PENDAHULUAN
Walaupun hingga saat ini belum ada kesepakatan umum tentang keberadaan
masayrakat pedesaan dalam bentuk pengertian yang baku. Akan tetapi, pedesaan
memiliki arti tersendiri dalam kajian struktur sosial atau kehidupanya. Dalam
keadaan yang sebenarnya, pedesaan dianggap sebagai standar dan pemeliharaan
sistem kehidupa bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti, gotong royong,
tolong menolong, persaudaraan, kesenian, kepribadian, adat istiaat, nilai-nilai dan
norma. Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan
bermasyarakat di mana anggota masyarakatnya bergaul dengan rukun, tenang,
selaras, dan akur. Konflik sosial biasanya berkutat pada peristiwa sehari-hari,
1
misalnya hal pemilikan tanah, gengsi, perkawinan, perbedaan antar kaum muda
dan tua, dan persoalan wanita dan pria. Pedesaan juga sering dipahami tenteram,
guyup, rukun.
Kesan populer secara sepintas tentang kehidupan masayarakat pedesaan
dipahami sepintas sebagai kelompok masayarakat yang “bodoh” lambat berpikir
dan bertindak, mudah tertipu, dan sebagainya. Kesan ini dilatarbelakangi oleh
ketidaktahuan tentang masayarakt desa. Untuk itu lebih tepatnya kesan tentang
kehidupan masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang masih menganut pola-
pola kehidupan tradisional. Akan tetapi, sifat-sifat tradisonal bagi masayarakat
pedesaan juga tidak selamanya benar, sebab pada awalnya pola masyaarkat
pertanian pedesaan secara tradisional digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sedangakan dewasa ini sudah banyak masayarakat pertanian menganut
pola bisnis.
Desa memiliki tingat perkembangannya, dari desa swakarya, swadaya
sampai kepada desa swasembada. Dalam ketiga konsep ini, makalah ini akan
menjelaskan dan memberikan gambaran tentang desa dan tingkatnnya. Dengan
diawali apa itu pengertian desa seacara umum dan khusus.
1.2 Tujuan
Agar dapat memahami pengertian desa menurut sosiologi pedesaan,
menurut para ahlinya,
2. Dapat memahami ciri-ciri desa dan mengetahui gambarannya,
3. Mengetahui dan mempelajari perkembangan desa dan ciri-cirinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
UU no. 22 tahun 1999 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten.
Sedangakan, defenisi resmi pengertian desa tertuang dalam Undang-
Undang No. 5 tahun 1979 “desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung
dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
4
bahwa keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat tidak berdasarkan
mayoritas, yang menganut suatu pendirian tertentu, melainkan seluruh rapat,
seolah-olah sebagai suatu badan.
1. Penduduknya jarang.
2. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
3. Bersifat tertutup.
4. Masyarakat memegang teguh adat.
5. Teknologi masih rendah.
6. Sarana dan prasarana sangat kurang.
7. Hubungan antarmanusia sangat erat.
5
8. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga
Menurut KBBI desa swakarya memiliki pengertian desa yang sudah agak
longgar adat-istiadatnya karena pengaruh luar, mengenai teknologi pertanian, dan
taraf pendidikan warganya relatif tinggi dibandingkan desa swadaya. Adopsi
teknologi tertentu sering merupakan salah satu sumber perubahan itu.
6
4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan
prasarana lain.
5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
2.3.3 Desa Swasembada
Desa swasembada atau disebut juga dengan desa maju atau berkembang.
Menurut kamus besar bahasa Inodesia desa swasembada adalah desa yang lebih
maju daripada desa swakarya dan tidak terikat oleh adat-istiadat. Pengertian
secara umum, desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai
dengan kegiatan pembangunan regional. Di desa ini adat istiadat dalam
masyarakatnya sudah tidak mengikat, hubungan antar manusia bersifat nasional.
Mata pencaharian pendudu sudah beraneka ragam dan bergerak di sektor tertier,
teknologi baru sudah benar-benar di bidang pertanian, sehingga produktivitasnya
tinggi. Diimbangi dengan prasarana desa yang cukup. Bentuk desa bervariasi,
tetapi rata-rata memenuhi syarat-syarat pemukiman yang baik. Para pemukim
sudah banyak berpendidikan setingkat dengan sekolah atas.
Norma-norma desa swasembada (berkembang) ialah,
(1) mata pencaharian penduduk di sektor tertier yaitu sebagian besar
penduduknya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
(2) out put desa merupakan jumlah dari seluruh produksi desa di bidang
pertanian, peternakan, perkebunanam perikanan dan perdagagngan/ jasa sudah
tinngi.
Ciri-ciri desa swasembada:
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defenisi resmi pengertian desa tertuang dalam Undang-Undang No. 5 tahun
1979 “desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ciri-ciri desa adalah, adanya konflik dan
persaingan, kegiatan bekerja, sistem tolong-menolong, gotong-
royong,musawarah.
Desa memiliki perkembangan tersendiri, yaitu desa swadaya, desa swakarya
dan terakhir adalah desa swasembada. Desa menurut tingkatan ini
memiliki karakteristik yang berbeda, dan memiliki ciri-ciri. Dalam penjelasan di
makala, desa yang terkategori memiliki kemjuan adalah desa swadaya, kemudian
desa swakaryam, dan terakhir adalah desa swasembada.
Seperti penjelasan di bab II, bahwa desa-desa ini memiliki perbedaan out
put, kategori mata pencaharian, dan juga masalah yang dihadapi penduduknya.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang memilik tanggung jawab dalam
pembangunan yang ada di Indonesia. Desa merupakan wilayah terluas di
Indonesia, yang masih memiliki masalah sosial, mata pencaharian yang belum
layak, sandang pangan yang masih belum mencukupi, serta masalah lainya.
Bangsa kita, masih memiliki tinggkat kemiskinan yang tinggi dalam mencapai
globalisasi. Tentunya sebagai tugas dan tanggung jawab kita adalah memberikan
sumbangsih dan ilmu yang kita miliki dalam mencapai kemajuan desa-desa.
Sehingga desa yang masihnbrkutat dalam kategori desa swadaya bisa naik kepada
desa swakarya dan kemudian ke desa swasembada.
8
Bagi pemerintah, diharapkan bida memberikan perhatian khusus terhadap
desa-desa yang ada di Indonesia. Mengalokasikan dana untuk membangun desa
yang akan lebih baik dan bisa mengikuti perkembangan yang ada di kota.
Meniggkatkan kualitas desa itu sendiri. Selain itu, pemerintah memeberikan
program yang bisa membangun perkembangan desa, jangan melakukan korupsi
tentang pendanaan yang ada di desa, sehingga desa mendapatkan kemajuan
9
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Lain:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Desa (diakses pada tanggal 19 Oktober
2014)
http://www.kamusbesar.com/49943/desa-swadaya-swakarya-
swasembada (diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)
http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-desa-dan-
perkembangannya.html?=1 (diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)
[1] Raharjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University.
Yogyakarta . 2004. Hal 28-29
[2] Elly M. Setiadi & Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fatkta dan Gejala
Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Cetakan
Kedua.2011. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Hal. 841-842.
[3] Raharjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University.
Yogyakarta . 2004. Hal. 29-30
[4] Sajogyo & Pudjiwati. Sosiologi Pedesaan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 1992. Hal. 30-38.
[5] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Desa (diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)
[6] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Desa., Op. cit (diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)
10