Anda di halaman 1dari 28

Pola Pemukiman Desa

Geografi - XII

Anggota Materi 6

Kayana Hayyu Sasmito 13 /J5


Khansa Arif Mahatma 14 /J5
Lutfia Aziza 15 /J5
Poin Penting
1 Pengertian Desa
Pengertian desa yang dikemukakan oleh ahli

2 Ciri-ciri Desa
Desa dilihat dari ciri fisik dan tatanannya

3 Potensi Desa
Potensi yang dimiliki desa

4 Pola Pemukiman Desa


Jenis dan Penjelasan Pola dari Pemukiman Desa

5 Contoh Pemukiman Desa


Contoh pemukiman desa dan potensinya
g e rt ia n
Pe n
a

01
D e s
Pengertian Desa

Menurut Sutardjo
Desa Kertohadikusumo
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun Berdasarkan pemikiran tokoh
yakni Sutardjo Kertohadikusumo,
2014 tentang Desa, pengertian desa
dijelaskan bahwa desa adalah
adalah kesatuan masyarakat hukum yang suatu kesatuan hukum dan di
memiliki batas wilayah yang berwenang dalamnya bertempat tinggal
sekelompok masyarakat yang
untuk mengatur dan mengurus urusan berkuasa mengadakan
pemerintah, kepentingan masyarakat pemerintahan sendiri.
dan atau hak tradisional yang diakui
serta dihormati dalam sistem
pemerintahan negara.
i -C ir i
Ci r
Desa
02
Ciri-Ciri Khusus Desa

Suatu daerah dikatakan sebagai desa, a. Perbandingan lahan c. Hubungan antarwarga desa
karena memiliki beberapa ciri khas dengan manusia (man masih sangat akrab,
yang dapat dibedakan dengan daerah land ratio) cukup besar,
lain di sekitaranya. Berdasarkan d. Sifat-sifat masyarakatnya masih
pengertian Dirjen Pembangunan Desa b. Lapangan kerja yang memegang teguh tradisi yang
(Dirjen Bangdes), ciri-ciri desa yaitu dominan ialah sektor berlaku dan masih banyak ciri-ciri
sebagai berikut : pertanian (agraris), lainnya.
Ciri-Ciri Umum Desa

 Desa dan masyarakat dekat dengan alam, karena


kegiatan atau pekerjaan mereka bergantung pada iklim.
 Ikatan kekeluargaan penduduk desa lebih kuat.
Penduduk desa menjadi satu unit kerja dan sosial
dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
 Tata guna dan pemanfaatan lahanyan menitikberatkan
pada pertanian. karena kebanyakan mata pencarian
penduduk desa adalah petani.
 Jumlah penduduk di pedesaan relatif sedikit jika
dibandingkan perkotaan. Penduduk yang sedikit ini
menempati wilayah yang luas, sehingga kepadatan
penduduknya cukup rendah.
ten si
Po
Desa

03
Potensi fisik

Potensi fisik desa antara lain meliputi :


 a. Tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber
tanaman yang merupakan sumber mata pencaharian, bahan
makanan, dan tempat tinggal.
 b. Air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk
irigasi, persatuan dan kebutuhan hidup sehari-hari.
 c. Iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat
agraris.
 d. Ternak, sebagai sumber tenaga, bahan makanan dan
pendapat.
 e. Manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensisal
(potential man power) baik pengolah tanah dan produsen
dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja industri di
kota.
Potensi Non Fisik

Potensi non fisik desa antara lain meliputi :


• a. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong
dan dapat merupakan suatu kekuatan berproduksi dan
kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling
pengertian.
• b. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi-
organisasi sosial yang dapat memberikan bantuan sosial dan
bimbingan terhadap masyarakat.
• c. Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban
dan keamanan demi kelancaran jalannya pemerintahan desa.
Kaitan potensi desa dalam perkembangan desa dan kota

Ada beberapa hal yang mengaitkan antara potensi desa dengan perkembangan desa dan
kota. Beberapa hal tersebut yakni :
 
1. Desa sebagai sumber bahan mentah maupun bahan pangan bagi kota
Dalam hubungan kota desa, desa adalah daerah belakang atau hinterland, yakni suatu
daerah yang memiliki fungsi penghasil bahan makanan pokok, contohnya jagung, ketela,
padi, kacang, buah, sayuran serta kedelai. Secara ekonomis desa juga sebagai lumbung
bahan mentah bagi industri yang ada di kota. Desa adalah tempat produksi bahan
pangan. Oleh karena itu, sangat penting peran masyarakat desa dalam pencapaian
swasembada pangan. Desa juga memiliki peran dalam pembangunan yakni terletak pada
ekonomi.

2. Desa berfungsi sebagai sumber tenaga kerja bagi kota


Dalam pembangunan tentu saja tenaga kerja menjadi sesuatu yang penting. Jika
membicarakan tenaga kerja tentu tidak akan lepas dari usia produktif. Para ahli telah
menggolongkan umur sesuai dengan usia produktif.
3. Desa sebagai mitra pembangunan bagi kota
Jika dilihat dari tingkat pendidikan serta teknologi warga
desa tergolong belum berkembang. Namun, secara
umum desa telah mendapat pengaruh dari kehidupan di
perkotaan. Hal tersebut menyebabkan wujud desa
mengalami banyak perubahan.
ki m an
a P em u
Po l

04
Desa
Pola Pemukiman Desa
Pola pemukiman antara satu desa dengan yang lainnya memiliki perbedaan tergantung
karakteristik yang dimiliki. Oleh sebab itu, pola keruangan desa memiliki beberapa jenis.
Jika ingin mengklasifikasikan jenis-jenis pola keruangan desa, cukup dengan mengamati
bagaimana pola pemukiman atau tempat tinggal penduduknya. Setiap desa dibedakan
pola keruangannya berdasarkan bentangan alam atau kebutuhan dari masyarakat
tersebut untuk penghidupannya.
Tipe pola pemukian desa di dunia sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi terutama
fisiografis wilayahnya. Saat dunia semakin berkembang pesat, para penghuni desa mulai
meninggalkan daerahnya menuju kota

1. Clustered Rural 2. Circular Rural 3. Linier Rural 4. Dispersed Rural


Settlements Settlements Settlements Settlements
1. Clustered Rural Settlements
Pola pemukiman desa ini cenderung berkelompok dimana sejumlah keluarga
tinggal berdekatan satu sama lain dengan area di sekitarnya berupa lahan
pertanian. Biasanya pola pemukiman memusat ada di daerah dataran rendah
subur dengan sumber air yang baik atau lembah, contohnya Kampung Naga
di Neglasari Tasikmalaya.

Pemukiman desa model ini biasanya akan dijumpai rumah, lumbung padi,
gudang perkakas, tempat ibadah hingga sekolah. Setiap penduduk yang
hidup disana akan diberikan sebidang lahan atau menyewa lahan untuk
diusahakan.

Saat populasi tumbuh semakin pesat maka pemukiman baru akan dibangun
di dekat rumah yang sudah ada. Pola pemukiman seperti ini membuat
kekerabatan diantara penduduk sangat erat karena jarak yang berdekatan.
2. Circular Rural Settlements

Pola pemukiman ini membentuk lingkaran dengan ruang


terbuka di tengah-tengah pemukiman. Pemukiman
dibangun mengikuti garis lingkaran dari pusat daerah
terbuka. Pengaturan bangunan biasanya akan dilakukan
sesuai kesepakatan atau hukum adat. Model ini
menyerupai pola ruang Von Thunen karena strukturnya
melingkar dengan titik pusat di tengahnya.
3. Linier Rural Settlements
Pola pemukiman ini berbentuk memanjang
mengikuti suatu kenampakan seperti sungai, rel
kereta atau jalan raya. Transportasi utama
mengandalkan sungai atau jalanan sempit jika
diantara rel kereta atau jalan raya.

Banjarmasin menjadi salah satu daerah dengan


banyak pemukiman memanjang di pinggir
sungai sehingga menghasilkan budaya sungai.
4. Dispersed Rural Settlements

Pola pemukiman ini tersebar tidak merata di


berbagai titik dan biasanya berada di wilayah
seperti pegunungan karst dan perbukitan. Para
penduduk cenderung terisolasi satu sama lain
dengan kondisi transportasi yang sulit.
C on to h
Pola

05
ki ma n
P e m u
Desa
Contoh Pedesaan berpola Clustered Rural Settlements

Kampung Naga di Neglasari


Tasikmalaya
Kampung Naga merupakan dataran tinggi nan subur yang terletak di ketinggian 1200 mdpl, di pinggiran Sungai Ciwulan. Secara
administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salwu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masyarakat Kampung Naga masih memegang tradisi nenek moyang mereka. Salah satunya adalah tradisi panen padi.

Tradisi panen raya yang masyarakat Kampung Naga lakukan adalah melakukan ritus ngukusan atau pembacaan doa sebelum
memanen padi. Sebelum melakukan upacara pembukaan, para petani terlebih dahulu meletakkan empat dedaunan di
beberapa titik sawah yang siap panen.

Empat daun tersebut yakni daun pucuk kawung, daun darandan, daun pacing, gadog, dan seeur. Daun - daun itu diletakkan di
beberapa titik seperti di setiap pojok sawah, atau di area tengah.
Kemudian, padi yang sudah dipanen tidak langsung ditumbuk. Padi tersebut kemudian dikumpulkan di
ruang terbuka, kemudian para petani melakukan upacara ngaleseuhan yakni upacara pembacaan doa.

Pembacaan doa dipimpin oleh petani laki-laki, sementara para perempuan menunggu di samping
sawah, namun tetap mengikuti proses pembacaan doa. Upacara pembacaan doa itu sebagai wujud
ucapan syukur kepada sang pencipta sebelum hasil padinya itu dinikmati oleh masyarakat.

Ketua Kepemanduan Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Ucu
Suherlan, mengungkapkan, masyarakat melakukan panen raya dua kali dalam setahun.

Biasanya, waktu tanam padi menggunakan sistem Januari-Juli. Terdapat sekitar lima hektare area
persawahan di Naga. Rata-rata produksi padi mencapai lima kilogram per bata (14 meter). Sementara,
per kepala keluarga biasanya memiliki 30 bata.
Contoh Pedesaan berpola Circular Rural Settlements

Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satarmese


Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT
Terletak di ketinggian 1100 m di atas permukaan laut, di Pegunungan Flores. Dusun Wae Rebo adalah bagian dari
Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, Indonesia.
 
Rumah adat Desa Wae Rebo, disebut Mbaru Niang. Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan kehidupan
sosial masyarakat Wae Rebo. Rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta
merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai. Suku Manggarai memercayai lingkaran sebagai
simbol keseimbangan, sehingga pola lingkaran ini diterapkan hampir di seluruh wujud fisik di desa, dari bentuk
kampung sampai rumah-rumahnya. Desa ini mendapat penghargaan UNESCO Asia Pasific Award Heritage
Conservation, yang merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang konservasi warisan budaya pada tahun 2012.
Selain karena keunikan dan keindahannya, nilai-nilai budaya suku Manggarai yang selaras dengan lingkungan
sekitar adalah kunci yang membuat Desa Wae Rebo ini tetap lestari.
Terdapat 7 Mbaru Niang di perkampungan Wae Rebo yang tersusun melingkar mengitari batu melingkar yang
disebut compang sebagai titik pusatnya. Compang merupakan pusat aktivitas warga untuk mendekatkan
dengan alam, leluhur, serta Tuhan. Penghormatan terhadap ketiganya diwujudkan dalam berbagai upacara
adat yang sampai kini masih dilakukan.

Pembangunan rumah adat Wae Rebo harus melalui upacara adat terlebih dahulu. Persiapan pembangunannya
membutuhkan waktu hingga setahun, dan dibangun secara gotong royong oleh masyarakat Wae Rebo. Bahan-
bahan bangunannya diambil secukupnya dari hutan yang mengelilingi Desa Adat Wae Rebo. Dibuat dari bahan
kayu Worok, papan lantai dari kayu Ajang, balok-balok dari kayu Uwu dan atap menggunakan daun lontar yang
ditutup dengan ijuk, membentang dari ujung atap sampai hampir menyentuh tanah.

Mbaru Niang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga, masing-masing Niang terdiri dari 6 – 8 keluarga.
Terdiri dari lima lantai, masing-masing lantainya memiliki fungsi. Lantai pertama disebut Lutur, berfungsi untuk
tempat tinggal dan berkumpul keluarga.

Bentuk rumah panggung yang diterapkan menjadi rumah yang sesuai untuk kondisi alam di sekitar Desa Wae
Rebo. Berdasarkan letak geografisnya, desa Wae Rebo berada pada wilayah gempa dan hutan liar, sehingga
aman bencana dan menjadi tempat perlindungan dari hewan buas.
Contoh Pedesaan berpola Linier Rural Settlements

Desan Donomulyo, Malang Selatan

Donomulyo adalah sebuah desa di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang
secara struktural merupakan bagian integral tak terpisahkan dari sistem perwilayahan
Kecamatan Donomulyo. Desa yang jumlah penduduknya sebanyak 11.840 jiwa ini memiliki
potensi yang cukup banyak, baik potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia perlu
terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum.
Salah satu potensi yang sangat terlihat jelas adalah sektor perkebunan. Hal ini didasarkan
dengan adanya banyak wilayah pertanahan yang dimanfaatkan untuk perkebunan seperti
tebu, sengon, jati, dan kelapa yang memiliki luas 76 ha. Menurut Pak Sugianto selaku
Sekretaris Desa, sebagian lahan seluas 51 ha didominasi dengan tanaman tebu sekaligus
menjadi komoditas unggulan desa. Namun selama ini sekitar 90% hasil dari perkebunan
tebu tersebut dikirim ke pabrik gula secara langsung sehingga masyarakat belum bisa
mendapatkan hasil panen secara maksimal. Untuk itu kedepannya masyarakat diharapkan
mampu untuk mengolah hasil panen tebu menjadi minuman tebu, es krim tebu, dan olahan
makanan lainnya. Dengan mengolah hasil panen tersebut diharapkan masyarakat dapat
mengambil keuntungan lebih maksimal daripada mengirim tebu utuh secara langsung.
Terima kasih
Pertanyaan dan masukan sangat
dihargai

Sesi Tanya Jawab


t i t l e
Enter

04
is the
x t , t h e text
the te finally
h e r e to add t, i n order to
Click ough
n o f your th e relea
se .
tr ac tio t o f th
ex effec
n t t he good
pres e
Click here to add subtitle

Title Title Title

If you express your views If you express your views If you express your views
properly, you can often get properly, you can often get properly, you can often get
twice the result with half the twice the result with half the twice the result with half the
effort. effort. effort.

Anda mungkin juga menyukai