Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana menurut R. Bintarto
(1977) bahwa wilayah perdesaan merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomis, politis dan kultural yang terdapat di daerah
tersebut dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya. Adapun secara
administratif, desa adalah daerah yang terdiri atas satu atau lebih dukuh atau dusun yang
digabungkan, sehingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri dan berhak mengatur
rumah tangganya sendiri (otonomi).
Suatu daerah dikatakan sebagai desa, karena memiliki beberapa ciri khas yang dapat
dibedakan dengan daerah lain di sekitaranya. Berdasarkan pengertian Dirjen Pembangunan
Desa (Dirjen Bangdes), ciri-ciri desa yaitu sebagai berikut :
a. Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio) cukup besar
b. Lapangan kerja yang dominan ialah sektor pertanian (agraris)
c. Hubungan antarwarga desa masih sangat akrab
d. Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku dan masih banyak
ciri-ciri lainnya.
Sebagai daerah otonom, desa memiliki tiga unsur penting yang satu sama lain
merupakan satu kesatuan. Adapun unsur-unsur tersebut menurut R. Bintarto (1977) antara
lain :
a. Daerah, terdiri atas tanah-tanah produktif dan non produktif serta penggunaanya, lokasi,
luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat.
b. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan mata pencaharian
penduduk
c. Tata kehidupan, meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan hidup (living unit), karena daerah yang
menyediakan kemungkinan hidup. Penduduk dapat menggunakan kemungkinan tersebut
untuk mempertahankan hidupnya. Tata kehidupan, dalam artian yang baik, memberikan
jaminan akan ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa.
Maju mundurnya desa, sangat tergantung pada ketiga unsur di atas. Karena, unsur-
unsur ini merupakan kekuasaan desa atau potensi desa. Potensi desa adalah berbagai sumber
alam (fisik) dan sumber manusia (non fisik) yang tersimpan dan terdapat di suatu desa, dan
diharapkan kemanfaatannya bagi kelangsungan dan perkembangan desa. Adapun yang
termasuk ke dalam potensi desa antara lain sebagai berikut :
Bentuk persebaran desa yang terdapat di permukaan bumi berbeda satu sama lain.
Hal ini sangat bergantung pada keadaan alamiah wilayahnya. Sebagai contoh, bentuk desa
yang terletak di wilayah pegunungan tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan di
kawasan pantai. Pola persebaran ini berkaitan erat dengan kondisi tata ruang di desa itu
sendiri.
Ciri-ciri pola tata ruang di pedesaan antara lain sebagai berikut :
Tempat untuk memberi kehidupan kepada manusia cukup luas
Wilayah pedesaan dekat dengan areal pertanian
Di daerah subur, pola penyebarannya cenderung mengelompok
Pola penyebaran desa di daerah kurang subur cenderung memencar
Pedesaan umumnya dekat dengan sumber air
Pedesaan terlihat hijau karena banyak tanaman pertanian
Daerah pedesaan umumnya berlokasi di daerah pedalaman
Masyarakatnya berhubungan erat dengan kondisi alam yang berpengaruh terhadap tata
kehidupan desa
Kondisi alam yang berpengaruh erat dengan masyarakat pedesaan antara lain tanah, tata
air, iklim, dan hujan
Udara pedesaan masih segar karena belum terkena polusi
Era Delvia Sari, S.Pd. M.Si (erasari68@guru.sma.belajar.id) Page 2
a. Pola Permukiman Desa
Pola Desa menurut R. Bintarto (1977) dikelompokkan menjadi lima yaitu :
a) Pola memanjang (linier)
b) Pola memusat (nucleated)
c) Pola tersebar (dispersed)
d) Pola radial
e) Pola mengelilingi fasilitas tertentu
Didaerah pantai yang landai dapat tumbuh suatu pemukiman, yang mata pencaharian
penduduknya di bidang perikanan, perkebunan kelapa, dan perdagangan. Jika desa pantai
seperti itu berkembang, maka tempat tinggal meluas dengan cara menyambung dengan
menyusur pantai sampai bertemu dengan desa pantai lainnya.
Pengembangan desa pantai sangat penting artinya mengingat profil desa pantai
mencirikan keterbelakangan bahkan kemiskinan yang turun temurun. Hasil pengkajian
menunjukan bahwa potensi sumberdaya budidaya laut sangat baik dan perlu untuk
dikembangkan.
Pola ini secara keseluruhan tampak jelas kalau dilihat dari atas atau dari pesawat
udara atau helikopter. Pola tata ruang semacam ini umumnya terdapat di sekeliling lembah
datar lereng-lereng kaki gunung.
Kelompok-kelompok permukiman penduduk pada pola radial umumnya berlokasi di
daerah yang berdekatan Daerah Aliran Sungai. Di lembah DAS datar yang cukup ringan
transportasinya ke kota biasanya tumbuh menjadi desa-desa yang perkembangannya lebih
maju daripada desa-desa yang berada di dataran tinggi. Contohnya, perkampungan Desa
Muremarew, di daerah Mamberamo, Irian Jaya (Papua).
Bentuk perkampungan seperti ini umumnya kita temui di daerah dataran rendah, yang
di dalamnya banyak terdapat fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk,
dan fasilitas lain. Arah pemekarannya dapat kesegala jurusan, sedang fasilitas-fasilitas untuk
industri kecil dapat disebarkan dimana-mana sesuai dengan keinginan setempat.
Jika kita perhatikan, ternyata ada keterkaitan antara pola pemukiman penduduk
dengan iklim, pola pemukiman dengan kesuburan tanah, dan pola pemukiman dengan
topografi wilayah.
1. Kaitan Pola Pemukiman dan Iklim
Pada umumnya penduduk terpusat di daerah-daerah dengan kondisi iklim yang
mendukung kehidupannya. Banyaknya penduduk di suatu daerah dengan curah hujan yang
cukup banyak menyebabkan sumber air banyak ditemukan di mana-mana. Hal ini dapat
menyebabkan pola pemukiman penduduknya juga tersebar. Kurangnya curah hujan
menyebabkan sumber air sedikit. Dengan demikian, penduduk akan mencari tempat tinggal
yang memiliki sumber air untuk menunjang kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan
pemukiman penduduk membentuk pola terpusat yang melingkari sumber air tersebut.