Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3 PERMUKIMAN

Nama Anggota Kelompok :

Alan Christian / 17.A1.0027

Sia Steven Leroy / 17.A1.0006

Alvin Kusuma W. / 17.A1.0002

Jong, Hagai E. P. / 17.A1.0012

Peter Evan H. / 17.A1.0033

Jonathan A. W. / 17.A1.0022
Pola Pemukinan Desa – Ada yang unik ketika kita melihat b. Pola memanjang sungai merupakan pola permukiman yang biasa
pemukiman di desa-desa. Kita bisa membandingkan antara terjadi pada daerah pinggir sungai. Pada umumnya, permukiman ini
pemukiman desa yang satu dengan yang lainnya, ternyata semuanya terjadi karena peran sungai tersebut dipandang penting bagi
memiliki pola persebaran pemukiman yang berbeda-beda. Anda bisa kehidupan penduduk, misalnya sebagai sarana transportasi, ekonomi
melihatnya dengan mudah menggunakan google earth, cobalah. atau perternakan ikan.

pola pemukiman desa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti bentuk c. Pola memanjang pantai merupakan pola permukiman yang
wilayah, kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial. Desa yang berada di dilakukan oleh para nelayan di daerah pesisir pantai dimana
pinggir pantai memiliki pola pemukiman yang berbeda dengan desa penduduknya sangat bergantung dengan hasil dari menangkap ikan di
yang berada di pegunungan. Begitu pula dengan desa yang laut.
ekonominya maju, pada umumnya desa yang seperti ini akan
melakukan pembangunan rumah di sepanjang jalan utama desa. d. Pola memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api merupakan pola
Pembagunan ini ditujukan untuk kegiatan ekonomi, misalnya permukiman yang biasanya dilakukan oleh penduduk yang punya
membuat ruko atau toko. Lain halnya desa yang berekonomi profesi ganda yakni sebagian ada yang sebagai nelayan dan ada juga
tradisional. Desa yang seperti ini pada umumnya, pembangunan yang sebagai pedagang.
rumah ditujukan sebagai tempat tinggal sehingga pembangunannya
tidak tergantung dengan jalan utama. Kalau dilihat dari satelit, maka e. Pola radial merupakan pola permukiman yang terjadi di lereng
terlihat wilayah kosongnya akan jauh lebih luas daripada rumahnya. gunung merapi. Biasanya mereka tinggal di pinggir-pinggir sungai
yang bermuara dari gunung berapi.
Terkait pola pemukiman desa ini, tiga tokoh yaitu Bintaro, N. Daljuni
dan Paul H. Landis. f. Pola tersebar merupakan pola permukiman yang terjadi di daerah
yang tingkat kesuburan tanahnya berbeda-beda.
Bintaro berpendapat bahwa pola pemukiman penduduk desa ada
enam macam yakni:

a. Pola memanjang jalan merupakan pola permukiman yang biasa


terjadi pada daerah datar yang terdapat sarana transportasi jalan raya
yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Masyarakat
membandang pembangunan di pinggir jalan akan mempermudah
perjalanan bila hendak pergi ke tempat lain. Selain itu pergerakan
pendistribusian barang dan jasa juga relatif lebih mudah daripada di
dalam perkampungan.
Pola Persebaran Pemukiman Penduduk Di Desa Sulursari Kecamatan Mengikuti rel kereta api
Gabus Kabupaten Grobogan Tahun 2016
Pada pola ini biasanya permukiman berada
Pola persebaran permukiman penduduk dipengaruhi oleh keadaan dikanan kiri rel kereta api. Umumnya
iklim, keadaan tanah, tata air, topografi dan ketersediaan dan sumber permukiman semacam ini hanya terdapat
daya alam yang dimiliki wilayah tersebut. Ada tiga pola pemukiman diperkotaan atau daerah padat penduduk
penduduk dengan hubunganya dengan bentang alamnya, yaitu yang dilalui kereta api.
sebagai berikut:
Mengikuti sungai

Pola permukiman ini biasanya terdapat dipinggiran sepanjang sungai.


Pola ini terbentuk secara alami untuk mendekati sarana transportasi
dan mata pencaharian.

Mengikuti garis pantai

Pola permukiman ini merupakan permukiman para penduduk yang


bermata pencaharian sebagai nelayan. Permukiman ini berbentuk
memanjang dan mengikuti garis pantai. Hal itu untuk memudahkan
Pola Permukiman Memanjang (Linear) kegiatan ekonomi dan mencari ikan dilaut.

Pola permukiman memanjang memiliki ciri permukiman berupa Pola Permukiman Terpusat
deretan memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api dan
pantai Pola permukiman ini berpusat dan membentuk unit-unit kecil dan
menyebar, biasanya terdapat dipegunungan atau daerah dataran tinggi
Mengikuti jalan yang berelief kasar danterisolir. Di pegunungan pola permukiman
terpusat mengelilingi mata air dan tanah yang subiur. Sedangkan
Permukiman berada di kanan kiri jalan. Umumnya pola permukiman daerah pertambangan dipedalaman permukiman terpusat mendekati
seperti ini banyak terdapat didaratan rendah yang morfologinya lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di permukiman terpusat
landai sehingga memudahkan pembangunan jalan-jalan di biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungn dalam
permukiman. Namun, pola ini sebenarnya terbentuk secara alami pekerjaan. Pola permukiman ini sengaja dibuat untuk mempermudah
untuk mendekati sarana transportasi. komunikasi antar keluarga dan teman bekerja.
Pola Permukiman Tersebar dijadikan sebagai kawasan permukiman baik itu tempat tinggal
maupun fasilitas lain yang mendukung. Dengan demikian sedikit
Pola permukiman tersebar biasanya terdapat didaratan tinggi atau demi sedikit hingga akhirnya dalam jangka waktu selama sepuluh
daerah gunung berapi dan daerah-daerah yang kurang subur. tahun nampak sekali terjadinya perubahan fungsi lahan sebagai
Penduduk permukiman ini mendirikan permukiman tersebar untuk permukiman.
mencari tempat yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman.
Sedangkan pada daerah kapur, permukiman penduduk akan Mendekati Tempat Kerja
menyebar mencari kondisi air yng baik. Mata pencaharian penduduk
pada pola ini sebagian besar dibidang pertanian, perkebunan, ladang, Semakin banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia menjadikan
dan peternakan. banyak penduduk untuk mendekati daerah tersebut. Banyaknya
industri- industri yang berdiri baik yang sudah puluhan tahun berjalan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pemukiman maupun yang masih baru dapat menarik penduduk untuk mendekati
penduduk: lokasi tersebut dan memilih lokasi tempat tinggal yang dekat.
Semakin dekat lokasi tempat tinggal dengan tempat bekerja maka
Letak Lokasi Yang Strategis biaya yang dipergunakan untuk menuju lokasi tempat kerja tersebut
juga semakin kecil sedangkan semakin jauh jarak tempat kerja dengan
Letak atau lokasi yang strategis menyebabkan suatu daerah atau lokasi tempat tinggal maka biaya transportasi yang dikeluarkan juga
wilayah akan mudah dijangkau dan akan menarik minat masyarakat bertambah banyak.
untuk mengembangkan perubahan tersebut dan berpengaruh terhadap
perubahan penggunaan lahan. Letak suatu daerah dengan daerah lain Akses Dan Sarana Transportasi
akan menyebabkan interaksi dan menunjang perubahan penggunaan
lahan tersebut sebagai lahan permukiman maupun industri. Letak Sarana dan prasarana transportasi diharapkan mampu
merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan menginterpretasikan suatu daerah dengan daerah lain sebagai suatu
pemukiman. Karena lokasi yang sesuai akan berpengaruh terhadap sistem yang lebih besar, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan
perkembangan pemukiman. ekonomi dan mobilitas penduduknya. Adanya sarana transportasi
yang memadahi dan jalan sebagai salah satu sarananya untuk
Masih Tersedianya Lahan Yang Luas Dengan Harga Yang mendukung aktifitas transportasi. Jadi sarana transportasi di suatu
Murah wilayah merupakan faktor penunjang dan penentu perkembangan di
suatu wilayah.
Kebanyakan lahan- lahan tersebut berupa lahan sawah dan lahan
tegal. Karena masih luasnya lahan yang tersedia maka banyak
penduduk ataupun para pengembang yang memanfaatkannya untuk
Faktor Pertumbuhan Penduduk Sulursari. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
persebaran pola permukiman penduduk di desa Sulursari, diantaranya
Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran sangat besar adalah letak lokasi yang strategis, Masih tersedianya lahan yang luas
dalam pertumbuhan dan perkembangan permukiman. Peningkatan dengan harga yang murah, mendekati tempat kerja, Adanya fasilitas
kawasan permukiman di Kecamatan Ngempak dari tahun ke tahun sosial yang memadahi seperti fasilitas kesehatan, pendidikan,
disebabakan pula karena adanya faktor penduduk mempengaruhi peribadatan, perdagangan dan lembaga keuangan, akses dan sarana
antara lain peningkatan jumlah, pertumbuhan penduduk yang transportasi, faktor pertumbuhan penduduk. Persebaran pola
semakin meningkat, dan terkonsentasi penduduk disuatu wilayah di permukiman penduduk meningkat karena adanya peningkatan jumlah
asumsikan sebagai suatu hubungan yang mempunyai pengaruh penduduk sedangkan lahan tidak bertambah sehingga banyak lahan
dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi yaitu pertanian yang dijadikan lahan permukiman, sehingga permukiman
perkembangan luas lahan permukimannya. semakin padat dan lahan pertanian semakin sempit.

Pola persebaran permukiman secara jelas dipengaruhi oleh variasi Pola Permukiman Kota - Kota merupakan tempat berlangsungnya
penggunaan lahan, kondisi topografi, ketinggian tempat, dan semua kegiatan sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang
aksesbilitas daerah sosial-ekonomi penduduk maupun fasilitas sosial memadai.
ekonomi, yang dalam perkembanganya akan sangat mempengaruhi
pola maupun persebaran permukiman suatu daerah. Pola atau sifat Akan tetapi, karena adanya ketimpangan antara kebutuhan sarana dan
persebaran ini sangat menarik untuk dikaji dan dianalisis. Mengingat prasarana dengan bertambahnya penduduk maka timbul berbagai
pentingnya pemecahan masalah permukiman seperti penempatan masalah sosial, ekonomi, dan budaya.
sarana dan prasarana permukiman dan fasilitas sosial-ekonomi masih
sering tidak sesuai dengan konsentrasi persebaran penduduk disetiap Dalam membahas pengertian kota, ada beberapa istilah yang
permukiman. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat berhubungan dengan kota, antara lain sebagai berikut.
yang tentunya juga menuntut ketersediaan permukiman dan
fasilitasnya memungkinkan terjadinya pemusatan permukiman a. Urban adalah suatu bentuk yang memiliki suasana kehidupan dan
disuatu daerah atau wilayah tertentu. penghidupan yang modern.

Pola permukiman di desa Sulursari memiliki tiga macam pola b. City adalah pusat wilayah kota.
permukiman yaitu memanjang, terpusat dan menyebar. Dari pola
permukiman memanjang, di desa Sulursari hanya ada memanjang c. Bown adalah kota kabupaten atau pemerintah kota.
mengikuti jalan raya, karena di daerah Sulursari dan sekitarnya tidak
ada penduduk yang mendirikan permukiman di sepanjang sungai. d. Bown skip adalah kota kecamatan atau kota kawedanan.
Adapan di sepanjang rel kereta api namun berada di luar desa
Kota dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut. b. Pola Sektoral

• Kota wisata, merupakan kawasan pariwisata. Pola ini berkembang dari sektor kegiatan yang menjadi bagian dari
suatu kota yang akan berkembang. Perkembangan setiap sektor
• Kota pelajar, merupakan kota kawasan pelajar karena banyak tersebut akan membawa dampak terhadap pola keruangan di kota.
berdiri sekolah-sekolah.
c. Pola Pusat Kegiatan Ganda
• Kota industri, merupakan daerah kota kawasan industri yang
banyak pabrik-pabriknya. Pola seperti ini berkembang dari kondisi lingkungan yang berbeda.
Masing-masing lingkungan berkembang dan menjadi pusat kegiatan.
• Kota satelit, yaitu kota yang letaknya dekat dengan kota besar, Kota yang berkembang dengan pola seperti ini biasanya kota yang
warganya mendapat penghidupan wilayah hukum kota kecil berada di tepi pantai.
tersebut.
Kota sebagai tata ruang harus merupakan lingkungan yang dinamis
• Kota perdagangan, yaitu kota yang terletak pada kawasan sehingga membutuhkan daya dukung bagi penghuninya.
perdagangan. Di Amerika Serikat, kota pusat-pusat
perdagangannya disebut CDB (Central Business District), Oleh sebab itu, timbul sifat-sifat yang berbeda dengan permukiman
sedangkan di Inggris pusat kota perdagangan disebut Central pedesaan. Sifat-sifat tersebut, antara lain sebagai berikut.
Area.
a. Penduduk kota adalah anonim, artinya satu dengan yang lain tidak
Adapun pola pemekaran kota dibedakan menjadi tiga macam, yaitu saling mengenal.
sebagai berikut.
b. Sifat tidak peduli terhadap orang lain.
a. Pola Konsensus
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi kelangsungan kehidupan kota
Pola ini awalnya berasal dari suatu tempat karena makin padat adalah:
penghuninya lalu berkembang ke daerah tepi atau pinggiran.
• adanya suasana dan rasa aman pada warga kota;
Perkembangan tersebut sebagai akibat semakin maraknya kegiatan di
tempat tersebut. Akhirnya, lokasi awal tersebut menjadi pusat bisnis • adanya suasana tertib setiap warga masyarakat sehingga
dan wilayah sekitarnya menjadi wilayah pendukung. mampu
• menempatkan dirinya masing-masing; dan KAENBAUN adalah sebuah desa vernakular yang dihuni oleh 8 suku
yaitu empat suku perempuan (Salu, Nel, Sait, dan Kolo) dan empat
• adanya usaha untuk membina suasana sehat dan bebas dari suku laki-laki (Basan, Timo, Taus dan Foni), yang sepakat hidup
segala penyakit menular. abadi sebagai saudara di dalam desa Kaenbaun (Purbadi 2010).
Pedoman lokal yang dikembangkan dari kebudayaan setempat
Daerah perkotaan merupakan salah satu daerah yang menarik bagi menjadi acuan perilaku dan tata ruang desa Kaenbaun. Setiap suku
para pengurban. Daerah perkotaan merupakan pusat dari segala memiliki pedoman masing-masing, namun ada pedoman bersama
pembangunan. Dengan adanya pembangunan tersebut, membuat yang menjadi pedoman bagi warga seluruh desa (semua suku).
masyarakat menjadi pindah ke kota dan membentuk pola Keberadaan umesuku menjadi bukti bahwa tradisi setiap suku hidup
pemukiman di kota. Pola pemukiman di kota dapat kita jumpai di dan lestari. Keberadaan umesuku penting bagi kehidupan pribadi,
kelompok dan seluruh desa, karena umesuku sebagai rumah suci
kawasan bantaran sungai, sepanjang perlintasan rel kereta api dan di
(umekanaf) selalu digunakan dalam ritual-ritual berbagai skala
sepanjang jalanan. Pola tersebut dapat dijumpai di daerah Kota (skala individu, kelompok/suku, dan skala desa). Desa Kaenbaun
Semarang. Pola pemukiman daerah perkotaan di Semarang secara adalah desa suku Dawan karena penduduknya hampir 100% berasal
tidak landsung mempengaruhi interaksi antar masyarakat itu sendiri. dari suku Dawan. Seperti pada desa-desa lain di Timor, di desa
Dengan adanya pola pemukiman yang berada di daerah Kaenbaun hidup rukun 4 suku laki-laki (lian mone) yaitu suku Basan,
perumahanmisalnya saja, disana potensi pembentukan sikap Timo, Taus dan Foni, bersama 4 suku perempuan (lian feto) yaitu
individual seseorang sangat tinggi. Jadi, ada keterkaitan antara suku Sait, Salu, Kaba dan Nel. Warga desa Kaenbaun umumnya
pembangunan di kota dengan pola pemukiman warga perkotaan adalah petani lahan kering (Foni 2002) yang hidup dari pertanian
serta interaksi dalam masyarakat perkotaan tersebut. tadah hujan, namun air dari 4 mata air suku (oekana) tersedia
sepanjang tahun tidak mencukupi untuk pengairan pertanian. Air dari
mata air suci (oekana) suku digunakan sepenuhnya untuk keperluan
rumah tangga dan ternak di dalam kampung (kompleks hunian, kuan),
Pola Permukiman Vernakular - Arsitektur vernakular adalah disalurkan melalui jaringan air bersih yang dibuat secara khusus. Area
arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang desa Kaenbaun terdiri atas tiga area utama,
lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta yaitu kuan, lele dan nasi, membentuk
dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), formasi lingkaran konsentris (kuan
menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas sebagai pusat)(Purbadi 2010).
setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu
membuka untuk terjadinya transformasi Pola ruang yang terjadi pada dasarnya
"memisahkan" manusia dan hewan
diselingi tanaman (kebun); manusia tinggal di tengah dan dikelilingi milik warga masyarakat sekitar. Keunikan Desa Brayut yang
hewan dan kebun. kemudian dijadikan menjadi lokasi studi karena latar belakang desa
Brayut yang masih memiliki banyak rumah tinggal tradisional dengan
ada 5 batu (Purbadi 2010). Dari investigasi dan analisis data lapangan, katagori Joglo. Limasan dan Kampung. Desa Brayut sendiri hingga
tata spasial permukiman suku Dawan di desa Kaenbaun bersifat saat ini masih manjadi desa pertanian dengan masih banyak terdapat
unik, penataannya didasari oleh pengetahuan, pikiran-pikiran dan rumah tinggal dengan gaya tradisional Jawa sehingga kaidahkaidah
kebijaksanaan warga desa Kaenbaun sebagai suku Dawan yang taat dalam membentuk rumah tinggal tradisional Jawa juga menyesuaikan
perpegang pada adat (bertindak bersama nenek-moyang) sekaligus dengan keadaan masyarakat Brayut sendiri sebagai desa pertanian
taat sebagai umat Katolik. Pemahaman tentang tata ruang yang masih asri maka dari keunikan desa tersebut lokasi studi di
permukiman di desa Kaenbaun akan menjadi jelas apabila dilandasi tentukan. Rumah tinggal tradisional jawa di desa Brayut memiliki
pemahaman tentang keterkaitan antara arsitektur dengan berbagai pola ruang dalam yang sesuai dengan teori yang diggunakan untuk
informasi tentang kebudayaan masyarakatnya. menganalisis pola ruang dalam. Seluruh tipe rumah tinggal
mengalami perubahan fungsi ruang yang diakibatkan oleh perubahan
Permukiman Tradisional - sering sistem kepercayaan serta pertambahan jumlah anggota keluarga
direpresentasikan sebagai tempat yang masih dengan kebutuhan yang ikut meningkat. Elemen pembentuk ruang
memegang nilai-nilai adat dan budaya yang pada rumah tinggal tradisional jawa dapat menunjukan posisi hirarki
berhubungan dengan nilai kepercayaan atau secara linier , oposisi binair dan orientasi secara mikrokosmos dimana
agama yang bersifat khusus atau unik pada semakin tinggi girarki dan semakin medekatai garis binair, serta
suatu masyarakat tertentu yang berakar dari semakin memusat orientasinya, semakin dalam ruang yang tercipta
tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah semakin memberi kesan tertutup dan dmemiliki ketinggian lantai
(Sasongko 2005). Menurut Sasongko (2005), bahwa struktur ruang yang semakin meningkat sesauat dengan tingkatan elemen
permukiman digambarkan melalui pengidentifikasian tempat, pembentuk pola ruang dalam.
lintasan, batas sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan
melalui hirarki dan jaringan atau lintasan, yang muncul dalam suatu
lingkungan binaan mungkin secara fisik ataupun non fisik yang tidak
hanya mementingkan orientasi saja tetapi juga objek nyata dari Permukiman Modern - lebih cenderung bebas dan fleksibel, pola-
identifikasi. pola yang ada lebih bervariasi. Ada yang bersifat linear, grid, kluster
ataupun radial. Pola linear dan grid biasanya digunakan pada
Desa Brayut berlokasi di sisi utara kota Yogyakarta dan dekat dengan permukinan modern kelas menengah kebawah karena mampu
Gunung Merapi Yogyakarta sehingga kondisi geografis tanah pada menampung jumlah rumah yang banyak pada lahan yang tidak terlalu
Desa Brayut cocok diggunakan sebagai lahan pertanian. Luas Desa luas, sedangkan perumahan elit untuk golongan menengah ke atas
Brayut sendiri adalah 85 hektar dengan batas wilayah persawahan lebih cenderung memilih pola kluster dan radial karena selain
memiliki space yang lebih luas namun juga penghuni yang cenderung
menginginkan tingkat privasi yang lebih tinggi. Pada permukiman elit
setiap kluster terbagi berdasarkan tipe-tipe rumah sedangkan pada
permukiman biasa tipe-tipe rumah memiliki letak yang lebih bebas.
SUMBER dalam-pada-rumah-tinggal-trad.pdf
-http://blog.unnes.ac.id/papangpang/2015/11/18/pola-pemukiman-
-https://iaaipusat.wordpress.com/2012/03/19/arsitektur-vernakular- semarang/
indonesia-peran-fungsi-dan-pelestarian-di-dalam-masyarakat/ -http://blog.unnes.ac.id/anita/2017/12/02/pola-persebaran-
- pemukiman-penduduk-di-desa-sulursari-kecamatan-gabus-
https://www.researchgate.net/publication/328837966_ARSITEKTU kabupaten-grobogan-tahun-2016/
R_PERMUKIMAN_VERNAKULAR_DALAM_PERSPEKTIF_PE
RJUMPAAN_BUDAYA_KEARIFAN_KAENBAUN_DAN_TAT
A_SPASIAL_PERMUKIMAN_SUKU_DAWAN_DI_DESA_KAE
NBAUN
-http://www.kuttabku.com/2017/01/bentuk-pola-persebaran-dan-
pemukiman-penduduk-desa-kota-daerah-dataran-rendah-memusat-
memanjang-daerah-pantai-dataran-tinggi-dan-daerah-aliran-
sungai.html
-
https://www.google.com/maps/place/Sulursari,+Gabus,+Kabupaten
+Grobogan,+Jawa+Tengah/@-
7.1782688,111.2174686,3a,75y,90t/data=!3m8!1e2!3m6!1sAF1Qip
PfUwtqnDWuRh3IcSWgPK_1x1gmVOhgWIzw79_-
!2e10!3e12!6shttps:%2F%2Flh5.googleusercontent.com%2Fp%2F
AF1QipPfUwtqnDWuRh3IcSWgPK_1x1gmVOhgWIzw79_-
%3Dw213-h120-k-
no!7i4096!8i2304!4m5!3m4!1s0x2e775134e6f24de3:0x59cd62bfe5
9b9e8!8m2!3d-7.1795722!4d111.2159425
-http://blog.unnes.ac.id/anita/2017/12/02/pola-persebaran-
pemukiman-penduduk-di-desa-sulursari-kecamatan-gabus-
kabupaten-grobogan-tahun-2016/
-http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-757-pola-permukiman-
tradisional.html
-https://media.neliti.com/media/publications/189069-ID-pola-ruang-

Anda mungkin juga menyukai