3 Klasifikasi Desa
a. Menurut Aktivitasnya : Desa Nelayan, Desa agraris, Desa Industri.
b. Menurut Tingkat Perkembangannya
1). Desa Swadaya,
a) Sebagai besar kehidupan penduduknya masih menggantungkan pada alam
b) Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari
c) Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
d) Lembaga-lembaga desa belum berfungsi dengan baik
e) Tingkat pendidikan dan produktivitas penduduknya masih rendah
f) Belum mampu dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sendiri
5. Potensi desa
a. potensi fisik : pertanian, iklim, tanah, air, flora, fauna dan lain-lain,
b. potensi social : gotong royong, aparatur desa, lembaga sosial
6. Definisi desa
Menurut UU No. 5 Tahun 1979
DESA adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
Camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan negara kesatuan RI.
1
Tipe-tipe lingkungan fisik desa
a. Desa pegunungan, terletak di daerah pegunungan dengan kemiringan <40% dan
ketinggian > 500 m dpal, serta termasuk daerah hulu sehingga terdapat tanaman hutan
curah hujan tinggi dan ketersediaan sumber daya air melimpah sehingga mendukung
perkembangan tanaman perkebunan, holtikultura, peternakan, dan pariwisata. Kondisi fisik
mengakibatkan sulit dijangkau dan jumlah penduduk kecil, rawan erupsi gunung api (jika
ada).
c. Desa dataran, Kemiringan kurang dari 15% sehingga wilayahnya termasuk dalam wilayah
datar dan banyak penduduk. Air melimpah cocok untuk permukiman, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa. Pertanian menjadi sumber penghasil bahan makanan terbesar
dibanding desa-desa lainnya.
d. Desa pesisir / pantai, Desa dipengaruhi oleh ekologi laut, kemiringan lereng kurang dari
5%. Permukiman cukup banyak karena wilayah strategis untuk menjalankan ekonomi antar
pulau. Potensi dipengaruhi oleh bentuk pantai seperti tebing curam, berbatu, dan pantai
berpasir.
e. Desa di pulu-pulau kecil, Terletak di pulau-pulaun kecil umumnya terpencil dan terpisah
dari dataran luas dan laut luas. Potensi berupa perikanan, kelautan, dan pariwisata, serta
potensi besar lainnya sulit dikembangkan.
2
c Bentuk desa linier
Dapat ditemui di dataran rendah, permukiman berderet
sejajar jaringan jalan raya. Pemekaran mendorong
upaya untuk membangun jalan baru yang mengelilingi
desa sebagai akses menuju permukiman yang baru,
b. Secara geografis
KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami
dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat
penduduknya individualistis dan materialistis.
4. Klasifikasi Kota
Menurut tingkat perkembangan
a. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya
merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah kehidupan kota.
b. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-
sifat agraris.
c. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian
kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
d. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
e. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan
umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
f. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.
3
Tipologi kota
Menurut fungsinya menurut Aurousseau
a. Kota adminsitrasi, menjadi ibu kota suatu wilayah. Fungsi utama mengelola negara atau
unit administrasi lainnya misal : Washington DC, Canbera. Biasanya terletak di pusat
wilayah dengan mempertimbangkan kemudaham komunikasi, keuntungan strategis, dan
kondisi iklim.
b. Kota pertahanan, memiliki fungsi dominan terkait dengan pertahanan dan keamanan
negara. Kota biasanya kecil. Secara alami memiliki keunggulan letak yang stategis secara
militer. Ditandai dengan barak-barak militer, pusat pelatihan militer, garnisun, pangkalan
angkatan udara, lapangan udara, pelabuhan, lokasi strategis dan markas angkatan laut.
c. Kota budaya. Dicirikan oleh kapasitas yang luar biasa untuk mempertahankan daya tahan
mereka melalui periode panjang, banyak berasal dari zaman kuno. Jenis kota budaya
antara lain : kota pendididkan, kota seni, dan kota ziarah.
d. Kota produksi, kota yang terkait dengan kegiatan produksi, baik massal (manufaktur),
atau kerajinan khusus. Kota-kota manufaktur cenderung berkembang lebih modern,
sedangkan kota kerajinan sering relatif trasdisional.
e. Kota komunikasi. Kota yang bertindak sebagai penghubung komunikasi , kota ini sangat
penting dan jumlahnya banyak karena berkaitan dengan pengumpulan hasil produksi dan
distribusi barang.
f. Kota rekreasi, termasuk sebagai kota kesehatan, kota wisata, tempat-tempat hiburan.
Menawarkan daya tarik kuat, atau terkait dengan iklim, pemandangan, atau kondisi sosial.
1 Bentuk kota padat (compact city) kota yang memiliki kepadatan tinggi dfan konsentgrasi
fungsi sosio-ekonomi untuk mengurangi penggunaan energi, kerusakan lingkungan dan
kota acak (urban sprawl). Antara lain :
a) Kota bentuk persegi panjang (the square cities).
kebanyakan merupakan komunitas dataran yang berasal
dari pusat perdagangan perdesaan. Mempunyai kesempatan
perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang dan
kendala fisik kurang berarti. Percepatan pertumbuhan areal
kota terjadi pada sisi-sisi jalur transportasi.
b) Kota berbentuk empat persegi panjang (the rectangular
cities), adanya perkembangan areal kota pada sisi yang
berbeda. Perkembangan areal kota yang lebih besar pada
sisi yang melebar. Kemungkinan hambatan -hambatan fisik
adanya perairan, lereng terjal dan gurun di salah satu
sisinya.
4
d) Bentuk bulat (rounded cities). Bentuk kota yang paling
ideal. Memberi kesempatan berkembang yang seimbang
bagi seluruh wilayah, ke segala arah. Kendala yang
signifikan tidak diketemukan pada sisi luar. Untuk
menciptakan bentuk bulat artifisial, bagian terluar kota
ditandai oleh : “gren belt zoning” : atau “growth limition”.
2 Kota tidak kompak (non-compact city) adalah kawasan perkotaan yang memiliki wilayah
terpisah-pisah oleh kenampakan bukan perkotaan dalam bentuk topografis maupun
kenampakan agraris. ,
a) Kota bentuk terpecah (fragmented cities). Berawal dari
kota-kota dengan bentuk kompak. Seiring perjalanan
waktu, perluasan wilayah perkotaan terjadi. Pada saat ini
kota-kota tidak langsung menyatu dengan kota induk.
Namun, kota-kota ini cenderung membentuk daerah
kantong daerah-daerah pertanian sekitarnya. Daerah
kantong dengan kota induk dihubungkan dengan jalur
transportasi yang memadai. Lama–kelamaan daerah
perkotaan yang terpisah menyatu dan membentuk kota
yang lebih besar.
5
5. Struktur Penggunaan Lahan Kota
A. Menurut teori KONSENTRIK
Teori konsentrik dikemukakan oleh E. W. BURGESS.
Menurut teori ini daerah perkotaan dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu:
B. Teori SEKTORAL
Teori ini dikemukakan olehHOMER HOYT. Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit
kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi
membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas.
Dalam toeri ini HOMER, berpendapat:
1. Daerah Pusat Bisnis
2. Daerah Industri ringan dan perdagangan
3. Daerah pemukiman kelas rendah
4. Daerah pemukiman kelas menengah
5. Daerah pemukiman kelas tinggi
a. Daerah-daerah yang memiliki harga tanah atau sewa tanah rendah biasanya terletak
di luar kota.
b. Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan jakur-
jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan.
c. Zona pusat adalah pusat daerah kegiatan (PDK)
Urbanisasi
Beberapa definisi Urbanisasi
1. Urbanisasi adalah suatu proses pembengkakan atau penggelembungan kota yang
disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.
6
2. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah
yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi.
3. Urbanisasi adalah suatu proses berubahnya kehidupan pedesaan menjadi suasana
perkotaan.
4. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap.
INTERAKSI KOTA
A. Pengertian Interaksi wilayah
Interaksi adalah hubungan timbal-balik yang saling berpegaruh antara 2 wilayah atau lebih yang
dapat menimbulkan gejala, kenampakan ataupun permasalahan baru.
1. Interaksi Kota-Desa
Interaksi Kota-Desa dapat melalui:
K.K.N., A.M.D, I.S.M, Penyuluhan
7
3. Adanya kemudahan transfer atau pemidahan dalam ruang (Spatial Transfer Ability).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer dalam ruang antara lain:
1. jarak mutlak dan relative tiap-tiap wilayah
2. biaya transfortasi
3. kelancaran prasarana transportasi antara wilayah
3. Titik Henti
J kB
TH kB
PB
1
Pk
THkB : Lokasi titik henti antara wilayah k-B yang dihitung dari wilayah yg penduduknya paling
sedikit.
J.kB : jarak antara wilayah k-B
Pk : Jumlah Penduduk k (penduduk kecil)
PB : Jumlah Penduduk B (penduduk besar)
Fungsinya :
a. Memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua
buah kota yang berbeda ukurannya
b. Penempatan lokasi industri atau pelayanan social antar dua wilayah
4. Teori konektivitas
8
Usaha Pemerataan Pembangunan di desa dan kota.
9
g. Pemerataan pembangunan antarwilayah terutama Kawasan Timur Indonesia.
Tantangan utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih besarnya kesenjanagn
antarwilayah kawasan Barat Indonesia (KBI) dan kawasan timur Indonesia (KTI). Diperlukan
arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan
wilayah KTI (Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-bali dan Sumatera. Tujuanya ada percepatan
pembanguan.
Dampak negatif perkembangan kota bagi masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
1) Perpindahan penduduk dari desa ke kota menyebabkan tenaga kerja produktif desa berkurang.
Dampak serius terasa di desa-desa yang pertaniannya bersandar pada tenaga kerja manusia.
2) Perkebangan kota dapat mengubah fungsi lahan yang berdampak global. Cepat
menghilangnya lahan pertanian produktif, mempengaruhi permintaan energi, mengubah
iklim, memodifikasi siklus hidrologi dan mengurangi keanekaragaman hayati.
3) Semakin sempitnya lahan pertanian, menurunkan produkstivitas pertanian dan ancaman
limbah/polusi dari kota.
10