Pada peraturan pemerintah nomor 15 tahun 2021 secara jelas dirumuskan kriteria kawasan
Perdesaan yaitu, a).Berfungsi kawasan produksi pertanian kabupaten,b).mempunyai sistem
jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian,dan c).adanya aglomerasi penduduk yang
bermata pencarian petani,nelayan dan pengrajin kecil. Kawasan perdesaan memiliki potensi
yang besar untuk berkembang tanpa merubah karakter dan fungsi kawasan.
Untuk menjadi daerah yang maju, kawasan perdesaan tidak usah berubah fungsi meniru
kawasan kota yang cepat tumbuh, tetapi berkembang sesuai dengan karakter dan fungsinya
yang khas. Kekhasan ini tidak boleh hilang, karena kekhasan adalah salah satu bagian dari
kekayaan daerah yang harus dipertahankan. Oleh karena itu tujuan penataan ruang kawasan
perdesaan itu sendiri adalah untuk:
b) Meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
Penataan ruang perdesaan bertujuan terkait dengan perubahan yang cepat dari komponen
seumberdaya manusia dan interaksi nya oleh karena itu masyarakat desa diarahkan untuk :
a). Pemberdayaan masyarakat perdesaan; Tata ruang perdesaan diarahkan untuk memperkuat
sistem sosial kelembagaan masayarakat dan kemampuan perekonomian perdesaan, khusus
petani dan pertanian.
c). Konservasi sumber daya alam;Sebagian terbesar alokasi fungsi ruang kawasan perdesaan
adalah untuk konservasi sumberdaya alam, baik terkait dengan sumberdaya flora amupun
fauna. Dalam RTRW ditetapkan dalam kawasan berfungsi lindung yang harus dikontrol dan
dikendalikan pemanfaatannya. Penjaminan terhadap kawasan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktural perundang- undangan dan kultural dengan
pemberdayaan masyarakat.
Tata ruang kawasan desa ini sangat diperlukan untuk kelancaran faktor internal maupun
eksternal dari perdesaan tersebut.Sebelum membahas pola tata ruang perdesaan,kita harus
duu mengetahui cciri dari pola tata ruang perdesaan.
8. Masyarakat berhubungan erat dengan kondisi alam yang berpengaruh terhadap tata
kehidupan desa.
9. Kondisi alam yang berpengaruh erat dengan masyarakat pedesaan antara lain tanah, iklim,
hujan, dan tata air.
Gunung-gunung, lautan, tanah, air tawar, dan angin merupakan ciri-ciri khas yang menandai
keadaan alam Desa Allang. Seseorang yang ingin mendirikan suatu bangunan terlebih dulu
harus membuat suatu dataran kecil dengan jalan membangun suatu teras.Ladang-ladang pada
umumnya terdapat pada lereng-lereng bukit curam yang tanahnya tidak cukup kuat melekat
pada lereng tersebut. Air tawar sulit ditemukan, terutama selama musim barat yang kering.
Kombinasi dari gunung-gunung, lautan, sifat tanah, dan angin menyebabkan daerah ini sangat
baik ditanami pohon-pohon pala dan cengkih.
3. Pola Memusat
Kompleks permukiman penduduk yang berpola memusat umumnya dijumpai di desa-desa
yang lahan pertaniannya subur. Lahan pertaniannya berada di sekitar atau di sekeliling
permukiman. Contohnya, Desa Bontoramba, Makassar.
Desa Bontoramba tanahnya subur, pola permukiman penduduk memusat. Masalah yang
dihadapi adalah kekurangan air. Akan tetapi, dengan adanya bangunan-bangunan irigasi yang
kecil telah banyak memperbaiki keadaan ini, sehingga kebutuhan beras dapat tercukupi.
Bendungan Sungai Sadang di perbukitan selatan dari pegunungan pusat yang pejal
dimaksudkan untuk mengubah bagian itu menjadi daerah ekspor beras di Indonesia.
Bontoramba terletak di daerah dataran. Pegunungan pejal letaknya samar-samar kelihatan
di batas pemandangan, sedangkan bukit-bukit dekat letaknya. Jalan raya yang
menghubungkan Makassar dengan Bontoramba dan desa-desa selanjutnya di pegunungan,
kira-kira 15 km, melalui pemandangan sawah-sawah, daerah rumput, semak-semak, dan
hutan-hutan belukar.
Satu-satunya sungai, yaitu Sungai Jenebrang yang besar menyisir batas desa sebelah barat
daya. Pada peta tampak bahwa pola perkampungan memusat yang agak padat. Rumah-rumah
dibangun berdekatan, bertujuan agar orang-orang desa merasa aman dan memudahkan bantu-
membantu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pola Tersebar
Letak perkampungan di Celapar terdapat di daerah pegunungan sebelah selatan dari Kali
Serayu di Jawa Tengah. Di Lembah Kali Celapar berjarak 17 km dari Kota Karanganyar
(Kabupaten Kebumen, Karesidenan Kedu), terletak Desa Celapar yang merupakan gabungan
dari perkampungan-perkampungan atau dukuh-dukuh yang tersebar letaknya. Celepar dan
desa-desa lain di daerah Pegunungan Serayu Selatan dapat dikatakan sebagai desa atau
daerah yang agak terpencil.
Pola perkampungan di Celapar terdiri dari 13 dukuh yang berjauhan satu dengan lain,
diselingi tanah pertanian. Jadi, pola desanya adalah pola tersebar.
5. Pola Radial
Pola ini secara keseluruhan tampak jelas kalau dilihat dari atas atau dari pesawat udara atau
helikopter. Pola tata ruang semacam ini umumnya terdapat di sekeliling lembah datar lereng-
lereng kaki gunung. Kelompok-kelompok permukiman penduduk pada pola radial umumnya
berlokasi di daerah yang berdekatan Daerah Aliran Sungai. Di lembah DAS datar yang cukup
ringan transportasinya ke kota biasanya tumbuh menjadi desa-desa yang perkembangannya
lebih maju daripada desa-desa yang berada di dataran tinggi. Contohnya, perkampungan Desa
Muremarew, di daerah Mamberamo, Irian Jaya (Papua). Pada umumnya, desa-desa di daerah
Sungai Mamberamo mempunyai suatu pola yang melingkar (radial) dengan sebuah balai desa
yang berbentuk bulat yang disebut kone, terdapat di tengah-tengah. Sekitar kone ada suatu
lapangan yang kosong terbuka bernama konnebonnis dan di sekitar lapangan itu dalam dua
lingkaran yang konsentris terletak rumah-rumah tempat tinggal penduduk.
Rumah dari lingkaran yang dalam didiami oleh orang-orang yang sudah kawin. Sementara
rumah-rumah di lingkaran luar didiami oleh orang jejaka yang belum kawin, rumah-rumah
untuk bermalam para musafir, dan gubug-gubug nawatsyiu (gubug-gubug tempat wanita
mengisolasikan diri tiap bulan kalau mereka sedang haid atau pada waktu melahirkan anak).
Sumber :
https://www.geografi.org/2017/11/struktur-ruang-desa.html
https://www.masterplandesa.com/profil-desa/pentingnya-tata-ruang-dan-pembangunan-
kawasan-pedesaan/
Rohiani, A. (2021). Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa sebagai Kendali Pembangunan Desa yang
Terarah dan Berkelanjutan. Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan), 5(1), 15-27.