaskan hal tersebut. Kondisi
seperti situasi yang saling berdebat dan berkompetisi untuk memenangkan pertarungan
konseptual ini membawa pembangunan teori menjadi maju. Debat tersebut dapat dilihat seperti
debat antara teori pluralis dan elitis yang merupakan perdebatan awal dalam studi politik
perkotaan. Dua teori jenis normatif ini mengasumsikan “siapa yang paling berhak memerintah di
kota”. Teori pluralism meyakini bahwa kekuasaan harus disebar dan tidak terkonsentrasi pada
segelintir orang. Sedangkan teori elitisme meyakini bahwa “kekuasaan sebaiknya dimiliki oleh
segelintir orang saja yang pantas untuk itu”.

Perkembangan selanjutnya muncul teori baru pada periode 1980-an, yaitu teori rezim.
Teori ini mengubah asumsi tentang “siapa yang berhak memerintah” menjadi “kekuasaan itu
untuk apa”. Teori ini melihat bagaimana sebuah tujuan dicapai atau bagaimana sebuah koalisi
pemerintahan dilakukan untuk mendapatkan pembangunan yang panjang dan stabil. Teori ini
lebih fokus pada dinamika yang terjadi dalam pemerintahhan itu… beberapa contoh
perkembangan ini setidaknya menunjukan bagaimana sebuah teori terus berkembang. Hal ini
dilakukan sebagai penyesuaian atas perkembangan realiitas poitik perkotaan, dan tuntutan untuk
menjawab itu.

Teori pluralis menggaris bawahi bahwa hal yang terpenting dari asumsi teori tersebut
adalah adalah tidak adanya kelompok minoritas yang terpojok. Terutama dalam pembuatan
kebijakan. Hal yang menjadi “musuh” dari pluralisme adalah praktek kekuasaan yang oligarki
dimana hanya segelintir orang yang menguasai kebijakan. Ini adalah bentuk politik di perkotaan
yang tidak ideal. Bentuk politik yang seperti itu akan menimbulkan kesenjangan di masyarakat.
untuk mengakhiri kondisi demikian perlu ada kontestasi agar semua pihak dapat masuk dalam
proses pengambilan kebijakan. Teori ini sangat dipenagruhi oleh paradigma politik dan ekonomi
liberal. Dengan demikian, kekuasaan politik di perkotaan dapat diisi oleh beragam orang yang
tak terbatasi institusi. Studi ini dikembangkan oleh Robert Dahl dalam studinya di New Haven,
AS.

Teori elit memiliki asumsi utama bahwa keputusan politik di perkotaan ditentukan oleh
segelintir elit. Secara struktural terdapat dua golongan di masyarakat, yaitu kelompok elit yang
minoritas, ia adalah kelompok yang memiliki sumber daya dan kebanyakan penduduk yang
mayoritas dan tidak meiliki sumber daya. Kelompok minoritas dalam hal ini berada di stratifikasi
lebih tinggi daripada kelompok mayoritas. Oleh karena itu, ia memiliki kans yang lebih besar
untuk mempengaruhi atau memegang kekuasaan di perkotaan. Ini menjadi studi yang empirik
saat kenyataan di lapangan mengatakan hal demikian.

Anda mungkin juga menyukai