Anda di halaman 1dari 6

4.

1 Tujuan,Kebijakan,dan Strategi Penataan Ruang Perdesaan

Pada peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2021 secara jelas dirumuskan kriteria kawasan
Perdesaan yaitu, a).Berfungsi kawasan produksi pertanian kabupaten,b).mempunyai sistem
jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian,dan c).adanya aglomerasi penduduk yang
bermata pencarian petani,nelayan dan pengrajin kecil. Kawasan perdesaan memiliki potensi
yang besar untuk berkembang tanpa merubah karakter dan fungsi kawasan.

Untuk menjadi daerah yang maju, kawasan perdesaan tidak usah berubah fungsi meniru
kawasan kota yang cepat tumbuh, tetapi berkembang sesuai dengan karakter dan fungsinya
yang khas. Kekhasan ini tidak boleh hilang, karena kekhasan adalah salah satu bagian dari
kekayaan daerah yang harus dipertahankan. Oleh karena itu tujuan penataan ruang kawasan
perdesaan itu sendiri adalah untuk:

a) Mengatur pemanfaatan ruang kawasan perdesaan guna mening- katkan kemakmuran


rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif pada lingkungan alam, lingkungan
buatan, dan sosialbudaya.

b) Meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.

c) Menciptakan keterkaitan fungsional dan keserasian pertumbuhan antara kawasan


perdesaan dengan kawasan perkotaan.

d) Mencapai keserasian perkembangan kegiatan pertanian di kawasan perdesaan dalam


menunjang pengembangan wilayah perdesaan secara terpadu.

e) Mengendalikan konversi pemanfaatan ruang berskala besar, khususnya yang dapat


mengganggu kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup serta keberlanjutan pemenuhan
kebutuhan hidup seperti udara, air, dan pangan dengan mempertahankan kepentingan
masyarakat.

Penataan ruang perdesaan bertujuan terkait dengan perubahan yang cepat dari komponen
seumberdaya manusia dan interaksi nya oleh karena itu masyarakat desa diarahkan untuk :

a). Pemberdayaan masyarakat perdesaan; Tata ruang perdesaan diarahkan untuk memperkuat
sistem sosial kelembagaan masayarakat dan kemampuan perekonomian perdesaan, khusus
petani dan pertanian.

c). Konservasi sumber daya alam;Sebagian terbesar alokasi fungsi ruang kawasan perdesaan
adalah untuk konservasi sumberdaya alam, baik terkait dengan sumberdaya flora amupun
fauna. Dalam RTRW ditetapkan dalam kawasan berfungsi lindung yang harus dikontrol dan
dikendalikan pemanfaatannya. Penjaminan terhadap kawasan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktural perundang- undangan dan kultural dengan
pemberdayaan masyarakat.

d).Pelestarian warisan budaya lokal;Kawasan Perdesaan memberikan cerminan relasi


manusia dan alam serta model adaptasi yang alamiah dan harmoni sehingga memunculkan
budaya lokal yang mantap. Warisan budaya (heritage) harus dilindungi dari pengaruh negatif
bahkan menjadikannya sebagai kawasan lindung budaya.

4.2 Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Tata ruang kawasan desa ini sangat diperlukan untuk kelancaran faktor internal maupun
eksternal dari perdesaan tersebut.Sebelum membahas pola tata ruang perdesaan,kita harus
duu mengetahui cciri dari pola tata ruang perdesaan.

Ciri-ciri pola tata ruang pedesaan, yaitu:

1. Tempat untuk memberi kehidupan bagi manusia cukup luas.

2. Wilayah pedesaan dekat dengan areal pertanian.

3. Di daerah subur, pola penyebarannya cenderung mengelompok.

4. Pola penyebaran desa di daerah kurang subur cenderung lebih memencar

5. Pedesaan umumnya dekat dengan sumber air.

6. Pedesaan terlihat hijau karena banyak tanaman pertanian.

7. Daerah pedesaan umumnya berlokasi di daerah pedalaman.

8. Masyarakat berhubungan erat dengan kondisi alam yang berpengaruh terhadap tata
kehidupan desa.

9. Kondisi alam yang berpengaruh erat dengan masyarakat pedesaan antara lain tanah, iklim,
hujan, dan tata air.

1. Pola melebarkan jalan.


Polanya adalah penataan desa mengikuti jalur. Juga, pemukiman penduduk terletak di pinggir
jalan. Pola tersebut ditemukan di daerah datar. Secara geografis, Telang berjarak kurang lebih
142 km sebelah utara Banjarmasin dan kurang lebih 15 km sebelah timur Sungai Barito pada
06'2 Lintang Selatan dan 05'115 Bujur Timur.
Desa ini dikelilingi oleh kawasan hutan yang telah dibuka secara turun-temurun. Hutan asli
masih dapat ditemukan di sekitarnya. Selain itu, kami menemukan daerah rawa rendah yang
tidak cocok untuk budidaya. Sungai Telang mengalir ke barat bertemu desa, kemudian
menjadi Sungai Pupuka dan akhirnya bersambung dengan Sungai Barito di dekat kota
Damparan. Desa Telang secara geografis terletak di antara Kota Tamiang Lajang di sebelah
timur dan Kota Bengkuang di sebelah barat di tepi Sungai Barito. Pemukiman desa Telangi
terletak di jalan yang menuju ke dua kota tersebut.

2. Pola memanjang pantai.


Pola semacam ini banyak dijumpai di daerah nela- yan di Indonesia. Pola susunan desanya
memanjang sepanjang pantai.

Gunung-gunung, lautan, tanah, air tawar, dan angin merupakan ciri-ciri khas yang menandai
keadaan alam Desa Allang. Seseorang yang ingin mendirikan suatu bangunan terlebih dulu
harus membuat suatu dataran kecil dengan jalan membangun suatu teras.Ladang-ladang pada
umumnya terdapat pada lereng-lereng bukit curam yang tanahnya tidak cukup kuat melekat
pada lereng tersebut. Air tawar sulit ditemukan, terutama selama musim barat yang kering.
Kombinasi dari gunung-gunung, lautan, sifat tanah, dan angin menyebabkan daerah ini sangat
baik ditanami pohon-pohon pala dan cengkih.

3. Pola Memusat
Kompleks permukiman penduduk yang berpola memusat umumnya dijumpai di desa-desa
yang lahan pertaniannya subur. Lahan pertaniannya berada di sekitar atau di sekeliling
permukiman. Contohnya, Desa Bontoramba, Makassar.
Desa Bontoramba tanahnya subur, pola permukiman penduduk memusat. Masalah yang
dihadapi adalah kekurangan air. Akan tetapi, dengan adanya bangunan-bangunan irigasi yang
kecil telah banyak memperbaiki keadaan ini, sehingga kebutuhan beras dapat tercukupi.
Bendungan Sungai Sadang di perbukitan selatan dari pegunungan pusat yang pejal
dimaksudkan untuk mengubah bagian itu menjadi daerah ekspor beras di Indonesia.
Bontoramba terletak di daerah dataran. Pegunungan  pejal  letaknya  samar-samar  kelihatan 
di  batas pemandangan, sedangkan bukit-bukit dekat letaknya. Jalan raya yang
menghubungkan Makassar dengan Bontoramba dan desa-desa selanjutnya di pegunungan,
kira-kira 15 km, melalui pemandangan sawah-sawah, daerah rumput, semak-semak, dan
hutan-hutan belukar.

Satu-satunya sungai, yaitu Sungai Jenebrang yang besar menyisir batas desa sebelah barat
daya. Pada peta tampak bahwa pola perkampungan memusat yang agak padat. Rumah-rumah
dibangun berdekatan, bertujuan agar orang-orang desa merasa aman dan memudahkan bantu-
membantu dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pola Tersebar

Pada pola ini kelompok-kelompok kecil permukiman penduduk berpencaran. Di Indonesia


pada umumnya dijumpai di daerah-daerah berikut.
a) Daerah bertanah karst (kapur) yang lahan pertaniannya kurang subur dan sumber air
tanahnya tersebar sehingga penduduk menempati daerah-daerah yang tanahnya baik untuk
pertanian atau di tempat-tempat yang terdapat sumber air.
b) Pedesaan yang permukaan tanahnya berelief berat, karena jaring jalan penghubung relatif
sulit dibuat sehingga kelompok permukiman yang satu sama lainnya relatif tersebar.
Contohnya, perkampungan Desa Celapar di Jawa Tengah.

Letak perkampungan di Celapar terdapat di daerah pegunungan sebelah selatan dari Kali
Serayu di Jawa Tengah. Di Lembah Kali Celapar berjarak 17 km dari Kota Karanganyar
(Kabupaten Kebumen, Karesidenan Kedu), terletak Desa Celapar yang merupakan gabungan
dari perkampungan-perkampungan atau dukuh-dukuh yang tersebar letaknya. Celepar dan
desa-desa lain di daerah Pegunungan Serayu Selatan dapat dikatakan sebagai desa atau
daerah yang agak terpencil.
Pola perkampungan di Celapar terdiri dari 13 dukuh yang berjauhan satu dengan lain,
diselingi tanah pertanian. Jadi, pola desanya adalah pola tersebar.

5. Pola Radial

Pola ini secara keseluruhan tampak jelas kalau dilihat dari atas atau dari pesawat udara atau
helikopter. Pola tata ruang semacam ini umumnya terdapat di sekeliling lembah datar lereng-
lereng kaki gunung. Kelompok-kelompok permukiman penduduk pada pola radial umumnya
berlokasi di daerah yang berdekatan Daerah Aliran Sungai. Di lembah DAS datar yang cukup
ringan transportasinya ke kota biasanya tumbuh menjadi desa-desa yang perkembangannya
lebih maju daripada desa-desa yang berada di dataran tinggi. Contohnya, perkampungan Desa
Muremarew, di daerah Mamberamo, Irian Jaya (Papua). Pada umumnya, desa-desa di daerah
Sungai Mamberamo mempunyai suatu pola yang melingkar (radial) dengan sebuah balai desa
yang berbentuk bulat yang disebut kone, terdapat di tengah-tengah. Sekitar kone ada suatu
lapangan yang kosong terbuka bernama konnebonnis dan di sekitar lapangan itu dalam dua
lingkaran yang konsentris terletak rumah-rumah tempat tinggal penduduk.

Rumah dari lingkaran yang dalam didiami oleh orang-orang yang sudah kawin. Sementara
rumah-rumah di lingkaran luar didiami oleh orang jejaka yang belum kawin, rumah-rumah
untuk bermalam para musafir, dan gubug-gubug nawatsyiu (gubug-gubug tempat wanita
mengisolasikan diri tiap bulan kalau mereka sedang haid atau pada waktu melahirkan anak).

Sumber :
https://www.geografi.org/2017/11/struktur-ruang-desa.html

https://www.masterplandesa.com/profil-desa/pentingnya-tata-ruang-dan-pembangunan-
kawasan-pedesaan/
Rohiani, A. (2021). Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa sebagai Kendali Pembangunan Desa yang
Terarah dan Berkelanjutan. Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan), 5(1), 15-27.

Anda mungkin juga menyukai