Anda di halaman 1dari 10

POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA

A. Pola Keruangan Desa


1. Unsur-unsur Desa : Daerah, Penduduk, Tata kehidupan.
2. Fungsi Desa :
a. dalam hubungan dengan kota, sebagai hinterland daerah dukung, fungsinya penyedia bahan
makanan pokok (jagung, padi, ketela, sayuran, buah-buhan, nakanan bersumber hewani).
b. ditinjau dari segi potensi ekonom, desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga
kerja produktif.
c. Dari segi kegiatan kerja, desa agraris, manufaktur, industri, nelayan, dll

3 Klasifikasi Desa
a. Menurut Aktivitasnya : Desa Nelayan, Desa agraris, Desa Industri.
b. Menurut Tingkat Perkembangannya
1). Desa Swadaya,
a) Sebagai besar kehidupan penduduknya masih menggantungkan pada alam
b) Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari
c) Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
d) Lembaga-lembaga desa belum berfungsi dengan baik
e) Tingkat pendidikan dan produktivitas penduduknya masih rendah
f) Belum mampu dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sendiri

2). Desa Swakarya (Transisi):


a) Sudah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri
b) Lembaga sosial desa dan pemerintahan sudah berfungsi
c) Administrasi desa sudah berjalan
d) Adat-istiadat mulai longgar
e) Mata pencaharian mulai bearagam
f) Sudah ada hubungan dengan daerah sekitarnya

3). Desa Swasembada :


a) Sarana dan prasarana desa lengkap
b) Pengelolaan administrasi telah dilaksanakan dengan baik
c) Pola pikir masyarakat lebih rasional
d) Mata pencaharian penduduk sebagaian besar di bidang jasa dan perdagangan

4. Ciri – ciri Masyarakat Desa


a. Kehidupan tergantung pada alam, b. Toleransi sosialnnya kuat, c. Adat-istiadat dan norma
agama kuat, d. Kontrol sosialnya didasarkan pada hokum informal, f. Hubungan kekerabatan
didasarkan pada Gemeinssehaft (paguyuban), g. Pola pikirnya irrasional, h. Struktur
perekonomian penduduk bersifat agraris

5. Potensi desa
a. potensi fisik : pertanian, iklim, tanah, air, flora, fauna dan lain-lain,
b. potensi social : gotong royong, aparatur desa, lembaga sosial

6. Definisi desa
Menurut UU No. 5 Tahun 1979
DESA adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
Camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan negara kesatuan RI.

7. Pola persebaran desa


Faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran desa:
Letak desa, Keadaan iklim, Kesuburan tanah, Tata air, Keadaan ekonomi, Keadaan budaya

1
Tipe-tipe lingkungan fisik desa
a. Desa pegunungan, terletak di daerah pegunungan dengan kemiringan <40% dan
ketinggian > 500 m dpal, serta termasuk daerah hulu sehingga terdapat tanaman hutan
curah hujan tinggi dan ketersediaan sumber daya air melimpah sehingga mendukung
perkembangan tanaman perkebunan, holtikultura, peternakan, dan pariwisata. Kondisi fisik
mengakibatkan sulit dijangkau dan jumlah penduduk kecil, rawan erupsi gunung api (jika
ada).

b. Desa perbukitan, Daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng 30-40%


dan ketinggian 75-500 m dpal. Potensi menghasilkan kayu, tanaman tahunan dan hasil
perkebunan.

c. Desa dataran, Kemiringan kurang dari 15% sehingga wilayahnya termasuk dalam wilayah
datar dan banyak penduduk. Air melimpah cocok untuk permukiman, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa. Pertanian menjadi sumber penghasil bahan makanan terbesar
dibanding desa-desa lainnya.

d. Desa pesisir / pantai, Desa dipengaruhi oleh ekologi laut, kemiringan lereng kurang dari
5%. Permukiman cukup banyak karena wilayah strategis untuk menjalankan ekonomi antar
pulau. Potensi dipengaruhi oleh bentuk pantai seperti tebing curam, berbatu, dan pantai
berpasir.

e. Desa di pulu-pulau kecil, Terletak di pulau-pulaun kecil umumnya terpencil dan terpisah
dari dataran luas dan laut luas. Potensi berupa perikanan, kelautan, dan pariwisata, serta
potensi besar lainnya sulit dikembangkan.

Tipologi desa Berdasarkan kerabatan :


a. Geneologis : tali persaudaraan antarwarga desa sangat kuat.
b. Teritorial : menjadi pemukiman warga dengan beragam keturunan.
c. Campuran : geneologis dan teritorial.

Struktur keruangan desa menurut Daldjoeni


a Desa memanjang pantai
Terdapat pada desa nelayan di kawasan pantai / pesisir.
deretan rumah akan bertemu dengan desa lainnya,
ketika desa berkembang ke tempat tertentu, seperti
pasar akan tetap dipertahankan.

b Bentuk desa terpusat. Pada umumnya ditemukan di


daerah pegunungan. Letak rumah-rumah membentuk
sebuah kelompok. Pemukiman terpusat biasanya padat,
karena tanpa perencanaan. Seiring perluasan wilayah
maka pusat-pusat kegiatan penduduk ikut mengalami
perluasan. Umumnya penduduk berasal dari keturunan
yang sama.

2
c Bentuk desa linier
Dapat ditemui di dataran rendah, permukiman berderet
sejajar jaringan jalan raya. Pemekaran mendorong
upaya untuk membangun jalan baru yang mengelilingi
desa sebagai akses menuju permukiman yang baru,

d Bentuk desa mengelilingi fasilitas tertentu. fasilitas


yang bermanfaat bagi penduduk untuk memenuhi
kebutuhan hidup seperti mata air, waduk dll.
Bentuk desa ini dapat ditemui di dataran rendah.
Wilayah memiliki peluang pengembangan yang besar
ke segala arah. Industri kecil dapat tersebar di mana-
mana

B. Pola Keruangan Kota


1. Definisi Kota
a. Menurut Menteri Dalam Negeri RI No 4/1980
1). Kota adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah
2). Kota adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris

b. Secara geografis
KOTA adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami
dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat
penduduknya individualistis dan materialistis.

2. Ciri Fisik Kota


Ciri Fisik Kota
- Adanya sarana ekonomi, Gedung pemerintahan, Alun-alun, Tempat parkir, Sarana
rekreasi, Sarana olah raga, Komplek perumahan

3. Ciri Masyarakat Kota


Ciri Masyarakat Kota
- Adanya keanekaragaman penduduk, Sikap penduduk bersifat individualistik, Hubungan
sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan), Adanya pemisahan keruangan yang dapat
membentuk komplek-komplek tertentu (segregasi keruangan), Norma agama tidak ketat
- Pandangan hidup kota lebih rasional

4. Klasifikasi Kota
Menurut tingkat perkembangan
a. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya
merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah kehidupan kota.
b. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-
sifat agraris.
c. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian
kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
d. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
e. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan
umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
f. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.
3
Tipologi kota
Menurut fungsinya menurut Aurousseau
a. Kota adminsitrasi, menjadi ibu kota suatu wilayah. Fungsi utama mengelola negara atau
unit administrasi lainnya misal : Washington DC, Canbera. Biasanya terletak di pusat
wilayah dengan mempertimbangkan kemudaham komunikasi, keuntungan strategis, dan
kondisi iklim.

b. Kota pertahanan, memiliki fungsi dominan terkait dengan pertahanan dan keamanan
negara. Kota biasanya kecil. Secara alami memiliki keunggulan letak yang stategis secara
militer. Ditandai dengan barak-barak militer, pusat pelatihan militer, garnisun, pangkalan
angkatan udara, lapangan udara, pelabuhan, lokasi strategis dan markas angkatan laut.

c. Kota budaya. Dicirikan oleh kapasitas yang luar biasa untuk mempertahankan daya tahan
mereka melalui periode panjang, banyak berasal dari zaman kuno. Jenis kota budaya
antara lain : kota pendididkan, kota seni, dan kota ziarah.

d. Kota produksi, kota yang terkait dengan kegiatan produksi, baik massal (manufaktur),
atau kerajinan khusus. Kota-kota manufaktur cenderung berkembang lebih modern,
sedangkan kota kerajinan sering relatif trasdisional.

e. Kota komunikasi. Kota yang bertindak sebagai penghubung komunikasi , kota ini sangat
penting dan jumlahnya banyak karena berkaitan dengan pengumpulan hasil produksi dan
distribusi barang.

f. Kota rekreasi, termasuk sebagai kota kesehatan, kota wisata, tempat-tempat hiburan.
Menawarkan daya tarik kuat, atau terkait dengan iklim, pemandangan, atau kondisi sosial.

Bentuk kota menurut Yunus


Bentuk kota menurut Yunus kota dikelompokkan menjadi 2 yaitu kota kompak / padat (compact
city) dan bentuk kota tidak kompak / padat (non-compact form).

1 Bentuk kota padat (compact city) kota yang memiliki kepadatan tinggi dfan konsentgrasi
fungsi sosio-ekonomi untuk mengurangi penggunaan energi, kerusakan lingkungan dan
kota acak (urban sprawl). Antara lain :
a) Kota bentuk persegi panjang (the square cities).
kebanyakan merupakan komunitas dataran yang berasal
dari pusat perdagangan perdesaan. Mempunyai kesempatan
perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang dan
kendala fisik kurang berarti. Percepatan pertumbuhan areal
kota terjadi pada sisi-sisi jalur transportasi.
b) Kota berbentuk empat persegi panjang (the rectangular
cities), adanya perkembangan areal kota pada sisi yang
berbeda. Perkembangan areal kota yang lebih besar pada
sisi yang melebar. Kemungkinan hambatan -hambatan fisik
adanya perairan, lereng terjal dan gurun di salah satu
sisinya.

c) Kota bentuk pita (ribbon shaped cities). Hampir sama


dengan bentuk persegi panjang hanya dimensi panjangnya
lebih besar dari pada lebarnya. Hal ini terjadi karena jalur
transportasi dan jalur lembah pegunungan mempengaruhi
perkembangan area perkotaan. Dimensi lebarnya ada
hambatan perluasan.

4
d) Bentuk bulat (rounded cities). Bentuk kota yang paling
ideal. Memberi kesempatan berkembang yang seimbang
bagi seluruh wilayah, ke segala arah. Kendala yang
signifikan tidak diketemukan pada sisi luar. Untuk
menciptakan bentuk bulat artifisial, bagian terluar kota
ditandai oleh : “gren belt zoning” : atau “growth limition”.

e) Kota bentuk kipas (fan shaped cities) bentuk ini sebenarnya


adalah bentuk setengah lingkaran. Menggambarkan
kesempatan berkembang ke arah luar relatif seimbang.
Ada dua hambatan : hambatan alami : perairan dan
pegunungan. Hambatan artifisial: saluran buatan atau jalan
lingkar. Kota ini dapat mengalami kendala baik dari dalam
maupun dari luar.

f) Kota bentuk gurita / bintang (octopus / star shaped cities).


Jalur transpotrtasi berperan penting, jalur transportasi tidak
hanya satu. Ada beberapa jalur yang mengarah ke luar
kota. Hal ini terjadi jika daerah hinterland dan daerah
pinggiran tidak memberi hambatan.

g) Kotak bentuk tak berpola (unpatterned cities). Dapat


ditemukan di daerah dengan kondisi geografis khusus di
mana telah ada kendala pertumbuhan kota itu sendiri.
Misal kota pulau (island cities) yang mengikuti bentuk
cekungan yang ada.

2 Kota tidak kompak (non-compact city) adalah kawasan perkotaan yang memiliki wilayah
terpisah-pisah oleh kenampakan bukan perkotaan dalam bentuk topografis maupun
kenampakan agraris. ,
a) Kota bentuk terpecah (fragmented cities). Berawal dari
kota-kota dengan bentuk kompak. Seiring perjalanan
waktu, perluasan wilayah perkotaan terjadi. Pada saat ini
kota-kota tidak langsung menyatu dengan kota induk.
Namun, kota-kota ini cenderung membentuk daerah
kantong daerah-daerah pertanian sekitarnya. Daerah
kantong dengan kota induk dihubungkan dengan jalur
transportasi yang memadai. Lama–kelamaan daerah
perkotaan yang terpisah menyatu dan membentuk kota
yang lebih besar.

b) Kota bentuk berantai (chained cities). Merupakan bagian


bentuk pecah. Hanya saja, bentuk berantai terbentuk
ketika kota terpecah terjadi hanya sepanjang rute tertentu.
Jarak kota induk dengan kota-kota baru tidak terlalu jauh.
Beberapa bagian dari mereka membentuk kesatuan
fungsional yang sama, terutama di bidang ekonomi. Kota
ini bisa disebut sebagai kota bentuk pita dalam skala besar.

c) Kota bentuk terbelah (split cities). Menggambarkan kota


yang kompak, tetapi sektor terbelah oleh perairan yang
lebar. Kedua sisi dihubungkan oleh jembatan atau kapal.
(Kota Samarinda).

d) Kota bentuk stellar (stellar cities). Biasanya dapat


ditemukan pada kota-kota besar yang dikelilingi kota-kota
satelit. Penggabungan kota besar utama dengan kota-kota
satelit di sekitarnya terlihat mirip seperti telapak katak
pohon, yang pada ujung-ujung jarinya ada bulatan-bulatan.
Kota bentuk stellar umumnya didukung oleh kemajuan
teknologi transportasi dan komunikasi.

5
5. Struktur Penggunaan Lahan Kota
A. Menurut teori KONSENTRIK
Teori konsentrik dikemukakan oleh E. W. BURGESS.
Menurut teori ini daerah perkotaan dibagi menjadi 5 wilayah, yaitu:

1. Pusat Daerah Kegiatan (PDK) juga disebut CBD (Central Bussiness


District) dicirikan dengan adanya pusat pertokoan, kantor pos, bank,
bioskop dan pasar.
2. Wilayah Transisi ditandai dengan industri manufaktur, pabrik dan
pola penggunaan lahan merupakan pola campuran.
3. Wilayah pemukiman masyarakat yang berpendapatan rendah.
4. Wilayah pemukiman masyarakat berpenghasilan lebih baik.
5. Wilayah penglaju.
6. Wilayah desa

B. Teori SEKTORAL
Teori ini dikemukakan olehHOMER HOYT. Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit
kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi
membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas.
Dalam toeri ini HOMER, berpendapat:
1. Daerah Pusat Bisnis
2. Daerah Industri ringan dan perdagangan
3. Daerah pemukiman kelas rendah
4. Daerah pemukiman kelas menengah
5. Daerah pemukiman kelas tinggi

a. Daerah-daerah yang memiliki harga tanah atau sewa tanah rendah biasanya terletak
di luar kota.
b. Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan jakur-
jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan.
c. Zona pusat adalah pusat daerah kegiatan (PDK)

C. Teori INTI GANDA


Teori ini dikemukakan oleh HARRIS dan ULLMAN.
Berdasarkan keadaan tata ruang kota dapat dikelompokkan menjadi:
1. Daerah Pusat Bisnis
2. Daerah Industri ringan dan perdagangan
3. Daerah pemukiman kelas rendah
4. Daerah pemukiman kelas menengah
5. Daerah pemukiman kelas tinggi
6. Daerah industri berat
7. Daerah bisnis
8. Daerah tempat tinggal pinggiran
9. Daerah industri di daerah pinggiran

Urbanisasi
Beberapa definisi Urbanisasi
1. Urbanisasi adalah suatu proses pembengkakan atau penggelembungan kota yang
disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.

6
2. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah
yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi.
3. Urbanisasi adalah suatu proses berubahnya kehidupan pedesaan menjadi suasana
perkotaan.
4. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap.

6 Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota


a. Faktor Alamiah : Lokasi, Fisiografi, Kekayaan alam
b. Faktor Sosial : Penduduk, Kebijaksanaan pemerintah, Faktor Kebijaksanaan
Pemerintahan

INTERAKSI KOTA
A. Pengertian Interaksi wilayah
Interaksi adalah hubungan timbal-balik yang saling berpegaruh antara 2 wilayah atau lebih yang
dapat menimbulkan gejala, kenampakan ataupun permasalahan baru.

1. Interaksi Kota-Desa
Interaksi Kota-Desa dapat melalui:
K.K.N., A.M.D, I.S.M, Penyuluhan

Menurut sifatnya, interaksi desa dan kota dapat menimbulkan perubahan.


a. Secara ekonomi, perubahan yang terjadi meliputi meningkatnya pendapatan penduduk
seiring dengan penambahan volume perdaganagan. Kegiatan perdaganganjuga dapat
merangsang perumbuhan kawasan perdagangan. Hal ini dapat menimbiulkan perubahan
ekonomi desa dan kota.
b. Secara sosial, perubahan yang tampak adalah meningkatnya intensitas hubungan antara desa
dan kota sehingga terjadi saling kebergantungan . hubungan tersebut juga berdampak dalam
penbingkatan wawasan masyarakat desa dan kota.
c. Secar buidaya, terloihat perubahan di desa dan kta. Peningkatan pendidikan di desa saklah
satu indikatgornya jumlah sekolah semakin banyak. Potensi desa sebagai gtemnpoat rekreasi
semaki meningkat.

Dampak iunteraksi desa-kota. Dampak positif bagi dsesa :


a. Pengetahuamn penduduk desa meningkat karena

B. Faktor yang mempengaruhi interaksi wilayah


Menurut Edward Ulman, factor yang mempengaruhi interaksi antara lain:
1. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (Regional Complementary) maksudnya
adanya wilayah-wilayah yang berbeda dalam ketersediann sumber daya alam.

2. Adanya kesempatan berintervensi (Inervening Opportunity)


Artinya = suatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan pola interaksi antar wilayah, sebagai
akibat adanya alternative pengganti auatu sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu
daerah.

7
3. Adanya kemudahan transfer atau pemidahan dalam ruang (Spatial Transfer Ability).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya transfer dalam ruang antara lain:
1. jarak mutlak dan relative tiap-tiap wilayah
2. biaya transfortasi
3. kelancaran prasarana transportasi antara wilayah

C. Teori – Teori Interaksi


1. Kekuatan Interaksi (W. J. Reilly)
Fungsinya :
Untuk mengukur kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih.
Syarat-syarat penerapan kekuatan interaksi antara lain:
kondisi penduduk sama, Bentuk relief sama, Keadaan prasarana dan sarana transportasi relatif
sama
Interaksi = P1.P2
( J) 2
P1 = jumlah penduduk wilayah 1
P2 = jumlah penduduk wilayah 2
J = jarak kedua wilayah

3. Titik Henti
J kB
TH kB 
PB
1
Pk

THkB : Lokasi titik henti antara wilayah k-B yang dihitung dari wilayah yg penduduknya paling
sedikit.
J.kB : jarak antara wilayah k-B
Pk : Jumlah Penduduk k (penduduk kecil)
PB : Jumlah Penduduk B (penduduk besar)

Fungsinya :
a. Memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua
buah kota yang berbeda ukurannya
b. Penempatan lokasi industri atau pelayanan social antar dua wilayah

4. Teori konektivitas

RUMUS Beta : jumlah jaringan jalan


jumlah kota

8
Usaha Pemerataan Pembangunan di desa dan kota.

Memperkuat daerah –daerah dan desa


a. Meletakkan dasar-dasar kebijakan desentralisasi asimetris
Pembangunan dari pinggiran harus diperlakukan sebagai model pembangunan yang mencoba
membangun keterkaitan (lingkage), keselarasan (harmony), dan kemitraan (partnership).
Pembangunan tersebut perlu dimulai dari dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan keberpihakan
(affirmative policy) kepada daerah-daerah yang saat ini tertinggal, terutama : kawasan perbatasan
dan pulau-pulau terluar, daerah tertinggal dan terpencil, desa tertinggal, daerah-daerah yang
kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik.

b. Pengembangan kawasan perbatasan


Pengembangan kawasan perbatasan negara diarahkan menjadi halaman depan negara yang
berdaulat, berdaya saing, dan aman. Untuk mempercepat pengembangan, kawasan perbatasan
tersebut ditempuh sejumlah strategi pembangunan, misal mengembangkan infrastruktur
transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi-informasi; Membangun SDM andal dan
menguasai iptek; Membuka akses desa-desa di kecamatan prioritas dengan transportasi darat,
sungai, laut dan udara dengan jalan / moda / dermaga nonstatus dan pelayanan keperintisan;
penegasan batas wilayah negara di darat dan laut. Penegasan batas wilayah negara di darat dan
laut.

c. Pengembangan daerah tertinggal


Pembangunan daerah tertinggal sebagai pendekatan pembangunan lintas batas sektor ditujukan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan mengurangi
kesenjangan pembangunan antar daerah tertinggal dan daerah maju, melalui : pengembangan
ekonomi daerah tertinggal; meningkatkan pembangunan saran dan prasana transportasi;
meningkatkan kualitas SDM; pemenuhan pelayanan dasar publik di daerah tertinggal terutama di
bidang: pendidikan, kesehatan, transportasi, air minum, energi / listrik, telekomunikasi, perumahan
dan permukiman; memberikan tunjangan khusus kepada tenaga kesehatan, pendidikan, dan
penyuluh pertanian serta pendampimg desa tertinggal; meningkatkan pembangunan infrastruktur
di daerah pinggiran.

d. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan (antardesa).


Sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan dilakukan dengan strategi antara lain:
pemenuhan standar pelayanan minimum desa, termasuk permukiman transmigrasi sesuai dengan
kondisi geografis desa; penannggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat desa, termasuk di permukiman transmigrasi; pembangunan sdm ; pengelolaan sda dan
lingkungan hidup berkelanjutan serta penataan ruang kawasan perdesaan, termasuk di kawasan
transmigrasi; pengembangan ekonomi kawasan perdesaan, termasuk kawasan transmigrasi untuk
mendorong keterkaitan desa-kota.

e. Penguatan tata kelola pemerintah daerah dan peningkatan kualitas pemeringtahan


daerah.
Kebijakan desentraslisasi dan otonomi daerah diatur dalam UU no 23 tahun 2014. Kunci
keberhasilan dalam implemantasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah peningkatan
kapasitas kelembagaan, aparatur, dan keuangan pemerintah daerah.

f. Penataan daerah otonom baru untuk kesejahteraan rakyat.


Arah kebijakan dalam penataan daerah otonom baru adalah memperkuat kapasitas pemerintah
daerah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pelayanan publik dan memperkuat
demokrasi di tingkat lokal.

9
g. Pemerataan pembangunan antarwilayah terutama Kawasan Timur Indonesia.
Tantangan utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih besarnya kesenjanagn
antarwilayah kawasan Barat Indonesia (KBI) dan kawasan timur Indonesia (KTI). Diperlukan
arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan
wilayah KTI (Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-bali dan Sumatera. Tujuanya ada percepatan
pembanguan.

Dampak perkembangan kota terhadap Masyarakat Desa dan Kota.


Dampak positif perkembangan kota bagi masyarakat kota :
Perkembangan kota dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
1) Masyarakat mampu mendapatkan akses terhadap pendidikan yang lebih baik, kesehatan yang
lebih baik, akses yang lebih besar ke layanan sosial dan peluang untuk kegiatan sosial dan budaya.
2) perkembangan perkotaan dapat memperluas layanan dasar yang lebih baik: ketersediaan
transportasi umum, air bersih,. Meningkatnya fasilitas penunjang kehidupan masyarakat: rumah
sakit / puskesmas, sekolah, permukiman layak.

Dampak negatif perkembangan kota bagi masyarakat kota :


1) Arus urbanisasi masif, adanya kesepatan kerja baru di kota menarik urbanisasi dari desa. Arus
urnnbanisasi masif tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja dan lajhan permukiman.
Peningkatan kemiskinan, danlebarnya jurang kesenjangan serta kecemburuan sosial akan
meningkatkan aksi kriminalitas.
2) Kepadatan penduduk aktivitas ekonomi cenderung di pusatg kota, sehingga banyak orang yang
menginginkan berada di dekat kota. Ketidakmerataan ekonomi mengakibatkan munculnya kawasan
kumuh di berbagi tempat yang tidak layak huni.
3) Pembangunan kota yang tidak terarah. Kepadatan penduduk tinggi, kebutuhan utama adalah area
permukiman serta fasilitas layanan publik. Harga tanah semakin mahal. Munculnhya kawasaan
kumuh yang sulit ditata. Area terbuka untuk lahan peresapan air / lahan hijau semakain berkurang.
Pembangunan layanan publik semakin sulit dilakukan.
4) Ekosistem terganggu, hilangnya ruang terbuka hijau sehingga menurunkan kualitas lingkungan
seperti banjir, penurunan muka air tanah, kenaikan suhu secara mikro, polusi udara dari kendaraan
motor / mobil, asap pabrik, generator tenaga diesel dan debu dari aktivitas pembangunan konstruksi.
5) Munculnnya ekonomi sektor informal, orang menciptakan pekerjaan sendiri. Secara individu
menggunakan teknologi sederhana dan cukup untuk membiayai hidup sebagai fenomena
urbanisasi. Sektor informal juga menyangkut kegiatan berbagai produksi dan jasa. Penjual
makanan dan minimum, penyemir sepatu, pemulung, pekerja rumah tangga.

Dampak positif perkembangan kota bagi masyarakat desa :


1) Pelaku urbanisasi mempunyai harapan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih layak
dibandingkan di desa.
2) Strategi bertahan bagi penduduk desa, yaitu : pertama, penduduk desa yang sudah di kota dapat
mengirimkan uangnya ke keluarga di desa; kedua, melakukan berbagai hal untuk membangun
desanya,

Dampak negatif perkembangan kota bagi masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
1) Perpindahan penduduk dari desa ke kota menyebabkan tenaga kerja produktif desa berkurang.
Dampak serius terasa di desa-desa yang pertaniannya bersandar pada tenaga kerja manusia.
2) Perkebangan kota dapat mengubah fungsi lahan yang berdampak global. Cepat
menghilangnya lahan pertanian produktif, mempengaruhi permintaan energi, mengubah
iklim, memodifikasi siklus hidrologi dan mengurangi keanekaragaman hayati.
3) Semakin sempitnya lahan pertanian, menurunkan produkstivitas pertanian dan ancaman
limbah/polusi dari kota.

10

Anda mungkin juga menyukai